Abstrak
Gangguan kecemasan di era sekarang banyak dialami oleh berbagai rentang usia dari remaja
hingga lansia. Adapun berbagai macam jenis gangguan kecemasan salah satunya adalah gangguan
kecemasan sosial. Gangguan kecemasan sosial (Social Anxiety Disorder/SAD) merupakan kondisi di
mana adanya perasaan ketakutan atau kecemasan yang intens terhadap situasi sosial di mana individu
merasa diamati atau diteliti. Termasuk diantaranya dalam interaksi sosial seperti bertemu orang asing,
diamati saat makan atau minum, dan ketika individu tersebut tampil di depan umum. Berbagai macam
upaya dan terapi guna menurunkan tingkat kecemasan sosial, salah satunya yaitu terapi perilaku kognitif
(Cognitive Behavioral Therapy/CBT). Dalam penulisan studi ini menggunakan 13 literatur yang berupa
jurnal ilmiah dalam pembatasan waktu 10 tahun terakhir. Pada akhir hasil studi ini menunjukkan bahwa
terapi perilaku kognitif memberi pengaruh dari pemikiran negatif menjadi lebih rasional pada orang
dengan gangguan kecemasan sosial.
Kata Kunci: gangguan kecemasan sosial, SAD, terapi perilaku kognitif, CBT
Referensi: 42 (2012-2022)
Abstrak
Anxiety disorders in the current era are experienced by various age groups from teenagers to the
elderly. There are various types of anxiety disorders, one of which is social anxiety disorder. Social
anxiety disorder (Social Anxiety Disorder/SAD) is a condition in which there is a feeling of intense fear
or anxiety about social situations in which the individual feels observed or investigated. This includes
social interactions such as meeting strangers, being observed while eating or drinking, and when the
individual appears in public. Various kinds of efforts and therapies to reduce the level of social anxiety,
one of which is cognitive behavioral therapy (Cognitive Behavioral Therapy). In writing this study, 13
literatures in the form of scientific journals were used within the last 10 years. In the end, the results of
this study showed that cognitive behavioral therapy gave the effect of negative thinking to be more
rational in people with social anxiety disorder.
Pendahuluan
Gangguan kecemasan adalah gangguan jiwa paling umum atau sering terjadi. 1 Di antara
semua penyakit mental, gangguan kecemasan, termasuk gangguan panik dengan atau tanpa
agorafobia, gangguan kecemasan umum (GAD), gangguan kecemasan sosial (SAD), fobia
spesifik, dan gangguan kecemasan akan perpisahan, adalah yang paling sering. 2 Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) mendefinisikan gangguan kecemasan (anxiety)
sebagai perasaan takut berlebihan yang terjadi pada seseorang yang berdampak pada
terganggunya kegiatan sehari-hari.3 Kecemasan dikaitkan dengan tiga atau lebih gejala berikut
selama minimal 6 bulan: gelisah, merasa tegang atau gelisah, mudah lelah, sulit berkonsentrasi
atau pikiran menjadi kosong, lekas marah, ketegangan otot, gangguan tidur, dan lekas marah.1
Studi literatur ini akan lebih menekankan pembahasan tentang gangguan kecemasan
sosial (social anxiety disorder) atau dikenal dengan istilah lain yaitu fobia sosial. Gangguan
kecemasan sosial adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya ketakutan yang nyata dan
terus-menerus merasa akan dipermalukan atau diamati oleh orang lain. 4 Menurut American
Psychiatric Association dalam buku DSM edisi ke 5 mendefiniskan gangguan kecemasan sosial
atau dikenal dengan istilah fobia sosial adalah perasaan ketakutan atau kecemasan yang intens
terhadap situasi sosial di mana individu merasa diamati atau diteliti. Termasuk diantaranya
dalam interaksi sosial seperti bertemu orang asing, diamati saat makan atau minum, dan ketika
individu tersebut tampil di depan umum.5
Kecemasan sosial menurut Davison, dkk merupakan ketakutan menetap dan irrasional
yang umumnya berkaitan dengan keberadaan orang lain. Sedangkan menurut Hofmann dan
Dibartolo kecemasan sosial merupakan kecemasan (ketidaknyamanan emosional, ketakutan dan
kekhawatiran) tentang situasi sosial, interaksi dengan orang lain, dan merasa diamati oleh orang
lain.6 Secara garis besarnya bahwa gangguan kecemasan sosial (SAD) ditandai dengan ketakutan
berlebihan akan rasa malu, penghinaan, atau penolakan ketika terkena kemungkinan evaluasi
negatif oleh orang lain ketika terlibat dalam kinerja publik atau interaksi sosial.7
Metodologi
Metode penelitian yang digunakan alam penelitian ini yaitu metode literature review.
