Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 2

DSM- IV mendefinisikan gangguan konversi sebagai gangguan yang ditandai oleh satu atau lebih gejala neurologis (sebagai contoh paralisis, kebutaan, dan parestesia) yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis yang di ketahui. Rasio wanita terhadap lelaki pada pasien dewasa adalah sekurangnya 2:1 dan sebanyaknya 5:1 ;anakanak memiliki penonjolan pada perempuan yang bahkan lebih tinggi lagi. Laki-laki dengan gangguan konversi seringkali terlibah dalam kecelakaan pekerjaan atau militer. Gangguan konversi dapat memiliki onset pada setiap usia.

Identitas

Pasien Nama : nn. I Jenis kelamin : Wanita Umur : 21 tahun Alamat : Pekerjaan : kontrak

Autoanamnesis Keluhan Utama: lemas, kedua kakinya nyeri sehingga

tidak mampu berdiri dan berjalan.


Riwayat Kehidupan pribadi: Nn. I menceritakan dirinya baru 8 bulan tinggal

dijakarta dengan harapan mendapat nafkah yang lebih baik daripada saat tinggal digunung kidul. Uang yang dicari tidak terkumpul kerna pasien ditipu teman yang sangat meyakinkan satu minggu yang lalu, padahal pasien baru sempat mengirim uang kepada ibunya sekali sahaja sebesar Rp 300 000.

Riwayat

Keluarga

Ia ke Jakarta bermaksud untuk mengumpulkan uang

untuk membiayai ibu nya yang sakit yang menderita sakit radang hati kronik dan kakinya lemah sehingga sulit berjalan. 5 hari yang lalu sakit ibunya menjadi padarah dan memerlukan perawatan inap di rumah sakit , pasien tidak dapat mengirim uang untuk berubat apalagi biaya untuk pulang ke gunung kidul kerna hingga saaat ini status pekerjaan pasien adalah, kontrak yang sewaktu waktu dapat di PHK.

Alloanamnesis
Riwayat Kehidupan Pribadi Pasien anak bungsu dari lima bersaudara, dua lakilaki dan 3 wanita. Saat kecil sampai lulus smp dimanjakan oleh seluruh anggota keluarga. Sering ngedat dan ngembek/ merajuk dan sering mencari perhatian, pasien diam saja bila dirinya diatur orang lain. Kurang percaya akan kemampuan dirinya, pasien tidak tahan dengan celaan dan pasien menarik diri dari hubungan sosial kerana takut tidak diterima lingkungan tersebut pasien tidak pernah tinggal kelas dan tamat SMU Gunung Kidul saat usia 18 tahun teman banyak tapi sangat mudah di pengaruhi teman temannya.

Pemeriksaan Fisik Tanda Vital Suhu : 36.5 tekanan darah : 110/80 nadi : 78/menit kuat teratur pernafasan : 110/menit, teratur lega Pemeriksaan tungkai bawah: kedua kaki supel bila digerak-gerakkan tidak ada kaku atau hambatan sekali-kali ada kontraksi otot-otot tungkai dan jari-jari kakinya reflex positif, reflex patologis.

Pemeriksaan Tambahan Pemeriksaan saraf: NI- NIV baik, tidak tampak kaku kuduk, tremor atau kaku-kaku.

Pemeriksaan Psikiatri Afek ,emosi :normotim isi fikir: baik. Sikap :kooperatif dan dapat mengikut dan melaksanakan semua perintah yang diberikan . Pasien tenang, agak cemas, menerima dan pasrah pada keadaan, tidak menunjukkan adanya perasaan yang jelas menonjol ataupun tanda-tanda kesedihan yang mendalam, tidak terlintas pikiran untuk bunuh diri. Pemeriksaan Laboratorium Hb, AE, AL :normal Elektrolit :normal Urin :normal Imonologi :normal Fototoraks : normal

Diagnosis kerja Gangguan Konversi Diagnosis banding Malingering Factitous

A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain. B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain. C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpurapura). D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.

E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan medis. F.Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih baik olehgangguan mental lain.Sebutkan tipe gejala atau defisit: -Dengan gejata atau defisit motorik -Dengan gejala atau defisit sensorik -Dengan kejang atau konvulsi -Dengan gambaran campuran

DSM-IV Axis I : 300.11 Gangguan konversi Axis II : 301.82 Gangguan personalitas menghindar denga ciri dependent dan histrionik Axis III : Axis IV : masalah sosial, keluarga, pekerjaan, ekonomi Axis V : 80-71 Gejala akut dan merupakan reaksi dari stressor sosial (contoh: Tidak dapat konsentrasi setelah perdebatan keluarga); tidak lebih dari gangguan minimal dalam sosial , pekerjaan dan fungsi sekolah.

Faktor Psikoanalitik Represi konflik intrapsikis bawah sedar dan konversi kecemasan ke dalam suatu gejala fisik. Gejala memungkinkan ekspresi sebagian keinginan atau keinginan yang dilarang tetapi tersembunyi sehingga pasien tidak perlu secara sedar berhadapan dengan impuls yang mereka tidak dapat terima. Faktor Biologis Gejala mungkin disebabkan oleh kesadaran kortikal yang berlebihan yang mematikan loop umpan balik negative antara korteks serebral dan formasi retikularis batang otak. Peningkatan tingkat keluaran kontrifugal, sebalikknya menghambat kesedaran pasien akan sensasi tubuh, dimana beberapa pasien gangguan konversi dapat menjelaskan defisit sensorik yang diamati

:Pemberian obat anti ansietas: diazepam, nonbenzodiazepin Psikodinamika : menggali masalah pasien. CBT (cognitive behavior therapy) :menceritakan pada pasien bahawa gejalanya adalah tidak nyata yang dapat menyebabkan pemburukan.
Medikamentosa

Ad

vitam Ad sanationam Ad fungtionam

: bonam : dubia ad bonam : bonam

Secara keseluruhan prognosis baik jika, - onset akut - stressor jelas - interval pendek antara onset dan terapi -intelegensi atas rata -paralisis

nn. I

didiagnosis dengan keluhan lemah tungkai kaki tanpa ditemukan kelainan organic pada pemeriksaan neurologis maupun pemeriksaan lab. Oleh itu ia di diagnose sebagai mempunyai gangguan konversi. Dimana terdapat represi konflik intrapsikis bawah sedar dari internal dan eksternal serta ada konversi kecemasan ke dalam suatu gejala fisik yang dikeluhkan pasien. Pasien ini diberikan terapi medikamentosa ansiolitik serta cognitive behavior therapy dan terapi psikodinamik.

Departemen Kesehatan R.I. 1993.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI : Jakarta Kaplan, B.J., Sadock, V.A, 2007, Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry : Behavioral Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan. Airlangga University Press : Surabaya Nevid, J.S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal Jilid I.Edisi 5. PenerbitErlangga : Jakarta Pardamean E. 2007. Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka Menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia : Gangguan Somatoform. Ikatan Dokter Indonesia Cabang Jakarta Barat. Tomb, D. A. 2004.Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. EGC : Jakarta

Terima

kasih

Anda mungkin juga menyukai