Anda di halaman 1dari 12

KASUS MALARIA DI LOMBOK BARAT

Makalah
Untuk Memenuhi Mata Kuliah
Perencanaan Program Promosi Kesehatan
Yang Dibina Oleh Bapak Dosen Handy Lala, SKM, MPH

Oleh :
Alvita Nur Istiqoma (P17421173003)
Martani Maharani ( P17421174021)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KESEHATAN TERAPAN
D-IV PROMOSI KESEHATAN
Februari 2019
KATA PENGANTAR

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Program
Promosi Kesehatan, karena berdasarkan kebutuhan dari materi diskusi kelas tentang diagnosa
pendidikan dan organisasi dengan maksud untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang materi dari promosi kesehatan dan ilmu perilaku itu sendiri. Untuk materi ini kami
usahakan dalam kelengkapan dan ketepatan materi dengan silabus mata kuliah pengantar
ilmu kesehatan masyarakat agar tidak rancu dan juga dapat bermanfaat bagi teman- teman
mahasiswa.
Ucapan terima kasih kami ucapkan untuk dosen mata kuliah Perencanaan Program
Promosi Kesehatan yaitu bapak Handy Lala, SKM, MPH karena beliau kami dapat
menuntaskan makalah ini dengan tepat waktu dan semoga dapat memenuhi tugas yang telah
di berikan oleh beliau.
Segala upaya telah di lakukan untuk membuat dan melengkapi isi makalah ini ,
namun tidak mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran agar di jadikan masukan untuk tugas di lain
waktu.Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa terutama di kelas kami dan juga
tentunya mahasiswa offering lain.

Malang, 01 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 2
1.3 TUJUAN ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 KASUS ..................................................................................................................... 3
2.2 KERANGKA KERJA PRECEDE AND PROCEED................................................ 4
2.3 TAHAP PROSES MENYELEKSI FAKTOR DAN MENGATUR PROGRAM .... 5
2.3.1 Identifikasi dan Menetapkan Faktor-Faktor..................................................... 5
2.3.1.1 Menentukan Metode ............................................................................ 5
2.3.1.2 Menentukan Media............................................................................... 6
2.3.2 Menetapkan Prioritas Antara Kategori ............................................................. 6
2.3.3 Menetapkan Prioritas Dalam Kategori ............................................................. 6
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 8
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 8
3.2 SARAN ..................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Teori Lawrence W Green merupakan salah satu teori modifikasi perubahan perilaku
yang dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk
merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model
pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan yang dikenal
dengan kerangka kerja Precede dan Proceed. Kerangka kerja precede mempertimbangkan
beberapa faktor yang membentuk status kesehatan dan membantu perencana terfokus
pada faktor tersebut sebagai target untuk intervensi (Green, 1991).
Perilaku kesehatan dianggap sebagai dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun
lingkungan, dan karena itu memiliki dua bagian yang berbeda. Pertama PRECEDE
(Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in, Educational/Ecological, Diagnosis,
Evaluation). Kedua PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational, Constructs in,
Educational, Enviromental, Development). Salah satu yang paling baik untuk
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program promosi kesehatan adalah model
Precede - Proceed. Precede bagian dari fase (1-4) berfokus pada perencanaan program,
dan bagian Proceed fase (5-8) berfokus pada implementasi dan evaluasi.Delapan fase dari
model panduan dalam menciptakan program promosi kesehatan, dimulai dengan hasil
yang lebih umum dan pindah ke hasil yang lebih spesifik.Secara bertahap, proses
mengarah ke penciptaan sebuah program, pemberian program, dan evaluasi program
(Fertman & Allensworth, 2010).

Dalam makalah ini menetapkan menggunakan metode precede fase 4 yaitu


diagnosa pendidikan dan organisasi yang menjelaskan tentang mengidentifikasi kondisi-
kondisi perilaku dan lingkungan yang status kesehatan atau kualitas hidup dengan
memperhatikan faktor-faktor penyebabnya. Merupakan target antara atau tujuan dari
program. Mengidentifikasi faktor-faktor yang harus diubah untuk kelangsungan
perubahan perilaku dan lingkungan (Green, 1991). Kasus dalam makalah ini yaitu
menetapkan kasus malaria di Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat
sebanyak 184 orang (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana cara untuk mengindentifikasi kondisi perilaku dan lingkungan atau
kualitas hidup di suatu daerah berdasarkan kasus yang ada?
1.2.2 Bagaimana cara untuk mengidentifikasi penyebab – penyebab perilaku terhadap
kasus yang ada?
1.2.3 Bagaimana cara untuk menetapkan prioritas antara dan dalam kategori suatu
kasus?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui cara mengindentifikasi kondisi perilaku dan lingkungan atau
kualitas hidup di suatu daerah berdasarkan kasus yang ada?
1.3.2 Untuk mengetahui cara mengidentifikasi penyebab – penyebab perilaku terhadap
kasus yang ada
1.3.3 Untuk mengetahui cara menetapkan prioritas antara dan dalam kategori suatu
kasus