Metode literature review ini digunakan ntuk mengumpulkan, mengidentifikasi, mengevaluasi
dan juga menginterpretasikan faktor yang berkontribusi pada penggunaan Terapi Perilaku
Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy/CBT) sebagai salah satu terapi efektif pada orang
dengan gangguan kecemasan sosial (Social Anxiety Disorder/SAD). Penelitian ini menggunakan
database online ilmiah yang mendukung dalam pemberian data seputar topik yang diangkat
sesuai judul tinjauan pustaka ini, seperti; Google Scholar atau Google Cendikiawan, Pubmed,
Science Direct dan jurnal ilmiah lainnya yang dapat memberikan informasi data yang perlu
disajikan berdasarkan kata kunci cognitive behavioral therapy, terapi kognitif dan perilaku,
social anxiety disorder, social phobia, dan gangguan kecemasan. Dari hasil pencarian didapatkan
sebanyak 13 jurnal dan artikel yang memiliki keterkaitan dan dapat dikembangkan karena
memberi informasi yang diperlukan alam penulisan literature review ini. Diharapkan dengan
literature review ini dapat memberikan informasi terkait efektivitas terapi perilaku kognitif
(Cognitive Behavioral Therapy/CBT) pada orang dengan gangguan kecemasan sosial.
Hasil Penelitian
Judul Subjek
No. Peneliti Metode Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1. Creswell, Cognitive Metode yang Delapan terapis CT-SAD-A
Cathy et therapy digunakan menerima (Cognitive therapy
al 31
compared pada pelatihan CT- for social anxiety
with CBT for penelitian ini SAD-A. Dua disorder in
social adalah belas orang adolescent adalah
anxiety menggunaka muda menerima pengobatan yang
disorder in n uji acak CT-SAD-A, direkomendasikan
adolescents: terkendali disampaikan untuk remaja dengan
a feasibility oleh enam SAD (Social anxiety
study (2021) terapis. Enam disorder), tetapi
orang muda, CAMHS (child and
enam orang tua, adolescent mental
tujuh terapis dan health services)
tiga manajer memiliki tantangan
berpartisipasi untuk
dalam implementasinya
wawancara
kualitatif
2. McEvoy Transportabi Metode Subjek Hasil penelitian
PM, et al32 lity of penelitian penelitian ini menunjukkan bahwa
imagery- analitik adalah 123 perawatan
enhanced orang Australian melibatkan 12 sesi
CBT for community kelompok 2 jam
social mental health ditambah satu bulan
anxiety clinic (Centre tindak lanjut.
disorder for Clinical Perlakuan
(2018) Interventions) retensi sebanding di
dari tenaga kedua klinik (74% vs
kesehatan 78%, 9/12 sesi) dan
profesional ukuran efek antar-
situs sangat
kecil dan tidak
signifikan pada hasil
utama (kecemasan
interaksi sosial, d =
0,09, p = 0,752)
3. Neufeld A Metode Subjek Hasil penelitian
CB, et al33 randomized penelitian penelitian ini menunjukkan bahwa
clinical trial yang adalah Peserta terapi CBT dalam
of group and digunakan termasuk 86 penatalaksanaan
individual adalah dewasa muda SAD merupakan
Cognitive- randomized (66 perempuan, gold standar
Behavioral clinical tria 46%)
Therapy (RCT) didiagnosis
approaches dengan SAD, 26
for Social di antaranya
Anxiety awalnya
Disorder dialokasikan
(2020) untuk
Intervensi
TBCT, 27 ke
intervensi Grup
CBT, dan
33 ke kontrol
daftar tunggu
4. Rukmini Identifying Metode Subjek Hasil penelitian
S, et al34 mediators of penelitian penelitian ini menunjukkan bahwa
cognitive yang adalah Lima Perubahan self-
behaviour digunakan puluh orang efficacy sosial yang
therapy and adalah dewasa dengan dirasakan dan
exposure randomized diagnosis utama perkiraan biaya
therapy clinical tria gangguan sosial memprediksi
for social (RCT) kecemasan perubahan
anxiety sosial (SAD) kecemasan sosial.
disorder direkrut dari Kontrol emosional
(SAD) using perguruan tinggi yang dirasakan
repeated pusat perawatan bukanlah prediktor
measures dan secara acak signifikan dari
(2021) ditugaskan perubahan
untuk menerima kecemasan sosial.
CBT (N=25) Tidak ada perbedaan
atau EXP yang signifikan
(N=25). antara kedua
kelompok.
