Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perbuahan bisa terjadi setiap saat dan merupakan proses yang dinamik serta tidak
dapat diletakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak
ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan,
kebingungan, dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan
pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implicit dan eksplisit atau bersifat tertutup
dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen.
Pemimpin secara konstan mencoba menggerakkan system dari satu titik ke titik lainnya untuk
memecahkan masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk
merubah orang lain dan memecahkan masalah.
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner.
Perilaku tersebut dibagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif
diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor, dan tindakan.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orang tua, teman, buku, media
masa. Menurut Notoadmojo, pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses
penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari
penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam kognitif mempunyai enam
tingkatan yaitu: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan, dan
evaluasi

1.2 Rumusan Masalah


Berdaasarkan uraian latar belakang dimuka, maka rumusan masalah dalam makalah ini
sebagai berikut:
1. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari perubahan?
2. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari domain perilaku?
3. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari bentuk-bentuk perubahan perilaku?
4. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari proses perubahan perilaku?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan penelitian diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian perubahan dan teori perubahan?


2. Untuk mengetahui domain perilaku?
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perubahan perilaku?
4. Untuk mengetahui proses perubahan perilaku?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Perubahan Perilaku


2.1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan
dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia.
Perilaku adalah respons individu terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun
dari luar dirinya. Perilaku merupakan respons, yang terdiri dari respons motorik : berbicara,
berjalan, dan sebagainya. Respons fisiologik reaksi hormonal aktivitas system syaraf
otonomik dan sebagainya. Respons kognitif pernyataan yang muncul dipikiran, imajinasi,
dan sebagainya. Respons afektif rasa benci, kecewa, marah dan sebagainya.
2.1.2 Teori Perilaku
Banyak teori – teori tentang perilaku yang dikemukakan antara lain adalah sebagai
berikut.
Teori Stimulus – Organisme – Respons (SOR)
Perilaku manusia pada dasarnya terdiri dari komponen pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotor) atau tindakan.
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang
didapatkan oleh setiap manusia. Dengan demikian pada dasarnya pengetahuan akan terus
bertambah bervariatif dengan asumsi senantiasa manusia akan mendapatkan proses
pengalaman atau mengalami. Proses pengetahuan tersebut menurut Brunner melibatkan tiga
aspek, yaitu :
a. Proses mendapatkan informasi baru dimana seringkali informasi baru ini merupakan
pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan
informasi sebelumnya.
b. Proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-
tugas baru.
c. Proses mengevaluasi, yaitu mengecek apakah cara mengolah informasi telah memadai
(Brunner dalam Suparno, 2001).
Berdasarkan teori SOR perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

3
Perilaku tertutup terjadi apabila respons terhadap stimulus, tersebut masih belum
dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam
bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “Covert behavior” yang dapat diukur
dari pengetahuan dan sikap. Contoh : ibu hamil tau pentingnya periksa hamil untuk kesehatan
bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya
dimana tempat periksa hamil yang dekat (sikap)
b. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa
tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behabior”.
Contoh seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya kepuskesmas atau kebidan praktik,
seorang penderita TB paru minum obat anti TB secara teratur, seorang anak menggosok gigi
setelah makan. Contoh – contoh tersebut adalah berbentuk nyata, dalam bentuk kegiatan atau
dalam bentuk praktik (practice)
2. Teori Lawrence Green
Menurut Lawrence Green (1980) factor – factor yang menentukan perilaku sehingga
menimbulkan perilaku yang positif adalah sebagai berikut.
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Factor predisposisi merupakan factor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar
atau motivasi bagi perilaku, yang termasuk dalam factor ini adalah pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan pengalaman. Sebagai contoh : perilaku ibu hamil
dalam meminum tablet Fe akan termotifasi apabila ibu hamil tersebut tahu manfaat dari tablet
Fe. Kepercayaan ibu hamil terhadap tablet Fe dapat mencegah terjadinya anemia akan
bertambah apabila ibu tersebut sudah punya pengalaman dari kehamilan pertama.
b. Factor pemungkin atau pendukung (Enabling Factors)
Factor pemungkin adalah factor antaseden terhadap perilaku yang memungkinkan
motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam factor ini adalah keterampilan,
fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya prilaku
seseorang atau masyarakat. Sebagai contoh : ibu hamil akan mudah mendapatkan tablet Fe
apabila tersedianya tablet Fe dipuskesmas atau rumah sakit.
c. Factor penguat (reinforcing factors)
Factor penguat merupakan factor penyerta perilaku atau yang datang sesudah perilaku
itu ada. Hal – hal yang termasuk dalam factor ini adalah keluarga, teman, petugas kesehatan

