PROMOSI KESEHATAN
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 1
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini membahas mengenai
“Konsep Pengkajian dan Perencanaan Promosi Kesehatan”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak tantangan dan hambatan yang
penulis lalui. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh sebab itu, penulis meminta pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya
yang dapat membangun. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan menfaat bagi kita
sekalian.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
4) Pendekatan pemasaran
Pada promosi kesehatan perawat lebih banyak berperan sebagai
fasilitator self-care dibandingkan pemberi asuhan keperawatan. Proses
pengkajian ditujukan untuk mengkaji klien, termasuk individual client,
keluarga atau komunitas dan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan
serta sesuai dengan hasil (Roberta Hunt, 2005). Adapun beberapa tahap
dalam pengkajian yaitu
6
e. Apa kesempatan saya di sini untuk melakukan tindakan dengan informasi
ini?
2) Riwayat komunitas
Bagi perawat komunitas selain untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka,
bekerja dengan kelompok atau komunitas pengetahuan tentang profil
komunitas dapat menjadikan pengkajian lebih sistematik daripada melakukan
pengamatan subjektif.
3) Pandangan masyarakat
Perawat pemberi promosi kesehatan perlu mendengarkan pandangan
masyarakat. Hal ini penting untuk dilakukan karena pertama, perawat perlu
mendorong masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam proses.
Kedua, perawat perlu memeberi keyakinan bahwa perawat menyediakan
informasi yang berguna dalam memenuhi kebutuhan dalam aktivitas
masyarakat. Proses ini dapat dikatakan tida berhasil jika masyarakat psif
dalam penyediaan informasi dan tidak berpartisipasi secara langsungdalam
proses promosi kesehatan. Untuk membuat masyarakat mau berpartisipasi
dalam proses promosi kesehatan, perawat dapat meminta bantuan dengan cara
melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, seperti: Tokoh yang
memiliki pengetahuan tentang isu umum dalam mayarakat, misalnya guru;
Pemuka agama; Tokoh yang penting dalam jaringan informal dan memiliki
peranan dalam local communication seperti shopkeepers dan bookmakers.
\
7
Bagaimana kita bisa mengidentifikasi kebutuhan promosi kesehatan?
Dan darimana saja sumber-sumber yang dapat digunakan?
Perhatikan/cermati point berikut tentang cara mencari dan menfaatkan
informasi. Sumber data terdiri dari:
a. Data primer: secara langsung diambil dari objek/sasaran, baik
perorangan,kelompok, organisasi maupun masyarakat.
b. Data sekunder: data yang didapat tidak secara langsung dari
objek/sasaran. Data yang didapat sudah jadi, yang dikumpulkan oleh
pihak lain dengan berbagai cara/ metode, baik komersial maupun non
komersial, misalnya melalui media cetak maupun elektronik.
Data yang dikumpulkan terdiri dari :
a) Data epidemiologi
b) Data sosial ekonomi
c) Pandangan profesional
4) Informasi Kualitas Kehidupan : diperoleh dengan melihat data sekunder
(Strata keluarga) informasi ini hanya berfungsi sebagai latar belakang
masalah saja.
8
2) Observasi :
Diartikan pengamatan dan pencatatan secara sisttematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian/sasaran. Observasi merupakan
metode yang cukup mudah dilakukan untuk pengumpulan data. Banyak
gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan tertentu
sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan obeservasi tidak dapat
dilakukan. Contoh observasi adalah dengan Survey Langsung kita dapat
melihat karakteristik tentang gaya hidup, tempat tinggal dan tipe rumah
dan lingkungan rumah. Jenis observasi yang lain :
a) Catatan anekdot : alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar
biasa menurut urutan kejadian, catatan dibuat segera setelah peristiwa
terjadi. Pencatatan ini dilakukan terhadap bagaimana kejadiannya, bukan
pendapat pencatat tentang kejadian tersebut.
b) Catatan berkala (Incidental record) : Pencatatan berkala walaupun
dilakukan berurutan menurut waktu munculnya suatu gejala tetapi tidak
dilakukan terus menerus, melainkan pada waktu tertentu dan terbatas pula
pada jangka waktu yang telah ditetapkan unutk tiap kali pengamatan.
c) Daftar ceklis (Checklist) : Penataan data dilakukan dengan
menggunakan sebuah daftar yang emuat nama observer dan jeniis gejala
yang diamati.
d) Skala Penilaian (Rating Scale) : Pencatatan dta dengan alat ini
dilakukan sperti ceklis. Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala
yang dicatat. Dalam rating scale tidak hanya terdapat nama objek yang
diobeservasi dan gejala yang diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom
yang menunjukkan tingkatan/jenjang setiap gejala tersebut.
9
a) Informant Interviews, informasi yang diperoleh dari informan adalah
kunci melalui wawncara atau focus group discussion sangat menolong
dalam mengatasi masalah.
b) Participant Observation, kita dapat mengkaji dat objektif berdasarkan
orang, tempat dan social system yang ada di komunitas. Informasi ini
dapat membantu mengidentifikasi tren, kestabilan dan perubahan yang
memberi dampak kesehatan individu di komunitas.