5. Cuijpers Relative Metode yang Sampel yang Hasil penelitian
P, et al35 effects of digunakan digunakan menunjukkan bahwa
cognitive and adalah adalah 42 jurnal efek pengobatan
behavioral metode untuk gangguan
therapies on metaanalisis panik yang diukur
generalized pada BAI (13,33
anxiety poin; 95% CI: 10,58-
disorder, 16,07) secara
social signifikan (p =
anxiety 0,001) lebih besar
disorder and daripada ukuran efek
panic pada GAD (6,06
disorder: A poin; 95% CI: 3,96–
meta- 8,16) dan SAD (5,92
analysis poin; 95% CI: 4,64–
(2016) 7,20).
6. Asrori36 Terapi Metode Sampel pada Hasil penelitian
Kognitif penelitian penelitian ini menunjukkan bahwa
Perilaku yang adalah Terapi Kognitif
Untuk digunakan mahasiswa yang Perilaku berhasil
Mengatasi adalah studi memiliki kriteria menurunkan tingkat
Gangguan kasus gangguan kecemasan kedua
Kecemasan kecemasan subjek dengan
Sosial (2015) sosial, dari mengubah
UPT Bimbingan pemikiran negatif
Konseling menjadi pemikiran
Universitas yang positif dan
Muhammadiyah rasional.
Malang
Pembahasan
Penelitian Creswell melakukan penelitian pada anak dan remaja/dewasa muda dengan
gangguan kecemasan sosial (SAD) melalui intervensi CT-SAD-A (Cognitive therapy for social
anxiety disorder in adolescent) dimana dari hasil yang didapat 9 dari 12 peserta menunjukkan
penurunan 85% gejala klinis dari gangguan kecemasan sosial sedangkan yang lainnya tidak
menurun signifikan kemungkinan disebabkan waktu yang tidak cukup lama atau kemampuan
terapis. Kelebihan dari literatur ini yaitu pembahasan singkat, padat, dan jelas terkait efektivitas
dari terapi CBT untuk orang dengan gangguan kecemasan sosial, tetapi jumlah sample yang
sedikit akan menyebabkan data yang dihasilkan homogen.30
Penelitian McEvoy dilakukan dalam 12 sesi selama 2 jam ditambah 1 bulan tindak lanjut
dimana terjadi penurunan walaupun tidak signifikan karena klien dilaporkan memiliki gejala
yang parah dan tidak mungkin sembuh dengan intervensi 12 minggu. Penelitian dibagi menjadi 2
group yaitu secara independent dan development dimana independent clinic group di fasilitasi
oleh instruksi terapis yang komprehensif, selebaran pasien, dan lembar kerja. Sedangkan untuk
development clinic group di fasilitasi oleh para ahli atau psikolog klinis tingkat doctoral, atau
psikolog klinis dan magang. Namun kedua kelompok tersebut memiliki hasil perbandingan tipis
dimana independent clinic group terdapat 79,40% dan development clinic group terdapat 80,07%
penurunan gangguan kecemasan sosial setelah dilakukan CBT.31 Kelebihan dari literatur ini
adalah pembahasan singkat, padat, dan jelas namun memiliki kekurangan dalam hasil akhir yang
tidak menurun secara signifikan.31
Penelitian Neufeld hampir serupa dengan penelitian McEvoy dimana melakukan
perbandingan antara 2 intervensi yaitu individu dan kelompok terhadap efektivitas CBT. Dengan
jumlah sample sebanyak 86, dimana n=26 untuk CBT individu, n=27 untuk CBT group, dan
n=33 dalam control daftar tunggu. Didapatkan pengurangan gejala kecemasan sosial TBCT dan
CBT group dibandingkan dengan control daftar tunggu. Sedangkan antara TCBT dan group CBT
tidak menunjukkan perbandingan signifikan (y = 1.15 p > .05). 32 Kelebihan dari literatur ini yaitu
informasi yang disajikan jelas mengenai efektivitas terapi CBT pada dewasa muda serta
memiliki hasil yang sesuai dimana terjadi penurunan gejala SAD setelah pemberian terapi CBT,
namun kekurangannya peneliti terdapat kendala terkait responden yang intervensinya dihentikan
atau ditunda karena berbagai alasan.32
Berdasarkan penelitian Rukmini yang melakukan perbandingan antara 2 terapi yaitu CBT
dan EXP (exposure therapy) untuk gangguan kecemasan sosial. Dari penelitian dengan subjek
berjumlah 50 orang berusia antara 18 dan 45 tahun, dimana n=25 untuk CBT dan n=25 untuk
EXP. Setelah dilakukan terapi dan follow up sample akhir menjadi 40 (CBT n=22 dan EXP
n=18) dikarenakan berbagai faktor seperti jarak, waktu, dan tanpa alasan yang jelas. Dari hasil
sample yang didapat, sebelum dilakukannya CBT pada hasil LSAS-SR didapatkan nilai
mean=90,72 ; SD=19,49 dan LSAS-CA memiliki nilai mean=81,96 ; SD=19,43. Setelah
dilakukan terapi CBT /pasca terapi hasil yang didapatkan LSAS-SR nilai mean=44,50 ;
SD=30,79 dan LSAS-CA nilai mean=39,55 ; SD=32,13 sehingga dilaporkan terjadi penurunan
setelah dilakukan CBT dan untuk perbandingan antar kelompok CBT dan EXP tidak signifikan.
