Anda di halaman 1dari 5

Berikut ini adalah beberapa karakteristik yang mendefinisikan modifikasi perilaku.

1. Fokus pada perilaku.


Prosedur modifikasi perilaku dirancang untuk mengubah perilaku, bukan
karakteristik atau sifat pribadi. Oleh karena itu, modifikasi perilaku menghilangkan
penekanan pelabelan. Misalnya, modifikasi perilaku tidak digunakan untuk mengubah
autisme melainkan, modifikasi perilaku digunakan untuk mengubah perilaku masalah
yang ditunjukkan oleh anak autis. Perilaku berkelebihan dan perilaku berkekurangan
adalah target perilaku yang akan diubah dengan prosedur modifikasi perilaku. Dalam
modifikasi perilaku, perilaku yang akan diubah disebut target perilaku. Perilaku
berkelebihan adalah perilaku target yang tidak diinginkan yang ingin dikurangi dalam
frekuensi, durasi, atau intensitas. Merokok adalah contoh dari kelebihan perilaku.
Perilaku berkekurangan adalah perilaku target yangkb ingin ditingkatkan dalam
frekuensi, durasi, atau intensitas. Latihan dan belajar adalah contoh perilaku
berkekurangan.
2. Prosedur berdasarkan prinsip perilaku.
Modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip dasar yang awalnya berasal
dari penelitian eksperimental dengan hewan laboratorium (Skinner, 1938). Studi ilmiah
tentang perilaku disebut analisis perilaku eksperimental, atau analisis perilaku (Skinner,
1953b, 1966). Studi ilmiah tentang perilaku manusia disebut analisis eksperimental
perilaku manusia, atau analisis perilaku terapan (Baer, Wolf, & Risley, 1968, 1987).
Prosedur modifikasi perilaku didasarkan pada penelitian dalam analisis perilaku terapan
yang telah dilakukan selama lebih dari 40 tahun (Ullmann & Krasner, 1965; Ulrich,
Stachnik, & Mabry, 1966).
3. Penekanan pada peristiwa lingkungan saat ini.
Modifikasi perilaku melibatkan penilaian dan modifikasi peristiwa lingkungan saat
ini yang secara fungsional terkait dengan perilaku tersebut. Perilaku manusia
dikendalikan oleh peristiwa di lingkungan terdekat, dan tujuan modifikasi perilaku adalah
untuk mengidentifikasi peristiwa tersebut. Setelah variabel-variabel pengendali
teridentifikasi, maka selanjutnya variabel tersebut diubah untuk mengubah perilaku.
Prosedur modifikasi perilaku yang sukses mengubah hubungan fungsional antara perilaku
dan variabel pengendali di lingkungan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan
dalam sebuah perilaku. Terkadang label secara keliru diidentifikasi sebagai penyebab
perilaku. Sebagai contoh, seseorang mengatakan bahwa seorang anak autis terlibat dalam
perilaku bermasalah (seperti berteriak, memukul dirinya sendiri, menolak mengikuti
instruksi) karena anak itu autis. Dengan kata lain, orang tersebut menyarankan bahwa
autisme menyebabkan anak terlibat dalam perilaku. Namun, autisme hanyalah label yang
menggambarkan pola perilaku yang dilakukan anak. Label tidak dapat menjadi penyebab
perilaku karena label tidak ada sebagai entitas fisik atau peristiwa. Penyebab perilaku
harus ditemukan di lingkungan (termasuk biologi anak).
4. Deskripsi prosedur modifikasi perilaku yang tepat
Prosedur modifikasi perilaku melibatkan perubahan spesifik dalam peristiwa
lingkungan yang secara fungsional terkait dengan perilaku tersebut. Agar prosedur
menjadi efektif setiap kali digunakan, perubahan spesifik dalam peristiwa lingkungan
harus terjadi setiap kali. Dengan menjelaskan prosedur secara tepat, peneliti dan
profesional lain memungkinkan dapat digunakan dengan benar setiap kali digunakan.
5. Modifikasi perilkau dapat dilaksanakan oleh orangorang terdekat
Prosedur modifikasi perilaku dikembangkan oleh para profesional atau
paraprofesional yang terlatih dalam modifikasi perilaku. Namun, prosedur modifikasi
perilaku sering diterapkan oleh orang-orang seperti guru, orang tua, pengawas pekerjaan,
atau orang lain untuk membantu orang lain dalam mengubah perilaku mereka. Orang
yang menerapkan prosedur modifikasi perilaku harus melakukannya setelah mendapatkan
pelatihan yang memadai. Deskripsi prosedur dan pengawasan profesional yang tepat
memungkinkan orang tua, guru, dan lainnya untuk melaksanakan prosedur dengan benar.
6. Pengukuran perubahan perilaku.
Salah satu keunggulan modifikasi perilaku adalah penekanannya pada pengukuran
perilaku sebelum dan sesudah intervensi untuk mendokumentasikan perubahan perilaku
yang dihasilkan dari prosedur modifikasi perilaku. Selain itu, penilaian berkelanjutan
perilaku dilakukan jauh melampaui titik intervensi untuk menentukan apakah perubahan
perilaku dipertahankan dalam jangka panjang.
7. Menekankan pada peristiwa masa lalu sebagai penyebab perilaku.
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, modifikasi perilaku menekankan pada
peristiwa lingkungan terkini sebagai penyebab perilaku. Namun, pengetahuan tentang
masa lalu juga memberikan informasi yang berguna tentang peristiwa lingkungan yang
terkait dengan perilaku saat ini. Misalnya, pengalaman belajar sebelumnya telah terbukti
mempengaruhi perilaku saat ini. Oleh karena itu, memahami pengalaman pembelajaran
ini dapat berharga dalam menganalisis perilaku saat ini dan memilih prosedur modifikasi
perilaku. Meskipun informasi tentang peristiwa masa lalu berguna, namun pengetahuan
variabel pengendali saat ini paling relevan untuk mengembangkan intervensi modifikasi
perilaku yang efektif karena variabel-variabel tersebut, tidak seperti peristiwa masa lalu,
dan masih dapat diubah.

