Anda di halaman 1dari 23

KONSEP PENGKAJIAN DAN PERENCANAAN

PROMOSI KESEHATAN

Di Susun Oleh :
KELOMPOK 1

1. AULIA FITRI RAHMASARI 1814401051


2. PUTRI FADILAH 1814401052
3. FERA WATI 1814401053
4. MAHARY FERYNDA BARATAMA 1814401054
5. GALUH WIDINI 1814401055
6. DWI ARI NOVITA SARI 1814401056
7. MENTARI ANGGERAINI USMAN 1814401057
8. PREPTI AYU MAHARANI 1814401058
9. NURMA SARI HASAN 1814401059

POLTEKKES TANJUNG KARANG


PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini membahas mengenai
“Konsep Pengkajian dan Perencanaan Promosi Kesehatan”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak tantangan dan hambatan yang
penulis lalui. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh sebab itu, penulis meminta pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya
yang dapat membangun. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan menfaat bagi kita
sekalian.

Bandar Lampung, 16 Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian Data (Kwantitatif dan Kualitatif) ................................ 5
2.2 Analisis Kebutuhan Promkes ......................................................... 10
2.3 Perencanaan Promkes .................................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................... 22
3.2 Saran ............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting,
namun banyak orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya
kesehatan didalam kehidupannya. Masyarakat memiliki hak didalam
memperoleh pelayanan kesehatan hal ini berdasarkan Undang-Undang Dasar
1945 yang tercantum didalam pasal 28 ayat I. Untuk itu diperlukan suatu
tindakan yang harus diambil dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Tindakan yang perlu bagi masyarakat adalah salah satunya
dengan promosi kesehatan dan ilmu perilaku.
Kami telah berusaha mempelajari konsep promosi kesehatan dan ilmu
perilaku dari sumber-sumber seperti, dari buku maupun internet. Namun,
tidak menutup kemungkinan masih adanya kekurangan maupun kesalahan,
maka kami sangat memerlukan saran dan kritik pembaca ataupun dosen
pengajar.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah pengkajian data (kwantitatif dan kualitatif)?
1.2.2 Bagaimanakah analisis kebutuhan promkes?
1.2.3 Bagaimanakah perencanaan promosi Kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengkajian data (kwantitatif dan kualitatif).
1.3.2 Untuk mengetahui analisis kebutuhan promkes.
1.3.3 Untuk mengetahui perencanaan promosi Kesehatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian Data (Kwantitatif & Kualitatif)


1. Menentukan Kebutuhan Manusia
Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, perawat perlu
menentukan prioritas.Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan merupakan
metode yang sangat berguna untuk menetukan prioritas. Hirarki tentang
kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkat. Tingkat
pertama atau tingkat paling dasar mencakup kebutuhan seperti udara, air, dan
makanan. Tingkat kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan.
Tingkat ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan memiliki. Tingkat
keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri. Tingkat kelima
adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri. Lain halnya dengan Bradshaw
(1972), Bradshaw secara umun mengunakan suatu taksonomi yang
membedakan kebutuhan kesehatan dan sosial menjadi empat tipe kebutuhan,
yaitu:
a. Kebutuhan normatif: Didasarkan pada pertimbangan ahli profesional.
Contohnya : perencanaan karir, keuangan, asuransi, dan liburan.
b. Kebutuhan yang dirasakan: Kebutuhan yang diidentifikasi sebagai apa
yang mereka inginkan. Tergantung pada kesadaran dan pengetahuannya
c. Kebutuhan yang dinyatakan: Kebutuhan yang dirasakan yang telah diubah
menjadi permintaan yang terungkap (demand), biasanya berupa keinginan.
d. Kebutuhan ini bisa bertentangan dengan kebutuhan normatif.
e. Kebutuhan Komparatif: Kebutuhan dengan membandingkan diantara
kelompok yang sama.
Empat (4) kunci yang perlu dipertimbangkan dalam mengidentifikasi
kebutuhan:
1) Ruang lingkup tugas;
2) Reaktif atau proaktif;
3) Menempatkan kebutuhan klien lebih dulu;

