Nilai t
tabel
, pada =0,05, dengan dk=n-5=10, maka t
tabel
= 1,812.
55
Tabel 3.2. Validitas Instrumen Penelitian
VALIDITAS No
Pertanyaan
t
Hitung
t
Tabel
Keputusan
1 2,187 1,812 Valid
2 3,076 1,812 Valid
3 2,187 1,812 Valid
4 4,269 1,812 Valid
5 2,159 1,812 Valid
6 1,829 1,812 Valid
7 2,159 1,812 Valid
8 2,975 1,812 Valid
9 2,182 1,812 Valid
10 4,220 1,812 Valid
11 6,899 1,812 Valid
12 4,461 1,812 Valid
13 1,873 1,812 Valid
14 4,266 1,812 Valid
15 3,887 1,812 Valid
16 2,442 1,812 Valid
17 2,561 1,812 Valid
18 3,670 1,812 Valid
19 3,805 1,812 Valid
20 2,733 1,812 Valid
21 2,883 1,812 Valid
22 2,676 1,812 Valid
23 2,547 1,812 Valid
24 2,184 1,812 Valid
25 2,416 1,812 Valid
26 1,961 1,812 Valid
27 6,086 1,812 Valid
28 2,941 1,812 Valid
29 2,199 1,812 Valid
30 4,435 1,812 Valid
31 2,691 1,812 Valid
32 2,622 1,812 Valid
33 2,147 1,812 Valid
34 7,563 1,812 Valid
35 3,117 1,812 Valid
36 2,234 1,812 Valid
37 7,370 1,812 Valid
38 2,184 1,812 Valid
56
VALIDITAS No
Pertanyaan
t
Hitung
t
Tabel
Keputusan
39 6,102 1,812 Valid
40 4,101 1,812 Valid
41 4,510 1,812 Valid
42 2,967 1,812 Valid
43 3,520 1,812 Valid
3.4.3.2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu.
Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid secara bersama-sama diukur reliabilitasnya.
Untuk mengetahui reliabilitas caranya dengan membandingkan nilai r hasil dengan
nilai r tabel. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai Cronbachs
Alpha. Ketentuannya adalah apabila nilai Cronbachs Alpha > r
tabel
(0,60) maka
pertanyaan tersebut reliabel (Hastono, 2007).
Berdasarkan hasil ujicoba kuesioner, dengan menggunakan SPSS Versi 15.00
pada reliability statistic menunjukkan bahwa nilai Cronbachs Alpha yaitu sebesar
0,804 > 0,60, hal ini dapat disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan yang digunakan
dalam penelitian adalah reliable.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
1. Metode adalah cara-cara dan alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam
setiap pelaksanaan promosi kesehatan hygiene dan sanitasi, yaitu metode promosi
kesehatan individual, kelompok, maupun massal.
57
2. Materi adalah pesan-pesan kesehatan yang berkaitan dengan hygiene dan sanitasi
meliputi pemakaian air bersih, jamban, tempat sampah dan air limbah, lantai
rumah, ventilasi, dan kesesuaian lantai rumah.
3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden dengan
mendapatkan informasi dari petugas kesehatan yang mempromosikan kesehatan
hygiene dan sanitasi tentang hidup bersih yang meliputi ketersediaan air bersih,
jamban, tempat sampah dan air limbah, lantai rumah, ventilasi, dan kesesuaian
lantai rumah.
4. Sikap adalah sikap responden terhadap petugas kesehatan yang mempromosikan
kesehatan hygiene dan sanitasi tentang hidup bersih yang meliputi ketersediaan
air bersih, jamban, tempat sampah dan air limbah, lantai rumah, ventilasi, dan
kesesuaian lantai rumah.
3. Ketersediaan sarana hygiene dan sanitasi adalah ada atau tidak tersedianya
fasilitas kesehatan yang mendukung perilaku hidup bersih, meliputi ketersediaan :
air bersih, jamban, tempat sampah, pengelolaan air limbah, penerangan, ventilasi,
lantai, dan ruangan rumah.
4. Informasi/pelatihan kesehatan adalah ada tidaknya masyarakat memperoleh atau
menerima informasi kesehatan atau pelatihan-pelatihan dari kader atau petugas
kesehatan tentang lingkungan sehat, praktek penyuluhan petugas kesehatan,
pelatihan pembuatan jamban, pembuatan sumur gali yang memenuhi syarat
kesehatan, pembuangan air limbah, dan ventilasi rumah sehat.
58
5. Perilaku hidup bersih adalah perilaku masyarakat sehari-hari dalam kesehatan
hygiene dan sanitasi menyangkut perilaku hidup bersih meliputi pemakaian air
bersih, jamban, tempat sampah dan air limbah, lantai rumah, ventilasi, dan
kesesuaian lantai rumah.
3.6. Metode Pengukuran
Metode pengukuran dilakukan pada setiap variabel penelitian baik variabel
independen maupun dependen.
3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Bebas
1. Pengetahuan
Pengetahuan diukur dengan menilai jawaban dari setiap pertanyaan, kemudian
jumlah nilai jawaban dari semua pertanyaan yang diajukan dibagi dengan total
nilai jawaban tertinggi kemudian dipersentasekan. Jumlah pertanyaan untuk
pengetahuan ada 10 dan total nilai adalah 10. Menjawab ya nilai 1, menjawab
tidak nilai 0. Pengetahuan diukur dengan skala ordinal, dan dikategorikan
(Hidayat, 2007) :
a. Baik, jika jumlah skor nilai yang didapat bernilai 6-10
b. Kurang Baik, jika jumlah skor nilai yang didapat bernilai 0-5
2. Sikap
Pengukuran sikap dengan menggunakan skala Likert. Pertanyaan terdiri dari 3
kategori hasil ukur yaitu baik, dan kurang baik. Jumlah pertanyaan untuk sikap
ada 5 dan total nilainya 15 dengan pilihan jawaban sangat setuju (nilai 3), setuju
59
(nilai 2), dan tidak setuju (nilai 1). Nilai dari setiap jawaban dalam skala Likert
adalah :
a. Baik, jika nilai mencapai bernilai 11-15
b. Kurang Baik, jika nilai mencapai 5-10.
3. Ketersediaan sarana hygiene dan sanitasi
Mengukur ketersediaan hygiene dan sanitasi adalah dengan menyatakan ada atau
tidaknya fasilitas yang mendukung perilaku hidup bersih, meliputi ketersediaan
air bersih, jamban, tempat sampah, pengelolaan air limbah, penerangan, ventilasi,
lantai, dan ruangan rumah sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban ada
dan tidak ada. Menjawab Ya nilai 1, tidak nilai 0. Hasil ukur ketersediaan fasilitas
hygiene dan sanitasi adalah sebagai berikut :
a. Baik, jika nilai mencapai bernilai 6-10
b. Kurang baik, jika nilai mencapai 0-5
4. Informasi/pelatihan kesehatan
Informasi dan pelatihan kesehatan yang diperoleh keluarga dari kader / petugas
kesehatan, dengan menggunakan skala Guttman. Pertanyaan terdiri dari 2 kategori
hasil ukur yaitu pernah dan tidak pernah. Jumlah pertanyaan untuk variabel ini
ada 10 dan total nilainya 10. Nilai dari setiap jawaban dalam skala Guttman yaitu
bila responden menjawab pernah diberi skor 1 dan bila responden menjawab
tidak pernah diberi skor 0. Dari keseluruhan skor yang diperoleh responden,
informasi/pelatihan kesehatan yang diperoleh masyarakat dikategorikan :
a. Baik, jika nilai mencapai 6-10
b. Kurang baik, jika nilai mencapai 0-5
60
3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Terikat
1. Perilaku Hidup Bersih
Perilaku hidup bersih meliputi perilaku responden dan keluarga dengan indikator
Perilaku Hidup Bersih. Jumlah pertanyaan untuk variabel ini ada 8 dan total
nilainya adalah 8. Pertanyaan menggunakan skala Guttman dengan pilihan
jawaban Ya dan Tidak. Jika responden menjawab Ya mendapatkan nilai 1, dan
menjawab tidak nilai 0. Kategori perilaku hidup sehat responden dikelompokkan
menjadi :
a. Baik, jika mendapatkan nilai 5-8
b. Kurang baik, jika mendapatkan nilai 0-4
Tabel 3.3. Pengukuran Variabel Independen dan Dependen
Variabel Indi
kator
Kategori Range
Total
Nilai
Alat Ukur
Skala
Ukur
Variabel Antara
Karakteristik
- Umur -Dewasa dini
-Dewasa Madya
-Dewasa lanjut
20-40 tahun
41-60 tahun
> 60 tahun
Wawancara /
Kuesioner
Ordinal
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Perempuan
- Laki-laki
- Perempuan
Wawancara /
Kuesioner
Nominal
- Pendidikan - - Dasar
- Menengah
- Tinggi
SD dan SMP
SMA
Diploma / Sarjana
- Wawancara /
kuesioner
Ordinal
Variabel Independen
Pengetahuan 10 -Baik
-Kurang baik
(6-10)
(0-5)
10 Wawancara/
Kuesioner
Ordinal
Sikap 5 -Baik
-Kurang baik
(11-15 )
(5 10)
15 Wawancara/
Kuesioner
Ordinal
Ketersediaan sarana
hygiene dan sanitasi
10 -Baik
-Kurang baik
(6-10)
(0-5)
10 Wawancara/
Kuesioner
Ordinal
Informasi/pelatihan
kesehatan
10 -Baik
-Kurang baik
(6-10)
(0-5)
10 Wawancara/
Kuesioner
Ordinal
Variabel Dependen
Perilaku Hidup Bersih 10 -Baik
-Kurang baik
(6-10)
(0-5)
10 Wawancara/
Kuesioner
Ordinal
61
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang paling
besar pengaruhnya terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui faktor mana yang
paling dominan mempengaruhi perubahan perilaku bersih. Analisis dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu analisis univariat, bivariat, dan multivariat (Hastono, 2007).
a. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase masing-
masing variabel independen dan variabel dependen, sehingga dapat diketahui
pada kategori kecenderungan jumlah responden.
b. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel
independen dengan variabel dependen menggunakan uji statistik Chi-Square
dengan tingkat kemaknaan 95% (=0,05).
c. Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan Uji Regresi Logistik Ganda
untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang
dianggap terbaik untuk memprediksi kejadian variabel dependen. Persamaan
regresi logistik ganda adalah sebagai berikut:
Y = +
1
X
1
+
2
X
2
+
3
X
3
+
4
X
4
Keterangan :
Y = Variabel dependen (perilaku hidup bersih)
= Konstanta regresi logistik
1
..