10
Penentuan fokus program menentukan bentuk program yang harus disusun
berdasar pada kelompok target dan kebutuhan yang sudah teridentifikasi.
Analisis target adalah tahapan dari perencanaan program promosi
kesehatan yang bertujuan untuk menganalisis kelompok sasaran berdasar
perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dari sasaran.
Bagian paling penting dari perencanaan program adalah analisis komunitas
atau yang biasa dikenal sebagai analisis kebutuhan need assessment.
Keberhasilan program promosi kesehatan tergantung dari data yang
didapat tentang individu, kelompok atau sistem yang akan menjadi fokus
dari program. Berdasarkan data tersebut perencana program dapat
memahami masalah kesehatan yang perlu diatasi dan sumberdaya yang
tersedia.
Model Procede dan Proceed juga berperan penting dalam
perencanaan pendidikan dan promosi kesehatan karena menyediakan
bentuk untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan
masalah kesehatan, perilaku dan pelaksanaan program. Precede
predisposing, reinforcing dan enabling adalah akronim untuk pengaruh,
pendukung dan pemungkin menggambarkan diagnosis administrasi dengan
pelaksanaan serta evaluasi program.
Permasalahan kesehatan dapat dipelajari dengan memperhatikan
faktor perilaku dan non perilaku atau penyebab dari lingkungan untuk
masalah kesehatan. Baik faktor perilaku maupun non perilaku keduanya
dapat menjadi target potensial untuk program promosi kesehatan.
Meskipun demikian salah satu faktor sebab akibat dapat dipilih menjadi
target program berdasar pada besarnya kemungkinan untuk terjadi
perubahan dan pentingnya faktor tersebut tehadap kesehatan secara
keseluruhan Dignan dan Carr,1992.
Perilaku kesehatan dapat dikelompokkan berdasar faktor yang
mendukung kemunculannya. Tiga kategori faktor ini merupakan bentuk
precede yang memungkinkan untuk memisahkan perilaku ke dalam
unitkesatuan untuk perencanaan pogram Greene dan Kreuter, 1991.
11
Faktor pengaruh predisposing adalah faktor yang mempengaruhi
seseorang atau kelompok untuk melakukan tindakan. Pengetahuan, sikap,
nilai, kepercayaan dan ketrampilan merupakan bentuk dari faktor
pengaruh. Faktor pendukung enabling meliputi faktor ketrampilan personal
dan sumber daya yang tersedia yang diperlukan untuk membentuk satu
perilaku. Faktor pendukung adalah faktor –faktor yang berkaitan dengan
individu, kelompok, dan sistem kesehatan yang memungkinkan
keberhasilan terjadinya suatu tindakan. Faktor pendorong reinforcing yaitu
faktor yang mendorong perilaku kesehatan atau outcomes untuk tetap
dilakukan. Dorongan dapat berasal dari individu atau kelompok, dari
individu atau institusi atau dari masyarakat. Perilaku diklasifikasikan ke
dalam faktor-faktor yang menyebabkan, mendukung dan mendorong
terjadinya perilaku. Klasifikasi ini bermanfaat dalam penyusunan program
promosi kesehatan. Klasifikassi ini juga memberikan data yang dapat
dianalisis untuk perilaku dan tindakan yang diperlukan untuk mengubah
perilaku tersebut.
Langkah pertama dalam precede model adalah mengidentifikasi
faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan dalam hubungannya
sebagai faktor pengaruh, pendukung dan pendorong. Faktor-faktor tersebut
dapat berhubungan dengan perilaku individu atau sumberdaya dan faktor
lingkungan. Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah di
antara faktor-faktor dalam berbagai kategori tersebut.
Faktor-faktor tersebut dinilai berdasarkan urutan pengaruh mereka
terhadap perilaku kesehatan, kemungkinan untuk diubah dan sumberdaya
yang tersedia untuk mengubah perilaku tersebut. Setelah prioritas masalah
teridentifikasi dapat ditentukan tujuan program promosi kesehatan yang
merupakan petunjuk untuk melakukan penyusunan program.
Suharto 1997, menjelaskan bahwa proses perumusan kebijakan
sosial dapat dikelompokkan dalam 3 tahap, yaitu : tahap identifikasi, tahap
implementasi dan tahap evaluasi.
12
Setiap tahap terdiri dari beberapa tahapan yang saling terkait:
Secara garis besar, tahapan perumusan kebijakan dapat adalah sebagai
berikut :
a. Tahap Identifikasi
i. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan :
tahap pertama dalam perumusan kebijakan sosial adalah
mengumpulkan data mengenai permasalahan social yang dialami
masyarakat dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat
yang belum terpenuhi.