5
4) Pendekatan pemasaran
Pada promosi kesehatan perawat lebih banyak berperan sebagai
fasilitator self-care dibandingkan pemberi asuhan keperawatan. Proses
pengkajian ditujukan untuk mengkaji klien, termasuk individual client,
keluarga atau komunitas dan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan
serta sesuai dengan hasil (Roberta Hunt, 2005). Adapun beberapa tahap
dalam pengkajian yaitu

2. Tujuan pengkajian keperawatan dalam promosi kesehatan


a. Untuk membantu intervesi langsung dengan sewajarnya.
b. Untuk mengidentifikasi respon tentang kebutuhan spesifik dari grup
minoritas, komunitas, atau populasi yang membutuhkan promosi
kesehatan. Misalnya promosi kesehatan yang dilakukan pada komunitas
mantan penderita kusta tentu berbeda dengan promosi yang dilakukan pada
orang normal.
c. Untuk menentukan risiko dari suatu komunitas, apa yang akan terjadi jika
komunitas tersebut diberi promosi kesehatan dan apa yang akan terjadi jika
kelompok tersebut tidak diberi promosi kesehatan.
d. Alokasi sumber dana, prioritas dana dinas kesehatan diharapkan digunakan
untuk proses pencegahan penyakit melalui promosi kesehatan bukan untuk
biaya pengobatan.

3. Proses pengkajian dalam promosi kesehatan


Proses dimulai dari pengkajian kualitas hidup, masalah kesehatan,
masalah perilaku, faktor penyebab, sampai keadaan internal dan eksternal.
Output pengkajian ini adalah pemetaan masalah perilaku, penyebabnya, dan
lain-lain. Proses pengkajian dalam promosi kesehatan dapat dilakukan dengan
memberikan beberapa pertanyaan, yaitu tentang:
a. Apa yang ingin saya ketahui?
b. Mengapa saya ingin mengetahui hal ini?
c. Bagaimana saya bisa menemukan informasi ini?
d. Apa yang akan saya lakukan dengan informasi ini?

6
e. Apa kesempatan saya di sini untuk melakukan tindakan dengan informasi
ini?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut berguna untuk mengetahui secara


lebih detail tentang:
1) Kebutuhan individu
Untuk seorang perawat pemberi promosi kesehatan yang bekerja dengan klien
individu, ini sangat penting untuk diketahui agar dapat meningkatkan
partisipasi klien dalam proses keperawatan.

2) Riwayat komunitas
Bagi perawat komunitas selain untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka,
bekerja dengan kelompok atau komunitas pengetahuan tentang profil
komunitas dapat menjadikan pengkajian lebih sistematik daripada melakukan
pengamatan subjektif.

3) Pandangan masyarakat
Perawat pemberi promosi kesehatan perlu mendengarkan pandangan
masyarakat. Hal ini penting untuk dilakukan karena pertama, perawat perlu
mendorong masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam proses.
Kedua, perawat perlu memeberi keyakinan bahwa perawat menyediakan
informasi yang berguna dalam memenuhi kebutuhan dalam aktivitas
masyarakat. Proses ini dapat dikatakan tida berhasil jika masyarakat psif
dalam penyediaan informasi dan tidak berpartisipasi secara langsungdalam
proses promosi kesehatan. Untuk membuat masyarakat mau berpartisipasi
dalam proses promosi kesehatan, perawat dapat meminta bantuan dengan cara
melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, seperti: Tokoh yang
memiliki pengetahuan tentang isu umum dalam mayarakat, misalnya guru;
Pemuka agama; Tokoh yang penting dalam jaringan informal dan memiliki
peranan dalam local communication seperti shopkeepers dan bookmakers.
\

7
Bagaimana kita bisa mengidentifikasi kebutuhan promosi kesehatan?
Dan darimana saja sumber-sumber yang dapat digunakan?
Perhatikan/cermati point berikut tentang cara mencari dan menfaatkan
informasi. Sumber data terdiri dari:
a. Data primer: secara langsung diambil dari objek/sasaran, baik
perorangan,kelompok, organisasi maupun masyarakat.
b. Data sekunder: data yang didapat tidak secara langsung dari
objek/sasaran. Data yang didapat sudah jadi, yang dikumpulkan oleh
pihak lain dengan berbagai cara/ metode, baik komersial maupun non
komersial, misalnya melalui media cetak maupun elektronik.
Data yang dikumpulkan terdiri dari :
a) Data epidemiologi
b) Data sosial ekonomi
c) Pandangan profesional
4) Informasi Kualitas Kehidupan : diperoleh dengan melihat data sekunder
(Strata keluarga) informasi ini hanya berfungsi sebagai latar belakang
masalah saja.

