Anda di halaman 1dari 21

1

Presentasi Kasus
ILMU PENYAKIT MATA
HORDEOLUM INTERNUM

Disusun Oleh :
Aryanda Widya TS
Ardian Hidayat
Dyah Tantry D
Adiptya Cahya M
Maria Mumtaz

G99151033
G99151034
G99151035
G99151036
G99151037

Pembimbing :
Dr. Retno Widiati, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA

2016
BAB I
PENDAHULUAN

Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata
melindungi kornea dan berfungsi dalam pendistribusian dan eliminasi air mata.
Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh
permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.
Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari
yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur
seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, sebagian besar dari
kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.
Salah satu penyakit yang sering terjadi pada kelopak mata adalah
timbilen atau timbil, yang dalam bahasa medis disebut hordeolum. Penyakit
ini biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada semua
umur, terutama

pada

seseorang

dan

lingkungan

yang

kurang

terjada

kebersihannya. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara wanita dengan pria.
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan di daerah
mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan
bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena makan disebut hordeolum eksternum.

BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama / No. RM

: FM / 01 33 00 02

Umur

: 25 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Suku

: Jawa

Kewarganegaraan : Indonesia
Agama

: Islam

Pekerjaan

: Mahasiswi

Alamat

: Tamtaman Baluwarti Ps Kliwon

Tgl pemeriksaan

: 17 Februari 2016

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama: Benjolan di mata kanan dan gatal
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang untuk memeriksakan mata sebelah kanan berupa
benjolan dan rasa gatal. Keluhan ini muncul sejak 3 hari SMRS. Pasien
tidak mengeluhkan adanya mata merah, pandangan kabur, pandangan
dobel, silau, pusing, cekot-cekot, nrocos maupun blobok.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
-

Riwayat hipertensi
: disangkal

Riwayat DM
disangkal

Riwayat trauma mata


: disangkal

Riwayat operasi mata


: disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan


: disangkal
-

Riwayat sakit serupa


: disangkal

3
D. Riwayat Penyakit Keluarga
-

Riwayat hipertensi
: disangkal

Riwayat DM
disangkal

Riwayat sakit serupa


: disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis

Proses
Lokalisasi

OD
Inflamasi
Palpebra inferior

Sebab
Perjalanan
Komplikasi

Oculi Dextra
Belum diketahui
Akut
-

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup

B. Pemeriksaan Subyektif
OD

OS

6/12

6/9 f2

a. pinhole

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

b. dengan kacamata

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

1. Konfrontasi test

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

2. Proyeksi sinar

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

3. Persepsi warna

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh

2. Visus sentralis dekat


B. Visus Perifer

C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
a. tanda radang
b. luka
c. parut
d. kelainan warna
e. kelainan bentuk
2. Supercilia
a. warna
b. tumbuhnya
c. kulit
d. gerakan

OD
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas

Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas

normal
OD

normal
OS

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

3. Pasangan bola mata


a. heteroforia
b. strabismus
c. pseudostrabismus
d. exophtalmus
e. enophtalmus
4. Ukuran bola mata
a. mikroftalmus
b. makroftalmus

c. ptisis bulbi
d. atrofi bulbi
5. Gerakan bola mata
a. temporal
b. temporal superior
c. temporal inferior
d. nasal
e. nasal superior
f. nasal inferior
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1.) edema

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat

Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat

Edema pada

Tidak ada

palpebral inferior
2.) hiperemi

dekstra
Hiperemi pada

Tidak ada

palpebral inferior
3.) blefaroptosis
4.) blefarospasme
b. gerakannya
1.) membuka
2.) menutup
c. rima
1.) lebar
2.) ankiloblefaron
3.) blefarofimosis
d. kulit
1.) tanda radang

dekstra
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Tidak tertinggal
Tidak tertinggal