4
dan sebagainya. Sebagai contoh : ibu hamil akan teratur minum tablet Fe apabila dia
didukung atau diingatkan oleh keluarga, suami dan sebagainya.
2.2 Domain Perilaku
Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (covert), dan perilaku terbuka
(overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya perilaku adalah totalitas yang
terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah keseluruhan
(totalitas) pemahaman dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara factor
internal dan eksternal. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan,
membedakan adanya tiga area wilayah, ranah atau domain prilaku ini, yakni kognitif
(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini,
dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah prilaku
sebagai berikut :
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya). Dengan sendirinya pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar penngetahuan seseorang
diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan
seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda – beda. Secara
garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin
C, jawabannya adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh
gigitan nyamuk aedes agepti dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar
dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasiikan secara benar
tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)

5
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen – komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen – komponen pengetahuanyang
dimiliki.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap objek tertentu.
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu ,
yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang,
setuju – tidak setuju dan sebagainya) jadi jelas, disini di katakana bahwa sikap itu suatu
sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan kejiwaan yang lain.
Komponen Pokok sikap :
Menurut Allport (1945) sukap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana
keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap
penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang ttersebut terhadap
penyakit kusta.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian
(terkandung didalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh butir a
tersebut, berarti bagaimana orang tersebut menilai penyakit kusta apakah penyakit yang biasa
saja atau penyakit yang membahayakan.
c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau prilaku terbuka. Sikap adalah ancang – ancang
untuk bertindak atau berprilaku terbuka (tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap
penyakit kusta tersebut adalah apakah yang dilakukan seseorang apabila ia menderita
penyakit kusta.
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat – tingkat berdasarkan
itensitasnya, sebagai berikut :
a. Menerima (receiving)

6
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek).
b. Menaggapi (responding)
Menaggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan
atau objek yang dihadapi .
c. Mmenghargai (valving)
Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai positif yang
terhadap objek atau stimulus, dalam arti , membahasnya dengan orang lain dan bahkan
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
d. Bertanggung jawab
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawag terhadap apa yang
diyakininya.
4. Tindakan atau Praktik (Practive)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecendrungan untuk bertindak
(praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan , sebab untuk terwujudnya tindakan
perlu factor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :
a. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada
tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktekkan sesuatu hal
secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang
telah tidak sekedar rutinitas ataub mekanisme saja tetapi sudah dilakukan modifikasi,
tindakan atau prilaku yang berkualitas.
2.3 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku
1.) Karena terpaksa (complience)
Perubahan perilaku dengan cara perilaku cenderung tidak baik dan perubahan perilaku
cenderung bersifat tidak tahan lama. Pemberontakan pikiran bahkan sering terjadi pada
individu tersebut. Hal yang perlu diketahui, tidak semua individu bisa menerima informasi-
informasi yang mereka butuhkan, apalagi suatu pemaksaan dalam perubahan perilaku.
Individu yang demikian cenderung memberontak dan bahkan mungkin cenderung berfikir

7
negatif terhadap pemaksaan perubahan perilaku yang diharapkan, meskipun perubahan
perilaku yang diharapkan adalah positif. Oleh karena itu cara perubahan perilaku ini
cenderung tidak efektif.