Kelebihan dari literatur ini untuk sisi pembahasannya singkat, padat, dan jelas terkait efektivitas
CBT untuk gangguan kecemasan sosial, namun kekurangannya yaitu memiliki jumlah sample
yang kecil dan kurangnya data tindak lanjut yang memadai.33
Penelitian Cujipers menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi perilaku kognitif
menunjukkan efek penurunan yang signifikan setelah disesuaikan dengan tingkat keparahan awal
yaitu dengan hasi 5,92 poin; (95% CI:4,64-7,20). Kelebihan dari literatur ini yaitu untuk sisi
pembahasannya cukup jelas terkait hasil akhir penelitian, tetapi kurangnya yaitu memiliki
keterbatasan penelitian dalam subkelompok serta tidak berfokus pada SAD saja.34
Penelitian Asrori dilakukan pada 2 subjek mahasiswa yang memiliki gangguan
kecemasan sosial dengan nilai di atas 60 berdasarkan skala SUD (Subjective Unit Disturbance)
dimana angka 0 berarti tidak ada kecemasan sama sekali dan angka 100 berarti tingkat
kecemasan tinggi. Sehingga dari beberapa sesi yang diikuti oleh subjek tersebut terjadi
penurunan kecemasan sosial. Kelebihan dari literatur ini yaitu untuk sisi pembahasannya singkat,
padat, dan jelas terkait hasil akhir penelitian, tetapi kurangnya dari jumlah sample yang sedikit
dan terbatas pada mahasiswa saja.35
Hasil penelitian Hunger-Schoppe menunjukkan bahwa sebelum dilakukannya terapi CBT
untuk hasil diagnostic SCID yaitu pada kriteria SAD sedang dengan diagnostik khusus melalui
LSAS -SR didapatkan total skor 105 (cutoff, 30), SIAS dengan skor 46 (cutoff, 35), dan SPS
dengan skor 29 (cutoff, 24). Setelah dilakukan terapi CBT untuk hasil LSAS-SR didapatkan skor
42 (cutoff, 30), SIAS pada skor 17 (cutoff, 35), dan SPS dengan skor 11 (cutoff, 24) sehingga
disimpulkan bahwa pasca terapi perilaku kognitif terjadi penurunan gangguan kecemasan sosial.
Kelebihan dari literatur ini adalah informasi lengkap mengenai SAD pada pasien sebelum dan
sesudah terapi, namun memiliki kekurangan dalam sample yang terbatas pada mahasiswa
kedokteran berusia 23 tahun.36
Penelitian Hunger dilakukan dengan subjek sebanyak 16 dalam intervensi 12 bulan atau
28 sesi. Didapatkan hasil akhir setelah uji skala LSAS dan SIAS menunjukkan terjadi
pengurangan gejala gangguan kecemasan sosial.37 Kelebihan dari literatur ini adalah informasi
yang diberikan lengkap terkait CBT dan gangguan kecemasan sosial, tetapi kekurangan dalam
jumlah sample sehingga dapat menyebabkan data yang dihasilkan homogen. 37 Penelitian Ogawa
menunjukkan pada jumlah subjek sebanyak 96 didapatkan hasil terjadi penurunan pasca terapi
secara signifikan (p<0.05) dilihat dengan skala penilaian LSAS. Kelebihan dari literatur ini
adalah penjelasan singkat, padat, dan jelas dengan jumlah sample yang sudah sesuai.
