Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya baik yang diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar

Understanding Behavior

Behavior is actions or activities of the man himself who has a very wide expanse include:
walk, talk, cry, laugh, work, study, write, read, and so well observed directly, or which can not be
observed by outsiders

Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang


(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.

Health Behavior
1. Behavioral health care (health maintanance).
Is the behavior of a person or efforts to preserve or maintain health in order not to cure pain
and effort when ill.
2. Conduct a search or use the system or health facilities, or often called the melting behavior
treatment (health-seeking behavior).
This behavior is related to one's efforts or actions at the time of illness or accident.
3. Conduct environmental health
Is when someone responds to the environment, both physical and socio-cultural environment,
and so on.

C. Domain Perilaku

1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor

Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil


pendidikan kesehatan yakni:

1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang


diberikan. (knowledge)
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan. (attitude)
3. Tindakan atau praktek yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan
materi pendidikan yang diberikan. (practice)
In its development, Bloom's theory was modified to measure the results of health
education are:
1. Knowledge of learners to educational material provided. (Knowledge)
2. The attitude or responses of learners to educational material provided. (Attitude)
3. The act or practice that is carried out by students in connection with the educational
material provided. (Practice)
4. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada
domain kognitif, dalam arti subjek tahu lebih dahulu terhadap stimulus yang
berupa materi atau objek di luarnya. Oleh karena itu menimbulkan pengetahuan
baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam
bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Pada akhirnya,
rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut
akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action) terhadap
atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Akan tetapi, di dalam kenyataan
stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan,
artinya, seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru dengan mengetahui
terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain,
tindakan (practice) seseorang tidak harus disadari oleh pengetahuan atau sikap.
5. 4. The establishment of a new behavior, especially in adults began in the cognitive
domain, in the sense that the subject knew prior to the stimulus in the form of materials
or objects in the outside.
6. DETERMINAN DAN PERUBAHAN PERILAKU
DETERMINANTS AND BEHAVIOR CHANGE

Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut


determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
a. Determinan internal, yakni karakterisitik orang yang bersangkutan yang bersifat
given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin.
b. Determinan eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya
ekonomi, politik..
Dalam perubahan perilaku kesehatan hal yang terpenting adalah masalah
pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan
tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-
program kesehatan lainnya.
Factors that differentiate in response to different stimuli is called the determinant of
behavior. Determinant of behavior can be divided into two, namely:
a. Internal determinant, which is characteristic of people concerned that are given or
innate eg intelligence level, an emotional level, gender.
b. External determinant that is environmentally better physical environment, social,
cultural, economic, political ..
In health behavior change most important thing is the problem of the formation and
behavior change. Because behavior change is the purpose of education or health
education as supporting other health programs.

Teori perubhan perilaku


behavior change theory

3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada
kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang
tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
changes in individual behavior that depends on the needs. This means that the stimulus that could
lead to changes in a person's behavior where the stimulus can be understood in the context of the
needs of the person.

Function theory
This theory is based on the assumption that changes in individual behavior that depends on
the needs. This means that the stimulus that could lead to changes in a person's behavior
where the stimulus can be understood in the context of the needs of the person. According to
Katz (1960) behavior is motivated by the needs of the individual concerned. Katz assumed
that

a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap
objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi
memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif.

b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam
menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya,
manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar.

c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya
dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan
sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang
mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu
yang singkat. Misalnya bila seorang merasa sakit kepala, maka tanpa berfikir lama ia
akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat diwarung dan
kemudian meminumnya atau tindakan-tindakan lainnya.

d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan
dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan “layar” dimana segala
ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, dan
sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.

Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia
luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut
kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-
menerus dan berubah secara relatif.

According to Katz (1960) behavior is motivated by the needs of the individual concerned

a. that behavior
have the instrumental function, meaning that it can function and provide services to the needs.
A person can act (behave) positively to object to the fulfillment of their needs.
b. Behavior Mechanism can serve as a defense or as a self-defense in the face of the
environment. This means that by his behavior, with his actions, people can protect threats
coming from outside.
c. Behavior serves as an object and give meaning to the recipient. In her role with his actions,
someone constantly adjust to the environment. With the daily actions of the individual has
committed decisions with respect to the object or stimulus faced. Decisions that lead to such
actions are done spontaneously and in a short time. For example if a person may feel a
headache, then without thinking long he will act to overcome the pain by buying drugs diwarung
and then drink or other actions.
d. Behavioral function as expressive value of a person in answering a situation. Expressive value
is derived from the concept of a person and is a reflection of the hearts. Therefore, the behavior
can be a "screen" where all the self expression of people can be seen. For example, people who
are angry, happy, and so can be seen from the behavior or actions.

