PERILAKU KEKERASAN”
Disusun Oleh :
Cesar Susanto Nina Mulhayati
Erat Sumarni Siska Nita A
Grace Eltin E Ria Junita
Imas Kurniasih Fenianti Kulsum
Kevin Kartini M.Iksan Ezza
a. Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang dikatakan dandi-
lakukanoleh seseorang merupakan karakteristik dari perilakuny
b. Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu :
frekuensi,durasi,dan intensitas.
c. Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau orang
yangterlibat dalam perilaku tersebut.
d. Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial.
e. Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful)
f. Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak bisa diobservasi ole-
horanglain, sedangkan perilaku yang tidak tampak merupakan kejadian atau hal
pribadi yang hanya bisa dirasakan oleh individu itu sendiri atau individu lain yang
terlibat dalam perilaku tersebut.
KLASIFIKASI PERILAKU
Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka peri-
lakudapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Operant Conditioning
Tingkah laku operan menjadi ciri organisme yang aktif yang beroperasi di
lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat, merupakan tingkah laku yang paling be-
rarti dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, membaca, berbicara, berpakaian, makan,
bermain). Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas
kemunculan kembali tingkah laku tersebut dimasa mendatang tinggi.
b. Desensitization
Istilah desensitisasi merupakan usaha untuk memperkenalkan secara bertahap
stimulus atau situasi-situasi yang menimbulkan ketakutan. Merupakan teknik yang di-
gunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan menyer-
takan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku
yang hendak dihapuskan.
c. Flooding
Adalah suatu bentuk dari terapi pemaparan dimana subjek dihadapkan pada
stimulus pembangkit kecemasan tingkat tinggi baik melalui imajinasi ataupun situ-
asi actual.
d. Implosive Therapy
Klien diarahkan untuk membayangkan situasi (stimulus) yang mengancam. Den-
gan secara berulang-ulang dimunculkan dalam setting terapi dimana konsekuensi-
konsekuensi yang diharapkan dan menakutkan tidak muncul, stimulus yang men-
gancam kehilangan daya menghasilkan kecemasannya, dan penghindaran neu-
rotik pun terhapus.
f. Teknik Aversi
Teknik-teknik pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk
meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosi-
asian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai
tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.
g. Teknik Relaksasi dan Desentisisasi Sistematis
Salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi tingkah laku. Desensitisasi
sistematis digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan
menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah
laku yang hendak dihapuskan.
h. Self Control
Teknik behavioral yang menekankan suatu aktivitas, ‘coping response’ dari klien yang
memungkinkan seseorang mengontrol dalam situasi-situasi problematiknya. Misalnya,
digunakan untuk alkoholik, ‘self-abusive child’, untuk siswa yang ingin mengembangkan
keterampilan studi, atau untuk pribadi ‘overweight’ yang ingin mengontrol tingkah laku
makan
Hasil Pemberian Terapi Perilaku Kognitif Pada Klien Dengan Gangguan Pri-
laku Kekerasan Terhadap Pemikiran Negatif Kondisi
ASUHAN KEPERAWATAN DAN
PEMBAHASANNYA