Kekurangan dari literatur ini yaitu memiliki kekurangan data dari setiap sesi CBT serta selama
terapik CBT subjek tetap boleh mengkonsumsi obat antidepresan dan benzodiazepine.28
Penelitian McAleavey menunjukkan bahwa terjadi tingkat keberhasilan dilaporkan oleh
responden (77,6%) yang cukup tinggi dalam mengobati SAD dan peserta survey merasa bahwa
CBT sangat membantu mereka dalam mengurangi gejala gangguan kecemasan sosial. Namun
dalam penelitian ini terapis mengatakan bahwa CBT bisa kurang efektif jika kurangnya
hubungan terapis dan pasien, rasa takut yang realistis, motivasi kurang dari diri sendiri (pasien).
Kelebihan dari literatur ini yaitu pembahasan singkat, padat, dan jelas terkait manfaat terapi CBT
untuk orang dengan gangguan kecemasan sosial, tetapi memiliki kekurangan dimana dari jumlah
semua sample, tidak semua survei selesai sampai akhir.38
Penelitian Pinjarkar menunjukkan bahwa terjadinya penurunan kecemasan sosial pasca
terapi CBT dimana terjadi perubahan dalam kisaran 56% hingga 95%. Pada pasien A,B,D,F,G
terjadi penurunan signifikan terkait SAD sedangkan pasien C dan E terjadi penurunan namun
tidak signifikan.39 Kelebihan dari literatur ini yaitu pembahasan singkat, padat, dan jelas terkait
informasi yang mengenai efektivitas CBT pada pasien dengan gangguan kecemasan sosial.
Kekurangannya adalah terapi CBT yang dilakukan singkat dan memerlukan durasi lebih lama
sehingga lebih efektif.39 Hasil penelitian Behera yang dilakukan dengan jumlah sample akhir 40
dan intervensi 16-20 minggu dilanjutkan dengan follow up 2 bulan ditemukan terjadinya
penurunan pasca terapi CBT yang diuji dengan skala LSAS dan SIAS. Hasil pada SIAS sebelum
terapi yaitu 38,1 (SD=8,7) dan pasca intervensi 32,4 (SD=7,9) dan terjadi penurunan yang tidak
signifikan setelah dilakukan follow up yaitu 31,7 (SD=7,3). Sedangkan pada LSAS sebelum
terapi yaitu 69,2 (16,3), pascaintervensi 57,5 (SD=14,2) namun setelah dilakukan follow up
terjadi sedikit peningkatan yaitu 58,6 (SD=9,2).40 Kelebihan dari literatur ini adalah pembahasan
jelas mengenai terapi CBT yang lebih efektif pada orang dengan gangguan kecemasan sosial dan
dilakukan dengan durasi lebih lama. Kekurangannya adalah penelitian lebih menunjukkan
kombinasi terapi CBT dengan terapi farmakologi.40
Penelitian Fitriana dilakukan dengan subjek sebanyak 9 siswa kelompok kontrol dan 9
siswa kelompok eksperimen yang memiliki gangguan kecemasan sosial. Hasil yang didapatkan
untuk kelompok eksperimen menunjukkan terjadi penurunan signifikan setelah dilakukan
konseling CBT sedangkan untuk kelompok control terjadi penurunan sedikit dikarenakan
dilakukan konseling tanpa CBT. Hal ini membuktikan bahwa terapi CBT efektif dalam
menurunkan gangguan kecemasan sosial. Kelebihan dari literatur ini adalah penjelasan singkat,
padat, dan jelas terkait efektivitas terapi CBT pada orang dengan gangguan kecemasan sosial
yang menggunakan atau tidak terapi tersebut. Kekurangannya yaitu responden terbatas pada
siswa dengan jumlah sample sedikit.41
Beberapa teori secara psikologi menjelaskan terjadinya gangguan kecemasan sosial serta
terapinya. Tiap perspektif teoritis saling berbeda satu dengan yang lain dalam berbagai teknik
dan tujuannya, akan tetapi terdapat satu hal yang sama, yaitu mendorong individu/klien untuk
menghadapi berbagai sumber kecemasannya dan berusaha untuk tidak menghindar. Beberapa
perspektif dari segi teoritis tersebut diantaranya perspektif Psikoanalisa, Humanistik, Biologis,
Kognitif dan Belajar. Salah satu yang digunakan untuk menjelaskan kecemasan sosial dan sering
digunakan sebagai landasan adalah teori perilaku kognitif. Dengan teori tersebut kecemasan
klien bersumber pada pemikiran serta keyakinan irrasionalnya. Beberapa dari keyakinan
irrasional tersebut akan membentuk suatu keyakinan negatif dan berkembang sehingga klien
memaknai situasi secara salah. Hal tersebut mempengaruhi reaksi emosional dan perilaku klien.