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KASUS

Bupati Lombok Barat, NTB Fauzan Khalid telah menetapkan kasus malaria di
Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB)
terhitung sejak 8 September 2018. Merespons kasus itu, Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI tanggap melakukan sejumlah upaya pengendalian malaria di sana.
Jumlah kasus malaria di Kabupaten Lombok Barat dari pasca gempa hingga
tanggal 18 September 2018 berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi NTB yaitu
sebanyak 184 orang, 49 orang ditemukan secara passive case detection (PCD) dan
sebanyak 135 orang ditemukan secara active case detection (ACD). Untuk
mengendalikan KLB Malaria tersebut, Kemenkes tengah melakukan berbagai upaya,
yakni Pertama Mass Blood Survey (MBS) dan Mass Fever Survey (MFS). Penemuan
aktif kasus melalui MBS dan MFS ini bertujuan untuk menemukan dan mengobati dini
orang yang terjangkit malaria, baik dengan gejala klinis maupun tanpa gejala klinis,
sehingga diharapkan penularan akan berhenti.
Kegiatan dilakukan di wilayah Puskesmas Penimbung dan Puskesmas Meninting,
Kabupaten Lombok Barat, seperti yang dilakukan sejak tanggal 28 Agustus hingga 14
September 2018 lalu. Hasilnya MBS diketahui telah dilakukan sebanyak 3.779
pemeriksaan yang dilaksanakan di Puskesmas Penimbung di 2 desa dan Puskesmas
Meninting di 6 desa. Dari pemeriksaan tersebut ditemukan 110 positif malaria dari 3
desa.
Kedua, dilakukan pengamatan dan pengendalian vektor. Cara ini dilakukan untuk
mengidentifikasi daerah perindukan nyamuk anopheles dan dilakukan intervensi biologi,
kimia dan fisik (perbaikan lingkungan). Diharapkan kepadatan jentik dan nyamuk
penular dapat dikurangi atau dihilangkan. Pengamatan vektor dilaksanakan di wilayah
Puskesmas Penimbung, Desa Bukit Tinggi, pada tanggal 4-5 September 2018 oleh Sub
Direktorat Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit bersama Tim Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (BBPPVRP) Salatiga. Dari hasil
pengamatan ditemukan jentik Anopheles di kubangan sungai sekitar rumah dan tenda
penduduk di Desa Bukit Tinggi, Dusun Batu Kemalik.

3
Setelah di-rearing (dipelihara) dari pupa menjadi nyamuk diidentifikasi spesiesnya
adalah Anopheles balabacensis, Anopheles maculatus, Anopheles flavirostris, Anopheles
kochi dan Anopheles vagus.
Ketiga, inventarisasi logistik. Berdasarkan hasil rapat koordinasi penanggulangan
bencana di Kabupaten Lombok Barat pada tanggal 4 September 2018, ketersediaan
logistik di Dinas Kesehatan Provinsi NTB tersedia 5 ribu alat diagnosis cepat (Rapid
Diagnostic Test), 18 ribu tablet obat dihidroartemisinin + piperakuin (DHP), 1000 tablet
obat primakuin, 600 tablet obat kina, dan 280 ampul obat artesunat injeksi.
Keempat, dilakukan distribusi kelambu berinsektisida. Kemenkes telah
mengirimkan kelambu sebanyak 2.400 lembar dengan rincian 300 lembar didistribusikan
ke Lombok Utara (tanggal 11 Agustus 2018), 100 lembar didistribusikan ke Kabupaten
Lombok Barat (tanggal 4 September 2018), 2000 lembar dikirim pada tanggal 10
September 2018.
Kelambu sebanyak 2.400 itu dibagikan kepada penduduk dengan prioritas untuk
kasus positif malaria, balita dan ibu hamil serta untuk pencegahan terhadap penularan
malaria. Kelima, Kemenkes melakukan pelatihan tenaga mikroskopis. Gold standard
pemeriksaan malaria menggunakan sediaan apus darah, namun pemeriksaan juga dapat
menggunakan tes cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT).
Mengingat kegiatan MBS dan MFS masih akan berlangsung dan jumlah RDT
terbatas, maka dilakukan pelatihan pemeriksaan mikroskopis terhadap tenaga analis dari
seluruh Puskesmas, RS dan relawan medis/paramedic di Kab Lombok Barat pada tanggal
14 September 2018. Tenaga pelatih dan pendamping berasal dari tim subdit Malaria, dan
BBTKL Surabaya. Logistik untuk sediaan apus darah tersedia dalam cukup di setiap
puskesmas dan RS.
Melalui upaya tersebut, diharapkan KLB malaria dapat segera diatasi. Namun
demikian, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