Contoh:
 Seorang anak yang dipaksa orang tuanya untuk menggosok gigi sehabis makan dan
sebelum tidur,awalnya anak tersebut tidak mau.tapi lama-lama krena paksaan dari orang
tuanya anak tersebut jadi mau sehingga terjadilah perubahan prilaku anak tersebut, karena
dipaksa oleh orang tuannya si anak menjadi mau melakukannya.
 Orang tua yang menyuruh anaknya melakukan aborsi,dan meminta bantuan kepada
bidan. awalnya si bidan tidak mau melakukan aborsi, tapi karena diberi imbalan yang begitu
besar dan si bidan dipaksa untuk mau melakukannya dan akhirnya ia mau melakukan aborsi.
 Seorang ibu yang telah mempunyai banyak anak dengan jarak anak yang terlalu dekat.
Lalu hamil lagi pada usia 45 tahun, dan tenaga kesehatan menyarankan dan memaksa ibu
tersebut untuk menjalani program kb dan suaminya juga memaksa. Beberapa upaya telah
dilakukan dan tenaga kesehatan juga sudah mengatakan resiko hamil dan melahirkan pada
usia tersebut agar si istri mau KB tapi si ibu tersebut tidak mau karena si ibu berpendapat
bahwa banyak anak banyak rezeki tapi setelah mendengar pemberitahuan dari si bidan, si ibu
jadi mau untuk menjadi aseptor KB.

2) Karena meniru (identification)


Perubahan perilaku dengan cara meniru merupakan suatu cara perubahan perilaku
yang paling banyak terjadi. Seseorang cenderung meniru tindakan orang lain atau bahkan
meniru apa yang dia lihat tanpa mencerna apa yang dia lihat.
Contoh:
 Seorang remaja yang awalnya tidak memperhatikan kebersihan pada dirinya/personal
hyginenya,tapi setelah dberikan penyuluhan dan apa manfaat dari menjaga kebersihan
diri.dan akhirnya remaja tersebut meniru bagaimana cara menjaga kebersihan.
 pemenuhan gizi pada ibu hamil sangatlah penting,banyak ibu-ibu yang tidak
memenuhi gizi dengan baik.tapi setelah di berikan gambaran mengenai pentingnya gizi
selama kehamilan,maka ibu tersebut mulai meniru bagaimana cara megatur gizi seimbang
selama kehamilan.
 seorang ibu yang baru saja melahirkan bayi,lalu ia tidak tau bagaimana cara merawat
tali pusat agar todak terjadi infeksi pada bayinya,lalu bidan mempraktekkan bagaimana cara

8
merawat tali pusat agar tidak infeksi.dan akhirnya si ibu mulai meniru dan melakukan sendiri
bagaimana cara merawat tali pusat.

3) Karena menghayati (internalization)


Manusia adalah makhluk yang sempurna di antara makhluk ciptaan Tuhan yang lain,
karena hanya manusia yang mampu berpikir tentang hidup, pandai memahami rahasia hidup,
menghayati kehidupan dengan arif, dan mempertajam pengalaman-pengalaman baru.
Biasanya perubahan perilaku karena penghayatan ini cenderung dari pengalaman pribadi
individu tersebut atau bahkan mengadopsi dari pengalaman orang lain. Seseorang yang
merasa perilaku tersebut pantas dan harus ada pada dirinya, maka dengan terbuka dia akan
melakukan perubahan perilaku dalam dirinya.
Contoh:
 Seorang ibu rumah tangga yang kurang peduli akan kebersihan rumahnya. Suatu
ketika anaknya menderita demam berdarah dan ini memmbuat ibu tersebut menyadari bahwa
perilakunya yang tidak mau peduli dengan kebersihan rumahnyalah yang membuat anaknya
menderita demam berdarah. Dan inilah yang membuat ibu tersebut sadar betapa pentingnya
menjaga kebersihan rumahnya agar kesehatan keluarga tetap terjaga.
 Seorang bapak yang merupakan perokok aktif sejak usia muda menderita penyakit
gangguan pernafasan dan paru-paru. Setelah beberapa kali memeriksakan diri ke dokter dan
dokter tersebut meminta agar bapak tersebut untuk tidak merokok lagi. Akan tetapi bapak
tersebut tidak mempedulikan nasehat dokter, dia tetap mengkonsumsi rokok. Ternyata
penyakitnya semakin parah dengan stadium lanjut. Kemudian bapak tersebut teringat kembali
dengan saran dokter untuk berhenti merokok dan akhirnya bapak tersebut menyadari bahwa
dia memang harus berhenti merokok. Setelah itu perlahan-lahan bapak tersebut mencoba
untuk berhenti merokok dan akhirnya berhasil dan penyakitnya mulai berkurang.
2.5 Proses Perubahan Perilaku
Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari usaha mengubah
perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah yang perlu diambil untuk merubah perilaku:
1) Menyadari.
Menyadari merupakan proses dimana seseorang membuat identifikasi tentang apa/ bagian
mana yang diinginkan untuk diubah dan mengapa perubahan tersebut diinginkan. Dalam hal
ini perlu diingat bahwa kesadaran tersebut harus menyatakan keinginan bukan ketakutan.
Contoh:

