Anda di halaman 1dari 13

A.

INJEKSI INTRAMUSCULAR
Adalah tindakan menyuntikkan obat ke dalam otot yang terperfusi baik, sehingga akan
mampu memberikan efek sistemik dalam waktu yang singkat, dan juga biasanya mampu
menyerap dalam dosis yang besar. Lokasi penyuntikan harus dipertimbangkan dengan
mengingat kondisi fisik pasien, usia pasien, dan jumlah obat yang akan diberikan. Apabila pada
lokasi suntikan yang diinginkan terdapat pembengkakan, peradangan, infeksi, ataupun terdapat
lesi dalam bentuk apapun, penyuntikan di lokasi ini harus dihindari.
a. LOKASI
Terdapat lima lokasi penyuntikan intramuscular yang sudah terbukti bahwa obatnya akan
diabsorbsi dengan baik oleh tubuh.

1. PADA DAERAH LENGAN ATAS (DELTOID)


Mudah dan dapat dilakukan pada berbagai posisi, namun
kekurangannya area penyuntikan paling kecil, dan jumlah
obat yang ideal paling kecil (antara 0,5-1 ml).
Jarum disuntikkan kurang lebih 2,5 cm tepat di bawah
tonjolan acromion.
Organ penting yang mungkin terkena adalah a.brachialis atau
n.radialis. Hal ini terjadi apabila kita menyuntik lebih jauh
ke bawah daripada yang seharusnya.
Minta pasien untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti
gaya seorang peragawati), dengan demikian tonus ototnya
akan berada kondisi yang mudah untuk disuntik dan dapat
mengurangi nyeri.

2. PADA DAERAH DORSOGLUTEAL (GLUTEUS MAXIMUS)


Paling mudah dilakukan, namun angka terjadi
komplikasi paling tinggi.
Hati-hati terhadap n.sciatus dan a.glutea superior
Gambarlah garis imajiner horizontal setinggi
pertengahan glutea, kemudian buat dua garis imajiner
vertical yang memotong garis horizontal tadi pada
pertengahan pantat pada masing-masing sisi. Suntiklah
di regio glutea pada kuadran lateral atas.
Volume suntikan ideal antara 2-4 ml.Minta pasien
erbaring ke samping dengan lutut sedikit fleksi.

3. PADA DAERAH VENTROGLUTEAL (GLUTEUS MEDIUS)


Letakkan tangan kanan Anda di pinggul kiri pasien pada trochanter major (atau sebaliknya).
Posisikan jari telunjuk sehingga menyentuh SIAS. Kemudian gerakkan jari tengah Anda
sejauh mungkin menjauhi jari telunjuk sepanjang crista iliaca. Maka jari telunjuk dan jari
tengah Anda akan membentuk huruf V.
Suntikkan jarum di tengah-tengah huruf V itu, maka jarum akan menembus m. gluteus medius.
Volume ideal antara 1-4 ml.

4. PADA DAERAH PAHA BAGIAN LUAR (VASTUS LATERALIS)


Pada orang dewasa, m. vastus lateralis terletak pada
sepertiga tengah paha bagian luar.
Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya
perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum
mencapai kedalaman yang tepat.
Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3
ml).

5. PADA DAERAH PAHA BAGIAN DEPAN (RECTUS FEMORIS)


Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada
sepertiga tengah paha bagian depan.
Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya
perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu
jarum mencapai kedalaman yang tepat.
Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-
3 ml).
Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat
penting untuk melakukan auto-injection, misalnya
pasien dengan riwayat alergi berat biasanya
menggunakan tempat ini untuk menyuntikkan steroid
injeksi yang mereka bawa kemana-mana.

