Anda di halaman 1dari 15

“KONSEP TERAPI PERILAKU PADA PASIEN

PERILAKU KEKERASAN”

Disusun Oleh :
Cesar Susanto Nina Mulhayati
Erat Sumarni Siska Nita A
Grace Eltin E Ria Junita
Imas Kurniasih Fenianti Kulsum
Kevin Kartini M.Iksan Ezza

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021
LATAR BELAKANG…

Terapi perilaku (behavior therapy) dan pengubahan perilaku (behavior modification)


atau pendekatan perilaku dalam konseling dan psikoterapi, adalah salahsatu dari beberapa “revo-
lusi” dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya konseling dan psikoterapi (Gunarsa,
1992:191). Revolusi-revolusi yang lain adalah psikoanalisis dan pendekatan berpusat pada klien.
Sejarah pendekatan perilaku dalam konseling atau konseling behavioral (Rosyidan,
1994:4-6) bermula pada Ivan Sechenov (1829-1905), bapak fisiologi Rusia.Struktur hipotetiknya
dikembangkan sekitar 1863, yang memandang fungsi-fungsi otak sebagai pancaran refleks, yang
mempunyai tiga komponen: input sensorik, proses, dan“efferent-outflow”. Menurut Sechenov,
semua tingkah laku terdiri atas respon-respon kepada stimulasi-stimulasi, dengan interaksi-inter-
aksi dari rangsangan dan hambatan yang beroperasi pada bagian sentral dari pancaran refleks.
Dengan menggunakan modelini, Pavlov (1849-1936) memulai serangkaian eksperimen klasik di
mana respon-responair liur pada anjing dirangsang dengan berbagai stimuli.
DEFINISI PERILAKU
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku meru-
pakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Robert
Kwick (1974),menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yangdapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (dikutip
dari Notoatmodjo, 2003).
Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena peri-
laku ini terjadimelalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme
tersebut merespon, makateori Skinner ini disebut “S-O-R” atau stimulus-or-
ganisme-respon.
Perilaku juga bisa dikatakan sebagai suatu reaksi psikis seseorang
terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2,
yakni :1.Dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), 2.Dalam
bentuk aktif (dengan tindakan konkrit).
KARAKTERISTIK PERILAKU

a. Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang dikatakan dandi-
lakukanoleh seseorang merupakan karakteristik dari perilakuny
b. Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu :
frekuensi,durasi,dan intensitas.
c. Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau orang
yangterlibat dalam perilaku tersebut.
d. Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial.
e. Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful)
f. Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak bisa diobservasi ole-
horanglain, sedangkan perilaku yang tidak tampak merupakan kejadian atau hal
pribadi yang hanya bisa dirasakan oleh individu itu sendiri atau individu lain yang
terlibat dalam perilaku tersebut.
KLASIFIKASI PERILAKU
Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka peri-
lakudapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk


terselubung atau tertutup.Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih ter-
batas pada perhatian, persepsi,pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara
jelas.

b. Perilaku terbuka Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan


nyata atau terbuka.Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam ben-
tuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dengan mu-
dah dipelajari.
KONSEP TEORI PERILAKU
DEFINISI TERAPI PERILAKU
Pada dasarnya, proses terapi merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar
untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Terdapat beberapa teori dasar mengenai metode terapi perilaku, yaitu :
a. Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau
dipelajari (learned).
b. Terapi untuk perilaku maladaptif adalah dengan penghilangan kebiasaan (decondition-
ing) atau ditinggalkan (unlearning).
c. Untuk menguatkan perilaku adalah dengan pembiasaan perilaku (operant and clasical
conditioning).
Terapi perilaku adalah penggunaan prinsip dan paradigma belajar yang ditetapkan secara
eksperimental untuk mengatasi perilaku tidak adaptif. Dalam prakteknya, terapi perilaku
adalah penekanan pada analisis perilaku untuk menguji secara sistematik hipotesis mana
terapi didasarkan

1. Teori dasar metde therapi perilaku


2. Fungsi dan peran peran
3. Hubungan terapis dan klien
TUJUAN TERAPI PERILAKU
a. Meningkatkan perilaku, yaitu reinforcement positif (memberi penghargaan terhadap
perilaku) dan reinforcement negatif (mengurangi stimulus aversi)
b. Mengurangi perilaku, yaitu punishment (memberi stimulus aversi), respons cost
(menghilangkan atau menarik reinforcement), dan extinction (menahan reinforcer-
ment)
c. Mengubah perilaku yang tidak sesuai pada klien
d. Membantu klien belajar dalam proses pengambilan keputusan secara lebih efisien.
e. Mencegah munculnya masalah di kemudian hari.
f. Memecahkan masalah perilaku khusus yang diminta oleh klien.
g. Mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam kegiatan kehidupannya.
TEKNIK TERAPI PERILAKU

a. Operant Conditioning
Tingkah laku operan menjadi ciri organisme yang aktif yang beroperasi di
lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat, merupakan tingkah laku yang paling be-
rarti dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, membaca, berbicara, berpakaian, makan,
bermain). Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas
kemunculan kembali tingkah laku tersebut dimasa mendatang tinggi.

b. Desensitization
Istilah desensitisasi merupakan usaha untuk memperkenalkan secara bertahap
stimulus atau situasi-situasi yang menimbulkan ketakutan. Merupakan teknik yang di-
gunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan menyer-
takan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku
yang hendak dihapuskan.
c. Flooding
Adalah suatu bentuk dari terapi pemaparan dimana subjek dihadapkan pada
stimulus pembangkit kecemasan tingkat tinggi baik melalui imajinasi ataupun situ-
asi actual.