5) Informasi tentang perilaku sehat : diperoleh dari kunjungan rumah atau di


Pos Yandu

6) Informasi tentang faktor penyebab (predisposing, enabling dan reinforcing


factors) diperoleh melalui survei cepat etnografi (Rapid etnography
assesment) yang dilakukan oleh tingkatan kabupaten atau kota.

7) Informasi tentang faktor internal (tenaga, sarana, dana promosi kesehatan)


dan eksternal (peraturan, lingkungan di luar unit) diperoleh dari
lapangan/tempat.

Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan suatu metode yang


bertujuan untuk mengumpulkan data yang terdiri dari
1) Tes / Ujian, lisan maupun tertulis

8
2) Observasi :
Diartikan pengamatan dan pencatatan secara sisttematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian/sasaran. Observasi merupakan
metode yang cukup mudah dilakukan untuk pengumpulan data. Banyak
gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan tertentu
sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan obeservasi tidak dapat
dilakukan. Contoh observasi adalah dengan Survey Langsung kita dapat
melihat karakteristik tentang gaya hidup, tempat tinggal dan tipe rumah
dan lingkungan rumah. Jenis observasi yang lain :
a) Catatan anekdot : alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar
biasa menurut urutan kejadian, catatan dibuat segera setelah peristiwa
terjadi. Pencatatan ini dilakukan terhadap bagaimana kejadiannya, bukan
pendapat pencatat tentang kejadian tersebut.
b) Catatan berkala (Incidental record) : Pencatatan berkala walaupun
dilakukan berurutan menurut waktu munculnya suatu gejala tetapi tidak
dilakukan terus menerus, melainkan pada waktu tertentu dan terbatas pula
pada jangka waktu yang telah ditetapkan unutk tiap kali pengamatan.
c) Daftar ceklis (Checklist) : Penataan data dilakukan dengan
menggunakan sebuah daftar yang emuat nama observer dan jeniis gejala
yang diamati.
d) Skala Penilaian (Rating Scale) : Pencatatan dta dengan alat ini
dilakukan sperti ceklis. Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala
yang dicatat. Dalam rating scale tidak hanya terdapat nama objek yang
diobeservasi dan gejala yang diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom
yang menunjukkan tingkatan/jenjang setiap gejala tersebut.

3) Peralatan mekanis (Mecanical device) :


Pencatatan dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi
berlangsung, karena sebagian atau seluruh peristiwa direkam sesuai
dengan keperluan. Jenis pengumpulan data ini , Yaitu : angket,
wawancara, teknik sampling.

9
a) Informant Interviews, informasi yang diperoleh dari informan adalah
kunci melalui wawncara atau focus group discussion sangat menolong
dalam mengatasi masalah.
b) Participant Observation, kita dapat mengkaji dat objektif berdasarkan
orang, tempat dan social system yang ada di komunitas. Informasi ini
dapat membantu mengidentifikasi tren, kestabilan dan perubahan yang
memberi dampak kesehatan individu di komunitas.