13
v. Pemilihan Model Kebijakan :
pemilihan model kebijakan dilakukan terutama untuk
menentukan pendekatan, metoda dan strategi yang paling efektif dan
efisien mencapai tujuan-tujuan kebijakan. Pemilihan model ini juga
dimaksudkan untuk memperoleh basis ilmiah dan prinsip-prinsip
kebijakan sosial yang logis, sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b.Tahap Implementasi :
i. Perumusan kebijakan :
rencana kebijakan yang sudah disepakati bersama dirumuskan
ke dalam stategi dan pilihan tindakan beserta pedoman peraturan
pelaksanaannya.
14
c. Tahap Evaluasi Evaluasi
dilakukan baik terhadap proses maupun hasil implementasi kebijakan.
Penilaian terhadap proses kebijakan difokuskan pada tahapan perumusan
kebijakan, terutama untuk melihat keterpaduan antar tahapan, serta
sejauhmana program dan pelayanan sosial mengikuti garis kebijakan yang
telah ditetapkan. Penilaian terhadap hasil dilakukan untuk melihat pengaruh
atau dampak kebijakan, sejauh mana kebijakan mampu mengurangi atau
mengatasi masalah. Berdasarkan evaluasi ini, dirumuskanlah kelebihan dan
kekurangan kebijakan yang akan dijadikan masukan bagi penyempurnaan
kebijakan berikutnya atau perumusan kebijakan baru.
15
Dimensi isi. Hal ini berarti diperlukan informasi untuk setiap fase.
Dimensi metode. Hal ini meliputi cara mendapatkan dan menganalis
informasi.
Dimensi proses. Hal ini menunjukan adanyatahapan tertentu secara
sistematis.
2. Model PRECEDE-PROCEED
Model yang dikembangkan oleh green dan kreuter (1991) pada
tahun 1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam
perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model
PRECEDE (predisposing, reinforcing and enabling causes in educational
diagnosa and evaluation). PRECEDE merupakan kerangkan untuk
membantu perencanaan mengenal masalah,mulai dari kebutuhan
pendidikan sampai pengembangan program. Pada tahun 1991, model ini
disempurnakan menjadi model PRECEDE-PROCEED. PROCEED
merupakan singkatan dari policy, regulatory, and organitional contructs
in educational and environmental development.
Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-
sama dalam proses perencanaan, perencanaan, dan evaluasi. PRECEDE
digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan
program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran
dan kriteria kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Schmint dkk.
(1990), model ini paling banyak diterima dan telah berhasil diterapkan
dalam perencanaan program-program komperhensif dalam banyak
susunan yang berlainan serta model ini dianggap lebih berorientasi
praktis.
16
2.3.3 Langkah-Langkah Perencanaan Promosi Kesehatan Kesehatan
a. Diagnosis masalah
Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah
kesehatan (umur,jenis kelamin,lokasi dan suku) diidentifikasi.
Disamping itu, dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari
masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda
dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut
(imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan atau
perilaku). Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas
masalah, yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat
yang ditimbulkan, serta kemungkinan untuk diubah.prioritas maslah
harus tergambar pada tujuan program dengan ciri “who will benefit
how much of what outcome by when”.
17
Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)
18
4. Mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan
kemungkinan untuk diubah.
5. Menetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.
Setelah itu, tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang
ingin dicapai.
19
pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat
yang kondusif bagi kesehatan.
Cara ini cukup dan relative murah, karena informasi yang diperoleh
mewakili berbagai perspektif dan selain untuk membuat perencanaan, data
yang ada juga dapat membantu pengimplementasian promosi kesehatan.
20
Informasi yang di peroleh dari informan kunci melalui focus groups
discussion sangat menolong untuk memahami masalah yang ada.
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis
penyebab masalah,penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada
untuk mencapai tujuan.penting dalam perencaaan menetapkan dimensi
kebutuhan dan prioritas kebutuhan promosi kesehatan. Output fase ini adalah
rumusan tujuan (yaitu, rumusan peningkatan perilaku yang diinginkan setelah
pengkaji fakta perilaku, faktor-faktor internal dan eksternal), dan rumusan
kegiatan untuk melakukan intervensi terhadap faktor penyebab, yang
diinventarisasi dan disusun dalam kegiatan yang berututan.
Dignan dan Carr 1992 menyatakan bahwa proses untuk perencanaan
program untuk pendidikan kesehatan masyarakat terdiri dari: analisis
komunitas, diagnosa komunitas, penetapan fokus program, analisis kelompok
target, penyusunan rencana program, pelaksanaan dan evaluasi. Analisis
komunitas merupakan proses pengumpulan informasi yang berhubungan
dengan komunitas yang akan dipelajari.
3.2. Saran
Semoga dengan disusunnya makalah ini, penulis mengharapkan kepada
semua pembaca agar dapat memahami isi dari makalah ini. Serta dapat
memberikan kritik dan saran yang mampu membangun.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://gudanginfountukmu.blogspot.com/2017/01/konsep-dasar-promosi-
kesehatan-dan-ilmu.html
23