b. PROSEDUR TINDAKAN
 Siapkan obat yang akan disuntikkan, masukkan ke dalam syringe.
 Pertama-tama, pastikan identitas pasien. Anda tidak mau menyuntikkan obat ke pasien yang
salah.
 Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman, dan juga mudah serta ideal bagi Anda untuk
melakukan injeksi yang diinginkan.
 Tentukan lokasi penyuntikan yang benar sesuai dengan petunjuk di atas. Bersihkan kulit di
atasnya dengan alkohol atau cairan desinfektan lain.
 Pegang syringe dengan tangan dominan Anda (gunakan ibu jari dan jari telunjuk).
 Gunakan tangan non-dominan untuk mengencangkan kulit di sekitar lokasi suntikan.
 Masukkan jarum sehingga menembus otot yang dicari. Gunakan pengetahuan anatomi Anda
untuk memperkirakan kedalaman jarum.
 Lakukan aspirasi.Bila tidak ada darah, lanjutkan. Bila ada darah, cabut jarum, ulangi prosedur.
 Masukkan obat dengan perlahan (1 ml per 10 detik) sampai dosis yang diinginkan tercapai.
 Setelah usai, tarik jarum syringe. Tergantung jenis obat yang dimasukkan, ada beberapa obat
yang memerlukan pemijatan ringan untuk membantu penyerapan, namun ada pula yang
tidak. Pahami secara menyeluruh obat yang Anda suntikkan, atau silahkan baca
rekomendasi dari pabrik pembuat obat.
 Pisahkan jarum dari syringe. Buang keduanya di tempat sampah khusus sampah medis.
 Periksa lokasi suntikan sekali lagi untuk memastikan bahwa tidak ada perdarahan,
pembengkakan, atau reaksi-reaksi lain yang terjadi.
 Catat dalam rekam medis pasien jenis obat yang dimasukkan, jumlahnya, dan waktu
pemberian.
c. TEHNIK INJEKSI
Sudut masuk jarum berperan penting dalam derajat nyeri pasien saat injeksi. Injeksi
intramuscular sebaiknya dilakukan dengan memasukkan jarum tegak lurus dengan kulit (90
derajat) untuk memastikan jarumnya mengenai otot yang dimaksud. Penelitian oleh Katsma dan
Smith (1997) menemukan bahwa perawat-perawat di Inggris tidak selalu menyuntikkan jarum 90
derajat pada injeksi intramuscular, dan rupanya hal ini berpengaruh pada penilaian derajat nyeri
yang dirasakan pasien.
Tehnik injeksi yang dilakukan hampir di seluruh dunia adalah dengan cara mengencangkan kulit
di sekitar lokasi injeksi dengan tujuan: (Stilwell, 1992)
1. Memudahkan penusukan jarum. Jarum akan lebih mudah menusuk kulit dengan sudut 90
derajat apabila kulit yang ditusuk berada dalam keadaan teregang.
2. Dengan teregangnya kulit, maka secara mekanis akan membantu
mengurangi sensitivitas ujung-ujung serat saraf di permukaan kulit.

d. TEHNIK Z-TRACK
Selama dua dekade terakhir, telah berkembang tehnik

G AMBAR I NJEKSI SUBKUTAN


penyuntikan intramuscular yang disebut tehnik Z-track. Keen (1986)
pertama kali mengemukakan dalam penelitiannya bahwa tehnik ini
mampi mengurangi sensasi nyeri dan juga mampu meminimalkan „kebocoran‟ (obat yang
disuntikkan masuk ke ruang sub kutis pada saat jarum dicabut ).
Tehnik ini dilakukan dengan cara menarik kulit di atas lokasi suntikan ke arah lain, kurang lebih
sejauh 1-2 cm. Hal ini akan menggerakkan jaringan cutan dan subcutan yang ada di atas otot
yang akan disuntik. Ingatlah bahwa target suntikan adalah otot, sehingga ketika menarik kulit
tersebut kita tidak melepaskan mata kita dari lokasi suntikan yang benar.
Kemudian lakukan penyuntikan seperti biasa, dan ketika usai menarik jarum, lepaskan kulit yang
sedari tadi Anda pegang. Hal ini mengakibatkan luka penetrasi jarum di jaringan otot akan
ditutupi oleh jaringan kutis dan subkutis yang intak. Menggerakkankan anggota gerak yang
disuntik setelahnya juga dipercaya dapat membantu proses penyerapan obat karena hal itu akan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang disuntik.