2.2 Analisis Kebutuhan Program Promosi Kesehatan


Menurut Dignan dan Carr 1992 perencanaan program promosi
kesehatan berdasar pada model dari pendidikan secara umum, yaitu :
Gambaran siswa Penentuan goal dan objektif Menetapkan tujuan
Penentuan area Pendidikan pendidikan Penentuan bentuk Penentuan model
design sistem pengajaran pengajaran umpan balik Membuat contoh tes
penentuan program Program awal sesuai kebutuhan.
Model penyusunan rencana pengajaran. Berdasar model tersebut
terdapat empat komponen dasar yang diperlukan untuk menyusun rencana
pengajaran. Model tersebut tidak hanya menunjukkan komponen untuk
pengajaran, tetapi juga memberi petunjuk untuk penyusunan program yang
sesuai dengan kebutuhan dan harapan yang berhubungan dengan
kesehatan.
Dignan dan Carr 1992 menyatakan bahwa proses untuk
perencanaan program untuk pendidikan kesehatan masyarakat terdiri dari:
analisis komunitas, diagnosa komunitas, penetapan fokus program, analisis
kelompok target, penyusunan rencana program, pelaksanaan dan evaluasi.
Analisis komunitas merupakan proses pengumpulan informasi yang
berhubungan dengan komunitas yang akan dipelajari.
Diagnosa komunitas merupakan tahap akhir dari analisis komunitas
yang meliputi penyusunan data dan identifikasi kesenjangan antara
masalah kesehatan dan pelayanan kesehatan. Setelah kebutuhan dapat
teridentifikasi langkah selanjutnya adalah menetapkan fokus program.

10
Penentuan fokus program menentukan bentuk program yang harus disusun
berdasar pada kelompok target dan kebutuhan yang sudah teridentifikasi.
Analisis target adalah tahapan dari perencanaan program promosi
kesehatan yang bertujuan untuk menganalisis kelompok sasaran berdasar
perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dari sasaran.
Bagian paling penting dari perencanaan program adalah analisis komunitas
atau yang biasa dikenal sebagai analisis kebutuhan need assessment.
Keberhasilan program promosi kesehatan tergantung dari data yang
didapat tentang individu, kelompok atau sistem yang akan menjadi fokus
dari program. Berdasarkan data tersebut perencana program dapat
memahami masalah kesehatan yang perlu diatasi dan sumberdaya yang
tersedia.
Model Procede dan Proceed juga berperan penting dalam
perencanaan pendidikan dan promosi kesehatan karena menyediakan
bentuk untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan
masalah kesehatan, perilaku dan pelaksanaan program. Precede
predisposing, reinforcing dan enabling adalah akronim untuk pengaruh,
pendukung dan pemungkin menggambarkan diagnosis administrasi dengan
pelaksanaan serta evaluasi program.
Permasalahan kesehatan dapat dipelajari dengan memperhatikan
faktor perilaku dan non perilaku atau penyebab dari lingkungan untuk
masalah kesehatan. Baik faktor perilaku maupun non perilaku keduanya
dapat menjadi target potensial untuk program promosi kesehatan.
Meskipun demikian salah satu faktor sebab akibat dapat dipilih menjadi
target program berdasar pada besarnya kemungkinan untuk terjadi
perubahan dan pentingnya faktor tersebut tehadap kesehatan secara
keseluruhan Dignan dan Carr,1992.
Perilaku kesehatan dapat dikelompokkan berdasar faktor yang
mendukung kemunculannya. Tiga kategori faktor ini merupakan bentuk
precede yang memungkinkan untuk memisahkan perilaku ke dalam
unitkesatuan untuk perencanaan pogram Greene dan Kreuter, 1991.