9
- Seorang mahasiswa yang belajar di bidang kesehatan sebelumnya tidak peduli akan
kebersihan diri dan perawatan dirinya. Setelah belajar tentang pentingnya perawatan dan
kebersihan diri serta penyakit yang dapat ditimbulkan jika tidak adanya personal hygiene,
maka siswa tersebut mulai peduli dengan kesehatan dirinya, kemudian dia akan
mengaplikasikan bagaimana cara merawat kesehatan dirinya
- Seorang mahasiswa kedokteran yang sedang meneliti tentang penyakit kista, menemukan
bahwa salah satu penyebabnya adalah pola makan yang tidak sehat. Dalam penelitiannya
mahasiswa ini benar-benar menghayati betapa pentingnya pola makan yang sehat dan
seimbang bagi kesehatan seseorang. Karena itu, mahasiswa tersebut mulai menerapkan pola
makan sehat dan seimbang.
2) Mengganti
Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka proses selanjutnya yang
perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti merupakan proses melawan bentuk keyakinan,
pemikiran, dan perasan yang diyakini salah.
Contoh:
- Dulu seorang bidan atau perawat melakukan perawatan tali pusat dengan membubuhi tali
pusat dengan betadhine atau alkohol. Kemudian bidan atau perawat juga membungkus tali
pusat. Ini dimaksudkan agar bayi terhindar dari adanya infeks pada tali pusat. Akan tetapi
setelah adanya Evidence Based maka diketahui hal ini sebenarnya hal ini yang justru
meningkatkan kemungkinan infeksi. Betadhine dan alkohol akan menyebabkan tali pusat
lembab bahkan basah. Apalagi ditambah dengan pembungkusan tali pusat yang membuat tali
pusat semakin basah dan tidak adanya pertukaran udara. Hal ini justru bgi bakteri dan kuman
untuk merupakan lingkungan yang baik bagi bakteri dan kuman untuk berkembang biak dan
berpeluang besar menghakibatkan infeksi. Oleh karena itu kebiasaan merawat tali pusat
dengan membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alcohol diganti
dengan perawatan tali pusat tanpa membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine
ataupun alcohol. Kini perawatan tali pusat cukup dengan hanya membersihkan dengan air
DTT dan mengeringkannya.
- Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi Menyusui Dini danBounding
Attachment, ibu cenderung dipisahkan dengan bayinya pasca kelahiran bayinya tersebut. Ini
dimaksudkan agar sang bayi tidak mengganggu istirahat ibu pasaca persalinan yang
melelahkan. Akan tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin bidan atau tenaga kesehatan lain
yang menolong persalinan akan berusaha untuk terciptanya IMD dan Bounding Attachment.
Ini dilakukan karena sangat penting terciptanya keterikatan hubungan emosional ibu dan bayi

