Anda di halaman 1dari 31

Dosen Pengampu : Fadhilah, S.Psi, M.Pd.

I
OurTeam

01 Desi Raudhatil Jannah


2015040064

Rizka Agnesa Putri


02
2015040072
Pengertian
Terapi Tingkah Laku
(Behavior Therapy)

oleh Rizka Agnesa Putri


Pengertian

 Behavior therapy atau terapi perilaku adalah


penerapan berbagai teknik dan prosedur yang
berakar pada berbagai teori belajar. Terapi ini
menyertakan penerapan yang sistematis
prinsip-prinsip pembelajaran untuk perubahan Menurut Marqus terapi perilaku adalah seni menerapkan
perilaku menuju metode yang lebih adaptif. informasi ilmiah untuk menemukan solusi atas masalah
manusia. Menurut Martin dan Pear, terapi perilaku adalah
intervensi yang secara sistematis menerapkan prinsip dan teknik
yang mempelajari untuk mengubah atau memodivikasi perilaku
individu dan meningkatkan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Sejarah Perkembangan
Terapi Perilaku
Sejarah Perkembangan

 Terapi perilaku atau behavior therapy tradisional diawali pada tahun 1950-an, di Amerika
Serikat, Afrika Selatan, dan Inggris sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis
yang dominan. Di Afrika Selatan dan Inggris perkembangan terapi perilaku sebagian besar
dipengaruhi oleh penelitian eksperimental dibidang pengkondisian klasik, sedangkan akar
terapi perilaku di Amerika Utara tumbuh dar teori dan penelitian pengkondisian operan.
 Fokusnya adalah menunjukkan bahwa teknik pengkondisian perilaku adalah yang efektif dan
merupakan alternatif untuk terapi psikoanalitik.
 John Broadus Watson adalah pendiri behaviorime
 Tokoh-tokoh behaviorisme :
a) Ivan Pavlov
b) BF Skinner
c) Josep Wolpe
d) Albert Bandura
Konsep-Konsep
Utama
1. Pandangan tentang Sifat Manusia

 Manusia dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.


 Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya
dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian.
 Manusia sebagai organisme pemberi respon.
 Tingkah laku dipelajari ketika individu ketika berinteraksi dengan lingkungan, melalui
hukum-hukum belajar pembiasaan klasik, pembiasaan operan, dan peniruan.
 Behaviorisme berfokus pada bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa
saja yang menentukan tingkah laku mereka.
 Tingkah laku manusia ditentukan oleh banyaknya penguatan yang diterima dalam
situasi hidupnya.
2. Pengkondisian Klasik dan Pengkondisian Operan

 Pengkondisian Operan atau disebut


dengan pengkondisian instrumental
dicetuskan oleh Skinner. Pengkondisian
 Pengkondisian Klasik atau disebut
operan adalah suatu bentuk pembelajaran
pengkondisian responden merupakan
dimana frekuensi, bentuk, atau kekuatan
karya Pavlov. Pengkondisian klasik suatu perlaku dipengaruhi oleh
adalah suatu bentuk belajar dimana konsekuensinya. Dalam pengkondisian
organisme belajar untuk operan, pemberian penguatan positif dapat

mengasosiasikan atau menghubungkan memperkuat tingkah laku, sedangkan


pemberian penguatan negatif dapat
stimulus-stimulus.
memperlemah tingkah laku.
Ciri-Ciri
Terapi Perilaku
(Behavior Therapy)
Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang
tampak dan spesifik

Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang


sesuai dengan masalah

Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment

Penafsiran objektf atas hasil-hasil terapi.


Proses Terapeutik
1.Tujuan-tujuan Terapeutik

 Terapi perilaku memfokuskan pada persoalan-persoalan perilaku spesifik atau perilaku


menyimpang yang bertujuan untuk menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
dengan dasar bahwa segenap tingkah laku itu dipelajari, termasuk tingkah laku yang maladaptif.
 Membantu Klien menerjemahkan kebingungan yang dialaminya ke dalam suatu tujuan konkret
yang mungkin untuk dicapai.
 Membantu menghilangkan konflik batin yang menghambat klien dari pembuatan keputusan
yang penting bagi kehidupannya.
 Membantu klien dalam menghapus ketakutan yang tidak realistis yang menghambatnya ikut
terlibat dalam lingkungan sosial.
 Membantu klien untuk menjadi lebih asertif sehingga dapat mengekspresikan pemikiran serta
hasratnya.
2.Fungsi dan Peran Terapis

 Berperan aktif dan direktif dalam Berperan untuk memberi penguatan


pemberian treatment

 Berperan sebagai model bagi klien


3.Pengalaman Klien dalam Terapi

 Terapi tingkah laku memberikan kepada klien peran yang ditentukan dengan baik serta
menekankan pentingnya kesadaran, dan partisipasi klien dalam proses terapeutik.
 Klien harus aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan-tujuan, harus memiliki
motivasi untuk berubah, dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan terapeutik.
 Klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru untuk memperluas
pembendaharaan perilaku adaptifnya.
 Klien dibantu untuk menggeneralisasi dan mentransfer belajar yang diperoleh dalam
sesi terapi ke dalam situasi nyata.
 Masalah-masalah kehidupan nyata harus dipecahkan dengan tingkah laku baru diluar
terapi.
4.Hubungan Terapis dan Klien