B. INJEKSI SUBKUTAN
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh
tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption). Biasanya volume
obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali suntik.
Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari permukaan
kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot.
Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan menemukan
bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila dilakukan
pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot akan
diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah
yang dapat membawa pasien ke kondisi hipoglikemia.

a. Prosedur pemberian suntik sc


-bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol
-Pegang daerah kulit yang akan di suntik, kemudian tusuk ujung jarum dalam posisi miring 45o
-Jika jarum sudah masuk semua, lepaskan pegangan tangan anda
-Jika sudah yakin jarum masuk ke subcutan larutan obat yg ada dalam syringe boleh di injekkan
-setelah selesai, jarum dicabut secara perlahan dan kulit bekas tusukan ditekan dengan kapas
alkohol
b. Lokasi penyuntikan sucutan
-Di paha bawah bagian depan
-Di perut bagian bawah umbilicus

C. INJEKSI INTRAVENA
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh tubuh
dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption). Biasanya volume obat
yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali suntik.

Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari


permukaan kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari
jaringan otot. Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan
menemukan bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila dilakukan
pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot akan
diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah
yang dapat membawa pasien ke kondisi hipoglikemia.

a. MEMPERKIRAKAN TEMPAT KATUP VENA, DAN MENGHINDARINYA


Karena kita akan menyuntikkan obat dengan jarum ke dalam vena, adalah penting bagi
kita untuk menghindari katup vena. Apabila katup vena ini tidak sengaja tertusuk, maka dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada katup tersebut, dan bahkan dapat menyebabkan kolaps
pada vena yang bersangkutan. Katup-katup ini ada dengan tujuan untuk mencegah alirah darah
balik pada vena (mencegah aliran darah menjauhi jantung). Untuk mengetahui dimana saja
terdapat katup ini, lakukan tekanan ke arah distal pada vena yang bersangkutan. Hal ini bertujuan
mendorong darah yang ada di vena balik ke arah distal, mendekati katup terakhir yang
dilewatinya. Ikuti tekanan itu dan akan Anda temukan nantinya ada tempat tertentu dimana darah
yang Anda dorong itu tidak dapat “lewat” lagi. Di tempat itulah terdapat katup vena. Sekarang
Anda tahu di tampat itu Anda tidak boleh melakukan suntikan. Terkesan sederhana, namun
terkadang melokalisir posisi katup itu dapat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan.

b. PROSEDUR TINDAKAN
 Cuci tangan terlebih dahulu, Bila perlu gunakan sarung tangan untuk melindungi Anda.
 Tentukan lokasi injeksi. Carilah vena perifer yang tampak atau yang cukup besar
sehingga akan memudahkan Anda untuk melakukan injeksi nantinya. Ada kalanya vena
yang ideal tidak ada, dan kemudian akan tergantung kepada keahlian dan pengalaman
Anda untuk berhasil melakukan injeksi.
 Bersihkan lokasi injeksi dengan kapas alkohol.
 Pasang torniquet di bagian proximal dari lokasi injeksi.
 Suntikkan jarum dengan sudut sekitar 45 derajat atau kurang ke dalam vena yang telah
Anda tentukan. Jarum mengarah ke arah proximal sehingga obat yang nanti disuntikkan
tidak akan menyebabkan turbulensi ataupun pengkristalan di lokasi suntikan.
 Lakukan aspirasi:
 Bila tidak ada darah, berarti perkiraan Anda salah. Beberapa organisasi keperawatan
mengajarkan untuk terus berusahan melakukan probing dan mencari venanya,selama
tidak terjadi hematom. Beberapa lagi menganjurkan untuk langsung dicabut dan
prosedur diulangi lagi.
 Bila ada darah yang masuk, berwarna merah terang, sedikit berbuih, dan memiliki
tekanan, segera tarik jarum dan langsung lakukan penekanan di bekas lokasi injeksi
tadi. Itu berarti Anda mengenai arteri. Walaupun ini jarang terjadi, karena kecuali
Anda menusuk dan melakukan probing terlalu dalam, Anda tetap harus tahu
mengenai resiko ini.
 Bila ada darah yang masuk, berwarna merah gelap, dan tidak memiliki tekanan, itu
adalah vena. Lanjutkan dengan langkah berikut.
 Lepaskan tirniquet dengan hati-hati, jangan sampai menggerakkan jarum yang sudah
masuk dengan benar.
 Suntikkan obat secara perlahan-lahan. Terkadang mengusap-usap vena di bagian
proximal dari lokasi injeksi dengan kapas alkohol dapat mengurangi nyeri selama
memasukkan obat.
 Setelah selesai, cabut jarum dan langsung lakukan penekanan di bekas lokasi injeksi
dengan kapas alkohol. Penekanan dilakukan kurang lebih 2-5 menit. Atau bisa juga Anda
gunakan band-aid untuk menutupi luka suntikan itu.
 Buanglah syringe dan jarum ke dalam tempat sampah medis.
 Cuci tangan, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan lagi.