Tidak tertinggal
Tidak tertinggal

10 mm
Tidak ada
Tidak ada

10 mm
Tidak ada
Tidak ada

Ada, edema dan

Tidak ada

hiperemi pada
palpebra inferior
2.) warna

dekstra
Hiperemi pada

Sawo matang

palpebral inferior
3.) epiblepharon
4.) blepharochalasis
e. tepi kelopak mata
1.) enteropion
2.) ekteropion
3.) koloboma

dekstra
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

4.) bulu mata


7. Sekitar glandula lakrimalis
a. tanda radang
b. benjolan
c. tulang margo tarsalis
8. Sekitar saccus lacrimalis
a. tanda radang
b. benjolan

Dalam batas

Dalam batas

normal

normal

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

OD

OS

Kesan normal
Tidak dilakukan

Kesan normal
Tidak dilakukan

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Edema pada

Tidak ada

palpebral inferior
Hiperemi pada

Tidak ada

palpebral inferior
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

9. Tekanan intraokular
a. palpasi
b. tonometri schiotz
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra superior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
b. konjungtiva palpebra inferior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
c. konjungtiva fornix
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) benjolan
d. konjungtiva bulbi
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sekret
4.) injeksi konjungtiva
5.) injeksi siliar
e. caruncula dan plika
semilunaris
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sikatrik

11. Sclera
a. warna
b. tanda radang
c. penonjolan
12. Kornea
a. ukuran
b. limbus
c. permukaan
d. sensibilitas
e. keratoskop ( placido )
13. Kamera okuli anterior
a. kejernihan
b. kedalaman
14. Iris
a. warna
b. bentuk
c. sinekia anterior
d. sinekia posterior
15. Pupil
a. ukuran/bentuk
b. letak
c. reaksi cahaya langsung
d. tepi pupil
16. Lensa
a. ada/tidak
b. kejernihan
c. letak
e. shadow test

Putih
Tidak ada
Tidak ada

Putih
Tidak ada
Tidak ada

12 mm
Jernih
Rata, mengkilap
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

12 mm
Jernih
Rata, mengkilap
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Jernih
Dalam

Jernih
Dalam

Hitam
Tampak

Hitam
Tampak

lempengan
Tidak tampak
Tidak tampak

lempengan
Tidak tampak
Tidak tampak

3 mm/bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan

3 mm/bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan

Ada
Jernih
Sentral
Tidak dilakukan

Ada
Jernih
Sentral
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

17. Corpus vitreum


a. Kejernihan
b. Reflek fundus
IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
A.
B.

Visus sentralis jauh


Visus perifer
1. Konfrontasi tes
2. Proyeksi sinar
3. Persepsi warna
C.
Sekitar mata

OD
6/12

OS
6/9 f2

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Baik
Dalam batas

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Baik
Dalam batas normal

normal

D.

Supercilium

Dalam batas

Dalam batas normal

E.

Pasangan

normal
Dalam batas

Dalam batas normal

dalam orbita
F.
Ukuran bola mata

normal
Dalam batas

Dalam batas normal

G.

Gerakan bola mata

normal
Dalam batas

Dalam batas normal

H.

Kelopak mata

normal
Edema dan

Dalam batas normal

bola

mata

hiperemi pada
I.
J.
K.
L.

Sekitar saccuslacrimalis
Sekitar

glandula

lakrimalis
Tekanan intra okular
Konjungtiva palpebra

palpebral inferior
Dalam batas

Dalam batas normal

normal
Dalam batas

Dalam batas normal

normal
Dalam batas

Dalam batas normal

normal
Edema dan

Dalam batas normal

hiperemi pada
M.

Konjungtiva bulbi

palpebral inferior
Dalam batas

N.

Konjungtiva fornix

normal
Dalam batas

Dalam batas normal

Sklera

normal
Dalam batas

Dalam batas normal

P.

Kornea

normal
Dalam batas

Dalam batas normal

Q.
R.
S.

Camera okuli anterior


Iris
Pupil

normal
Kesan normal
Bulat, warna hitam
3 mm, bulat,

Kesan normal
Bulat, warna hitam
3 mm, bulat,

sentral
Kesan normal
Tidak dilakukan

sentral
Kesan normal
Tidak dilakukan

O.