11
Faktor pengaruh predisposing adalah faktor yang mempengaruhi
seseorang atau kelompok untuk melakukan tindakan. Pengetahuan, sikap,
nilai, kepercayaan dan ketrampilan merupakan bentuk dari faktor
pengaruh. Faktor pendukung enabling meliputi faktor ketrampilan personal
dan sumber daya yang tersedia yang diperlukan untuk membentuk satu
perilaku. Faktor pendukung adalah faktor –faktor yang berkaitan dengan
individu, kelompok, dan sistem kesehatan yang memungkinkan
keberhasilan terjadinya suatu tindakan. Faktor pendorong reinforcing yaitu
faktor yang mendorong perilaku kesehatan atau outcomes untuk tetap
dilakukan. Dorongan dapat berasal dari individu atau kelompok, dari
individu atau institusi atau dari masyarakat. Perilaku diklasifikasikan ke
dalam faktor-faktor yang menyebabkan, mendukung dan mendorong
terjadinya perilaku. Klasifikasi ini bermanfaat dalam penyusunan program
promosi kesehatan. Klasifikassi ini juga memberikan data yang dapat
dianalisis untuk perilaku dan tindakan yang diperlukan untuk mengubah
perilaku tersebut.
Langkah pertama dalam precede model adalah mengidentifikasi
faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan dalam hubungannya
sebagai faktor pengaruh, pendukung dan pendorong. Faktor-faktor tersebut
dapat berhubungan dengan perilaku individu atau sumberdaya dan faktor
lingkungan. Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah di
antara faktor-faktor dalam berbagai kategori tersebut.
Faktor-faktor tersebut dinilai berdasarkan urutan pengaruh mereka
terhadap perilaku kesehatan, kemungkinan untuk diubah dan sumberdaya
yang tersedia untuk mengubah perilaku tersebut. Setelah prioritas masalah
teridentifikasi dapat ditentukan tujuan program promosi kesehatan yang
merupakan petunjuk untuk melakukan penyusunan program.
Suharto 1997, menjelaskan bahwa proses perumusan kebijakan
sosial dapat dikelompokkan dalam 3 tahap, yaitu : tahap identifikasi, tahap
implementasi dan tahap evaluasi.

12
Setiap tahap terdiri dari beberapa tahapan yang saling terkait:
Secara garis besar, tahapan perumusan kebijakan dapat adalah sebagai
berikut :
a. Tahap Identifikasi
i. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan :
tahap pertama dalam perumusan kebijakan sosial adalah
mengumpulkan data mengenai permasalahan social yang dialami
masyarakat dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat
yang belum terpenuhi.

ii. Analisis Masalah dan Kebutuhan :


tahap berikutnya adalah mengolah, memilah dan memilih data
mengenai masalah dan kebutuhan masyarakat yang selanjutnya
dianalisis dan ditransformasikan ke dalam laporan yang terorganisasi.
Informasi yang perlu diketahui antara lain : apa penyebab masalah dan
apa kebutuhan masyarakat? Dampak apa yang mungkin timbul apabila
masalah tidak dipecahkan dan kebutuhan tidak dipenuhi? Siapa dan
kelompok mana yang terkena masalah?

iii. Penginformasian Rencana Kebijakan :


berdasarkan laporan hasil analisis disusunlah rencana kebijakan.
Rencana ini kemudian disampaikan kepada berbagai sub-sistem
masyarakat yang terkait dengan isu-isu kebijakan sosial untuk
memperoleh masukan dan tanggapan. Rencana ini dapat pula diajukan
kepada lembaga-lembaga perwakilan rakyat untuk dibahas dan
disetujui.

iv. Perumusan Tujuan Kebijakan :


setelah mendapat berbagai saran dari masyarakat dilakukanlah
berbagai diskusi dan pembahasan untuk memperoleh alternatif-
alternatif kebijakan. Beberapa alternatif kemudian dianalisis kembali
dan dipertajam menjadi tujuan-tujuan kebijakan.

13
v. Pemilihan Model Kebijakan :
pemilihan model kebijakan dilakukan terutama untuk
menentukan pendekatan, metoda dan strategi yang paling efektif dan
efisien mencapai tujuan-tujuan kebijakan. Pemilihan model ini juga
dimaksudkan untuk memperoleh basis ilmiah dan prinsip-prinsip
kebijakan sosial yang logis, sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan.

vi. Penentuan Indikator Sosial :


agar pencapaian tujuan dan pemilihan model kebijakan dapat
terukur secara objektif, maka perlu dirumuskan indikator- indikator
sosial yang berfungsi sebagai acuan, ukuran atau standar bagi rencana
tindakan dan hasil-hasil yang akan dicapai.

vii. Membangun Dukungan dan Legitimasi Publik :


tugas pada tahap ini adalah menginformasikan kembali rencana
kebijakan yang telah disempurnakan. Selanjutnya melibatkan berbagai
pihak yang relevan dengan kebijakan, melakukan lobi, negosiasi dan
koalisi dengan berbagai kelompok-kelompok lv masyarakat agar
tercapai konsensus dan kesepakatan mengenai kebijakan sosial yang
akan diterapkan.

b.Tahap Implementasi :
i. Perumusan kebijakan :
rencana kebijakan yang sudah disepakati bersama dirumuskan
ke dalam stategi dan pilihan tindakan beserta pedoman peraturan
pelaksanaannya.

ii. Perancangan dan implementasi program :


kegiatan utama dalam tahap ioni adalah mengoperasionalkan
kebijakan ke dalam usulan-usulan program untuk dilaksanakan.

14
c. Tahap Evaluasi Evaluasi
dilakukan baik terhadap proses maupun hasil implementasi kebijakan.
Penilaian terhadap proses kebijakan difokuskan pada tahapan perumusan
kebijakan, terutama untuk melihat keterpaduan antar tahapan, serta
sejauhmana program dan pelayanan sosial mengikuti garis kebijakan yang
telah ditetapkan. Penilaian terhadap hasil dilakukan untuk melihat pengaruh
atau dampak kebijakan, sejauh mana kebijakan mampu mengurangi atau
mengatasi masalah. Berdasarkan evaluasi ini, dirumuskanlah kelebihan dan
kekurangan kebijakan yang akan dijadikan masukan bagi penyempurnaan
kebijakan berikutnya atau perumusan kebijakan baru.

2.3 Perencanaan Promosi Kesehatan


2.3.1 Pengertian Perencanaan Promisi Kesehatan
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis
penyebab masalah,penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada
untuk mencapai tujuan.penting dalam perencaaan menetapkan dimensi
kebutuhan dan prioritas kebutuhan promosi kesehatan. Output fase ini adalah
rumusan tujuan (yaitu, rumusan peningkatan perilaku yang diinginkan setelah
pengkaji fakta perilaku, faktor-faktor internal dan eksternal), dan rumusan
kegiatan untuk melakukan intervensi terhadap faktor penyebab, yang
diinventarisasi dan disusun dalam kegiatan yang berututan.

2.3.2 Model Perencanaan Promosi Kesehatan


Berikut ini adalah beberapa model perencanaan promosi kesehatan
yang sering digunakan.
1. Model PERT
Model ini dikembangkan sejak tahun 1960 (ross dan mico) dan
dalam beberapa versi dan modifikasi, model ini masih digunakan dalam
aplikasi kegiatan atau program. Model PERT terdiri atas enam fase, yaitu
initiation, needs assessment, goal settings, planning/programing,
implementation, dan evaluation. Perhatian langsung atau dimensi model
ini adalah sebagai berikut.

15
 Dimensi isi. Hal ini berarti diperlukan informasi untuk setiap fase.
 Dimensi metode. Hal ini meliputi cara mendapatkan dan menganalis
informasi.
 Dimensi proses. Hal ini menunjukan adanyatahapan tertentu secara
sistematis.

2. Model PRECEDE-PROCEED
Model yang dikembangkan oleh green dan kreuter (1991) pada
tahun 1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam
perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model
PRECEDE (predisposing, reinforcing and enabling causes in educational
diagnosa and evaluation). PRECEDE merupakan kerangkan untuk
membantu perencanaan mengenal masalah,mulai dari kebutuhan
pendidikan sampai pengembangan program. Pada tahun 1991, model ini
disempurnakan menjadi model PRECEDE-PROCEED. PROCEED
merupakan singkatan dari policy, regulatory, and organitional contructs
in educational and environmental development.
Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-
sama dalam proses perencanaan, perencanaan, dan evaluasi. PRECEDE
digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan
program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran
dan kriteria kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Schmint dkk.
(1990), model ini paling banyak diterima dan telah berhasil diterapkan
dalam perencanaan program-program komperhensif dalam banyak
susunan yang berlainan serta model ini dianggap lebih berorientasi
praktis.

16
2.3.3 Langkah-Langkah Perencanaan Promosi Kesehatan Kesehatan

Menentukan kebutuhan promosi kesehatan

a. Diagnosis masalah

PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan


proritas masalah dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan
untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta implementasi
dan evaluasi.

 Fase 1 (Diagnosis sosial)

Diagnosis sosial adalah proses menentuan presepsi masyarakat terhadap


kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas
hidupnya, melalui partisipasi dan penerapanberbagai informasi yang
didesain sebelumnya untuk mengetahui masalah sosial. Penilaian dapat
dilakukan atas data dasar sensus, vital statistik yang ada, atau
pengumpulan data secara langsung ke masyarakat. Apabila data
langsung dikumpulkan dari masyarakat, cara pengumpulan data yang
dapat dilakukan adalah wawancara dengan informasi kunci, forum yang
ada dimasyarakat, focus groups discussion (FGD), nominal group
process, dan survei.

 Fase 2 (Diagnosis epidemiologi)

Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah
kesehatan (umur,jenis kelamin,lokasi dan suku) diidentifikasi.
Disamping itu, dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari
masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda
dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut
(imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan atau
perilaku). Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas
masalah, yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat
yang ditimbulkan, serta kemungkinan untuk diubah.prioritas maslah
harus tergambar pada tujuan program dengan ciri “who will benefit
how much of what outcome by when”.

17
 Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)

Untuk fase ini, masalah perilaku dan lingkungan yang


mempengaruhi perilaku dan status kesehatan atau kualitas hidup
seseorang atau masyarakat diidentifikasi. Penting bagi promotor
kesehatan untuk membedakan masalah perilaku yang dapat dikontrol
secara individu atau harus dikontrol melalui institusi. Contohnya, pada
kasus malnutrisi yang disebabkan oleh ketidak mampuan membeli
bahan makanan, intervensi pendidikan tidak akan bermanfaat sehingga
diperlukan pendekatan perubahan sosial untuk mengatasi masalah
lingkungan.

Indikator masalah perilaku yang mempengaruhi status kesehatan


sesorang adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya
pencegahan (preventive action), pola konsumsi makanan (consumption
pattern), kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan kesehatan
sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah
earliness,quality,persistence,frequency, dan range. Indikator lingkungan
yang diguakan adalah keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan
kesehatan, sedangkan dimensi yang digunakan terdiri atas
keterjangkauan, kemampuan, dan pemerataan.

Langkah-langkah dalam melakukan diagnosis perilaku dan


lingkingan yaity:

1. Memisahkan faktor perilaku dan nonperilaku sebagai penyebab


masalah kesehatan.
2. Mengidentifikasi perilaku yang dapat dicegah dan perilaku yang
berhubungan dengan tindakan perawatan atau pengobatan.untuk faktor
lingkungan melakukan eliminasi faktor nonperilaku yang tidak dapat
diubah (misalnya, faktor genetik dan demografi).
3. Mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya
pengaruh terhadap kesehatan.

18
4. Mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan
kemungkinan untuk diubah.
5. Menetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.
Setelah itu, tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang
ingin dicapai.

 Fase 4 (Diagnosis pendidikan Dan organisasional)

Identifikasi diagnosis pendidikan dan organisasional dilakukan


berdasarkan determinan perilaku yang memengaruhi status kesehatan
seseorang atau masyarakat, yaitu 1)factor predisposisi, meliputi
pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan, dan nilai atau norma yang
diyakini seseorang, 2) factor pendorong(enabling factors), yaitu factor
lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang, dan 3) factor
penguat (reinforcing factors), yaitu perilaku orang lain yang
berpengaruh(toma, toga, guru, petugas kesehatan, orang tua, pemegang
kekuasaan) yang dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran


yang akan dicapai berdasarkan factor predisposisi yang telah
diidentifikasi, dan menetapkan tujuan organisasional berdasarkan factor
penguat dan factor pendorong yang telah diidentifikasi melalui upaya
pengembangan organisasi dan sumber daya.

 Fase 5 (Diagnosis admninistrasi dan kebijakan)

Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan


peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat
pengembangan program promosi kesehatan. Untuk diagnosis
administrative, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di
organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Untuk
diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan
politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta

19
pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat
yang kondusif bagi kesehatan.