2.2 KERANGKA KERJA PRECEDE AND PROCEED


Tahap ini dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang bila dimodifikasi akan
memiliki kemungkinan besar untuk menghasilkan perubahan perilaku dan
mempertahankan proses perubahan perilaku. Faktor-faktor tersebut diklasifikasikan
sebagai faktor predisposisi (predisposing factors), faktor memungkinkan atau pendukung
(enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors).

4
2.2.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
2.2.1.1 Sikap : masyarakat menyadari akan adanya wabah penyakit malaria yang
semakin parah, sehingga masyarakat memiliki inisiatif untuk mau bekerja
sama dengan tenaga kesehatan setempat.
2.2.1.2 Kepercayaan : kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan dengan
masyarakat akan mempercepat penanggulangan wabah malaria.
2.2.1.3 Nilai dan persepsi masyarakat : wabah penyakit yang semakin menyebar
luas mendorong masyarakat untuk melakukan gotong royong (membuang
genangan air tempat jentik berkembang biak).
2.2.2 Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Dari kasus tersebut penyakit menular yang muncul pasca bencana merupakan
penyakit endemis di wilayah itu. NTB merupakan salah satu daerah endemis
malaria.
2.2.3 Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Adanya dari penambahan perilaku tenaga kesehatan, relawan, dan .fasilitas
pelayanan kesehatan kurang maksimal. Pemerintahan juga melakukan upaya
banyaknya beberapa untuk mencegah banyaknya genangan air penyebab
perkembangan jentik, yaitu pertama mass blood survey (mbs) dan mass fever
survey (mfs), kedua, dilakukan pengamatan dan pengendalian vektor, ketiga,
inventarisasi logistik, keempat, dilakukan distribusi kelambu berinsektisida, dan
kelima, kemenkes melakukan pelatihan tenaga mikroskopis.

2.3 TAHAP PROSES MENYELEKSI FAKTOR DAN MENGATUR PROGRAM


2.3.1 Identifikasi dan Menetapkan Faktor-Faktor
2.3.1.1 Menentukan Metode
Bimbingan dan penyuluhan (guindence and counceling) Kontak antara
klien dan petugas kesehatan lebih intensif. Setiap masalah klien dapat
dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan sukarela,
berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku
tersebut (mengubah Perilaku).
Upaya kesehatan masyarakat dibina dan difasilitasi oleh petugas
Puskesmas dan sektor terkait. Peran petugas puskesmas adalah memberikan
penyuluhan dan melakukan pencegahan penyakit secara dini. Penyampaian
informasi dilakukan secara rutin. Bila petugas kesehatan terjun langsung ke

5
masyarakat, akan mendapat tanggapan dan dukungan masyarakat. Petugas
puskesmas juga memberikan pelayanan kesehatan. Peran petugas kesehatan
dari Puskesmas sangat membantu meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Peran petugas
Puskesmas adalah memberikan penyuluhan, memberikan imunisasi,
memotivasi masyarakat dan membina kesehatan masyarakat, serta memberi
pelayanan kesehatan.
2.3.1.2 Menentukan Media
Berdasarkan penggunaan media promosi dalam rangka promosi
kesehatan, yaitu bisa menggunakan slide, leaflet, dan poster. Akses
informasi kesehatan diperoleh dari penyuluhan yang diberikan oleh petugas
kesehatan. Disamping itu, informasi juga diperoleh dari leaflet dan poster
yang tertera.
2.3.2 Menetapkan Prioritas Antara Kategori
No. Masalah U S G Total
1. Lingkungan yang Buruk 4 4 4 12
2. Banyak Genangan air 4 5 5 14
3. Pasca Gempa Bumi 4 4 3 11
4. Fasilitas Pelayanan 3 3 3 9
Kesehatan Kurang Maksimal
5. Kurang tenaga kesehatan dan 2 3 3 8
Relawan
6 Daerah endemik malaria 5 4 4 13
Metode yang dipakai, maka prioritas utama dalam permasalahan yaitu banyak
genangan air penyebab perkembangan jentik dengan total 14 ini disebabkan NTB
merupakan salah satu daerah endemis malaria dan pasca gempa bumi. Upaya-
upaya yang dapat dilakukan dalam memberantas genangan air penyebab
perkembangan jentik yaitu peyuluhan tentang memberantas jentik nyamuk.
2.3.3 Menetapkan Prioritas Dalam Kategori
Masalah : Banyak genangan air penyebab perkembangan jentik
No Penyebab U S G Total
1 Kurangnya inisiatif masyarakat untuk 4 4 4 12
membuang tempat genangan air ( faktor
perilaku )
2 Terlalu sibuk melakukan pengobatan kuratif 4 3 3 10
tanpa melihat faktor penyebab utama wabah