Terapi Perilaku Kognitif digunakan karena berbagai temuan terbukti adanya komponen kognitif
yang kuat pada gangguan kecemasan sosial. Umumnya, individu yang mengalami gangguan
kecemasan sosial ini mempersepsikan ketidakmampuan diri mereka secara lebih negatif daripada
orang lain. Sedangkan dari sisi behavioral, situasi yang ditakuti menjadi suatu reinforcement
negatif pada gangguan kecemasan sosial. Adapun teknik dari terapi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu restrukturisasi kognitif, exposure, dan relaksasi. Hal tersebut sesuai dengan
yang disampaikan oleh Antony dan Swinson (2000) yang menyimpulkan bahwa strategi utama
dari pemberian Terapi Perilaku Kognitif adalah mengubah pemikiran dan keyakinan
irrasionalnya menjadi pemikiran dan keyakinan rasional yang lebih sehat dan positif. Selanjutnya
individu dihadapkan langsung dengan situasi yang membuatnya tidak nyaman (exposure), dan
terakhir menambahkan dengan berbagai keterampilan sosial.35
CBT adalah metode yang banyak digunakan dalam pengaturan dan populasi yang
berbeda dengan bukti bahwa itu bekerja lintas kelompok budaya, tetapi pendekatannya mungkin
perlu disesuaikan agar sesuai budaya dan lingkungan individu. CBT mengasumsikan bahwa
pengguna layanan memiliki kapasitas untuk mengeksplorasi bagaimana pikiran, perasaan, dan
perilaku mereka berkontribusi pada presentasi masalah, dan bahwa mereka memiliki kapasitas
untuk menanggapi konsekuensi dan/atau penguatan; karena ini, CBT mungkin tidak sesuai dalam
situasi atau keadaan di mana pengguna layanan tidak memiliki kapasitas ini atau mungkin perlu
disesuaikan agar sesuai dengan kebutuhan pengguna layanan. CBT dirancang untuk individu (i)
yang mengalami tekanan dan/atau disfungsi psikologis; dan (ii) yang mampu dan bersedia untuk
mengeksplorasi bagaimana pikiran, perasaan dan perilaku mereka berkontribusi terhadap
masalah atau untuk menanggapi intervensi yang bertujuan untuk mengubah individu pikiran,
perasaan dan perilaku, (iii) yang mampu dan mau mengeksplorasi bagaimana pikiran, perasaan,
dan perilakunya berkontribusi pada masalah; dan
(iv) yang mampu dan mau menanggapi intervensi yang bertujuan untuk mengubah pikiran,
perasaan, dan perilaku individu.27 Terapi kelompok digunakan apabila pasien yang mengalami
karakteristik gangguan seperti kebingungan konsep diri, harga diri rendah, perubahan persepsi
sensori halusinasi, kekerasan, atau menarik diri dari lingkungan sosial yang sudah tidak dapat
ditangani lagi oleh terapi yang bersifat individual. Perawatan kelompok memiliki sejumlah
keunggulan dibandingkan terapi individu, tetapi juga menghadirkan sejumlah tantangan unik.
keuntungan termasuk kelompok sosial siap pakai untuk praktik paparan. kelompok menyediakan
audiens, forum untuk umpan balik, dan kesempatan untuk diskusi yang mendukung.25
Berdasarkan dari jurnal Behera yang melakukan penelitian terhadap perbandingan terapi
pada orang dengan gangguan kecemasan sosial yang menggunakan antidepresan PX dan CBT
kombinasi dengan PX didapatkan bahwa antidepresan saja tidak cukup bagi sebagian orang yang
mengalami gangguan ini, terbukti dari hasil yang sangat signifikan secara statistik dalam mean
skor, sehingga perlu kombinasi terapi CBT.41 Hal ini menjelaskan bahwa pasien yang mengalami
gangguan kecemasan sosial jika tidak efektif setelah pemberian anti depresan, maka akan
dilakukan dengan terapi CBT.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi literatur ini menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif
(cognitive behavioral therapy/CBT) sangat efektif pada remaja dan dewasa muda dikarenakan
sikap responsif dan kooperatifnya selama terapi berlangsung terlebih generasi sekarang semakin
banyak yang peduli dengan kesehatan mental sehingga terapi ini menjadi salah satu opsi terbaik.
Selain itu, terapi perilaku kognitif juga menjadi gold standar dalam terapi non farmakologi dan
sebagai pilihan pertama apabila pemberian farmakologi tidak menunjukkan keefektifitasannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi perilaku kognitif atau CBT efektif dalam menurunkan
orang dengan gangguan kecemasan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
1. Adwas AA, Jbireal JM, Azab AE. Anxiety: insights into signs, symptoms, etiology,
pathophysiology, and treatment. 2019;2(10):580–91.