T.
U.

Lensa
Corpus vitreum

Dalam batas normal

10

V. GAMBARAN KLINIS
Dokumentasi Foto Pasien

VI. DIAGNOSIS BANDING


OD horedeolum
OD kalazion
VII. DIAGNOSIS
OD horedeolum internum
VIII. TERAPI
Non Medikamentosa
Kompres air hangat OD 15 menit (4 kali sehari)
Medikamentosa

11

C. Xytrol EO zalf 3x1 OD


Amoxicillin tab 3x500mg
Na diklofenak tab 2x50mg
Vitamin B kompleks tab 3x1

IX. PLANNING
Kontrol lagi 2 minggu bila belum ada perbaikan

X. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam
Ad kosmetikum

OD
Bonam
Bonam
Bonam
Bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A Definisi

OS
Bonam
Bonam
Bonam
Bonam

12

Hordeolum merupakan infeksi akut yang umumnya disebabkan oleh


bakteri Staphylococcus pada kelenjar palpebra. Hordeolum terbagi atas
hordeolum eksterna yang merupakan infeksi pada kelenjar yang lebih kecil
dan superfisial (Zeis atau Moll) dan hordeolum interna dimana infeksi terjadi
pada kelenjar Meibom. Hordeolum sering dihubungkan dengan diabetes,
gangguan pencernaan dan jerawat.1,3
B Epidemiologi
Data epidemiologi

internasional

menyebutkan

bahwa

hordeolum

merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering


ditemukan. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.2,3
C Anatomi Palpebra
Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata yang rentan terhadap
trauma. Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulit di sini paling tipis di
antara kulit di bagian tubuh lain. Di palpebra terdapat rambut halus, yang
hanya tampak dengan pembesaran.Di bawah kulit terdapat jaringan areolar
longgar yang dapat mengalami distensi akibat edema masif.Muskulus
orbikularis oculi melekat pada kulit. Permukaan dalamnya dipersarafi nervus
fascialis (N VII), dan fungsinya adalah untuk menutup palpebra.4
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis
mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang
jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit dan jaringan
subkutaneus, lapis muskulus protraktor (m.orbikularis okuli), septum orbita,
musculus retraktor (m. levator palpebra), tarsus, lapisan membran mukosa
1
(konjungtiva pelpebrae).3
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
Muskulus orbikularis okuli berfungsi untuk menutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fisura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati
tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.Bagian otot yang

13

terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pretarsal; bagian diatas


septum orbital adalah bagian preseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian
orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.3,4
Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan
dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.Tarsus merupakan struktur
penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah
di kelopak bawah).3
Konjungtiva Palpebrae bagian posterior palpebrae dilapisi selapis
membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
Margo palpebra dipisahkan oleh garis abu-abu (batas mukokutan) menjadi
margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata, glandula
Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.Glandula Moll adalah
modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu
mata.Margo posterior berhubungan dengan bola mata, dan sepanjang margo
ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom atau tarsal). Pungtum lakrimalis terletak pada ujung
medial dari margo posterior palpebra. Pungtum ini berfungsi menghantarkan
air mata ke bawah melalui kanalikulus ke sakus lakrimalis.2,3
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-kira
0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbital
adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di
antara margo orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai pemisah antara palpebra
orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra
superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus
inferior.3,4
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan

14

bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari
muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama
adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk
membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas
bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor
palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior

dipersarafi

oleh

nervus

okulomotoris.Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a.


Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal
nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.2,3

Gambar 1. Anatomi Palpebra


D Etiologi
1 Faktor Predisposisi
Lebih sering pada anak kecil dan dewasa muda, meskipun tidak
ada batasan umur dan pada pasien dengan tarikan pada mata akibat
ketidakseimbangan otot atau kelainan refraksi. Kebiasaan mengucek
mata atau menyentuh kelopak mata dan hidung, serta adanya blefaritis
kronik dan diabetes mellitus adalah faktor-faktor yang umumnya
berkaitan

dengan

hordeolum

rekuren.

Hiperlipidemia

termasuk

kolesterolemia, hygiene lingkungan dan riwayat hordeolum sebelumnya


juga mempengaruhi.2

15

Organisme penyebab
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.5

E Klasifikasi
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis:3
1 Hordeolum interna, terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum
interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata
2

bagian dalam).
Hordeolum eksterna, terjadi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll.
Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar
(palpebra).