10
segera setelah persalinan dan juga menginngat betapa besarnya keuntungan IMD bagi ibu dan
bayinya.
-
3) Mengintrospeksi.
Mengintrospeksi merupakan proses dimana seseorang membuat penilaian mengenai apa yang
sudah diraih dan apalagi yang perlu untuk dilakukan. Di samping itu instropeksi juga berguna
untuk mendeteksi kadar self-excusing yang bisa jadi masih tetap ada dalam diri seseorang
hanya karena lupa membuat elaborasi, analogi, atau interpretasi dalam memahami dan
melaksanakan.
Contoh:
- Seorang ibu yang hamil anak keduanya, dia akan cenderung mengingat pengalaman
hamil sebelumnya. Dia akan mencoba memperbaiki perilakunya saat hamil agar
kehamilannya kali ini sama dengan kehamilan sebelumnya atau lebih baik dari sebelumnya.
Contoh lainnya: jika sebelumnya seorang ibu melahirkan bayi prematur maka pada
kehamilannya yang selanjutnya dia akan mencari penyebabnya dan memperbaiki pola
perilakunya saat kehamilan ini agar anaknya lahir dengan keadaaan aterm.
- Dulu penghisapan lendir rutin pada BBL sering dilakukan dengan tujuan membantu
proses pernafasan bayi. Tetapi setelah dinilai, hal ini tidak efektif. Penghisapan lendir bahkan
dapat membahayakan jiwa bayi bila tidak dilakukan dengan benar.
2.6 Perilaku yang Menunjang Penyakit Degeneratif
2.6.1 Pengertian Penyakit Degeneratif
Penyakit degenerative adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang
muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih
buruk. Penyakit yang masuk dalam kelompok ini antara lain diabetes mellitus, stroke, jantung
coroner, kardiovaskular, obesitas, dyslipidemia, dan sebagainya.
Dari berbagai hasil penelitian modern diketahui bahwa munculnya penyakit
degenerative memiliki korelasi yang cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia
seseorang. Meskipun begitu faktor keturunan juga berperan cukup besar.
Di Indonesia, penyakit degenerative saat ini banyak terjadi dikalangan masyarakat
perkotaan. Penyebab utamanya adalah perubahan gaya hidup akibat urbanisasi dan
modernisasi. “Perubahan gaya hidup ini dapat dilihat secara jelas antara lain dengan
munculnya tempat-tempat makan junk food dihampir seluruh kota. Junk food adalah
makanaan tidak sehat karena memiliki nilai nutrisi rendah”

11
Jenis makanan ini mengandung lemak jenuh yang tinggi. Junk food hampir tidak
mengandung protein, vitamin, serta serat yang sangat dibutuhkan tubuh. Di kota-kota besar di
Indonesia, junk food dijual diberbagai pusat perbelanjaan dan pusat jajanan. Bahkan restoran
jenis makanan yang memiliki kadar kolestrol tinggi ini sudah merambah kota-kota kecil di
hampir seluruh pelosok tanah air. Masyarakat dimanjakan dengan mudahnya mendapatkan
makanan serba instan bahkan gerai-gerai penjualan makanan cepat saji menawarkan jasa
pesan antar.
Pola makan makanan yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh
sebagian masyarakat. Sebagai contoh, gorengan, jenis makanan murah meriah dan mudah
didapat karena banyak dijual di pinggir jalan ini rasanya memang enak. Jajanan seperti pisang
goreng, tahu isi, ubi goreng, pisang coklat, bala-bala serta banyak yang lain dengan rasanya
yang gurih, renyah, dan berharga murah membuat orang menyukai gorengan.
Namun banyak orang yang tidak tahu bahwa makanan gorengan adalah makanan
yang memiliki resiko tinggi sebagai pemicu penyakit degenerative seperti penyakit diabetes
mellitus, kardiovaskular, serta stroke.
Penyakit degeneratif yang tidak menular ini sejak beberapa dasawarsa silam telah
menjadi permasalah yang cukup serius bagi banyak Negara diseluruh dunia. WHO,
mengatakan bahwa penyakit degeneratf ini telah menambah peliknya kondisi kesehatan
sebagian besar Negara didunia yang selama ini dihimpit permasalahan banyaknya kasus
penyakit menular dan infeksi yang tergolong non degenerative.
Seperti masalah kesehatan pada umumnya, penyakit degeneratif juga sangat
mempengaruhi banyak faktor dalam kehidupan manusia. Sector yang paling dipengaruhi
adalah sector ekonomi, karena penyakit ini sangat mempengaruhi produktivitas kerja
seseorang.
Ada tiga cara pencegahan penyakit yang masuk kelompok degenerative ini. Ketiga
cara itu adalah melakukan pola makan yang baik yaitu tidak makan makanan berlemak
seperti junk food serta makanan berkolestrol lainnnya, melakukan olahraga teratur, serta tidak
merokok.
Penyakit degenerative dapat dicegah dengan cara menimbulkan faktor-faktor resiko
penyebabnya. Faktor-faktor resiko ini sebenarnya telah diketahui secara luas oleh hampir
semua kalangan masyarakat. Faktor-faktor resiko utama penyebab penyakit degenerative
adalah pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta konsumsi rokok.