2. Bandelow B, Michaelis S. Epidemiology of anxiety disorders in the 21st century. Clinical
research. 2015;17(3):327–35.
3. Livia Prajogo S, Yudiarso A. Metaanalisis efektivitas acceptance and commitment
therapy untuk menangani gangguan kecemasan umum. Psikologika. 2021;26(1):85–100.
4. Leigh E, Clark DM. Understanding social anxiety disorder in adolescents and improving
treatment outcomes: applying the cognitive model of clark and wells (1995). Clin Child
Fam Psychol Rev. 2018;21:388–414.
5. American Psychiatric Association, American Psychiatric Association, editors. Diagnostic
and statistical manual of mental disorders: dsm-5. 5th ed. Washington, D.C: American
Psychiatric Association; 2013. 947 p.
6. Pratiwi D, Mirza R, Akmal ME. Kecemasan sosial ditinjau dari harga diri pada remaja
status sosial ekonomi rendah. 2019;9(1):21–34.
7. Rose GM, Tadi P. Social anxiety disorder. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555890/ (diakses 11 Oktober 2021).
8. WHO World Mental Health Survey Collaborators, Stein DJ, Lim CCW, Roest AM, de
Jonge P, Aguilar-Gaxiola S, et al. The cross-national epidemiology of social anxiety
disorder: data from the world mental health survey initiative. BMC Med. 2017;15(1):1–
21.
9. National Collaborating Centre for Mental Health (Great Britain), editor. Social anxiety
disorder: recognition, assessment and treatment. Leicester: The British Psychological
Society; 2013. 320 p.
10. Afriyenti LU. Intervensi cogntive behavioral therapy pada pasien dengan gangguan
kepribadian menghindar (avoidant). JHS. 2021;2(2):208–15.
11. Chand SP, Marwaha R. Anxiety. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022. Available from: Error! Hyperlink reference not valid.
(diakses 28 Januari 2022).
12. Sekartaji M, Sari RP, Irsan M, Adnan M, Aquaira LP, Farahiya SR, et al. Relationship
between anxiety and insomnia in clinical clerkship students during covid-19 pandemic. J
Community Empowerment for Health. 2021 Apr 16;4(1):21.
13. Brahmbhatt A, Richardson L, Prajapati S. Identifying and managing anxiety disorders in
primary care. The Journal for Nurse Practitioners. 2021 Jan;17(1):18–25.
14. Rustam MZA, Nurlela L. Gangguan kecemasan dengan menggunakan self reporting
questionaire (srq-29) di kota surabaya. JKMM. 2021 Aug 25;3(1):39.
15. Anindyajati G, Wiguna T, Murtani BJ, Christian H, Wigantara NA, Putra AA, et al.
Anxiety and its associated factors during the initial phase of the covid-19 pandemic in
indonesia. Front Psychiatry. 2021 Mar 10;12:634585.
16. Chang M, Hasan S, Suwangto EG, Widjaja NT. Relationship between anxiety and sleep
quality in patients attending kecamatan penjaringan public health center, north jakarta.
phpma. 2020 Jul 1;8(1):41.
17. Kusumadewi M, Ariani NKP. Prevalens social anxiety disorder pada remaja di sma
negeri 4 denpasar. 2019;8:6.
18. Cruz ELD da, Martins PD de C, Diniz PRB. Factors related to the association of social
anxiety disorder and alcohol use among adolescents: a systematic review. Jornal de
Pediatria. 2017 Sep;93(5):442–51.
19. Ollendick TH, Ryan SM, Capriola-Hall NN, Salazar IC, Caballo VE. Evaluation of the
reliability and validity of the social anxiety questionnaire for children in adolescents with
social anxiety disorder. J Psychopathol Behav Assess. 2019 Mar;41(1):16–24.
20. Kalalo B, Marlietama CA, Cristabel G. Validitas alat ukur liebowitz social anxiety scale
(lsas). Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya. 2021;10(1):9.
21. Schneier F, Goldmark J. Social Anxiety Disorder. In: Stein DJ, Vythilingum B, editors.
Anxiety disorders and gender [internet]. Cham: Springer International Publishing; 2015
[cited 2022 Mar 17]. p. 49–67. Available from: http://link.springer.com/10.1007/978-3-
319-13060-6_3
22. Anxiety disorder. U.S Department of Health and Human Services: National Institute of
Health. Available from:
https://www.michigan.gov/documents/ose/NIMH_Anxiety_200001_7.pdf (diakses 30
Januari 2022)
23. Brandenburg A. Cognitive behavioral therapy for anxiety disorders. 2017; 59.
24. Ahmad EH. Cognitive-behavioral therapy untuk menangani kemarahan pelaku bullying
di sekolah. JBKI. 2019 Mar 15;4(1):14.