d. Implosive Therapy
Klien diarahkan untuk membayangkan situasi (stimulus) yang mengancam. Den-
gan secara berulang-ulang dimunculkan dalam setting terapi dimana konsekuensi-
konsekuensi yang diharapkan dan menakutkan tidak muncul, stimulus yang men-
gancam kehilangan daya menghasilkan kecemasannya, dan penghindaran neu-
rotik pun terhapus.

e. Participant Modeling (Percontohan)


Modeling dengan partisipasi terbimbing (terapis membimbing klien atas rangkaian
latihan), demonstrasi dengan partisipasi (terapis medemonstrasikan sebelum klien
berpartisipasi), dan contact-desensitization (kontak pisik antara terapis dan klien
selama phase awal partisipasi klien dalam treatmen).

f. Teknik Aversi
Teknik-teknik pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk
meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosi-
asian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai
tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.
g. Teknik Relaksasi dan Desentisisasi Sistematis
Salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi tingkah laku. Desensitisasi
sistematis digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan
menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah
laku yang hendak dihapuskan.

h. Self Control
Teknik behavioral yang menekankan suatu aktivitas, ‘coping response’ dari klien yang
memungkinkan seseorang mengontrol dalam situasi-situasi problematiknya. Misalnya,
digunakan untuk alkoholik, ‘self-abusive child’, untuk siswa yang ingin mengembangkan
keterampilan studi, atau untuk pribadi ‘overweight’ yang ingin mengontrol tingkah laku
makan

i. Eye Movement Desensitisasi and Reprocessing (EMDR)


Gerakan mata dan pengolahan desensitisasi (EMDR) adalah bentuk paparan konseling
yang melibatkan imaginal, restrukturisasi kognitif, gerakan mata berirama dan meran-
cang hal lain untuk mengobati klien yang mengalami stres traumatic.

j. Terapi Kognitif-Behavioral (TKB)


Digunakan dalam rangka membantu menangani berbagai masalah yang dihadapi indi-
vidu: seperti : depresi, kecemasan dan gangguan panik, atau dalam menghadapi peris-
tiwa hidup lainnya, seperti: kematian, perceraian, kecacatan, pengangguran, masalah
yang berhubungan dengan anak-anak dan stres.
KONSEP PERILAKU KEKERASAN

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sudeen, 1998). Perilaku kek-
erasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep,
2007; 146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan un-
tuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Dep Kes, RI, 2000 ; 147).
.
STUDI KASUS
Pada salah satu pasien jiwa di RS provinsi jawa barat terdapat pasien Nn.R
dengan diagnosa prilaku kekerasan. Nn.R dibawa ke RSJ oleh ibunya, pendidikan
pasien baru lulus SMA , pasien menderita gangguan jiwa setelah dirinya merasa
gagal masuk ke perguruan tinggi yang diinginkan pasien menjadi temparemental
dan pasien memiliki riwayat berprilaku kekerasan dari sejak kelas 2 SMA setelah
kedua orang tuanya pisah, pasien tidak bisa mengontrol emosinya karena Nn. R
selalu melihat apa yang dilakukan kedua orang tuanya ketika masih bersama, ke-
dua oraang tua saling memukul dengan benda tumpul, dan selalu melihat ibunya di
pukuli oleh ayahnya dan terkadang Nn.R pun mengalami penganiayaan oleh ayah
nya, karena depresi Nn.R merasakan jika ada seseorang didekatnya seolah olah
akan melukainya. Nn.R memukul apa saja yang ada di dekatnya kepada orang
yang mendekatinya, dan sering merasa ketakutan, terkadang pasien ketika bicara
dengan orang lain dengan penuh marah, tangan mengepal mata melotot dan nada
bicara tinggi. Pasien juga mengatakan merasa curiga terhadap orang orang diseki-
tarnya karena pasien merasa orang orang disekitarnya ingin mengambil
barangnya, pasien juga merasa bahwa dirinya jagoan. Pasien menyangkal adanya
penambahan bagian tubuh didirinya
Pada status Psikitri diperoleh kesadaran compos mentis sikap cukup kop-
eratif, penampilan rapi sesuai usia , prilaku dan psikomotor saat wawancara
pasien dalam keadaan tenang, kontak mata baik, duduk tegak tanpa bersandar
di kursi, sesekali mengerakan tangan, bicara spontan, mimik wajah normal,
terkadang artikulasi kurang jelas, volume cukup, amplitudo dan kualitas baik,
kuantitas cukup, sikap pasien kooperatif, mood eutimia, afek luas, apropriate.
Terdapat halusinasi auditorik, ilusi visual, arus pikir waham curiga (+), waham
kebesaran (+). Pengetahuan dan kecerdasan sesuai taraf pendidikan. Daya kon-
sentrasi cukup, memori baik. Orientasi tempat, waktu dan orang baik. Pikiran
abstrak baik. Daya nilai baik, tilikan 1, Reality Testing of Ability (RTA) terganggu.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan psikiatri, maka
pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosa Skizofrenia Paranoid. Kemudian
pasien ini ditatalaksana dengan medikamentosa berupa Resperidon 5 mg
2x1, psikoterapi edukasi dan psikoterapi suportif terhadap pasien dan kelu-
arga, rehabilitasi sesuai bakat dan minat pasien. 29

Hasil Pemberian Terapi Perilaku Kognitif Pada Klien Dengan Gangguan Pri-
laku Kekerasan Terhadap Pemikiran Negatif Kondisi
ASUHAN KEPERAWATAN DAN
PEMBAHASANNYA

Anda mungkin juga menyukai