 Menurut Wolpe (1958,1969) pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah
satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik. Sebelum melakukan terapi, terapis
terlebih dahulu harus mengembangkan atmosfer kepercayaan dengan memahami serta
menerima pasien, terapis an klien dapat bekerjasama, dan terapis memiliki alat yang
berguna untuk membantu mencapai tujuan pasien. Untuk membangun hubungan yang
baik maka terapis dan klien harus menerapkan faktor-faktor seperti kehangatan, empati,
keotentikan, sikap permisif, dan penerimaan.
Teknik-teknik
Terapi Tingkah Laku
(Behavior)

oleh Desi Raudhatil Jannah


1. Desensitisasi Sistematik

 Disentisasi sistematik ini digunakan untuk menghapus rasa cemas dan tingkah laku yang diperkuat
secara negatif, dengan disertakan pemunculan tingkah laku yang hendak dihapus.
 Desensitisasi sistematik juga melibatkan teknik-teknik relaksasi, yakni memfokuskan bantuan untuk
menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks.
 Dengan latihan pelemasan otot-otot selama 30 menit (setiap hari) dan membayangan situasi yang
menyenangkan (seperti, duduk dipinggir danau atau berjalan ditaman yang indah) sehingga tercapai
kondisi yang baik. Apabila klien telah bisa belajar untuk santai dengan cepat, maka prosedur
desensitisasi bisa dimulai.
 Teknik desensitisasi sistematik ini cocok untuk menangani fobia-fobia dan dapat diterapkan secara
efektif pada berbagai situasi penghasil kecemasan.
2. Terapi Implosif dan Pembanjiran

 Terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi


secara berulang tanpa diberikan penguat.
 Klien membayangkan situasi dan terapis
berusaha mempertahankan kecemasan klien.
 Jika seorang secara berulang-ulang
Stampfl (1975) juga mencatat sejumlah studi
dihadapkan pada situasi penghasil kecemasan
yang membuktikan kemanjuran terapi implosif
dan konsekuensi yang menakutkan tidak
dalam menangani para pasien gangguan jiwa
muncul, maka kecemasan terhapus.
yang dirumah sakit, yakni para pasien
neurotik, para pasien psikotik, dan orang-
orang yang menderita fobia.
3. Latihan Asertif

 Digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri
bahwa tindakannya adalah layak atau benar, tidak mampu mengungkapkan
kemarahan atau perasaan tersinggung, menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan
selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, memiliki kesulitan untuk
mengatakan tidak kepada orang lain serta merasa tidak punya hak untuk memiliki
perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.
 Prosedur teknik ini dengan bermain peran
Contoh kasus :
Tidak cocok dengan pemikiran atasan tapi tidak berani mengungkapkannya.
Caranya : Klien bermain peran sebagai atasan (terapis mencontoh pola pikir dan cara
klien menghadapi atasan), mereka saling bertukar peran sambil klien mencoba tingkah
laku baru.
4. Terapi Aversi

Terapi Aversi adalah salah satu teknik modifikasi perilaku dengan cara menghubungkan kebiasaan
atau perilaku yang hendak di modifikasi, baik itu dikurangi atau dihentikan. Contohnya :
mengoles jari anak dengan minyak atau zat tertentu dengan tujuan agar anak berhenti menggigit
kuku atau menghisap jempolnya.
Teknik ini untuk meredakan gangguan perilaku yang spesifik. Agar tingkah laku sesuai dengan
dengan diinginkan, maka stimulanya adalah berupa hukuman-hukuman.

Teknik-teknik aversi sering digunakan dalam penanganan berbagai tingkah laku dan
maladaptif, mencakup minum alkohol secara berlebihan, bergantung pada obat bius,
merokok, obsesi-obsesi, kompulsi-kompulsi, fetisisme, berjudi, homo seksualitas, dan
penyimpangan seksual seperti pedofilia.
5. Pengondisian Operan

 Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang


beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan
akibat-akibat. Jika tingkah lakunya sesuai maka
akan diberikan ganjaran (hadiah) dan
kemungkinan besar akan muncul kembali.
 Ada 7 subtest dari pengondisian operan ini,
yakni: Penguatan Positif, Pembentukan Respons,
Perkuatan Intermiten, Penghapusan, Pencontohan
dan Token Economy.
NEXTTT GAISS!!
5. Pengondisian Operan