25. Hofmann SG, Otto MW. Cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder:
evidence-based and disorder-specific treatment techniques. 2018.
26. Adawiya R, Noviekayati I. Terapi perilaku kognitif (cognitif behaviour theraphy) bagi
individu perfeksionis. 2019;8.
27. Teater B. Cognitive behavioural therapy. City University of New York. 2013. Available
from: https://www.researchgate.net/publication/264932879 (diakses 31 Januari 2022)
28. Vurqaniati M. Penerapan terapi perilaku kognitif/cognitive behavior therapy (cbt) pada
klien dengan gangguan hipokondriasis di rumah tahanan pondok bambu jakarta timur.
Cognitive Behavior Therapy. 2017;6(2):17.
29. Ogawa S, Imai R, Suzuki M, Furukawa TA, Akechi T, Ferraro L. The relationship
between symptoms and social functioning over the course of cognitive behavioral therapy
for social anxiety disorder. Psychiatry Journal. 2020 Sep 28;2020:1–7.
30. Wahidah F, Adam P. Cognitive behaviour therapy untuk mengubah pikiran negatif dan
kecemasan pada remaja. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi Universitas Indonesia.
2019; 3(2):61
31. Creswell, Cathy et al. “Cognitive therapy compared with cbt for social anxiety disorder in
adolescents: a feasibility study.” Health Technology Assessment. 2021; 25(20): 1–93.
32. McEvoy PM, Erceg-Hurn DM, Barber KC, Dupasquier JR, Moscovitch DA.
Transportability of imagery-enhanced cbt for social anxiety disorder. Behaviour Research
and Therapy. 2018;106:86–94.
33. Neufeld CB, Palma PC, Caetano KAS, Brust-Renck PG, Curtiss J, Hofmann SG. A
randomized clinical trial of group and individual cognitive-behavioral therapy approaches
for social anxiety disorder. International Journal of Clinical and Health Psychology. 2020
Jan;20(1):29–37.
34. Rukmini S, Sudhir PM, Bhaskar A, Arumugham SS. Identifying mediators of cognitive
behaviour therapy and exposure therapy for social anxiety disorder (SAD) using repeated
measures. Journal of Affective Disorders Reports. 2021 Dec;6:100194.
35. Cuijpers P, Gentili C, Banos RM, Garcia-Campayo J, Botella C, Cristea IA. Relative
effects of cognitive and behavioral therapies on generalized anxiety disorder, social
anxiety disorder and panic disorder: A meta-analysis. Journal of Anxiety Disorders. 2016
Oct;43:79–89.
36. Asrori A. Terapi kognitif perilaku untuk mengatasi gangguan kecemasan sosial.
2015;03:19.
37. Hunger-Schoppe C. Cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder:
intrapersonal and interpersonal aspects and clinical application. InTech. 2018 Available
from: http://www.intechopen.com/books/cognitive-behavioral-therapy-and-clinical-
applications/cognitive-behavioral-therapy-for-social-anxiety-disorder-intrapersonal-and-
interpersonal-aspects-and (diakses 17 Februari 2022)
38. Hunger C, Hilzinger R, Koch T, Mander J, Sander A, Bents H, et al. Comparing systemic
therapy and cognitive behavioral therapy for social anxiety disorders: study protocol for a
randomized controlled pilot trial. Trials. 2016 Dec;17(1):171.
39. McAleavey AA, Castonguay LG, Goldfried MR. Clinical experiences in conducting
cognitive-behavioral therapy for social phobia. Behavior Therapy. 2014 Jan;45(1):21–35.
40. Pinjarkar RG, Sudhir PM, Math SB. Brief cognitive behavior therapy in patients with
social anxiety disorder: a preliminary investigation. Indian Journal of Psychological
Medicine. 2015 Jan;37(1):20–5.
41. Behera N, Samantaray N, Kar N, Nayak M, Chaudhury S. Effectiveness of cognitive
behavioral therapy on social anxiety disorder: a comparative study. Ind Psychiatry J.
2020;29(1):76.
42. Fitriana F, Firman F, Daharnis D. Effectiveness of cognitive behavior therapy counseling
group setting in overcoming student’s social anxiety. In: Proceedings of the International
Conferences on Educational, Social Sciences and Technology. Padang: Fakultas Ilmu
Pendidikan; 2018; p.751–6.
Buku
Thesis