4. Teori Kurt Lewin


Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan
penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan
antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang.
human behavior is a state of balance between driving forces (driving forces) and the forces of the
holder (restrining forces). This behavior can be changed if there is an imbalance between the two
forces within oneself.
Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni :
• there are three possibilities for change in a person's behavior, namely:

a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-


stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini
berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan dengan perilaku
yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara
pentingnya anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah
perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber-KB dinaikkan
dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain.
a. The forces driving the rise. This occurs because the stimuli are pushing for the changes in
behavior. This stimulus in the form of counseling or information with respect to the behavior
in question.

b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-
stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya contoh tersebubt
diatas, dengan memberikan pengertian kepada orang tersebut bahwa anak banyak rezeki,
banyak adalah kepercayaan yang salah maka kekuatan penahan tersebut melemah dan
akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut
b. Retaining forces decreased. This will occur because of the stimuli as weakening the
barrier. For example tersebubt example above, by providing insight to the sustenance that
many children, many is the belief that one of the anchoring strength is weakening and will
change the behavior of the person

c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam


ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti contoh diatas, penyuluhan KB yang
berisikan memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-KB dan
tidak benarnya kepercayaan anak banyak, rezeki banyak, akan meningkatkan kekuatan
pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.
c. The driving force increases, anchoring strength decreases. With these circumstances obviously
also be behavioral changes.
Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :
1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu.
c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat
seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap
tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung
pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman
orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak
atau sedikitnya pengalaman seseorang.
2. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang
ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya
disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu
berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia
(Notoatmodjo, 2003).
WHO Theory (1984)
WHO analyzes that causes a person to behave in certain ways are:
1. Thoughts and feelings (thougts and feeling), namely in the form of knowledge, perceptions,
attitudes, beliefs and assessment of a person to the object (the object of health).
a. The knowledge gained from their own experience or the experience of others.
b. Belief often or obtained from parents, grandfather, or grandmother. Someone earned the trust of
conviction and without evidence first.
c. Attitude describe like or dislike a person against an object. Attitudes are often based on
experience gained themselves or others closest. Attitude makes a person towards or away from
another person or other object. A positive attitude towards health measures are not always
materialize in an action depends on the current situation, the attitude will be followed by action
refers to the experience of others, an attitude followed or not followed by a course of action based
on a lot or at least one's experience.
2. A key figure as a role model. If a person was important to him, then what he said or did tend to be
emulated.
3. The resources (resources), includes facilities, money, time, energy and so forth.
4. The normal behavior, customs, values and the use of resources within a community will produce a
pattern of life (way of life), which is generally called culture. Culture is formed in a long time and
always changing, either slowly or quickly according to the civilization of mankind (Notoatmodjo,
2003).

Pengertian Perilaku Sehat

Understanding Healthy Behavior

adalah perilaku yang didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan Menurut


Notoatmodjo (2010), Perilaku sehat merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya.

is behavior based on health principles According Notoatmodjo (2010), Healthy


behaviors are behaviors that were related to efforts or activities of a person to maintain and
improve their health.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Factors Affecting Health Behavior

Dalam teori Snehandu B. Kar (1983) menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing faktors)

Faktor-faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors)


Faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia, atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya: puskesmas, alat-alat

kontrasepsi, jamban, dan sebagainya

3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors)

Faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

1. predisposing factors (predisposing faktors)

Predisposing factors embodied in knowledge, attitudes, beliefs, beliefs, values, and so on.

2. Factors supporting (enabling factors)

Supporting factors are manifested in the physical environment, available, or unavailability of

facilities or health facilities. For example: health centers, contraception, latrines, etc.

3. Factors driving (renforcing factors)

The driving factors manifested in attitudes and behavior of health care workers or other personnel,

which is a reference group of people's behavior.

4. Klasifikasi Perilaku Sehat

Classification of Healthy Behavior

1. Eat a balanced diet

2. Exercise regularly

3. Do not smoke

4. Not drinking alcohol

5. Get enough rest.

6. Control or stress management

7. Conduct or other positive lifestyle for health

Klasifikasi perilaku sehat menurut Notoatmodjo (2007) yaitu :

1. Makan dengan menu seimbang.

Menu seimbang (approriate diet). Menu seimbang di sini dalam arti


kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti

jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).

Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.

2. Olahraga teratur

Olahraga teratur juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi

dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini tergantung

dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.

3. Tidak merokok

Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit.

Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya Indonesia, seolah-olah sudah membudaya.

Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok.

4. Tidak minum-minuman alkohol

Kebiasaan minum alkohol cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa

diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum-minuan alkohol dan makin meningkat pula.