4
= Koefisien regresi logistik variabel penelitian
X
1
= Pengetahuan
X
2
= Sikap
X
3
= Ketersediaan sarana dan prasarana
X
4
= Informasi / pelatihan kesehatan
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Data Demografi Wilayah Penelitian
Kecamatan Babussalam merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh
Tenggara Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan luas wilayah 53.948 Km
2
berbatasan dengan :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lawe Bulan
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bambel.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lawe Alas.
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Badar
Daerah Babussalam terdapat banyak perbukitan dan pegunungan, serta
dilintasi sungai-sungai yang merata di seluruh kelurahan, dan beriklim tropis dengan
dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Keadaan ini selain
menguntungkan karena menyebabkan suburnya tanah, juga sering mendatangkan
malapetaka berupa gempa, banjir, dan tanah longsor.
Jumlah desa / kelurahan di Kecamatan Babussalam sebanyak 27 desa/
kelurahan, dengan jumlah penduduk sebanyak 24.875 orang terdiri dari 5.355 kepala
keluarga (KK). Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan
perempuan lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk laki-
laki sebanyak 12.169 orang sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak
12.724 orang. Mayoritas penduduk beragama Islam dan bekerja sebagai petani /
pedagang.
62
63
4.1.2. Kegiatan Berkaitan Promosi Kesehatan di Kecamatan Babussalam
Usaha penyehatan lingkungan akan berhasil baik bila masyarakat turut
berperan secara aktif mulai dari penemuan masalah, perencanaan pembiayaan,
pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sarana. Terwujudnya peran serta aktif
masyarakat antara lain dipengaruhi oleh tingkat kemampuan, pengetahuan dan
kemauan masyarakat, dan kesungguhan petugas dalam melakukan pembinaan. Dalam
rangka peningkatan pengetahuan dan kemauan serta kemampuan masyarakat dalam
peningkatan kesehatan lingkungan, perlu dilakukan pelatihan bagi kader desa, agar
pembinaan kepada masyarakat dapat terorganisasi dengan baik. Promosi kesehatan
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, masyarakat mempunyai sikap yang
positif terhadap kesehatan lingkungan, mempunyai sarana hygiene dan sanitasi yang
baik, dengan mendapatkan dukungan informasi / pelatihan kesehatan dengan tujuan
masyarakat dapat berperilaku hidup bersih.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kecamatan Babussalam, kegiatan
yang dilakukan berkaitan dengan promosi kesehatan yaitu memberikan pelatihan dan
penyuluhan kepada kader terpadu tentang pembuatan jamban, penyediaan air bersih,
pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah, dan rumah sehat. Untuk meningkatkan
kemampuan kader, dilakukan pelatihan secara berkala (3 bulan sekali) tetapi
terkadang dilakukan 6 bulan sekali tergantung dari pendanaan baik dari pemerintah
maupun dari donator (LSM).
Supervisor kabupaten, tenaga kesehatan terlatih, petugas kesehatan
lingkungan di dalam kegiatan promosi dan hygiene dan sanitasi telah melakukan
supervisi ke desa-desa pembinaan yang telah ditentukan. Setelah melakukan
supervisi, dilakukan rapat koordinasi antara lintas program, lintas sektoral dan
64
supervisor kabupaten dengan kader-kader yang terlatih dari desa untuk mengevaluasi
hasil pelatihan kader-kader tersebut dan aplikasi kegiatan di desa masing-masing.
4.2. Analisis Univariat
4.2.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang ditanyakan dalam penelitian ini meliputi umur,
jenis kelamin, dan pendidikan terakhir. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berumur 41-60 tahun sebanyak 69 orang (80,2%), paling
sedikit berumur >60 tahun sebanyak 3 orang (3,5%). Responden sebagian besar
adalah laki-laki sebanyak 63 orang (73,3%). Pendidikan responden sebagian besar
adalah SMA sebanyak 46 orang (53,5%), paling sedikit berpendidikan diploma/
sarjana sebanyak 3 orang (3,5%).
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik (Umur, Jenis
Kelamin, dan pendidikan) di Kecamatan Babussalam Kabupaten
Aceh Tenggara Tahun 2008
No Karakteristik Responden Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Umur
20-40 tahun 14 16,3
41-60 tahun 69 80,2
>60 tahun 3 3,5
Total 86 100,0
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 63 73,3
Perempuan 23 26,7
Total 86 100,0
3. Pendidikan
SD-SMP 37 43,0
SMA 46 53,5
Diploma-Sarjana 3 3,5
Total 86 100,0
65
4.2.2. Pengetahuan Tentang Hidup Bersih
Variabel pengetahuan tentang hidup bersih yang ditanyakan dalam penelitian
ini meliputi hal-hal apa saja yang diperoleh responden dari penyuluhan petugas
kesehatan yaitu informasi tentang kesehatan hidup bersih, manfaat air bersih
berhubungan dengan kesehatan diri dan lingkungan, kesehatan sanitasi dan higiene
lingkungan, syarat air rumah tangga yang bersih, syarat jamban yang sehat,
pembuangan air limbah rumah tangga, pengaturan air limbah, pembuangan sampah
yang baik, lantai rumah tangga yang baik, dan kesesuaian luas lantai dengan jumlah
penghuni. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencerminkan, semakin banyak
responden mempunyai informasi mengindikasikan semakin baik pengetahuan
responden.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 86 responden menunjukkan
bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi tentang kesehatan hidup
bersih sehat dari petugas kesehatan sebanyak 58 orang (67,4%). Informasi tentang
manfaat penggunaan air bersih berhubungan dengan kesehatan diri / lingkungan juga
diperoleh sebagian besar responden sebanyak 51 orang (59,3%). Sebagian bear
responden memperoleh informasi tentang usaha meningkatkan kesehatan sanitasi dan
higiene lingkungan sebanyak 47 orang (54,7%). Informasi tentang syarat air rumah
tangga yang bersih didapat sebagian besar responden sebanyak 53 orang (61,6%).
Demikian juga informasi tentang syarat jamban yang sehat didapat sebagian besar
responden sebanyak 53 orang (61,6%). Informasi tentang pembuangan air limbah
yang baik diperoleh sebagian besar responden sebanyak 52 orang (60,5%). Sebagian
besar responden mendapatkan informasi tentang pengaturan air limbah sebanyak 46
66
orang (53,5%). Sebagian besar informasi tempat pembuangan sampah yang baik
didapat responden sebanyak 47 orang (54,7%). Informasi tentang lantai rumah tangga
yang baik didapat sebagian besar responden dari petugas kesehatan sebanyak 45
orang (52,3%). Informasi tentang luas lantai yang sesuai dengan jumlah penghuni
diperoleh sebagian besar responden sebanyak 60 orang (69,8%).
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan yang
Diperoleh Dari Petugas Kesehatan di Kecamatan Babussalam 2008
Jawaban
Ya Tidak No Indikator
Jlh % Jlh %
1 Mendapatkan informasi tentang kesehatan hidup
bersih dari petugas kesehatan
58
67,4
28
32,6
2 Mendapatkan informasi tentang manfaat dari
penggunaan air bersih berhubungan dengan
kesehatan diri/lingkungan
51
59,3
35
40,7
3 Mendapatkan informasi tentang usaha kesehatan
sanitasi dan higiene lingkungan
47
54,7
39
45,3
4 Mendapatkan informasi tentang syarat untuk air
rumah tangga yang bersih
53
61,6
33
38,4
5 Mendapatkan informasi tentang syarat jamban
yang sehat
53
61,6
33
38,4
6 Mendapatkan informasi tentang pembuangan air
limbah rumah tangga yang baik
52
60,5
34
39,5
7 Mendapatkan informasi tentang pengaturan air
limbah
46
53,5
40
46,5
8 Mendapatkan informasi tentang tempat
pembuangan sampah yang baik
47
54,7
39
45,3
9 Mendapatkan informasi tentang lantai rumah
tangga yang baik
45
52,3
41
47,7
10 Mendapatkan informasi tentang luas lantai yang
sesuai dengan jumlah penghuni
60
69,8
26
30,2
Berdasarkan perhitungan jawaban responden untuk kategori pengetahuan
tentang hidup bersih menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden
dalam kategori kurang baik sebanyak 53 orang (61,6%), dan yang berpengetahuan
baik sebanyak 33 orang (38,4%).
67
Tabel 4.3. Kategori Responden Berdasarkan Pengetahuan yang Diperoleh Dari
Petugas Kesehatan di Kabupaten Babussalam Tahun 2008
No. Pengetahuan Hidup Bersih Jumlah Persentase
1. Baik 33 38,4
2. Kurang Baik 53 61,6
Jumlah 86 100
4.2.3. Sikap Terhadap Promosi Kesehatan Hygiene dan Sanitasi
Sikap terhadap promosi kesehatan hygiene dan sanitasi tentang hidup bersih
yang ditanyakan dalam penelitian ini yaitu sikap responden mengenai penyampaian
informasi yang diulang-ulang, petugas kesehatan memberikan dorongan pada
masyarakat, memberikan informasi dengan mendatangi warga, penyampaian
informasi menggunakan media yang canggih, dan memantau lingkungan masyarakat
dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 86 responden
menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak setuju dengan
penyampaian informasi yang berulang-ulang sebanyak 33 orang (38,4%). Sebagian
besar responden setuju bahwa petugas kesehatan harus mendorong masyarakat
menjaga kebersihan lingkungan sebanyak 38 orang (44,2%). Sebagian besar
responden menyatakan tidak setuju jika petugas kesehatan memberikan informasi
hanya mendatangi warga dengan lingkungan yang kurang baik saja sebanyak 34
orang (39,5%). Sebagian besar responden setuju bahwa dalam penyampaian
informasi petugas kesehatan menggunakan media yang canggih sebanyak 50 orang
(58,1%). Sebagian besar responden menyatakan tidak setuju petugas kesehatan
memberi sanksi pada masyarakat yang tidak menjaga kebersihan lingkungan.
68
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Terhadap Petugas
Promosi Kesehatan Hygiene dan Sanitasi di Kecamatan Babussalam
Tahun 2008
Jawaban
Sangat
Setuju
Setuju
Tidak
setuju
No Indikator
Jlh % Jlh % Jlh %
1 Petugas kesehatan memberikan informasi
pada masyarakat tentang kesehatan
lingkungan dilakukan berulang-ulang.
22
25,6
31
36,0
33
38,4
2 Petugas kesehatan memberi dorongan pada
masyarakat untuk selalu menjaga
kebersihan lingkungan
27
31,4
38
44,2
21
24,4
3 Petugas kesehatan memberikan informasi
dengan mendatangi warga dengan
lingkungan yang kurang baik saja.
32
37,2
20
23,3
34
39,5
4 Petugas kesehatan memberikan informasi
menggunakan media yang canggih.
