PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku dari segi biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk
hidup yang saling berhubungan. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan
untuk menimbulkan reaksi, yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan
menghasilkan perilaku tertentu (Sunaryo, 2004). Perilaku individu tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi sebagai akibat adanya rangsangan (stimulus) baik dari dalam dirinya sendiri
(internal) maupun dari luar individu (eksternal). Pada hakikatnya perilaku individu mencakup
perilaku yang tampak (overt behaviour) dan perilaku yang tidak tampak (inert behavior atau
covert behavior). Perilaku yang tampak adalah perilaku yang dapat diketahui oleh orang lain
tanpa menggunakan alat sedangkan bantu, sedangkan perilaku yang tidak tampak adalah
perilaku yang hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode tertentu,
misalnya berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut (Purwanto, 1999).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapat yaitu:
1. Apa definisi dari perilaku?
2. Apa saja bentuk-bentuk perilaku dan bentuk perubahan perilaku?
3. Bagaimana proses pembentukan perilaku manusia?
4. Apa saja macam-macam teori mengenai perilaku manusia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dari psikologi dan perilaku.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku dan bentuk perubahan perilaku.
3. Untuk mengetahui proses pembentukan perilaku manusia.
4. Untuk mengetahui macam – macam teori mengenai perilaku manusia
1
BAB II
PEMBAHASAN
PERILAKU MANUSIA
A. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. perilaku
merupakan respons / reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2012). Manajemen Sumber Daya Manusia mengemukakan
bahwa perilaku seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekuensi eksternal dari perilaku
tindakannya. Artinya berbagai faktor luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan
bahkan mengubah perilakunya.
Ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan semacam ini disebut elicting
stimuli karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan lezat
menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup dan
sebagainya.
Ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu, perangsang
semacam ini disebut reinforcing stimuli dan reinforce karena perangsangan-perangsangan
tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh sebab itu, perangsangan yang demikian
itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.
B. Bentuk Perilaku
2
Respon seseorang terhadap stimulus masih dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon
dan reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau
kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat
diamati dengan jelas oleh orang lain.
Respon terhadap stimulus telah diaplikasikan dalam tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dapat mudah
diamati dan dilihat oleh orang lain.
Perubahan alamiah yang dimaksud yaitu bahwa manusia selalu berubah. Sebagian perubahan
itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu
perubahan lingkungan fisik, atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota masyarakat di
dalamnya juga akan mengalami perubahan.
Perubahan terencana terjadi karena perubahan perilaku ini terjadi karena memang
direncanakan sendiri oleh subjek. Sehingga, hanya subjek itu sendiri yang ingin dan dapat
mengubahnya.
Kelompok ke tiga ini akan terjadi apabila terjadi suatu inovasi atau program pembangunan di
dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut.
3
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest (ketertarikan), yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation (evaluasi), menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya.
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial (mencoba), dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption (menerima), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini disadari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi
kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting).
Skinner mengemukakan istilah shaping, yaitu upaya untuk membentuk perilaku, mulai dari
bentuk yang paling sederhana (elementer) sampai bentuk yang paling kompleks. Terdapat 2
unsur dalam pengertian shaping:
Perilaku manusia dengan shaping tersebut sedikit demi sedikit dibentuk sehingga pada
akhirnya dapat melakukan perilaku yang kompleks.
Pembentukan perilaku dan daya tahan perilaku sangat ditentukan oleh penjadwalan dalam
pemberian reinforcement. Secara garis besar ada dua kategori jadwal pemberian reinforcement:
4
Berdasarkan unsur waktu dan unsur jumlah perilaku tersebut, dikenal beberapa
penjadwalan:
Pada awal pembentukan perilaku, biasanya paling efekktif kalau ditempuh cara pemberian
penguatan secara terus menerus, namun untuk mempertahankan daya tahan dan semangat tetap
tinggi, maka sebaiknya ditempuh cara yang berubah-ubah.
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut Skinner adalah sebagai
berikut
5
dilanjutkan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang
diharapkan terbentuk Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar anak mempunyai
kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur. Untuk berperilaku seperti ini maka anak
tersebut harus:
1. Pergi ke kamar mandi sebelum tidur.
2. Mengambil sikat dan odol.
3. Mengambil air dan berkumur.
4. Melaksanakan gosok gigi.
5. Menyimpan sikat gigi dan odol
6. Pergi ke kamar tidur.
Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi masing- masing komponen
perilaku tersebut (komponen a-e) maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan
tersebut. Contoh tersebut di atas adalah suatu penyederhanaan prosedur pembentukan
perilaku melalui operant conditioning.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa proses pembentukan perilaku baik
yang diungkapkan Rogers dalam penelitiannya, kemudian proses pembentukan perilaku yang
diungkapkan oleh Skinner dengan istilahshaping dan pembentukan perilaku melalui operant
conditioning yang juga dijelaskan oleh Skinner. Ketiga cara dalam proses ini dalam
pembentukan perilaku pada intinya masing-masing menginginkan pembentukan perilaku yang
baik dalam mewujudkan perilaku baru. Sebagaimana yang telah diungkapkan Rogers
dalam sebuah penelitiannya bahwa perilaku manusia dapat dibentuk dengan melalui proses
mulai dari proses kesadaran, ketertarikan, evaluasi, mencoba hingga menerima. Selanjutnya
pembentukan perilaku yang diungkapkan oleh Skinner dalam istilah shaping yang lebih
menekankan pada penguatan terus-menerus dan tidak secara terus-menerus dan juga melihat
pada ketepatan waktu. Kemudian pembentukan perilaku melalui operant conditioning menurut
Skinner sebagaimana yang telah dijelaskan dan dicontohkan di atas. Hal ini merupakan proses
untuk membentuk perilaku manusia melalui pembiasaan dan pemberian hadiah. Pembiasaan
yang rutin dan terus dilakukan sebagai stimulus yang diberikan diisertai pemberian hadiah
untuk membentuk individu.
E. Teori Perilaku
6
Teori ABC atau lebih dikenal dengan model ABC ini mengungkapkan bahwa perilaku
adalah merupakan suatu proses dan sekaligus hasil interaksi antara : Antecedent, Behavior,
Consequences.
a. Antecedent
Antecendent adalah suatu pemicu (trigger) yang menyebabkan seorang berperilaku, yakini
kejadian-kejadian dilingkungan kita. Antecedent ini dapat berupa alamiah (Hujan, angin, cuasa,
dan sebagainya), dan buatan manusia atau “man made” (interaksi dan komunikasi dengan
orang lain).
b. Behaviour
Reaksi atau tindakan terhadap adanya “antecedent” atau pemicu tersebut yang berasal dari
lingkungan.
c. Consequences
Kejadian selanjutnya yang mengikuti perilaku atau tindakan tersebut (konsekuensi). Bentuk
konsekuensi:
Teori ini dikembangkan oleh Fesbein dan Ajzen (1980), maka juga teori “Fesbein-
Ajzen” menekankan pentingnya peranan dari “intention” atau niat sebagai alasan atau faktor
penentu perilaku. Selanjutnya niat ini ditentukan oleh:
a) Sikap, penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan yang akan diambil.
b) Norma Subjektif, kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui atau
tidak menyetujui tentang tindakan yang akan diambil tersebut.
c) Pengendalian perilaku, bagaimana persepsi terhadap konsekuensi atau akibat dari
perilaku yang akan diambilnya.
7
pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior
causes). Selanjutnya faktor perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor yaitu :
a) Prediposing factors (faktor dari diri sendiri) adalah faktor faktor yang mendahului
perilaku untuk menetapkan pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari pengetahuan,
sikap, persepsi, nilai, keyakinan, dan sebagainya.
b) Enabling factors (faktor pemungkin) adalah kemampuan dari sumber daya yang
diperlukan untuk membentuk perilaku. Faktor pemungkin terdiri dari fasilitas
penunjang, pertauran dan kemampuan sumber daya.
c) Reinforcing factors (faktor penguat) adalah faktor faktor yang memungkinkan pekerja
untuk berprilaku dalam bekerja, terwujud dalam bentuk pengawasan yang dilakukan
oleh pengawas dan supervisor, reward dan punisment serta rekan kerja.
Teori ini dikembangkan oleh Snehendu Kar (1980) berdasarkan analisisnya terhadap
niatan orang bertindak atau berperilaku. Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan
bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari:
Tim kerja dari organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (1984) menganalisis bahwa yang
menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok.
Notoadmodjo (2012) dalam buku Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan mengemukakan
bahwa tim kerja dari WHO menganalisis yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu
adalah karena adanya empat alasan pokok .
Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek.
8
a) Pengetahuan, Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain.
b) Kepercayaan, Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
c) Sikap, Sikap menggambarkan suka dan tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling deket. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif
terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwudjud dalam suatu tindakan nyata. Hal
ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:
1) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.
2) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman
orang lain.
3) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak
atau sedikitnya pengalaman seseorang.
4) Nilai (value), didalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai-nilai yang
menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.
d) Orang penting sebagai referensi Perilaku orang, lebih-lebih" perilaku anak kecil, lebih
banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu
penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
Untuk anak-anak sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi panutan perilaku
mereka. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi
(reference group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan
sebagainya.
e) Sumber-sumber daya (resources) Sumber daya di sini mencakup fasilitas-fasilitas,
uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku
seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber-sumber daya terhadap perilaku
dapat bersifat positif maupun negatif. Misalnya pelayanan Puskesmas, dapat
berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan Puskesmas tetapi juga dapat
berpengaruh sebaliknya.
f) Kebudayaan (culture) kebiasan, nilai-nilai, tradisi-tradisi . sumber-sumber didalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama
9
5.)Teori Perubahan Perilaku
Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya,
kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibelitas, kepemimpinan, gaya
berbicara, sangat menentukan keberhasilan peruahan perilaku seseorang, kelompok atau
masyarakat.
a) Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif
didalam mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus
diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut
efektif.
b) Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses selanjutnya.
c) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
10
6.) Perilaku tidak Selamat
Difinisi perilaku berbahaya menurut beberapa ahli yang juga dikutip dari Winarsunu (2010)
antara lain:
1. Kavianian (1990) adalah kegagalan dalam mengikuti peresyaratan dan prosedur prosedur
kerjayang benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
2. Ramsey, seperti yang dikutip oleh Mc Cormick (1992) adalah suatu kesalahan dalam tahap
tahap persepsi, mengenali, memutuskan, menghindari dan kemampuan menghindari bahaya.
Dapat disimpulkan sesuai dengan beberapa definisi diatas bahwa prilaku berbahaya adalah
tindakan tidak aman dalam bekerja yang sangat potensial menyebabkan kecelakaan kerja
karena gagal mengikuti prosedur kerja yang telah ditentukan didukung pula dengan
ketidakmampuan mengenali dan memutuskan menghindari bahaya secara benar.
Dalam buku Bird dan Germain (1990) yang berjudul Pratical Loss Control Leadership,
Perilaku tidak selamat adalah perilaku yang dapat mengizinkan terjadinya suatu kecelakaan
atau insiden. Perilaku tidak selamat merupakan salah satu penyebab langsung terjadinya
kecelakaan. Jenis jenis perilaku tidak selamat yaitu:
1) Menurut Frank E. Bird Germain dalam teori Loss Causation Model (Germain dalam
Putra 2014), menyatakan bahwa jenis-jenis perilaku tidak selamat, yaitu :
a. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang
b. Gagal dalam memberi peringatan dan menyelamatkan
c. Bekerja dengan kecepatan yang berbahaya
d. Membuat alat keselamatan tidak berfungsi
e. Menghilangkan alat pengaman
f. Menggunakan peralatan yang rusak dan tidak sesuai
g. Tidak menggunakan APD dengan benar
h. Pengisian yang tidak sesuai, dll.
2) Menurut HW. Heinrich dalam Septiana 2014, perilaku tidak selamat terdiri dari :
a. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak sesuai
11
b. Mengoperasikan peralatan yang bukan haknya
c. Menggunakan peralatan yang tidak pantas dan tidak benar
d. Membuat peralatan safety menjadi tidak berfungsi
e. Kegagalan untuk memperingatkan karyawan lain, dll.
Menurut Sanders (1993) prilaku berbahaya terjadi melalui tiga fase yang bekerja secara
bertahap, yaitu:
a. Tingkat manajemen
Lingkungan fisik seperti tempratur ruang kerja, taraf kebisingan, iluminasi, kelembabpan dan
tata letak ruang kerja, desain peralatan seperti control, display, kesesuaian, peringatan terhadap
bahaya, bahaya aliran listrik, bahaya mesin dan lain lain. Sedangkan lingkungan sosial dan
psikologis seperti norma kelompok, komunikasi antar kelompok, semangat kerja, serikat
pekerja, dan sebagainya. Aspek aspek lingkungan fisik, psikologis, dan sosiologis dari
pekerjaan akan mempengaruhi tingkat kelelahan, konsentrasi dan keleluasaan ruang gerak
pekerja.
c. Individu
Ketiga fase tersebut saling mempengaruhi, fase pertama mempengaruhi fase kedua dan fase
kedua mempengaruhi fase ketiga (Winarsunu,2010).
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia merupakan hasil
dari segala pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya. Perilaku manusia
terdiri dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, sifat-sifat umum dan
khusus perilaku manusia, bentuk-bentuk perubahan perilaku, dan macam-macam perilaku
manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terdiri Faktor Personal, dan Faktor
Situasional. Sifat-sifat umumnya terdiri dari pengamatan, perhatian, tanggap, fantasi, ingatan,
berpikir, motif. Bentuk-bentuk perilakunya yaitu, perubahan alamiah, perubahan terencana,
kesediaan untuk berubah. Begitu juga macam-macam perilakunya yaitu perilaku refleks dan
perilaku refleks bersyarat.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa manusia itu unik dan berbeda, dari
perbedaan itu pula yang menyebabkan adanya interaksi sosial diantara manusia. Teori-teori
diatas juga menunjukkan pada kita bahwa perilaku itu didorong dan diarahkan ke tujuan.
Mereka juga menunjukkan pada kita bahwa perilaku yang ingin mencapai tujuan cenderung
untuk menetap. Terkadang manusia merasa nyaman dengan perbedaan tetapi ada juga yang
tidak merasa nyaman dalam perbedaan yang ada dikarenakan lingkungan tempat manusia
tersebut.
A. SARAN
Adapun saran yang ingin diajukan pada penulisan makalah ini adalah agar kita semua
selalu menjaga perilaku dan selalu menghormati yang lebih tua agar dapat menciptakan sebuah
kerukunan di dalam bermasyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Saleh, Adnan Achiruddin. 2018, Pengantar Psikologi Umum, Makassar, Aksara Timur.
14