5. Istirahat yang cukup.

Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan

lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga

waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan. Istirahat cukup

bukan saja berguna untuk memelihara kesehatan fisik, tetapi juga untuk kesehatan mental.

Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatan

seseorang (Notoatmodjo, 2010).

6. Pengendalian atau manajemen stres

Stress akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan.

Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas.

Kecenderungan stress akan meningkat pada setiap orang. Stres tidak dapat dihindari oleh
siapa saja, namun yang dapat dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola

stress tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun

kesehatan mental (Notoatmodjo,2010). Kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stress

dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

Perilaku atau gaya hidup lain yang baik untuk kesehatan, yang intinya adalah tindakan

atau perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit dan masalah

kesehatan, termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo,2010).

Perilaku Sakit
behavioral Pain
merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau
tubuhnya,mendefinisika dan menginterpretasikan gejala yang dialami, melakukan
upaya penyembuhan, dan penggunaan system pelayanan kesehatan
the behavior of sick people which include: how someone watching her, mendefinisika and interpret
the symptoms experienced, healing efforts, and use the health care system
. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
a. Faktor Internal
 Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami.
 Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan
segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.

b. Faktor Eksternal
 Gejala yang Dapat Dilihat
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan
Perilaku Sakit.
 Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru
meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
 Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi
sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu
memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
 Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang ia rasakan.
 Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
 Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang
bersifat peningkatan kesehatan.
Factors That Influence Behavior Pain
a. Internal factors
• Perception of the individual against the symptoms and the nature of the pain experienced.
• The origin or type of disease
In acute illness where symptoms are relatively short and heavy and may interfere with the function
of the entire existing dimension, then the client will usually seek help and comply with the given
therapeutic program.

b. External factors
• Visible Symptoms
The visible symptoms of a disease can affect body image and Behavioral Hospital.
• Social Groups
Social groups will help the client to recognize the threat of disease, or even meyangkal potential
occurrence of a disease.
• Background Culture

Cultural and ethical background to teach someone how to be healthy, to know the disease and
become ill. Thus nurses need to understand the background of the culture of the client.
• Economy
The higher the person's level of economy it will normally be responsive to the symptoms he felt.
• Ease of Access to Care System
The proximity clients with hospitals, clinics or other medical services where often affect their speed
in entering the health care system.
• Social Support
Social support here include several institutions or entities which are improved health.
.
Tahap-tahap Perilaku Sakit
Stages of Pain Behavior
1. Tahap I (Mengalami Gejala)
Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”Mereka
mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya
diagnosa tertentu
2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat. Orang yang sakit akan
melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya
bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya
dan dari harapan terhadap perannya.
3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang
ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan
implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang.
4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)
Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung
pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada.
5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba,
misalnya penurunan demam.
Phase I (Experiencing Symptoms)
At this stage the patient realizes that "something is wrong" They recognize the sensation or
limitations in physical function but have not alleged the existence of a specific diagnosis
2. Phase II (Assumptions About the Role of Pain)
Occurs if symptoms persist or heavier. People who are sick will confirm to the family, those closest
or social group that he was really sick and had to be rested from their normal obligations and of the
expectations of the role.
3. Phase III (Contact with Health Services)
At this stage the client is looking for certainty of disease and treatment from a specialist, looking for
an explanation of your symptoms, and causes of disease, and the health implications of the disease
in the future.
4. Phase IV (Role Dependent Client)
At this stage, the client receives a state of illness, so that clients rely on health care providers to
relieve symptoms.
5. Phase V (Recovery and Rehabilitation)
Is the final stage of illness behavior, and can occur suddenly, such a decrease fever.
Dampak Sakit
impact of Pain
1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit,
reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.
2. Terhadap Peran Keluarga
Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah,
pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami
penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami perubahan.
3. Terhadap Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan
fisiknya.
4. Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup
bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek
kepribadiannya.
5. Terhadap Dinamika Keluarga
Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi,
mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan
melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.
1. Against Client Behavior and Emotions
Everyone has a different reaction depending on the origin of disease, other people's reactions to the
disease, and others.
2. The Role Of Family
Everyone has a role in life, such as breadwinners, decision makers, a professional, or as a parent.
When experiencing illness, the roles of the client to change.
3. Against Body Image
Body image is a subjective concept of a person's physical appearance.
4. Towards Self Concept
Self-concept is the mental image of a person against himself, including how they see the strengths
and weaknesses in all aspects of his personality.
5. Against Family Dynamics
Family dynamics meruapakan process where families perform functions, decision-making, providing
support to their members, and do cope with the changes and challenges of everyday life.

Anda mungkin juga menyukai