D. INJEKSI INTRA CUTAN


 Untuk memberikan injeksi secara IC ini, perawat menggunakan spuit tuberculin atau
spuit khusus dengan ukuran jarum 26 – 27, ¼ - ½ inch dan sudut penusukan adalah 5o
– 15o.
 Jumlah obat yang diberikan secara IC adalah 0,01 – 0,1 ml.
 Bila lebih dari 0,1 ml, obat akan masuk ke jaringan SC, sehingga hasil dari skin test ini
tidaklah valid.
 memasukkan obat ke dalam jaringan kulit yang peka (lapisan kulit / dermis)
 injeksi secara IC biasanya untuk skin test seperti screening tuberculin dan tes alergi.

a. Tujuan Injeksi Intra Cutan


 Untuk mendapatkan reaksi setempat : skin test untuk reaksi obat-obat tertentu (PPC,
Ampicillin, dll)
 Observasi penyakit tertentu (misalnya tuberculin test)
 Untuk mendapatkan obat melalui injeksi IC adalah di 1/3 atas lengan bawah dan di 2/3
bawah lengan atas bagian dalam.

SUDUT PENUSUKAN INJEKSI INTRA CUTAN

b. Prosedur kerja injeksi ic

1. Tutup pintu / pasang sketsel,


2. Cuci tangan, pakai sarung tangan,
3. Pilih area yang akan dilakukan penusukan,
4. Pastikan ukuran jarum tepat,
5. Atur posisi yang nyaman bagi pasien,
6. Bersihkan area yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol,
7. Pegang kapas alkohol dengan tangan yang tidak memegang spuit,
8. Pastikan jarum terpasang kuat pada spuit. Buka penutup jarum perlahan kemudian
keluarkan udara dari dalam spuit.
9. Sementara tangan yang tidak memegang spuit untuk meregangkan kulit area injeksi,
tangan kanan menusuk area injeksi secara halus dan cepat dengan sudut 5o – 15o,
kemudian masukkan melalui lapisan dermis sampai dengan 3 mm (1/2 inch),Jarum
dapat terlihat dari kulit,
10. Masukkan obat secara perlahan. Normalnya, gelembung obat akan nampak di
permukaan kulit. Jika tidak, berarti jarum terlalu dalam, rubahlah posisi jarum
kemudian ulangi prosedur.
LITERATUR PELATIHAN PRA-PJP UNTUK KOMEDIK OLEH CHRISTOPER RYALINO,
2013
Pemberian Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa
sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Pemberian Obat Per oral

Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena merupakan
cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat
diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu
absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat disertai dengan pemberian setengah gelas air atau
cairan yang lain (Gbr. 40-2).
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat sehingga cara
ini tidak dapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan per oral biasanya membutuhkan
waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai setelah 1

sampai 1 jam. Rasa dan bau obat yang tidak enak sering menganggu pasien. Cara per oral tidak
dapat dipakai pada pasien yang mengalami mual- mual, muntah, semi koma, pasien yang akan
menjalani pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah
(missal garam besi dan salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat dipersiapkan dalam bentuk
kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada
suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh
dibuka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien diberi tahu untuk tidak minum antacid atau susu
sekurang- kurangnya satu jam setelah minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus dilakukan dengan cara
yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat
diberi minuman sirup pasien (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien
dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang gula.