20
23,3
50
58,1
16
18,6
5 Petugas kesehatan memberi sanksi pada
masyarakat yang tidak menjaga kebersihan
lingkungan
25
29,1
28
32,6
33
38,4
Berdasarkan perhitungan sikap responden terhadap promosi kesehatan
hygiene dan sanitasi lingkungan tentang hidup bersih menunjukkan bahwa sebagian
besar sikap responden kurang baik sebanyak 50 orang (58,1%), yang bersikap baik
sebanyak 36 orang (41,9%).
Tabel 4.5. Kategori Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Promosi
Kesehatan Hygiene dan Sanitasi di Kabupaten Babussalam Tahun
2008
No. Sikap Jumlah Persen
1. Baik 36 41,9
2. Kurang Baik 50 58,1
Jumlah 86 100
69
4.2.4. Faktor Enabling (Ketersediaan Sarana dan Prasarana)
Ketersediaan sarana dan prasarana dimaksud adalah ketersediaan fasilitas
yang menunjang kebersihan lingkungan meliputi sumber air bersih, jamban, tong
sampah (pembuangan sampah), pembakaran sampah, penampungan air bersih,
pembuangan air limbah, letak penampungan air bersih, ventilasi, lantai rumah, dan
luas ruangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 86 responden
menunjukkan bahwa sebagian besar menggunakan sumber air bersih dari PAM
sebanyak 65 orang (75,6%). Ketersediaan jamban / WC sebagian besar ada di dalam
rumah sebanyak 55 orang (64,0%). Sebagian besar di rumah responden tersedia tong
sampah (tempat pembuangan sampah) sebanyak 48 orang (55,8%). Pembakaran
sampah sebagian besar juga terdapat di rumah / halaman responden sebanyak 52
orang (60,5%). Tempat penampungan air bersih responden sebagian besar tertutup
sebanyak 50 orang (58,1%). Sebagian besar responden menggunakan saluran tertutup
untuk pembuangan air limbah kotor sebanyak 49 orang (57,0%). Tempat
penampungan air bersih responden sebagian besar terdapat di dalam rumah sebanyak
51 orang (59,3%). Sebagian besar rumah responden mempunyai ventilasi udara yang
cukup sebanyak 55 orang (64,0%). Lantai rumah responden sebagian besar terbuat
dari semen/keramik sebanyak 52 orang (60,5%). Ruang kamar tidur di rumah
responden sebagian dihuni paling banyak 2 orang dan sebagian lagi dihuni lebih dari
2 orang masing-masing sebanyak 43 orang (50,0%).
70
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Faktor Enabling
(Ketersediaan Sarana dan Prasarana) di Kecamatan Babussalam Tahun
2008
Jawaban
Ya Tidak No Indikator
Jlh % Jlh %
1 Penggunaan sumber air bersih dari air ledeng /
PAM
65 75,6 21 24,4
2 Tersedia jamban / WC di dalam rumah 55 64,0 31 36,0
3 Tersedia tong sampah (tempat pembuangan
sampah)
48 55,8 38 44,2
4 Terdapat tempat pembakaran sampah di sekitar
rumah.
52 60,5 34 39,5
5 Tempat penampungan air bersih menggunakan
tutup
50 58,1 36 41,9
6 Pembuangan air limbah menggunakan saluran
tertutup.
49 57,0 37 43,0
7 Penampungan air bersih di dalam rumah. 51 59,3 35 40,7
8 Memiliki ventilasi / lubang angin yang cukup 55 64,0 31 36,0
9 Lantai rumah terbuat dari semen/tegel/ keramik 52 60,5 34 39,5
10 Ruang kamar tidur dihuni paling banyak oleh 2
orang
43 50,0 43 50,0
Berdasarkan perhitungan ketersediaan sarana dan prasarana responden di
Kabupaten Babussalam menunjukkan bahwa sebagian besar dalam kategori kurang
baik sebanyak 48 orang (55,8%), dan paling sedikit dalam kategori baik sebanyak 38
orang (44,2%).
Tabel 4.7. Kategori Responden Berdasarkan Ketersediaan Sarana dan
Prasarana di Kabupaten Babussalam Tahun 2008
No.
Ketersediaan Sarana dan
Prasarana
Jumlah Persen
1. Baik 38 44,2
2. Kurang Baik 48 55,8
Jumlah 86 100
71
4.2.5. Faktor Reinforcing (Informasi / Pelatihan Kesehatan)
Pengukuran reinforcing (informasi / pelatihan kesehatan) dilakukan dengan
menanyakan pada responden mengenai informasi kesehatan yang diperoleh secara
langsung dari kader/petugas kesehatan, penyuluhan tentang lingkungan sehat,
penyuluhan menggunakan pesan bergambar, informasi tentang kesehatan
lingkungan yang memenuhi syarat hidup bersih, pelatihan pembuatan jamban,
pelatihan pembuatan sumur yang memenuhi syarat kesehatan, pelatihan
pembuangan air limbah, pelatihan tentang pentingnya ventilasi, pemberian brosur-
brosur kesehatan, petugas/kader kesehatan menanyakan masalah di tempat tinggal /
rumah warga.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 86 responden
menunjukkan bahwa sebagian besar responden pernah mendapatkan informasi
kesehatan secara langsung dari kader/ petugas kesehatan sebanyak 76 orang (88,4%).
Sebagian besar responden pernah mendapatkan informasi tentang lingkungan sehat
dari kader/petugas kesehatan sebanyak 59 orang (68,6%). Menurut sebagian besar
responden, penyuluhan dilakukan dengan menggunakan gambar-gambar sebanyak 44
orang (51,2%). Sebagian besar responden pernah mendapatkan informasi tentang
kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat hidup bersih sebanyak 45 orang
(52,3%). Responden sebagian besar pernah mendapatkan pelatihan dari petugas
kesehatan tentang pembuatan jamban sebanyak 58 orang (67,4%). Sebagian besar
responden pernah mendapatkan pelatihan tentang pembuatan sumur gali yang
72
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 56 orang (65,1%). Sebagian besar responden
pernah mendapatkan pelatihan dari petugas kesehatan tentang pembuangan air
limbah sebanyak 53 orang (61,6%). Sebagian besar responden tidak pernah
mendapatkan pelatihan dari petugas kesehatan tentang pentingnya ventilasi untuk
rumah sehat sebanyak 45 orang (52,3%). Sebagian besar responden menyatakan
pernah mendapatkan brosur-brosur kesehatan mengenai kesehatan lingkungan dari
kader kesehatan sebanyak 50 orang (58,1%). Menurut sebagian besar responden,
kader/petugas kesehatan pernah menanyakan tentang masalah yang ada di rumah
responden sebanyak 50 orang (58,1%).
73
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Faktor Reinforcing
(Informasi / Pelatihan Kesehatan) di Kecamatan Babussalam Tahun
2008
Jawaban
Pernah Tidak pernah No Indikator
Jlh % Jlh %
1 Mendapatkan informasi kesehatan secara
langsung dari kader/ petugas kesehatan
76
88,4
10
11,6
2 Mendapatkan informasi tentang lingkungan sehat
dari kader/petugas kesehatan
59
68,6
27
31,4
3 Petugas kesehatan memberikan penyuluhan atau
pesan menggunakan gambar-gambar
44
51,2
42
48,8
4 Mendapatkan informasi tentang kesehatan
lingkungan yang memenuhi syarat hidup bersih
45
52,3
41
47,7
5 Mendapatkan pelatihan dari petugas kesehatan
tentang pembuatan jamban.
58
67,4
28
32,6
6 Mendapatkan pelatihan tentang pembuatan
sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan.
56
65,1
30
34,9
7 Mendapatkan pelatihan dari petugas kesehatan
tentang pembuangan air limbah.
53
61,6
33
38,4
8 Mendapatkan pelatihan dari petugas kesehatan
tentang pentingnya ventilasi untuk rumah sehat.
41
47,7
45
52,3
9 Mendapatkan brosur-brosur kesehatan mengenai
kesehatan lingkungan dari kader kesehatan
50
58,1
36
41,9
10 Petugas / kader menanyakan masalah yang
berkaitan dengan kesehatan lingkungan tempat
tinggal Anda
50
58,1
36
41,9
Berdasarkan perhitungan informasi / pelatihan kesehatan di Kabupaten
Babussalam menunjukkan bahwa responden dengan kategori baik dan kurang baik
masing-masing dengan jumlah yang sama yaitu 43 orang (50,0%).
Tabel 4.9. Kategori Responden Berdasarkan Informasi / Pelatihan Kesehatan
di Kabupaten Babussalam Tahun 2008
No. Informasi/Pelatihan Kesehatan Jumlah Persen
1. Baik 43 50,0
2. Kurang Baik 43 50,0
Jumlah 86 100
74
4.2.6. Perilaku Hidup Bersih
Pengukuran perilaku hidup bersih dengan menanyakan pada responden
mengenai jaminan pemeliharaan kesehatan (seperti Askeskin, JPKM), penggunaan
air bersih, menggunakan jamban/WC, pembuangan sampah rumah tangga,
pembuangan air limbah, kebersihan lantai, ventilasi rumah, dan kesesuaian jumlah
ruang dalam rumah dengan jumlah anggota keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 86 responden
menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak membersihkan rumah dan
membakar sampah setiap hari sebanyak 51 orang (59,3%). Responden sebagian
besar menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari sebanyak 66 orang
(76,7%). Sebagian besar menggunakan jamban / WC keluarga sebanyak 55 orang
(64,0%). Responden sebagian besar tidak membuang sampah di tempat tong
sampah tertutup sebanyak 52 orang (60,5%). Sebagian besar membuang limbah
melalui saluran pembuangan air limbah sebanyak 47 orang (54,7%). Sebanyak 46
orang (53,5%) menyatakan menyapu lantai rumah minimal 2 x sehari. Sebanyak
65 orang (75,6%) menyatakan menggunakan ventilasi rumah sebagai keluar
masuknya udara. Dan sebanyak 53 responden (61,6%) menyatakan bahwa jumlah
ruangan dalam rumah tidak sesuai dengan jumlah anggota keluarga (penghuni
rumah). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
75
Tabel 4.10.Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Perilaku Hidup Bersih di
Kecamatan Babussalam Tahun 2008
Jawaban
Ya Tidak No Indikator
Jlh % Jlh %
1 Anda membersihkan rumah dan membakar
sampah setiap hari.
35
40,7
51
59,3
2 Menggunakan air bersih untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
66
76,7
20
23,3
3 Menggunakan jamban keluarga 55 64,0 31 36,0
4 Membuang sampah rumah tangga di tempat
tong sampah tertutup.
34
39,5
52
60,5
5 Membuang air limbah melalui saluran
pembuangan air limbah.
47
54,7
39
45,3
6 Menyapu lantai rumah Anda minimal 2 x
sehari.
46
53,5
40
46,5
7 Menggunakan ventilasi rumah sebagai keluar
masuknya udara.
65
75,6
21
24,4
8 Jumlah ruang dalam rumah sesuai dengan
jumlah anggota keluarga.
