Perilaku
Indah Julianti, SST. M.Kes
PENGERTIAN PRILAKU
Factor pendukung
· ketersediaan sumber daya kesehatan
· keterampilan individu
· keterjangkauan sumber daya kesehatan
Factor penguat
· keluarga
· teman
· suami
· petugas kesehatan
Tiap – tiap perilaku kesehatan dapat dilihat dari sebagai fungsi dari pengaruh ketiga factor yang dapat memengaruhi prilaku tersebut
(predisposisi, pendukung dan penguat). Dengan kata lain, program penyebaran informasi kesehatan tanpa memperhatikan pengaruh dari
factor ppredisposisi, factor pendukung, dan factor penguat tidak akan berhasil mempengaruhi perilaku.
Prilaku Kesehatan
STIMULUS
(rangsangan)
PROSES STIMULUS
REAKSI TERBUKA (TINDAKAN)
REAKSI TERTUTUP (Sikap)
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat – tingkat berdasarkan itensitasnya, sebagai berikut :
Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecendrungan untuk bertindak
(praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan , sebab untuk terwujudnya tindakan
perlu factor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :
a. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada
tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktekkan sesuatu hal secara
otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
· Jenis makanan yang bergizi
· Manfaat makanan yang bergizi
· Olahraga
· Bahaya napa dan minuman keras, termasuk juga bahaya merokok
· Pola hidup sehat
· Istirahat, rekreasi dan sebagainya
2) Mengganti
Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka proses selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah mengganti. Mengganti merupakan proses melawan bentuk keyakinan,
pemikiran, dan perasan yang diyakini salah.
3) Mengintrospeksi.
Mengintrospeksi merupakan proses dimana seseorang membuat penilaian mengenai apa yang
sudah diraih dan apalagi yang perlu untuk dilakukan. Di samping itu instropeksi juga berguna
untuk mendeteksi kadar self-excusing yang bisa jadi masih tetap ada dalam diri seseorang hanya
karena lupa membuat elaborasi, analogi, atau interpretasi dalam memahami dan melaksanakan.