Anda di halaman 1dari 2

Pengaruh Budaya Betawi terkait aspek kesehatan

1. Mata pencaharian orang Betawi dapat dibedakan antara yang berdiam ditengah kota
dan yang tinggal di pinggiran. Di daerah pinggiran sebagian besar adalah petani buah
buahan, petani sawah dan pemeliharaikan. (Dengan melihat aspek tersebut, kita dapat
fokus terhadap kondisi fisik yang dimiliki para penduduk tersebut. Kekayaan alam
yang menunjang menjadikannya sebagai sasaran mata pencaharian bagi mereka
sekaligus memudahkan mereka untuk ikut serta mengonsumsi bahan – bahan
makanan yang mereka dapati. Dapat ditarik kesimpulan, dengan kondisi demografis
yang memadai, kecukupan gizi masyarakat Betawi terpenuhi.Dengan membiasakan
mengonsumsi buah - buahan dan ikan yang kita ketahui kaya akan nutrisi, sudah
cukup menunjang kebutuhan akan gizi mereka sehari - hari. kondisi tersebut
memberikan keuntungan besar bagi masyarakat Betawi. Terkait dengan sosio - antro,
kehidupan sosial dan budaya yang dijalani oleh masyarakat Betawi yang tinggal di
pinggiran tersebut memberikan dampak positif secara berkala yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain).
2. Masyarakat Betawi melarang perempuan Betawi yang sedang mengandung pantang
makan yang amis-amis seperti ikan karena khawatir bila nanti melahirkan air
ketubannya amis. Sedangkan Ibu hamil memerlukan protein tinggi. Selain itu,
larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nanas, ketimun dan lain-lain
bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama
masyarakat di daerah pedesaan.
(Wibowo,1993).

3. Di masyarakat Betawi juga  berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.Dan memang, selain ibunya
kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat
mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.
4. Kaum pria Betawi dewasa umumnya merokok walaupun yang bersangkutan
menderita penyakit paru kronik seperti tb paru atau asma.
5. Posisi wanita Betawi di bidang pendidikan, perkawinan, dan keterlibatan dalam
angkatan kerja relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan wanita lainnya di
Jakarta dan propinsi lainnya di Indonesia. !eterbatasan kesempatan wanita Betawi
dalam pendidikan disebabkan olehkuatnya pandangan hidup tinggi mengingat tugas
wanita hanya mengurus rumah tangga atau ke dapur, disamping keterbatasan kondisi
ekonomi mereka. situasi ini diperberat lagi dengan adanya prinsip kawin umur muda
masih dianggap penting, bahkan lebih penting dari pendidikan. Melihat kondisi
tersebut, hal ini dapat difokuskan kepada beberapa aspek. salah satunya, psikis yang
dialami para wanita yang dituntut untuk menikah muda memberikan dampak buruk,
yaitu kurangnya persiapan mental dan kedewasaan yang dapat
memicu timbulnya stres. Hal tersebut dapat timbul dikarenakan kondisi mereka yang
kehidupannya hanya di isi dengan kegiatan - kegiatan yang mencakup di dalam
ruangan saja. Kondisi tertekan dan perasaan akan kebebasannya dibatasi itulah yang
dengan mudahnya memicu stress attack . Dengan kata lain, jika stress dialami terus
menerus juga berdampak kepada kesehatan dan dapat menimbulkan berbagai
penyakit. selain itu, melihat kondisi menikah muda yang membudaya di dalam
masyarakat Betawi memberikan dampak berpotensinya meningkatnya angka
kelahiran anak (FTR) yang serta merta tidak lepas dengan meningkatnya pula angka
kematian ibu.
6. Ondel-ondel pun sering digunakan untuk menolak bala atau roh jahat .Menurut
kepercayaan orang-orang Betawi wabah seperti misalnya cacar akan hilang setelah
orang-orang mengarak ondel-ondel keliling kampung (Melihat hal tersebut, kita dapat
melihat pada sisi budayadengan dunia kesehatan yang dikaitkan menjadi suatu
keselarasan olehmasyarakat Betawi tersebut. Keyakinan akan mitos dengan mengarak
ngarak ondel dapat menolak bala menciptakan paradigma mereka akan kepercayaan
terhadap suatu hal yang mistis yang dapat membantu merekauntuk mencegah
wabah cacar. Namun, seperti yang kita ketahui, hal tersebut jauh dari kebenaranya.
cacar adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varicella simplex dan ditularkan
melalui kontak udara sehingga dengankepercayaan yang diyakini oleh masyarakat
Betawi tersebut tidak mengenaisasaran apapun dan hal tersebut hanyalah
sebagai ritual dari kebiasaanyang tidak dapat mereka lepaskan.

Dapus

Wibowo,Adik. 1993. Kesehatan Ibu di Indonesia”Praesens” dan masalah yang dihadapi


dilapangan. Jakarta: Pusat Kajian Wanita FISIP UI

Maapin dapunya Cuma 1 , diriku bingung hhehehe

Anda mungkin juga menyukai