33
38,4
53
61,6
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku hidup bersih
responden dalam kategori kurang baik sebanyak 47 orang (54,7%), dan berperilaku
baik sebanyak 39 orang (45,3%).
Tabel 4.11. Kategori Responden Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih di
Kabupaten Babussalam Tahun 2008
No. Perilaku Hidup Bersih Jumlah Persen
1 Baik 39 45,3
2 Kurang baik 47 54,7
Jumlah 86 100
76
4.3. Analisa Bivariat
Pada analisa bivariat ini dilakukan untuk menghubungkan masing-masing
variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengolahan data disajikan pada
tabel silang dan disertakan nilai dari uji chi-square.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengetahuan
responden, perilaku hidup bersih yang baik sebagian besar pada responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 28 orang (84,8%), responden yang berpengetahuan
kurang baik, perilakunya juga kurang baik sebanyak 42 orang (79,2%). Hasil uji
statisik dengan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan responden dengan perilaku hidup bersih, nilai probabilitas (p) = 0,000.
Berdasarkan sikap responden terhadap petugas kesehatan hygiene dan sanitasi
lingkungan tentang hidup bersih menunjukkan bahwa, perilaku hidup bersih yang
baik sebagian besar pada responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 33 orang
(91,7%), responden yang bersikap kurang baik, perilakunya juga kurang baik
sebanyak 44 orang (88,0%). Hasil uji statisik dengan uji Chi-Square menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara sikap responden dengan perilaku hidup bersih,
nilai probabilitas (p) = 0,000.
Faktor enabling (ketersediaan sarana dan prasarana) yang dimiliki responden
menunjukkan bahwa, perilaku hidup bersih yang baik sebagian besar pada responden
yang mempunyai sarana dan prasarana baik sebanyak 33 orang (86,8%), responden
dengan sarana dan prasarana yang kurang baik, perilakunya juga kurang baik
sebanyak 42 orang (87,5%). Hasil uji statisik dengan uji Chi-Square menunjukkan
77
ada hubungan yang signifikan antara faktor enabling (ketersediaan sarana dan
prasarana) dengan perilaku hidup bersih, nilai probabilitas (p) = 0,000.
Faktor reinforcing (informasi dan pelatihan kesehatan) yang didapat
responden menunjukkan bahwa, perilaku hidup bersih yang baik sebagian besar pada
responden yang mendapatkan informasi dan pelatihan kesehatan dengan baik
sebanyak 36 orang (83,7%), responden yang kurang mendapatkan informasi /
pelatihan kesehatan kurang baik, perilakunya juga kurang baik sebanyak 40 orang
(93,0%). Hasil uji statisik dengan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara faktor reinforcing (informasi dan pelatihan kesehatan) dengan
perilaku hidup bersih, nilai probabilitas (p) = 0,000.
Tabel 4.12. Tabulasi Silang Antara Variabel Independen Dengan Variabel
Dependen di Kabupaten Babussalam Tahun 2008
Perilaku Hidup Bersih
Baik Kurang Baik
Jumlah
Variabel
Jlh % Jlh % Jlh %
p
Pengetahuan
Baik
Kurang Baik
28
11
84,4
20,8
5
45
15,2
79.2
33
53
100
100
Total 39 45,3 47 54,7 86 100
0,000
Sikap
Baik
Kurang Baik
33
6
91,7
12,0
3
44
8,3
88,0
36
50
100
100
Total 39 45,3 47 54,7 86 100
0,000
Faktor Enabling
Baik
Kurang Baik
33
6
86,8
12,5
5
42
13,2
87,5
38
48
100
100
Total 39 45,3 47 54,7 86 100
0,000
Faktor Reinforcing
Baik
Kurang Baik
36
3
83,7
7,0
7
40
16,3
93,0
43
43
100
100
Total 39 45,3 47 54,7 86 100
0,000
78
4.4. Analisis Multivariat
Untuk menghubungkan hubungan variabel independen dengan variabel
dependen secara bersamaan dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji
regresi logistik ganda (multiple logistic regression) untuk mencari faktor yang paling
dominan terhadap perilaku hidup bersih, melalui beberapa langkah yaitu :
1. Melakukan analisa pada model deskriptif pada setiap variabel dengan tujuan
untuk mengestimasi peranan variabel masing-masing.
2. Melakukan pemilihan variabel yang potensial dimasukkan dalam model. Variabel
yang dipilih atau yang dianggap signifikan yaitu variabel yang mempunyai nilai
p kurang dari 0,05 (p<0,05).
3. Setelah diidentifikasi variabel yang signifikan, selanjutnya dilakukan pengujian
secara bersamaan dengan metode enter untuk mengidentifikasi faktor paling
dominan yang berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih pada nilai p <0,05 dan
dimasukkan dalam metode persamaan regresi logistik berganda.
Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel yang diduga berpengaruh terhadap
perilaku hidup bersih yaitu pengetahuan, sikap, faktor enabling (ketersediaan sarana
dan prasarana), dan faktor reinforcing (informasi/pelatihan kesehatan). Tahap
selanjutnya keempat variabel ini dimasukkan sebagai kandidat model untuk dilakukan
analisis multivariate.
Dalam pemodelan ini seluruh variabel kandidat dimasukkan secara bersama-
sama, kemudian variabel yang memiliki nilai p-value >0,05 akan dikeluarkan secara
bertahap (backward selection). Dari hasil uji regresi logistik tahap pertama
menunjukkan bahwa variabel yang harus dikeluarkan karena mempunyai nilai
signifikan >0,05 yaitu variabel pengetahuan, seperti terlihat pada Tabel berikut ini.
79
Tabel 4.13. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Tahap Pertama yang Akan
Masuk Dalam Model
Variabel B Sig. Exp()
Pengetahuan
Sikap
Faktor enabling (ketersediaan sarana prasarana)
Faktor reinforcing (informasi /pelatihan kesehatan)
Constant
-0,165
3,395
4,030
3,650
-14,678
0,442*
0,020
0,003
0,006
0,000
0,312
29,722
56,249
38,487
0,000
* = Dikeluarkan secara bertahap
Berdasarkan uji regresi tahap pertama, maka 3 variabel yang mempunyai nilai
signifikan <0,05 yaitu sikap, faktor enabling (ketersediaan sarana dan prasarana), dan
faktor reinforcing (informasi/pelatihan kesehatan) dimasukkan sebagai kandidat
model untuk uji regresi logistik tahap kedua. Dari uji logistik tahap kedua terlihat
bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih
dalam masyarakat adalah faktor enabling (ketersediaan sarana dan prasarana) sebesar
37,318. Nilai Exp() ini bermakna bahwa dengan ketersediaan sarana dan prasarana
yang baik maka masyarakat akan berperilaku hidup bersih menjadi semakin kuat
37 kali dibandingkan jika sarana dan prasarana tidak tersedia.
Tabel 4.14. Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Ganda Tahap Kedua
Variabel B Sig. Exp()
Sikap
Faktor enabling (ketersediaan sarana prasarana)
Faktor reinforcing (informasi/pelatihan kesehatan)
Constant
2,637
3,619
3.429
-14,450
0,010
0,002
0,005
0,000
13,972
37,318
30,832
0,000
Overall percentage : 93,0%
80
Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi besarnya pengaruh
pengetahuan, ketersediaan sarana dan prasarana, dan informasi/pelatihan kesehatan
terhadap perilaku hidup bersih sebesar 93,0% (overall percentage 93,0%), sedangkan
7,0% dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Dari hasil regresi logistik ganda tahap kedua di atas diperoleh hasil model
persamaan regresi logistik yaitu :
Y = -14,450 + 2,637
(sikap)
+ 3,619
(ketersediaan sarana prasarana
)
+
3,429
(informasi/pelatihan kesehatan)
Ini menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih masyarakat akan semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya sikap, ketersediaan sarana prasarana, dan
informasi/pelatihan kesehatan dari tenaga kesehatan.
BAB 5
PEMBAHASAN
Promosi kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk
mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan
mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya,
dan sebagainya).
Pada penelitian ini, untuk mengetahui upaya promosi kesehatan hygiene dan
sanitasi oleh kader / petugas kesehatan dalam perubahan perilaku masyarakat di
Kecamatan Babussalam sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka
kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut.
Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan
determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri). Menurut Green, perilaku
ini ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu predisposition factor (pengetahuan
masyarakat, sikap masyarakat), enabling factor (ketersediaan sarana dan prasarana),
dan reinforcing factor (informasi / pelatihan kesehatan yang diperoleh masyarakat
dari kader / petugas kesehatan). Sedangkan hasil dari promosi kesehatan dengan
mengidentifikasi perilaku hidup bersih masyarakat.
81
82
5.1. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku Hidup Bersih
Pada hakikatnya promosi atau pendidikan kesehatan suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku.
Atau dengan kata lain bahwa dengan adanya promosi kesehatan diharapkan dapat
membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan masyarakat (Notoatmodjo,
2007).
Promosi kesehatan hygiene dan sanitasi yang dilakukan oleh kader / petugas
kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat berkaitan dengan
informasi tentang hidup bersih, manfaat air bersih, kesehatan sanitasi dan hygiene
lingkungan, syarat air rumah tangga, syarat jamban sehat, pembuangan air limbah,
sampah, dan kondisi rumah (luas lantai, dan ruangan). Promosi kesehatan yang
berkaitan dengan kesehatan lingkungan tersebut merupakan usaha-usaha untuk
memperbaiki dan mencegah terjadinya masalah gangguan kesehatan masyarakat.
Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari pengalaman maupun informasi
yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik,
media poster, buku petunjuk, dari kerabat dekat, dari petugas kesehatan, dan lain-lain.
Dengan semakin banyaknya informasi yang diterima, maka pengetahuannya juga
akan semakin bertambah sehingga dapat merubah perilaku yang tidak baik menjadi
perilaku yang baik.
83
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 61,6% masyarakat
mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang hidup bersih. Hal ini berarti masih
banyak masyarakat yang belum mendapatkan informasi / materi tentang kesehatan
hygiene dan sanitasi dari kader/petugas kesehatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa promosi kesehatan yang dilakukan
belum dapat menjangkau seluruh masyarakat secara merata karena metode yang
dilakukan dalam pemberian informasi pada masyarakat menggunakan metode
promosi kelompok dalam skala kelompok kecil (kurang dari 15 orang), sehingga
pengetahuan masyarakat tentang materi yang disampaikan berbeda-beda tergantung
daya tangkapnya. Pelaksanaan promosi kesehatan dengan skala kecil ini disebabkan
pekerjaan masyarakat yang berbeda-beda sehingga untuk menentukan waktu kegiatan
yang sama sulit dilakukan. Kendala lain yang menyebabkan kurang baiknya
pengetahuan masyarakat yaitu terdapat 43% masyarakat yang berpendidikan dasar
(SD/SMP) sehingga dalam menyerap informasi yang diberikan oleh kader/petugas
kesehatan belum optimal.