 Penguatan Positif : yaitu memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang
diinginkan ditampilkan, hal ini bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang,
meningkat dan menetap dimasa yang akan datang. Penguat primer (keb fisiologis: makanan / waktu
istirahat) dan Penguat sekunder (sosial dan psikologis: senyuman, pujian, uang, hadiah).
 Pembentukan Respons : Dalam pembentukan respons, tingkah laku sekarang secara bertahap diubah
dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut
sampai mendekati tingkah laku akhir.
 Perkuatan Intermiten : Di samping membentuk perilaku, penguatan-penguatan bisa juga digunakan
untuk memelihara tingkah laku yang terbentuk. Tingkah laku yang dikondisikan oleh penguatan
intermiten umumnya lebih tahan dibandingkan dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui
pemberian penguatan/reward yang terus-menerus.
5. Pengondisian Operan

 Penghapusan : Perilaku yang tidak diberi penguat, akan menghilang serta cenderung lambat karna
sudah menjadi kebiasaan. Penghentian pemberian penguat harus serempak dan penuh.
 Pencontohan (Modelling) : Bandura (1969) menyatakan bahwa belajar bisa diperoleh melalui
pengalaman langsung maupun tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain dengan
konsekuensi-konsekuensinya.
 Token Economy : tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan penguatan-penguatan yang bisa
diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak
istimewa yang diingini. Metode token economy sangat mudah dijumpai dalam kehidupan nyata,
misalnya para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.
Contoh Kasus :
Seorang mahasiswa berinisial F, ia sangat takut sekali dengan ondel-ondel. Setiap melihat
sosok ondel-ondel, F selalu ketakutan dan jika bertemu di tengah jalan, dia pasti langsung
berlari. Suatu saat F bertemu ondel-ondel di tengah jalan ketika dia sedang
mengemudikan kendaraan roda empatnya, F kemudian mengencangkan volume musik di
mobilnya karna takut mendengar musik pengiring ondel-ondel tersebut, F juga sesekali
berteriak ketakutan jika semakin dekat dengan kelompok ondel-ondel dan semakin
kencang pula suara F ketika menjerit. F ingin putar balik menghindari kelompok ondel-
ondel tersebut namun keadaan saat itu kendaraan F sedang berada di jalan yang sempit
dan ramai. Akhirnya F terpaksa melewati kelompok ondel-ondel tersebut dengan
mengendarai mobil dengan kencang.
Proses Penyembuhan :

Dari kasus yang kelompok kami ambil diatas, kasus tersebut dapat ditangani dengan
menggunakan terapi perilaku. Di dalam terapi perilaku memiliki beberapa teknik yang
bertujuan masing-masing sesuai dengan gangguan yang klien derita. Berdasarkan kasus
diatas dalam terapi perilaku dapat digunakan dengan teknik desentisasi sistematis.
Desentisasi sistematis adalah jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang
psikologis untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan
lainnya. Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang individu akan belajar untuk
menghadapi dan mengatasi fobianya yang kemudian mampu mengatasi rasa takut dalam
fobianya.
Cara Terapis :
Pertama yang akan dilakukan oleh Secara terinci relaksasi otot dimulai dari lengan, kepala, kemudian leher dan bahu,
terapis adalah dengan menganalisis bagian belakang, perut dan dada, dan kemudian anggota bagian bawah. Setelah itu,
perilaku pasien mengenai ketakutannya pasien diminta membayangkan situasi yang menyenangkannya seperti di pantai, di
pada ondel-ondel. Kemudian terapis tengah taman yang hijau dan lain-lain. Lalu pasien disuruh memejamkan mata,
menyusun hierarki atau jenjang- kemudian disuruh membayangkan situasi yang kurang mencemaskan seperti bila
jenjang situasi yang menimbulkan pasien sanggup tanpa cemas atau gelisah, berarti situasi tersebut dapat diatasi
ketakutan pasien pada ondel-ondel. pasien. Demikian seterusnya hingga ke situasi yang paling mencemaskan. Bila pada
Dimana disusun dimulai dari yang suatu situasi pasien merasa cemas/gelisah, terapis meminta pasien agar
kurang hingga yang paling membayangkan situasi yang menyenangkan tadi untuk menghilangkan rasa
mencemaskan pasien. Lalu, kecemasan/ketakutan yang baru saja terjadi dan terapis menyusun hierarki atau
terapis memberi latihan-latihan jenjang kecemasan harus bersama pasien, dan terapis menuliskannya pada selembar
relaksasi otot-otot yang dimulai dari kertas.
lengan hingga otot kaki. Kaki pasien
diletakkan di atas bantal atau kain
wool.
Kelebihan dan
Kelemahan Terapi
Tingkah Laku
Kelebihan
 Waktu konseling relatif singkat
 Kerja sama yang baik antara konsultan dalam menetapkan
tujuan dan memilih teknologi.
 Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan
selalu diperbaharui.
 Kesepakatan tujuan pengobatan awal antara konselor sangat
berperan dalam keberhasilan pengobatan.
Kelemahan
 Dapat mengubah perilaku tetapi tidak dapat mengubah
perasaan.
 Mengabaikan faktor relasional penting dalam terapi.
 Mengabaikan faktor penyumbang penting dalam pengobatan.
 Tidak memberikan wawasan.
 Mengobati gejalanya bukan penyebabnya.
 Melbatkan kontrol dan manipulasi oleh konselor.

Anda mungkin juga menyukai