F Patogenesis
Kebanyakan

hordeolum

disebabkan

infeksi

Staphylococcus,

biasanya Staphylococcus aureus. Infeksi tersebut dapat mengenai kelenjar


Meibom (hordeolum interna), maupun kelenjar Zeis dan Moll (hordeolum
eksterna). Proses tersebut diawali dengan pengecilan lumen dan statis hasil
sekresi

kelenjar.

Statis

ini

akan

mencetuskan

infeksi

sekunder

oleh Staphylococcus aureus sehingga terjadi pembentukan pus dalam lumen


kelenjar.

Secara

histologis

akan

tampak

gambaran

abses,

dengan

ditemukannya sel Polimorfonuklear (PMN) dan debris nekrotik. Nyeri,


hiperemis, dan edema palpebral adalah gejala khas pada hordeolum.Intensitas
nyeri mencerminkan beratnya edema palpebra. Apabila pasien menunduk,
rasa sakit bertambah. Pada pemeriksaan terlihat suatu benjolan setempat,
warna kemerahan, mengkilat dan nyeri tekan, dapat disertai bintik kuning
atau putih yang merupakan akumulasi pus pada folikel silia.1,2,5
G Manifestasi Klinik
1 Gejala Klinis
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yaitu tampak
adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna
kemerahan dan nyeri. Hordeolum eksterna adalah infeksi pada kelenjar
Zeis dan kelenjar Moll. Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak
mata bagian luar (palpebra). Hordeolum interna adalah infeksi yang

16

terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini benjolan


mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam). Benjolan
akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata. Hordeolum
internum
2

biasanya

berukuran

lebih

besar

dibanding

hordeolum

eksternum.6,7
Tanda klinik
Pada stadium selulitis ditandai dengan adanya benjolan keras,
kemerahan, lokal, nyeri, edema, umumnya pada margo palpebral. Pada
stadium abses ditandai dengan adanya pus yang dapat terlihat berupa
bintik kuning atau putih pada kelopak mata pada silia yang terifeksi.
Umumnya pembentukan hordeolum tunggal, namun bisa lebih dari
satu/multipel (hordeola).2
Pseudoptosis atau ptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya
kelopak mata sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum,

kelenjar preaurikel kadang ditemukan ikut membesar. Keluhan lain yang


umumnya dirasakan oleh penderita hordeolum diantaranya rasa
mengganjal pada kelopak mata, nyeri tekan dan intensitas nyeri bertabah
bilapasien menunduk. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak
mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.6,7,8
Gambar 2.Hordeolum eksternal

17

Gambar 3.Hordeolum interna


H Diagnosis Banding
1 Kalazion
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom
dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut.
Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan
jaringan parut lainnya.8,10
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar
Meibom. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan
pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.8

Gambar 4. Kalazion
I

Penatalaksanaan
Dapat dengan kompres air hangat 2-3 kali per hari sangat membantu pada
stadium selulitis. Ketika bintik pus sudah terbentuk dapat dilakukan evakuasi
dengan epilasi pada silia yang berkaitan. Insisi pembedahan jarang dilakukan

18

kecuali pada abses yang besar. Antibiotik tetes (3-4 kali sehari) dan salep
antibiotik (saat akan tidur) sebaiknya diberikan setiap tiga jam untuk
mengontrol terjadinya infeksi. Obat anti inflamasi dan analgetik dapat
diberikan untuk mengurangi nyeri dan edema. Pada kasus tertentu yang
jarang terjadi, hordeolum dapat menyebabkan timbulnya selulitis preseptal
sekunder sehingga dibutuhkan pemberian antibiotik sistemik. Antibiotik
sistemik dapat digunakan pula untuk kontrol segera infeksi. Pada hordeolum
rekuren, perlu dicari dan diterapi kondisi predisposisi yang berkaitan. Jika
tidak ada perbaikan kondisi dalam 48 jam, insisi dan drainase bahan purulen
dapat diindikasikan.1,2,4,6
Pada tindakan pembedahan berupa insisi hordeolum terlebih dahulu
diberikan anestesia topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi
infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan
insisi yang bila :
1 Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
2 Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.
J

Prognosis
Hordeolum termasuk gangguan kelopak mata yang jinak, namun
umumnya sering rekuren.4

K Komplikasi
1 Selulitis
Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif jaringan ikat jarang
intraorbita di belakang septum orbita. Selulitis orbita sering disebabkan
sinusitis terutama sinusitis etmoid yang merupakan penyebab utama
eksoftalmos pada bayi. Kuman penyebab selulitis orbita antara lain
2

Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumonia.