Berdasarkan uji regresi logistik menunjukkan bahwa pengetahuan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku hidup bersih dengan nilai p=0,442
namun pada uji bivariat (chi-square) menunjukkan hubungan yang bermakna. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Timisela (2007),
yang melakukan penelitian pada karyawan Dinas Kesehatan Propinsi Papua yang
mendapati bahwa tingkat pengetahuan karyawan tentang PHBS memiliki keterkaitan
dengan perilaku karyawan terhadap PHBS. Demikian juga dengan hasil penelitian
84
yang dilakukan oleh Sunawi (2003), yang meneliti tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di Desa Pekiringan Ageng Kabupaten Pekalongan mendapatkan hasil bahwa
ada hubungan antara pengetahuan dengan praktek PHBS (p=0,001).
Promosi kesehatan yang dilaksanakan kader dengan memberikan informasi-
informasi tentang hygiene dan sanitasi, cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan
kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-
pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran masyarakat, dan akhirnya akan
menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.
Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memang memakan waktu yang lama,
tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran
mereka sendiri (bukan karena paksaan).
Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor predisposisi
(pengetahuan) dilakukan dalam bentuk pemberian informasi atau pesan kesehatan dan
penyuluhan kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan atau meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, sehingga akan memudahkan terjadinya
perilaku sehat pada masyarakat. Tetapi pada kenyataannya, pengetahuan yang
diperoleh masyarakat tidak berpengaruh terhadap perilaku hidup bersihnya.
5.2. Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku Hidup Bersih
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebanyak 58,1% masyarakat
mempunyai sikap yang kurang baik (negatif). Pada Tabel 4.12 terlihat bahwa
85
masyarakat dengan sikap yang baik mempunyai perilaku hidup bersih yang baik,
sedangkan masyarakat dengan sikap yang kurang baik mempunyai perilaku yang
kurang baik pula. Sikap yang baik (positif) merupakan pendapat atau penilaian
seseorang yang baik terhadap promosi kesehatan yang diberikan oleh kader/petugas
kesehatan tentang hygiene dan sanitasi, dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
Sikap masyarakat yang kurang baik (negatif) yaitu banyak masyarakat yang
tidak menginginkan informasi yang diberikan oleh kader / petugas kesehatan
dilakukan berulang-ulang, karena hal tersebut membosankan. Dengan pemberian
informasi yang berulang-ulang masyarakat merasa bahwa itu akan membuang-buang
waktu mereka. Menurut kader/petugas kesehatan, pemberian informasi yang
berulang-ulang tersebut agar masyarakat dapat mengingat dan melakukan tindakan
sesuai perilaku hidup bersih, karena informasi yang diberikan secara berulang dan
terus menerus akan memudahkan masyarakat untuk mengingatnya. Namun, dengan
indikasi bahwa masyarakat tidak menginginkan informasi yang berulang-ulang, maka
petugas berupaya memberikan informasi dengan singkat dan jelas sehingga informasi
yang diberikan mampu mengubah sikap masyarakat menjadi positif terhadap hygiene
dan sanitasi..
Masyarakat juga tidak setuju kalau kader/petugas kesehatan lebih sering
mendatangi masyarakat dengan lingkungan yang kurang baik saja. Mereka
menginginkan bahwa kader/petugas kesehatan memberikan informasi secara
menyeluruh dan sama rata pada warga masyarakat sehingga informasi yang diperoleh
86
tentang hygiene dan sanitasi pada tingkatan yang sama pula. Masyarakat juga
mengharapkan jika ada bantuan dari pemerintah untuk kepentingan kesehatan
diberikan pada seluruh warga masyarakat.
Berdasarkan uji multivariat menggunakan regresi logistik terlihat bahwa sikap
masyarakat berhubungan secara signifikan dengan perilaku hidup bersih (p=0,010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Timisela (2007), yang mendapati bahwa
sikap karyawan Dinas Kesehatan Papua tentang PHBS memiliki keterkaitan dengan
perilaku karyawan tentang PHBS. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mau (2007), yang meneliti promosi kesehatan pada siswa SMU mendapati
bahwa ada pengaruh yang bermakna dalam peningkatan sikap siswa SMU setelah 2
bulan diberikan promosi kesehatan dengan metode peer education.
Sikap masyarakat yang negatif muncul karena dipengaruhi oleh konsep diri
(self concept). Menurut Notoatmodjo (2005) self concept ditentukan oleh tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan terhadap diri sendiri, terutama
bagaimana keinginan memperlihatkan diri kepada orang lain. Apabila orang lain
melihat diri positif dan menerima apa yang dilakukan, maka akan menerima perilaku
tersebut. Tetapi apabila orang lain mempunyai sikap (berpandangan) negatif terhadap
perilaku diri, dalam jangka waktu yang lama, maka akan merasa suatu keharusan
untuk melakukan perubahan perilaku.
Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor predisposisi (sikap)
dalam bentuk pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan
87
dengan mengharapkan sikap warga menjadi positif dan melakukan perubahan
perilaku menjadi lebih baik. Upaya promosi kesehatan dengan sikap yang positif ini
dimaksudkan untuk meluruskan tradisi-tradisi, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai,
dan sebagainya yang tidak kondusif (keliru) dapat berubah menjadi berperilaku
sehat.
5.3. Pengaruh Faktor Enabling (Ketersediaan Sarana dan Prasarana) Terhadap
Perilaku Hidup Bersih
Menurut Notoatmodjo (2005), hambatan yang paling besar dirasakan dalam
mewujudkan perilaku hidup sehat masyarakat yaitu faktor pendukungnya (enabling
factor). Dari penelitian-penelitian yang ada terungkap meskipun kesadaran dan
pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktik tentang
kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan
pengkajian oleh WHO, terutama di negara-negara berkembang, ternyata faktor
pendukung atau sarana dan prasarana tidak mendukung masyarakat untuk berperilaku
hidup sehat. Misalnya, meskipun kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat
tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas, yaitu
tersedianya jamban sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi,
pelayanan kesehatan dan sebagainya maka mereka sulit untuk mewujudkan perilaku
tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo di atas, dimana
faktor enabling (ketersediaan sarana dan prasarana) merupakan faktor yang dominan
mempengaruhi masyarakat dalam perilaku hidup bersih. Dengan uji regresi logistik,
88
faktor enabling berpengaruh secara signifikan (p=0,002) dan mampu memprediksi
perubahan perilaku masyarakat Kecamatan Babussalam sebesar 37,318. Ini
menunjukkan bahwa jika sarana dan prasarana kesehatan tersedia maka perilaku
hidup bersih akan dilakukan oleh masyarakat, demikian juga sebaliknya, jika sarana
dan prasarana kesehatan tidak tersedia maka perilaku kesehatan masyarakat juga
buruk. Perilaku hidup bersih dapat menjadi suatu kebiasaan yang baik jika
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, misalnya adanya tong sampah di
setiap rumah penduduk, maka masyarakat akan mempunyai kebiasaan membuang
sampah di tong sampah tersebut, dan kebersihan rumah akan terjaga.
Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat di Kecamatan
Babussalam sebanyak 55,8% dalam kategori kurang baik. Dari 10 pertanyaan yang
diajukan menunjukkan bahwa sebanyak 50% ruang kamar tidur dihuni paling banyak
oleh 2 orang, dibandingkan dengan 9 indikator lainnya yang mempunyai persentase
lebih kecil. Ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga masyarakat Kecamatan
Babussalam tergolong banyak.
Pada Tabel 4.12. terlihat bahwa masyarakat dengan ketersediaan sarana dan
prasarana yang baik perilaku hidup bersihnya baik, sedangkan masyarakat dengan
ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang baik, perilakunya juga kurang baik.
Ini mengindikasikan bahwa perilaku yang baik ditunjang oleh ketersediaan sarana
dan prasarana kesehatan, seperti penggunaan sumber air bersih, tersedianya jamban,
tersedia tong sampah, mempunyai tempat pembakaran sampah, menutup tempat
penampungan air bersih, air limbah mempunyai septictank, rumah memiliki
89
ventilasi, lantai terbuat dari semen/tegel/keramik, dan lebar ruangan terhadap jumlah
anggota keluarga seimbang.
Fasilitas, sarana, prasarana yang mendukung ikut berperan serta untuk
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Pengetahuan dan sikap saja belum
menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk
memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Dari segi kesehatan masyarakat,
agar masyarakat mempunyai perilaku sehat, harus terakses (terjangkau) sarana dan
prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan.
Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan dalam masyarakat tidak terlepas
dari peran serta kader/petugas kesehatan dalam promosi kesehatan yang
menganjurkan agar masyarakat selalu memperhatikan hygiene dan sanitasi
lingkungan seperti syarat rumah sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian Raule (2004),
yang menganalisis berbagai faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perilaku hidup
bersih tatanan rumah tangga di Kelurahan Sindulang Manado menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara ketersediaan prasarana kesehatan dengan perilaku
hidup bersih masyarakat.
Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan di masyarakat dapat dilakukan
dengan mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan merupakan upaya
atau proses yang dilakukan oleh kader/petugas kesehatan untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan. Harapan dari ketersediaan
sarana dan prasarana ini yaitu dengan timbulnya kemampuan masyarakat di bidang
90
kesehatan berarti masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, mampu
mewujudkan kemauan atau niat kesehatan masyarakat dalam bentuk tindakan atau
perilaku hidup sehat.
Masyarakat yang sudah bisa mencukupi sarana, prasarana, fasilitas atau dana
untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku kesehatan, berarti telah
mempunyai kemampuan untuk hidup sehat. Masyarakat yang telah mampu
memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan sarana atau prasarana kesehatan adalah
masyarakat yang mandiri di bidang kesehatan. Dalam upaya penyediaan sarana dan
prasarana ini pemerintah Kecamatan Babussalam memberikan bantuan di beberapa
desa, yaitu penyediaan air bersih, dan tempat pengumpulan / tong sampah yang dapat
digunakan secara bersama-sama.
5.4. Pengaruh Faktor Reinforcing (Informasi / Pelatihan Kesehatan) Terhadap
Perilaku Hidup Bersih
Menurut Hassan (2005), untuk meningkatkan kesehatan dan perilaku
masyarakat, faktor reinforcing (informasi / pelatihan) dari petugas kesehatan
merupakan hal penting dilakukan. Pelatihan memiliki tujuan penting untuk
meningkatkan keterampilan sebagai kriteria keberhasilan program secara
keseluruhan. Upaya pelatihan harus dapat memberikan pengalaman belajar yang
baik bagi masyarakat. Dengan memberikan pelatihan, dapat meyakinkan masyarakat
bahwa dengan mempelajari sesuatu yang diyakini pasti mengandung manfaat; proses
belajar dapat memberikan keterampilan, dan apabila keterampilan tersebut semakin
sering dipraktikkan, akan semakin tinggi tingkat keterampilannya.