Pada fase ini, kita melangkah dari perencanaan dengan


PRECEDE ke implementasi dan evaluasi dengan PROCEED.
PRECEDE digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran.
Sebaliknya, PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan
tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima dan dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, penilaian sumber daya
dibutuhkan untuk meyakinkan keberadaan program, perubahan
organisasional untuk meyakinkan program dapat dijangkau, perubahan
politis dan peraturan untuk meyakinkan program dapat diterima oleh
masyarakat, dan evaluasi untuk meyakinkan program dapat
dipertanggungjawabkan kepada penentu kebijakan administrator,
konsumen atau klien, dan stakeholder terkait. Hal ini dilakuakan untuk
menilai kesesuaian program dengan standar yang telah ditetapkan.

Data yang dibutuhkan untuk perecanaan promosi kesehatan


dapat diperoleh dari berbagai sumber berikut.

1. Dokumen yang ada


2. Langsung dari masyarakat, untuk mengetahui status kesehatan
masyarakat, perilaku kesehatan, dan determinan perilaku itu.
3. Petugas kesehatan di lapangan
4. Tokoh masyarakat

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut.


1. Key informant approach

Cara ini cukup dan relative murah, karena informasi yang diperoleh
mewakili berbagai perspektif dan selain untuk membuat perencanaan, data
yang ada juga dapat membantu pengimplementasian promosi kesehatan.

20
Informasi yang di peroleh dari informan kunci melalui focus groups
discussion sangat menolong untuk memahami masalah yang ada.

2. Community forum approach

Data dikumpulkan melalui forum diskusi. Promoter kesehatan bersama


masyarakat mendiskusikan masalah yang ada dan jalan keluarnya. Jika dilihat
dari sudut program, cara ini sangat ekonomis dan promoter kesehatan dan
dapat memahami masalah dari berbagai sudut pandang masyarakat.\

3. Sample survey approach

Cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat yang paling valid dan


akurat, karena estimasi kesalahan dapat diseleksi. Namun, cara ini sangat
mahal. Metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi.

 Menetapkan prioritas masalah

Langkah-langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan


meliputi hal-hal berikut.

1. Menentukan status kesehatan masyarakat.


2. Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada.
3. Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
4. Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat meliputi tingkat
pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan atau
perilaku dan kepercayaan yang dianut).

Beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan


prioritas masalah antara lain beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan,
pertimbangan politis, dan sumber daya yang ada di masyarakat.

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis
penyebab masalah,penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada
untuk mencapai tujuan.penting dalam perencaaan menetapkan dimensi
kebutuhan dan prioritas kebutuhan promosi kesehatan. Output fase ini adalah
rumusan tujuan (yaitu, rumusan peningkatan perilaku yang diinginkan setelah
pengkaji fakta perilaku, faktor-faktor internal dan eksternal), dan rumusan
kegiatan untuk melakukan intervensi terhadap faktor penyebab, yang
diinventarisasi dan disusun dalam kegiatan yang berututan.
Dignan dan Carr 1992 menyatakan bahwa proses untuk perencanaan
program untuk pendidikan kesehatan masyarakat terdiri dari: analisis
komunitas, diagnosa komunitas, penetapan fokus program, analisis kelompok
target, penyusunan rencana program, pelaksanaan dan evaluasi. Analisis
komunitas merupakan proses pengumpulan informasi yang berhubungan
dengan komunitas yang akan dipelajari.

3.2. Saran
Semoga dengan disusunnya makalah ini, penulis mengharapkan kepada
semua pembaca agar dapat memahami isi dari makalah ini. Serta dapat
memberikan kritik dan saran yang mampu membangun.

22
DAFTAR PUSTAKA

Susilowati, dewi .2016.Promosi Kesehatan.Jakarta :Pusdik SDM Kesehatan

Dian, Ayubi. 2010. Konsep Promosi Kesehatan. Departemen Promosi Kesehatan


dan Ilmu Perilaku FKM UI.

Supradi, Wahit. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Keseharan Teori & Aplikasi. Jakarta :


Penerbit Rineka Cipta

Maulana, Haeri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC

http://gudanginfountukmu.blogspot.com/2017/01/konsep-dasar-promosi-
kesehatan-dan-ilmu.html

23

Anda mungkin juga menyukai