12
Ketiga faktor resiko ini meningkat seiring dengan perubahan kebiasaan makan masyarakat ke
arah konsumsi makanan tinggi lemak dan gula, dan jenis pekerjaan yang tidak banyak
mengeluarkan tenaga.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulasn
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak didalam
individu sendiri yang disebut faktor intern, yaitu keturunan dan motif. Sedangkan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Sedangkan aspek
perilaku berupa aspek fisik, aspek psikis, dan aspek social.
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner.
Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif
diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan.
Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bisa ditempuh, yaitu:
1. Dengan paksaan
2. Dengan memberi imbalan
3. Dengan membina hubungan baik
4. Dengan menunjukkan contoh-contoh
5. Dengan memberikan kemudahan
6. Dengan menambah kesadaran dan motivasi
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan adalah perubahan perilaku pada seseorang
hendaklah perubahan perilaku yang bersifat positif, bukan kebalikannya. Yang mana
perubahan perilaku dalam bentuk negative dapat memberikan efek buruk pada tubuh, seperti
timbulnya penyakit degenerative. Sebaiknya setiap orang dapat menjaga dirinya sendiri
sebelum terlambat

13
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A., & Akbar, A. (2023). "Dampak Teknologi Digital terhadap Perubahan
Perilaku Remaja: Sebuah Studi Kasus di Kota Jakarta." Jurnal Psikologi dan Perilaku
Manusia, 10(2), 45-60.

Budi, B., & Cahaya, C. (2022). "Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Perilaku
Konsumtif: Analisis Data Survei di Surabaya." Jurnal Perilaku dan Masyarakat, 20(4),
321-338.

Cahyani, C., & Dharma, D. (2021). "Peran Pendidikan dalam Membentuk Perilaku
Pro-Sosial pada Mahasiswa: Studi Kasus di Universitas X." Jurnal Pendidikan
Psikologi, 17(3), 189-204.

Darmawan, D., & Eka, E. (2020). "Perubahan Pola Makan dan Kesehatan Mental:
Analisis Data Longitudinal di Daerah Yogyakarta." Jurnal Gizi dan Psikologi
Kesehatan, 25(1), 56-72.

Fauzi, F., & Gunawan, G. (2019). "Pengaruh Konten Media Sosial terhadap Perilaku
Konsumtif: Studi Kasus Pemuda Urban di Bandung." Jurnal Komunikasi dan
Perubahan Sosial, 15(2), 215-230.

Hidayat, H., & Irawan, I. (2018). "Pengaruh Gaya Hidup Urban terhadap Perilaku
Merokok pada Pemuda: Perspektif Psikologi Kesehatan." Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 12(4), 123-140.

Idris, I., & Jaya, J. (2017). "Pengaruh Pendidikan Keluarga terhadap Perilaku Sosial
Anak Usia Dini: Studi Kasus di Kota Surakarta." Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan Anak, 14(3), 321-338.

Joko, J., & Kusuma, K. (2016). "Pola Interaksi Sosial dalam Masyarakat Desa:
Dampaknya terhadap Perubahan Perilaku Manusia." Jurnal Antropologi dan
Sosiologi, 23(1), 45-60.

14
Kurniawan, K., & Lestari, L. (2015). "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Penggunaan Media Sosial di Kalangan Remaja: Studi Kasus di Semarang."
Jurnal Psikologi Komunikasi, 19(2), 321-338.

Lestari, L., & Mulyadi, M. (2014). "Pengaruh Kesehatan Mental terhadap Perubahan
Perilaku Konsumen: Sebuah Analisis Kualitatif di Kota Medan." Jurnal Kesehatan
Jiwa, 8(1), 189-204.

Mawar, M., & Ningsih, N. (2023). "Pengaruh Penggunaan Gadget pada Anak-anak
terhadap Perubahan Pola Interaksi Sosial." Jurnal Psikologi Anak, 11(4), 56-72.

Nugraha, N., & Oktavia, O. (2022). "Pentingnya Pendidikan Seksual dalam


Mengatasi Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja: Studi Kasus di Bali." Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 26(3), 215-230.

Oktaviani, O., & Putra, P. (2021). "Hubungan antara Kesehatan Mental dan Perilaku
Kekerasan pada Anak: Studi Longitudinal di Jakarta." Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Jiwa, 18(1), 123-140.

Putri, P., & Qurniati, Q. (2020). "Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perubahan Pola
Makan: Studi Kasus di Kota Malang." Jurnal Kesehatan Masyarakat, 14(2), 45

15

Anda mungkin juga menyukai