91
Petugas kesehatan sebagai pendorong bagi perubahan perilaku masyarakat di
Kecamatan Babussalam masih dirasakan kurang oleh masyarakat. Terlihat dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang mendapatkan informasi/pelatihan
dari kader/petugas kesehatan dengan baik sama besar dengan yang kurang baik yaitu
50%. Dari Tabel 4.12 terlihat bahwa masyarakat yang mendapatkan pelatihan dengan
baik maka perilaku hidup bersih juga baik, demikian juga sebaliknya, masyarakat
dengan kategori kurang baik maka perilaku hidup bersih juga kurang baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunawi
(2003), mendapati hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelatihan
(dukungan) tenaga kesehatan dengan praktek PHBS (p=0,000). Demikian juga
penelitian yang dilakukan oleh Raule (2004), menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara dukungan dari tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan dengan
perilaku hidup bersih masyarakat.
Informasi/pelatihan yang merupakan faktor reinforcing bagi perilaku hidup
bersih menjadi hal penting dalam perubahan perilaku masyarakat, untuk itu promosi
kesehatan yang paling tepat yaitu dengan memberikan penyuluhan/pelatihan secara
langsung tentang lingkungan sehat, syarat hidup bersih, rumah sehat, menggunakan
media yang mudah dipahami masyarakat disertai gambar-gambar dalam bentuk
brosur-brosur / leaflet. Tujuan utama dari pelatihan ini yaitu agar sikap dan perilaku
kader/petugas kesehatan dapat menjadi teladan, contoh, atau acuan bagi masyarakat
tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat).
92
Dalam upaya promosi kesehatan hygiene dan sanitasi ini diharapkan peran
serta pemerintah baik pusat maupun daerah mengeluarkan peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan kesehatan hygiene dan sanitasi agar dapat menunjang perilaku
hidup sehat bagi masyarakat, misalnya peraturan tentang pembuatan sumur gali,
Gerakan Jumat Bersih, penghijauan, pemeliharaan ternak, dan lain-lain. Menurut
Notoatmodjo (2007), cara tersebut di atas dalam perubahan perilaku masyarakat
adalah dengan cara dipaksakan kepada masyarakat sehingga mau melakukan
(berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang
cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena
perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
Mengubah perilaku kesehatan masyarakat dilakukan petugas kesehatan
dengan usaha promotif dan preventif sesuai dengan paradigma sehat. Usaha promotif
yang dilakukan oleh kader/ petugas kesehatan yaitu dengan memberikan informasi
dengan penyuluhan pada masyarakat tentang kebersihan lingkungan, dan penyakit
yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Sedangkan usaha pencegahan (preventif)
dilakukan dengan memberikan pelatihan tentang pencegahan demam berdarah,
pembuatan sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan, pembuatan jamban,
pembuangan air limbah yang baik, dan menanyakan masalah-masalah yang berkaitan
dengan kesehatan lingkungan masyarakat.
Masyarakat di Kecamatan Babussalam dengan kehidupan yang masih
agamais, peran tenaga kesehatan dalam merubah perilaku masyarakat belum
mendapat perhatian yang besar, dibandingkan dengan kepemimpinan seorang ustad /
93
ulama. Masyarakat masih menjunjung tinggi peran ustad/ulama yang menjadi sosok
panutan, sehingga menurut penulis, ustad/ulama perlu dilibatkan dan mengambil
peran yang lebih besar dalam mengubah perilaku masyarakat untuk hidup bersih.
Demikian juga halnya dengan tokoh masyarakat yang disegani oleh warga
masyarakat, dapat ikut berpartisipasi dalam mengubah perilaku masyarakat.
5.5. Perilaku Hidup Bersih Masyarakat
Perilaku hidup bersih merupakan upaya untuk memberdayakan anggota
masyarakat agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Melalui perilaku hidup
bersih, masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,
terutama dalam tatanan masing-masing atau dapat menerapkan cara-cara hidup bersih
dan sehat dengan menjaga dan memelihara kesehatannya.
Menurut Depkes (2006), indikator PHBS di rumah tangga adalah sebagai
berikut : 1)Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan; 2) Bayi diberi ASI saja
sejak lahir sampai berusia 6 bulan; 3) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan;
4)Ketersediaan air bersih; 5)Ketersediaan jamban; 6)Kesesuaian luas lantai dengan
jumlah penghuni; 7)Lantai rumah bukan dari tanah. Menurut (Entjang, 2000), hygiene
dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan
ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, yaitu dengan meningkatkan
lingkungan yang berguna.
94
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar perilaku hidup bersih responden
dalam kategori kurang baik (54,7%), dan selebihnya dalam kategori berperilaku baik
(45,3%). Hasil ini menggambarkan bahwa promosi yang dilakukan oleh kader / ketua
kesehatan belum mampu mengubah secara signifikan perilaku hidup bersih
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.
Perilaku yang kurang baik masyarakat berkaitan dengan hygiene dan sanitasi
yaitu kebiasaan masyarakat (baik anak-anak maupun orang tua) buang air besar
(BAB) di sungai sehingga mengotori dan mencemari sumber air. Disamping sebagai
tempat BAB, sungai juga dijadikan sebagian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, seperti mandi, mencuci, dan lain-lain. Untuk itu, promosi yang dilakukan
berkaitan dengan perilaku hidup bersih yaitu dengan mengutamakan pemberian
informasi pada keluarga / rumah tangga. Keluarga atau rumah tangga adalah unit
masyarakat terkecil, oleh sebab itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat
harus dimulai di masing-masing keluarga. Di dalam keluargalah mulai terbentuk
perilaku-perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama
dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu,
merupakan peletak dasar perilaku dan terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak.
Keterbatasan penelitian PHBS dalam penelitian ini hanya indikator perilaku
hidup bersih dan sehat yang berkaitan hygiene dan sanitasi lingkungan. Indikator
perilaku hidup bersih yang termasuk ke dalam lingkungan yaitu ketersediaan air
bersih, jamban keluarga, tempat sampah, pengelolaan air limbah, lantai rumah,
ventilasi, dan kesesuaian luas lantai dengan penghuni dan lantai rumah.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam analisis data dan
pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel sikap, enabling (ketersediaan sarana dan prasarana), dan faktor
reinforcing (informasi/pelatihan kesehatan) berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap perilaku hidup bersih dengan p<0,05.
2. Dari tiga variabel yang berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih, variabel
enabling (ketersediaan sarana dan prasarana) merupakan faktor yang paling
dominan mempengaruhi perilaku hidup bersih sebesar 37,318.
3. Seluruh model yang diteliti dapat menjelaskan sebesar 93,0% terhadap perilaku
hidup bersih masyarakat.
6.2. Saran-Saran
1. Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara dan unsur terkait :
a. Menyediakan sarana dan prasarana kesehatan untuk menunjang perilaku
hidup bersih seperti saringan air bersih, jamban sederhana, dan tong
sampah di tempat-tempat umum.
b. Melakukan promosi kesehatan hygiene dan sanitasi di berbagai
kesempatan pertemuan sehingga kesehatan lingkungan dan perilaku hidup
bersih dapat diterima secara sadar oleh setiap individu dalam masyarakat.
95
96
2. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara :
a. Berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara dalam
pengadaan sarana dan prasarana yang menunjang perilaku hidup bersih
masyarakat.
b. Melakukan pelatihan berkala kepada petugas higiene dan sanitasi untuk
menciptakan tenaga yang profesional.
c. Memberikan reward atau penghargaan kepada masyarakat yang
melakukan perilaku hidup bersih dengan baik dan dapat dijadikan contoh
atau teladan bagi masyarakat lainnya. Juga memberikan penghargaan dan
insentif kepada kader/petugas kesehatan terbaik agar dapat menjadi
motivasi bagi kader/petugas kesehatan lainnya.
3. Kepada Kader / Petugas Kesehatan
a. Melakukan Gerakan Jumat Bersih, penghijauan, dan melakukan promosi
kesehatan dengan menyesuaikan sosial budaya setempat.
b. Melibatkan tokoh agama dalam upaya promosi kesehatan agar tujuan
dapat lebih mudah dicapai, dengan melakukan kegiatan secara rutin dan
menyesuaikan waktu penyuluhan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A, 2002, Psikologi Sosial, Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi,
Rineka Cipta, Jakarta.
Chandra, B., 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Editor Palupi Widyastuti,
Cetakan I, EGC, Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 1987, Posyandu, Jakarta : Pusat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat.
________, 2000, Modul Pelatihan Peningkatan PSM Pengorganisasi dan
Pengembangan Masyarakat, Seri PSM No. 27, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
_________, 2002, Menggerakkan Kegiatan Masyarakat di Bidang Kesehatan,
Pedoman Kader Pembangunan Kesehatan Masyarakat Perkotaan,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
_________, 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator
Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1202/MENKES/SK/VIII/2003, Jakarta.
Dinas Kesehatan Aceh Tenggara, 2007, Profil Kesehatan Aceh Tenggara. Pemerintah
Kabupaten Aceh Tenggara, Kutacane.
Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2006, Profil Kesehatan
Naggroe Aceh Darussalam. Pemerintah Daerah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Banda Aceh.
Entjang, I., 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan Kedua, Citra Aditya Bakti,
Bandung
Green, L. W. dan Marshall Kreuter, 2005. Health Program Planning : an Educational
and Ecological Approach, New York: Published by McGraw-Hill, a Business
Unit of The McGraw-Hill Companies Inc., USA.
Gunawan, S., 2007, Peran Kader Kesehatan dalam Program Imunisasi, Direktorat
Epim Depkes RI, Jakarta.
97
98
Hassan, A., 2005, pendekatan Sistem Sosial Suatu Kerangka Analisis Promosi
Kesehatan, Cetakan Pertama, Rineka Cipta, Jakarta.
Hasibuan, M., 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketujuh, Bumi
Aksara, Jakarta.
______, 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Edisi
Pertama, Salemba Medika, Jakarta.
Hastono, S.P., 2007, Analisis Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Jakarta.
Karo-Karo, S., 1999, Kader Superstar Baru dalam Dunia Kesehatan, Majalah
Kesehatan No. 72, Jakarta.
Krianto, T, 2005, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Promosi Kesehatan, Rineka
Cipta, Jakarta
Mangkunegara, A.A.A.P, 2005, Evaluasi Kinerja SDM, Cetakan Pertama, Refika
Aditama, Jakarta.
Mantra I.B. 1997, Kader Tenaga Harapan Masyarakat, Proyek Pengembangan
Penyuluhan Gizi, Jakarta.
Mau, D.T, 2007, Promosi Kesehatan Dengan Metode Peer Education Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Siswa Dalam Upaya Pencegahan Penularan
HIV/AIDS di Kabupaten Belu-NTT, Abstrak, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
McKenzi, J.F, Robert R.P, Jerome E.K, 2007, Kesehatan Masyarakat : Suatu
Pengantar, Edisi 4, Cetakan I, EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
______, 2003, Ilmu Kesehatan dan Perilakuu Masyarakat, Edisi I, Cetakan Kedua,
Rineka Cipta, Jakarta.
______, 2005, Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Cetakan Kedua, Rineka
Cipta, Jakarta.
______, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Cetakan Pertama, Rineka Cipta,
Jakarta.
Nugroho, B.A. 2005, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS,
Andi, Yogyakarta.
99
Pratomo, H, 2005, Aplikasi Advokasi Dalam Promosi Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Priatna, D.S., 2007, Sudah Mendapat Perhatian, Namun Belum Menjadi Prioritas,
Majalah Percik, Oktober 2007.
Rachmat, H.H., 2004, Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar,
Kebijakan, Perencanan dan Kajian Masa Depannya, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Raule, R., 2004, Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih
Tatanan Rumah Tangga di Kelurahan Sindulang, Manado.
Riduwan, 2005, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Cetakan Kedua,
Bandung, Alfabeta.
Sanjaya, B., Albertus H., 2006, Panduan Penelitian, Cetakan Kedua, Prestasi
Pustakarya, Jakarta.
Singarimbun, M., 2006, Metode Penelitian Survai, Cetakan Kedua, Bumi Aksara,
Jakarta.
Sudjana, 2003, Matode Statistika, Cetakan Keenam, Edisi V, Tarsito, Bandung.
Suharjo, B., 2008, Analisis Regresi Terapan Dengan SPSS, Cetakan Kedua, Graha
Ilmu, Jakarta.
Sunawi, T., 2003, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Pekiringan Ageng
Kabupaten Pekalongan, Semarang.
Sutanto, S. 2007, Metodologi Penelitian, Cetakan Ketiga, Alfabeta, Bandung.
Timisela, A., 2007, Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
Karyawan Dinas Kesehatan Propinsi Papua, Asbtrak, Program Pascasarjana,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lampiran 1.
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSITION, ENABLING, DAN REINFORCING
PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH
MASYARAKAT DI KECAMATAN BABUSSALAM KABUPATEN ACEH
TENGGARA PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
TAHUN 2008
NOMOR RESPONDEN :
A. WILAYAH/DESA : .................................................................
B. PUSKESMAS : .................................................................
C. TANGGAL WAWANCARA : .................................................................
D. WAKTU / PUKUL : .................................................................
PETUNJUK
1. Jawablah pertanyaan yang diajukan pada Saudara dengan sebenar-benarnya,
sesuai dengan apa yang diketahui dan apa yang Saudara lakukan.
2. Apapun jawaban saudara tidak mempengaruhi Saudara akan tetapi jawaban
yang benar sangat diperlukan dalam penelitian ini.
3. Partisipasi Saudara sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran penelitian
ini yang ke depannya diharapkan bermanfaat bagi pencapaian program
Promosi Kesehatan Hygiene dan Sanitasi
I. Identitas Responden
1. Umur :.
2. Jenis kelamin :..
3. Pendidikan Terakhir :.
100
101
Berilah tanda checklist () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia di sebelah
pertanyaan sesuai dengan apa yang Saudara Lakukan, kriteria dengan memberi
jawaban Ya dan Tidak
II. Pengetahuan Yang Didapat dari Promosi Kesehatan Hygiene dan Sanitasi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
Skor
1 Apakah ibu/bapak/saudara mendapatkan informasi
tentang kesehatan hidup bersih dan sehat dari petugas
kesehatan
2 Apakah anda mendapatkan informasi tentang manfaat
dari penggunaan air bersih berhubungan dengan
kesehatan diri/ lingkungan dari petugas kesehatan
3 Apakah anda mendapatkan informasi tentang usaha
untuk meningkatkan kesehatan sanitasi dan higiene
lingkungan dari petugas kesehatan
4 Apakah anda mendapatkan informasi tentang Syarat
untuk air rumah tangga yang bersih dari petugas
kesehatan
5 Apakah anda mendapatkan informasi tentang syarat
jamban yang sehat dari petugas kesehatan
6 Apakah anda mendapatkan informasi tentang
pembuangan air limbah rumah tangga yang baik dari
petugas kesehatan
7 Apakah anda mendapatkan informasi tentang
pengaturan air limbah dari petugas kesehatan
8 Apakah anda mendapatkan informasi tentang tempat
pembuangan sampah yang baik dari petugas
kesehatan
9 Apakah anda mendapatkan informasi tentang lantai
rumah tangga yang baik dari petugas kesehatan
10 Apakah anda mendapatkan informasi tentang luas
lantai yang sesuai dengan jumlah penghuni dari
petugas kesehatan
102
Berilah tanda checklist () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia di sebelah
pertanyaan sesuai dengan sikap Saudara, dengan memberi jawaban :
SS (Sangat Setuju), S (Setuju), dan TS (Tidak Setuju).
III. Sikap Terhadap Promosi Kesehatan Hygiene dan Sanitasi Tentang Hidup
Bersih
Jawaban
No Pernyataan
SS S TS
Skor
1 Petugas kesehatan memberikan informasi
pada masyarakat tentang kesehatan
lingkungan dilakukan berulang-ulang.
2 Petugas kesehatan memberi dorongan pada
masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan
3 Petugas kesehatan memberikan informasi
dengan mendatangi warga dengan lingkungan
yang kurang baik saja.
4 Petugas kesehatan memberikan informasi
menggunakan media yang canggih.
5 Petugas kesehatan memberi sanksi pada
masyarakat yang tidak menjaga kebersihan
lingkungan
IV. Faktor enabling (Ketersediaan Sarana dan Prasarana)
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
Skor
1. Apakah Anda menggunakan sumber air bersih dari air
ledeng / PAM?
2. Apakah di rumah Anda tersedia jamban / WC ?
3. Apakah di rumah Anda tersedia tong sampah (tempat
pembuangan sampah)?
4. Apakah di rumah anda terdapat tempat pembakaran
sampah ?
103
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
Skor
5. Apakah tempat penampungan air bersih anda
menggunakan tutup ?
6. Apakah di tempat tinggal Anda pembuangan air
limbah menggunakan septictank ?
7. Apakah penampungan air bersih di dalam rumah?
8. Apakah rumah anda memiliki ventilasi / lubang angin
yang cukup?
9. Apakah lantai rumah anda terbuat dari semen/tegel/
keramik ?
10. Apakah ruang kamar tidur di rumah anda dihuni
paling banyak oleh 2 orang?
V. Faktor Reinforcing
Berilah tanda checklist () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia di sebelah
pertanyaan sesuai dengan keadaan Saudara, kriteria dengan memberi jawaban P
(Pernah) dan TP (Tidak Pernah)
Jawaban
No Pernyataan
P TP
Skor
1. Anda atau anggota keluarga di rumah mendapatkan
informasi kesehatan secara langsung dari kader/
petugas kesehatan ?
2. Anda mendapatkan informasi tentang lingkungan
sehat dari kader/petugas kesehatan ?
3. Petugas kesehatan memberikan penyuluhan atau
pesan menggunakan gambar-gambar pada Anda?
4. Anda pernah mendapatkan informasi dari petugas
kesehatan tentang kesehatan lingkungan yang
memenuhi syarat hidup bersih
5. Anda mendapatkan pelatihan dari petugas kesehatan
tentang pembuatan jamban.
6. Anda mendapatkan pelatihan dari petugas kesehatan
tentang pembuatan sumur gali yang memenuhi syarat
kesehatan.
104
Jawaban
No Pernyataan
P TP
Skor
7 Anda mendapatkan pelatihan dari petugas kesehatan
tentang pembuangan air limbah.
8 Anda mendapatkan pelatihan dari petugas kesehatan
tentang pentingnya ventilasi untuk rumah sehat.
9 Anda mendapatkan brosur-brosur kesehatan
mengenai kesehatan lingkungan dari kader kesehatan
10 Petugas / kader menanyakan masalah yang berkaitan
dengan kesehatan lingkungan tempat tinggal Anda ?
VI. Perilaku Hidup Bersih
Berilah tanda checklist () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia di sebelah
pertanyaan sesuai dengan keadaan saudara, kriteria dengan memberi jawaban Ya dan
Tidak
Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
Skor
1. Anda membersihkan rumah dan membakar sampah
setiap hari.
2. Anda menggunakan air bersih untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
3. Anda dan keluarga menggunakan jamban keluarga
4. Anda membuang sampah rumah tangga di tempat
tong sampah tertutup.
5. Anda membuang air limbah melalui saluran
pembuangan air limbah.
6. Anda menyapu lantai rumah Anda minimal 2 x
sehari.
7. Anda menggunakan ventilasi rumah sebagai keluar
masuknya udara yang paling utama.
8. Jumlah ruang dalam rumah sesuai dengan jumlah
anggota keluarga.
105
KUESIONER PENELITIAN UNTUK KADER
Faktor Reinforcing (Informasi / Pelatihan Kesehatan)
a. Apakah Anda memberikan informasi hygiene dan sanitasi pada masyarakat?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah Anda memberikan penyuluhan tentang lingkungan sehat kepada
keluarga?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah Anda memberikan penyuluhan menggunakan pesan-pesan bergambar?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah Anda memberikan informasi kepada masyarakat tentang kesehatan
lingkungan yang memenuhi syarat hidup bersih
a. Ya b. Tidak
5. Apakah memberikan pelatihan dari petugas kesehatan tentang pembuatan
jamban?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah Anda memberikan pelatihan tentang pembuatan sumur gali yang
memenuhi syarat kesehatan kepada masyarakat ?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah anda memberikan pelatihan tentang pembuangan air limbah pada
masyarakat ?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah anda memberikan pelatihan tentang pentingnya ventilasi untuk rumah
sehat pada masyarakat ?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah anda membagikan brosur-brosur kesehatan mengenai kesehatan
lingkungan kepada warga masyarakat.
a. Ya b. Tidak
10. Apakah dalam selalu menanyakan masalah yang berkaitan dengan kesehatan
lingkungan tempat tinggal warga ?