6
3 Faktor cuaca ( hujan ) 3 3 3 9
4 Pasca gempa bumi ( lingkungan buruk ) 4 3 4 11
5 Kurangnya sosialisasi dan edukasi 3 4 3 10

2.3.3.1 Important ( Prevalensi, penting dan segera di atasi menurut logis,


pengalaman, data, dan teori )
Tidak dapat dipungkiri bahwa akan muncul beberapa penyakit menular
pasca bencana, terutama untuk gempa bumi, penyakit menular yang paling
mudah mengalami kejadian luar biasa yaitu malaria dan campak. Dampak
yang terjadi yaitu kondisi lingkungan dan cuaca yang buruk sehingga muncul
tempat perkembangbiakan jentik ( genangan air ).

2.3.3.2 Immediacy ( seberapa penting )


Tenaga kesehatan dan relawan yang masih minim dan masih terpusat
di satu titik evakuasi menyebabkan proses pencegahan tidak maksimal,
sedangkan warga yang mengungsi sangat banyak dan selalu bertambah.
Para tenaga kesehatan terlalu fokus untuk melakukan pengobatan kuratif
tanpa melakukan pencegahan promotif dan preventif seperti proses
penyuluhan dan edukasi kepada warga yang belum terjangkit wabah agar
warga dapat mawas diri
2.3.3.3 Necessity
Ancaman tambahan yang harus diperhitungkan yaitu adanya cuaca
buruk pasca gempa seperti hujan. Kondisi lingkungan yang kumuh ditambah
hujan yang menyebabkan genangan air menjadi lebih banyak akan
menyebabkan tempat perkembangbiakan jentik menjadi lebih banyak pula.
2.3.3.4 Changeability
Berdasarkan metode diatas, prioritas penyebab masalah dari banyaknya
genangan air yaitu karena kurangnya inisiatif warga untuk membuang tempat
genangan air ( faktor perilaku ) , kebiasaan warga untuk menjaga kebersihan
lingkungan sangat diperlukan agar tidak ada lagi tempat genangan air
penyebab berkembangnya jentik dan perlunya kesadaran warga untuk
memiliki rasa mau, tau, dan mampu untuk bergotong royong bersama
relawan dan tenaga kesehatan agar wabah tidak menyebar terlalu luas.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perencanaan program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan perlu melakukan
penilaian kebutuhan masyarakat secara menyeluruh dengan menggunakan kajian literatur
dan investigasi. Model PRECEDE-PROCEED dapat diaplikasikan pada perencanaan
program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan berbasis penilaian kebutuhan
kesehatan masyarakat. Kualitas hidup seseorang dinilai dari aspek tingkat pendidikan,
status ekonomi, pekerjaan, penghasilan, dan ketaatan dalam beribadah. Program
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan diarahkan pada upaya perubahan perilaku
dengan mempertimbangkan faktor predisposisi, penguat dan pendukung. Dalam Fase 4
Diagnosa Pendidikan dan Organisasi. Penyakit Malaria di Lombok Barat dalam
permasalahan banyak genangan air penyebab perkembangan jentik diidentifikasi sebagai
prioritas masalah kesehatan dalam masyarakat. Kasus tersebut disebabkan NTB
merupakan salah satu daerah endemis malaria dan pasca gempa bumi. Upaya-upaya yang
dapat dilakukan dalam memberantas genangan air penyebab perkembangan jentik yaitu
peyuluhan tentang memberantas jentik nyamuk.

3.2 SARAN
Penulis menyarankan, agar dalam penyusunan perencanaan program pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan tidak didasarkan pada pertimbangan sudut pandang
profesional, namun perlu melakukan penilaian kebutuhan masyarakat. Perencanaan
program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan berbasis penilaian kebutuhan
kesehatan masyarakat dapat menggunakan model PRECEDE-PROCEED. Program
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan diarahkan pada upaya perubahan perilaku
dengan mempertimbangkan faktor predisposisi, penguat dan pendukung.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fertman, C. l., & Allensworth, D. D. (2010). Health Promotion Programs From Theory To
Practice. San Francisco: Jossey-Bass.

Green, L. W. (1991). Health Promotion Planning An Aducational and Environmental


Approach Second Edition. London: Mayfield publishing company.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018, September 20). Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. Diambil kembali dari Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia: www.depkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai