1 Batasan Perilaku
Perilaku manusia berdasarkan teori S-O-R tersebut dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Perilaku tertutup (Covert behavior)
Perilaku ini adalah respons yang masih belum dapat dilihat oleh orang
lain. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,
persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk
"unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah
pengetahuan dan sikap.
Menurut Notoatmodjo lagi, perilaku pada seseorang individu itu terbentuk dari
dua faktor utama yaitu stimulus yang merupakan faktor eksternal dan respons yang
merupakan faktor internal. Faktor eksternal seperti faktor lingkungan, baik lingkungan
fisik, maupun non-fisik dan faktor internal pula adalah faktor dari diri dalam diri orang
yang bersangkutan. Faktor eksternal yang paling berperanan dalam membentuk
perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, yaitu di mana seseorang tersebut
berada. Sementara itu, faktor internal yang paling berperan adalah perhatian,
pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. Dapat disimpulkan
bahwa terdapat tiga cabang ilmu yang membentuk perilaku seseorang itu yaitu ilmu
psikologi, sosiologi dan antropologi (Notoatmodjo, 2012).
1. Perilaku orang sehat agar tetap sehat dan meningkat, sering disebut dengan perilaku sehat
(healthy behavior) yang mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindar dari
penyakit dan penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam
mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif).
2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh
penyembuhan atau pemecahan masalah. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan
kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil
seseorang untuk memperoleh penyembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang
dideritanya. Pelayanan kesehatan yang dicari adalah fasilitas kesehatan moden (rumah sakit,
puskesmas, poliklinik dan sebagainya) maupun tradisional (dukun, sinshe, paranormal).
2. Sikap (Attitude)
Menurut Campbell (1950), sikap dapat didefinisikan dengan sederhana, yakni :" An
individual's attitude is syndrome of response consistency with regard to object." Dengan
kata lain, sikap itu adalah kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga
sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Sementara
itu, Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Allport (1954) dalam
Notoatmodjo (2012), pula merumuskan bahwa sikap terbentuk dari 3 komponen
utama,yaitu :
Menerima diartikan individu atau subjek mau menerima stimulus atau objek yang
diberikan.
b. Menanggapi
Bertanggung jawab diartikan subjek tersebut berani mengambil resiko terhadap apa yang
diyakininya.
3. Tindakan atau Praktik( Practice)
Faktor-faktor misalnya adanya fasilitas atau sarana dan prasarana perlu supaya sikap
meningkat menjadi tindakan. Praktik atau tindakan dapat dikelompokkan menjadi 3
tingkatan mengikut kualitasnya, yaitu:
a. Praktik terpimpin (guide response).
Subjek telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan atau menggunakan
panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism).
Subjek telah melakukan sesuatu hal secara otomatis tanpa perlu kepada panduan.
c. Adapsi (adoption).
Tindakan yang sudah berkembang yaitu tindakan tersebut tidak sekadar rutinitas tetapi
sudah merupakan perilaku yang berkualitas.
Reff : Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka cipta