a. Ya b. Tidak
106
Tabel Frekuensi
umur
14 16.3 16.3 16.3
69 80.2 80.2 96.5
3 3.5 3.5 100.0
86 100.0 100.0
20-40 tahun
41-60 tahun
>60 tahun
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
jenis kelamin
23 26.7 26.7 26.7
63 73.3 73.3 100.0
86 100.0 100.0
perempuan
laki-laki
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
pendidikan
37 43.0 43.0 43.0
46 53.5 53.5 96.5
3 3.5 3.5 100.0
86 100.0 100.0
SD-SMP
SMA
Dipl-Sarjana
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pengetahuan-1
28 32.6 32.6 32.6
58 67.4 67.4 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
107
Pengetahuan-2
35 40.7 40.7 40.7
51 59.3 59.3 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pengetahuan-3
39 45.3 45.3 45.3
47 54.7 54.7 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pengetahuan-4
33 38.4 38.4 38.4
53 61.6 61.6 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pengetahuan-5
33 38.4 38.4 38.4
53 61.6 61.6 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pengetahuan-6
34 39.5 39.5 39.5
52 60.5 60.5 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
108
Pengetahuan-7
40 46.5 46.5 46.5
46 53.5 53.5 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pengetahuan-8
39 45.3 45.3 45.3
47 54.7 54.7 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pengetahuan-9
41 47.7 47.7 47.7
45 52.3 52.3 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pengetahuan-10
26 30.2 30.2 30.2
60 69.8 69.8 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
pengetahuan
33 38.4 38.4 38.4
53 61.6 61.6 100.0
86 100.0 100.0
Baik
Kurang Baik
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
109
sikap-1
33 38.4 38.4 38.4
31 36.0 36.0 74.4
22 25.6 25.6 100.0
86 100.0 100.0
Tidak setuju
setuju
sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sikap-2
21 24.4 24.4 24.4
38 44.2 44.2 68.6
27 31.4 31.4 100.0
86 100.0 100.0
Tidak setuju
setuju
sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sikap-3
34 39.5 39.5 39.5
20 23.3 23.3 62.8
32 37.2 37.2 100.0
86 100.0 100.0
Tidak setuju
setuju
sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sikap-4
16 18.6 18.6 18.6
50 58.1 58.1 76.7
20 23.3 23.3 100.0
86 100.0 100.0
Tidak setuju
setuju
sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
110
sikap-5
33 38.4 38.4 38.4
28 32.6 32.6 70.9
25 29.1 29.1 100.0
86 100.0 100.0
Tidak setuju
setuju
sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sikap
36 41.9 41.9 41.9
50 58.1 58.1 100.0
86 100.0 100.0
Baik
Kurang Baik
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
enabling-1
21 24.4 24.4 24.4
65 75.6 75.6 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
enabling-2
31 36.0 36.0 36.0
55 64.0 64.0 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
enabling-3
38 44.2 44.2 44.2
48 55.8 55.8 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
111
enabling-4
34 39.5 39.5 39.5
52 60.5 60.5 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
enabling-5
36 41.9 41.9 41.9
50 58.1 58.1 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
enabling-6
37 43.0 43.0 43.0
49 57.0 57.0 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
enabling-7
35 40.7 40.7 40.7
51 59.3 59.3 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
enabling-8
31 36.0 36.0 36.0
55 64.0 64.0 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
112
enabling-9
34 39.5 39.5 39.5
52 60.5 60.5 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
enabling-10
43 50.0 50.0 50.0
43 50.0 50.0 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
enabling
38 44.2 44.2 44.2
48 55.8 55.8 100.0
86 100.0 100.0
Baik
Kurang Baik
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
reinforcing-1
10 11.6 11.6 11.6
76 88.4 88.4 100.0
86 100.0 100.0
Tidak pernah
Pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
reinforcing-2
27 31.4 31.4 31.4
59 68.6 68.6 100.0
86 100.0 100.0
Tidak pernah
Pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
113
reinforcing-3
42 48.8 48.8 48.8
44 51.2 51.2 100.0
86 100.0 100.0
Tidak pernah
Pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
reinforcing-4
41 47.7 47.7 47.7
45 52.3 52.3 100.0
86 100.0 100.0
Tidak pernah
Pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
reinforcing-5
28 32.6 32.6 32.6
58 67.4 67.4 100.0
86 100.0 100.0
Tidak pernah
Pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
reinforcing-6
30 34.9 34.9 34.9
56 65.1 65.1 100.0
86 100.0 100.0
Tidak pernah
Pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
reinforcing-7
33 38.4 38.4 38.4
53 61.6 61.6 100.0
86 100.0 100.0
Tidak pernah
Pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
114
reinforcing-8
45 52.3 52.3 52.3
41 47.7 47.7 100.0
86 100.0 100.0
Tidak pernah
Pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
reinforcing-9
36 41.9 41.9 41.9
50 58.1 58.1 100.0
86 100.0 100.0
Tidak pernah
Pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
reinforcing-10
36 41.9 41.9 41.9
50 58.1 58.1 100.0
86 100.0 100.0
Tidak pernah
Pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
reinforcing
43 50.0 50.0 50.0
43 50.0 50.0 100.0
86 100.0 100.0
Baik
Kurang Baik
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
PHBS-1
51 59.3 59.3 59.3
35 40.7 40.7 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
115
PHBS-2
20 23.3 23.3 23.3
66 76.7 76.7 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
PHBS-3
31 36.0 36.0 36.0
55 64.0 64.0 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
PHBS-4
52 60.5 60.5 60.5
34 39.5 39.5 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
PHBS-5
39 45.3 45.3 45.3
47 54.7 54.7 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
PHBS-6
40 46.5 46.5 46.5
46 53.5 53.5 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
116
PHBS-7
21 24.4 24.4 24.4
65 75.6 75.6 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
PHBS-8
53 61.6 61.6 61.6
33 38.4 38.4 100.0
86 100.0 100.0
Tidak
Ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
PHBS
39 45.3 45.3 45.3
47 54.7 54.7 100.0
86 100.0 100.0
Baik
Kurang Baik
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
117
Tabel Silang
pengetahuan * PHBS Crosstabulation
28 5 33
84.8% 15.2% 100.0%
32.6% 5.8% 38.4%
11 42 53
20.8% 79.2% 100.0%
12.8% 48.8% 61.6%
39 47 86
45.3% 54.7% 100.0%
45.3% 54.7% 100.0%
Count
% within pengetahuan
% of Total
Count
% within pengetahuan
% of Total
Count
% within pengetahuan
% of Total
Baik
Kurang Baik
pengetahuan
Total
Baik Kurang Baik
PHBS
Total
Chi-Square Tests
33.710
b
1 .000
31.173 1 .000
36.271 1 .000
.000 .000
33.318 1 .000
86
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.
97.
b.
118
sikap * PHBS Crosstabulation
33 3 36
91.7% 8.3% 100.0%
38.4% 3.5% 41.9%
6 44 50
12.0% 88.0% 100.0%
7.0% 51.2% 58.1%
39 47 86
45.3% 54.7% 100.0%
45.3% 54.7% 100.0%
Count
% within sikap
% of Total
Count
% within sikap
% of Total
Count
% within sikap
% of Total
Baik
Kurang Baik
sikap
Total
Baik Kurang Baik
PHBS
Total
Chi-Square Tests
53.600
b
1 .000
50.433 1 .000
61.131 1 .000
.000 .000
52.976 1 .000
86
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.
33.
b.
enabling * PHBS Crosstabulation
33 5 38
86.8% 13.2% 100.0%
38.4% 5.8% 44.2%
6 42 48
12.5% 87.5% 100.0%
7.0% 48.8% 55.8%
39 47 86
45.3% 54.7% 100.0%
45.3% 54.7% 100.0%
Count
% within enabling
% of Total
Count
% within enabling
% of Total
Count
% within enabling
% of Total
Baik
Kurang Baik
enabling
Total
Baik Kurang Baik
PHBS
Total
119
Chi-Square Tests
47.297
b
1 .000
44.345 1 .000
52.713 1 .000
.000 .000
46.747 1 .000
86
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.
23.
b.
reinforcing * PHBS Crosstabulation
36 7 43
83.7% 16.3% 100.0%
41.9% 8.1% 50.0%
3 40 43
7.0% 93.0% 100.0%
3.5% 46.5% 50.0%
39 47 86
45.3% 54.7% 100.0%
45.3% 54.7% 100.0%
Count
% within reinforcing
% of Total
Count
% within reinforcing
% of Total
Count
% within reinforcing
% of Total
Baik
Kurang Baik
reinforcing
Total
Baik Kurang Baik
PHBS
Total
120
Chi-Square Tests
51.093
b
1 .000
48.044 1 .000
58.508 1 .000
.000 .000
50.499 1 .000
86
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.
50.
b.
121
Regresi Logistik Tahap I
Case Processing Summary
86 100.0
0 .0
86 100.0
0 .0
86 100.0
Unweighted Cases
a
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Selected Cases
Unselected Cases
Total
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
0
1
Original Value
Baik
Kurang Baik
Internal Value
Block 0: Beginning Block
Classification Table
a,b
0 39 .0
0 47 100.0
54.7
Observed
Baik
Kurang Baik
PHBS
Overall Percentage
Step 0
Baik Kurang Baik
PHBS
Percentage
Correct
Predicted
Constant is included in the model.
a.
The cut value is .500
b.
Variables in the Equation
.187 .217 .742 1 .389 1.205 Constant Step 0
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
122
Variables not in the Equation
33.710 1 .000
53.600 1 .000
47.297 1 .000
51.093 1 .000
67.233 4 .000
pengetahuan
sikap
enabling
reinforcing
Variables
Overall Statistics
Step
0
Score df Sig.
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
90.552 4 .000
90.552 4 .000
90.552 4 .000
Step
Block
Model
Step 1
Chi-square df Sig.
Model Summary
27.924
a
.651 .871
Step
1
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke
R Square
Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than .001.
a.
Classification Table
a
36 3 92.3
3 44 93.6
93.0
Observed
Baik
Kurang Baik
PHBS
Overall Percentage
Step 1
Baik Kurang Baik
PHBS
Percentage
Correct
Predicted
The cut value is .500
a.
123
Variables in the Equation
-1.165 1.514 .592 1 .442 .312
3.392 1.463 5.378 1 .020 29.722
4.030 1.359 8.794 1 .003 56.249
3.650 1.318 7.665 1 .006 38.487
-14.678 3.669 16.001 1 .000 .000
pengetahuan
sikap
enabling
reinforcing
Constant
Step
1
a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, sikap, enabling, reinforcing.
a.
124
Regresi Logistik Tahap 2
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
89.918 3 .000
89.918 3 .000
89.918 3 .000
Step
Block
Model
Step 1
Chi-square df Sig.
Model Summary
28.558
a
.649 .867
Step
1
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke
R Square
Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than .001.
a.
Classification Table
a
36 3 92.3
3 44 93.6
93.0
Observed
Baik
Kurang Baik
PHBS
Overall Percentage
Step 1
Baik Kurang Baik
PHBS
Percentage
Correct
Predicted
The cut value is .500
a.
Variables in the Equation
2.637 1.030 6.561 1 .010 13.972
3.619 1.178 9.439 1 .002 37.318
3.429 1.220 7.892 1 .005 30.832
-14.450 3.452 17.519 1 .000 .000
sikap
enabling
reinforcing
Constant
Step
1
a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: sikap, enabling, reinforcing.
a.