Gambar 4-2. Persiapan pemberian obat per oral.


Persiapan obat per oral dan cara lainnya merupakan hal yang penting. A, Kartu pesanan
obat harus diperiksa secara hati- hati tentang pesanan obatnya. Sebelum mengambil/
mengeluarkan obat, perawat harus mencocokkan kartu pesanan obat dengan label pada botol
kemasan obat. Setiap label harus dibaca tiga kali untuk menyakinkan obat yang diberi (1) Pada
saat botol obat diambil dari almari, (2) Pada saat mencocokkan dengan kartu pesanan obat, (3)
Pada saat dikembalikan. B, Obat dalam bentuk cair dituangkan menjauhi sisi label, sejajar
dengan mata pada permukaan yang datar. Sebelum mengembalikan obat ke dalam almari atau
lemari es, perawat harus mengusap bibir botol sehingga obat tidak lengket atau merusak label. C,
Tablet dan kapsul dikeluarkan dari botolnya pada tutupnya kemudian pada mangkok yang dialasi
kertas untuk diberikan pada pasien. Kapsul dan tablet tidak boleh dipegang. (Diadaptasikan
dari :Pagliaro, 1986, Pharmacologic Aspects of Nursing, The CV Mosby co, St Louis).
Ada berbaagai jenis obat oral yang sering kita jumpai pada kegiatan sehari-hari. Adapun obat
oral menurut jenisnya, meliputi:

1. Pil
2. Tablet
3. Bubuk
4. Drase
5. Kapsul
6. Sirup
7. BAB 2
8. TINJAUAN PUSTAKA
9. 2.1 Pengertian
10. Pemberian obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan
cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari
dokter.
11. 2.2 Tujuan
12. 1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
13. 2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
14. 3. Mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis
obat.
15. 4. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut
dapat segera diatasi
16. 5. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.
17. 2.3 Indikasi
18. 1. Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.
19. 2. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan
20. 2.4 Kontraindikasi
21. 1. Pasien dengan gangguan pada system pecernaan, seperti kanker orall, gangguan
menelan, dsb.
22. Potter,Perry. 2000. Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester
Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Pengertian
23. Pemberian obat secara sublingual merupakan pemberian obat yang cara pemberiannya
ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat
karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara
pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan
obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
Definisi Obat (Sublingual)
Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi
yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan
atau mencegah penyakit atau gejala – gejalanya.

Obat sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Ini berarti
bahwa pil diletakkan di bawah lidah di mana ia akan larut dan diserap ke aliran darah. Orang
tersebut tidak boleh minum atau makan apapun sampai obat itu hilang.

Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harus mampu melakukannya.
Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera
mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak
mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila ditelan, obat
menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat
tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat
menjadi hancur dan terserap. Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin
yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak
diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris. Dengan cara
sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu
tiga menit (Rodman dan Smith, 1979).

Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih
cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat
dihindari. Obat sublingual dirancang supaya, setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian
larut, mudah diabsorpsi. Obat yang diberikan di bawah lidah tidak boleh ditelan. Bila ditelan,
efek yang diharapkan tidak akan dicapai. Contoh obat yang biasa diberikan secara sublingual :
Gliserin

B. Tujuan Pemberian Obat


Tujuan pembeian obat secara umum yaitu untuk menghilangkan rasa nyeri dan
menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien.

Tujuan pemberian obat secara sublingual sendirin adalah agar efek yang ditimbulkan bisa
lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Dengan cara ini,
aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami
absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami
kesakitan. Selain itu, tujuannya untuk memperoleh efek local dan sistemik, memperoleh aksi
kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral dan menghidari kerusakan obat oleh hepar.

Kusmiyati,Yuni(2007).Keterampilan Dasar Praktik Klinik


Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya

a Pemberian Obat Sublingual/Buccal


Keuntungan
Onset cepat Mencegah “first –pass effect
Tidak diperlukan kemampuan menelan.
Kerugian
Absorbsi tidak adekuat
Kepatuhan pasien kurang
Membutuhkan kontrol, untuk mencegah pasien menelan

Anda mungkin juga menyukai