Abses palpebra
Abses purulen pada kelopak mata dengan tanda-tanda infeksi, onset
yang cepat, nyeri, kemerahan, edema. Dapat terjadi setelah trauma, infeksi

19

sistemik, atau sebagai infeksi sekunder dari khalazion atau tumor. Disertai
3

infiltrasi neutrofil yang masif, bakteri terutama Staphylococcus aureus.


Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau selaput lendir
yang menutupi bagian putih mata dan bagian kelopak mata dalam.
Konjungtivitis dapat disebebkan oleh infeksi mata yang disebabkan oleh

bakteri, seperti Staphylococcus, Streptococcus atau Haemophilus.


Astigmatisma
Kelainan refraksi sehingga sinar tidak bisa difokuskan pada satu titik.
Hal ini bisa disebabkan oleh kalazion yang massa nya besar, sehingga
massa tersebut menekan permukaan kornea yang mengakibatkan
terjadinya perubahan kelengkungan kornea. Kelengkungan kornea yang
bertambah mengakibatkan berkas cahaya yang masuk ke retina tidak
difokuskan pada satu titik dengan tajam tetapi pada 2 titik, sehingga
bayangan yang dihasilkan tampak silendris.

20

BAB IV
PENUTUP
A Simpulan
Dari anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi didapatkan diagnosis dari
pasien ini adalah OD hordeolum internum. Adapun penatalaksanaan pasien
ini adalah kompres air hangat OD 15 menit 4 kali sehari, cendo xytrol EO
zalf OD 3 kali sehari, amoxicillin 500mg 3 kali sehari, natrium diklofenak
50mg 2 kali sehari dan vitamin B kompleks 3 kali sehari.
B Saran
Kebiasaan sehari-hari seperti tidur cukup, olah raga, dan udara segar
mungkin dapat bermanfaat bagi kesehatan dan kebersihan kulit dan palpebra.
Pasien disarankan untuk selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
menyentuh kulit di sekitar mata dan membersihkan minyak yang berlebihan di
tepi kelopak mata secara perlahan. Selain itu, pasien juga disarankan untuk
menjaga kebersihan wajah, membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh
wajah, dan menjaga kebersihan peralatan kosmetik mata.

23

21

DAFTAR PUSTAKA
1

Sundaram V, Barsam A, Alwitry A, Khaw P, eds. Oxford Specialty Training:


Training in Ophthalmology the Essential Clinical Curriculum. UK: Oxford
University Press; 2008. p.84.

Khurana AK, ed. Comprehensive Ophthalmology 4th Edition. New Delhi:


New Age International (P) Ltd Publishers; 2007. p.339-42; 44-6.

Lang G, ed. Ophthalmology: A Pocet Textbook Atlas 2nd Edition. New York:
Thieme; 2006. p. 37-9.

Sullivan JH, Shetlar DJ, Whitcher JP. Lids, Lacrimal Apparatus and Tears. In:
Riordan P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asburys General Ophthalmology.
California: McGraw-Hill; 2004. p. 78-81.

Ehrenhaus MP. Hordeolum. 2012. http://emedicine.medscape.com/article/


1213080

Ming AS, Constable IJ, eds. Color Atlas of Ophthalmology 3rd Edition.

Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J, eds. Pocket Atlas of


Ophthalmology. New York: Thieme; 2006. p. 26-9.

Bustos
DE.
Chalazion
on
Medline
Plus.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/ article/001006.htm

Nessette MJ. Hordeolum and Stye in Emergency Medicine. 2012.


http://emedicine.medscape.com/ article/798940

2010.

10 Wessels IF. Chalazion. 2011. http://emedicine.medscape.com/article/1212709

24

Anda mungkin juga menyukai