Dalam upaya memahami kebutuhan anak, seorang guru selalu membutuhkan data yang
relevan dan akurat berkenaan dengan kondisi objektif yang dihadapi setiap anak didiknya. Salah
satu cara yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi mengenai siswa dalam bentuk
apapun sebagai dasar dalam pengambilan keputusan selanjutnya yaitu dapat dilakukan melalui
suatu kegiatan yang disebut dengan asesmen. Tanpa asesmen akan sulit untuk merencanakan
program intervensi yang sistematis dan relevan dengan kondisi objektif anak (Uno dan Koni,
2012, hlm. 2).
Pengertian asesmen yaitu proses pengumpulan data/ informasi secara sistematis dan
komprehensif tentang potensi individu yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
menyusun program dan memberikan layanan intervensi/ pembelajaran setepat mungkin bagi
perkembangan individu yang bersangkutan secara optimal. Oleh karena itu, dalam konteks anak
ASD, asesmen dipandang sebagai salah satu upaya yang sistematis untuk mengetahui
kemampuan, kesulitan, dan kebutuhan anak pada bidang tertentu, termasuk dalam aspek
perilaku. Selanjutnya data hasil asesmen tersebut dapat dijadikan bahan penyusunan program
dalam memberikan intervensi yang sesuai bagi anak ASD (Soendari dan Mulyati, 2010, hlm. 5).
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam penyusunan instrumen asesmen
yaitu sebagai berikut:
1. Memahami dan menentukan lingkup/ urutan keterampilan-keterampilan yang
akan diasesmenkan
2. Menetapkan perilaku apa yang akan diasesmen
3. Mengadministrasikan alat/ instrumen asesmen
4. Mencatat prestasi/ hasil asesmen
5. Menentukan tujuan pembelajaran khusus baik jangka panjang maupun jangka
pendek (Soendari dan Mulyati, 2011, hlm. 17-20).
Tahapan-tahapan asesmen perilaku bagi anak ASD terbagi menjadi lima tahap yaitu pra-
asesmen (untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi anak dan penentuan intervensi yang
tepat), identifikasi target perubahan perilaku yang diprioritaskan, definisi dan pengukuran
tingkatan dasar dari target perilaku, evaluasi hubungan fungsional antara kondisi lingkungan dan
perilaku sasaran dan mengembangkan hipotesis mengenai intervensi yang akan menghasilkan
perubahan perilaku yang diinginkan, dan pengujian hipotesis terhadap perubahan perilaku yang
dikembangkan (Matson, 2009, hlm. 33). Kisi- Kisi Instrumen Asesmen Perilaku

Aspek Sub Aspek Uraian


Masalah A.Berteriak/ Anak ASD biasanya berbicara dengan keras atau
perilaku pada anak menjerit berteriak tanpa mereka sadari. Mereka juga mungkin
ASD tidak mengerti bagaimana mengubah volume suara
mereka dan mengkomunikasikannya dengan pesan
yang berbeda.
B.Merusak Seringkali anak ASD tidak bisa
benda/barang mengkomunikasikan keinginan mereka dan orang lain
tidak mengerti apa yang dikomunikasikan anak.
Sehingga biasanya anak akan melampiaskannya
dengan cara merusak barang (misalnya: memecahkan
piring, gelas, atau kaca).
C.Agresif Anak ASD berperilaku agresif mungkin ketika
terhadap orang mereka merasa frustasi, marah, atau tidak dapat
lain mengungkapkan perasaan mereka.Bentuk dari
perilaku agresif pada anak ASD ditunjukkan dalam
berbagai bentuk penyerangan terhadap orang lain,
seperti memukul, menendang, mencakar, menggigit,
dll.
D.Melukai Perilaku melukai diri sendiri pada anak ASD
diri sendiri muncul dan meningkat dikarenakan beberapa masalah
seperti adanya stimulus yang kurang atau berlebihan.
Mereka akan menyakiti diri, seperti menjambak,
memukul, menggigit, membenturkan kepala ke
dinding, dll. Tetapi sebagian besar anak ASD
seringkali tidak menunjukkan rasa sakit meski
perilaku yang dilakukannya tersebut meninggalkan
bekas.
E. Perilaku mengancam yaitu menyatakan maksud/
Mengancam niat/ rencana untuk melakukan sesuatu yang
merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau
mencelakakan orang lain. Anak ASD terkadang ada
yang mengancam orang lain ketika ada sesuatu hal
yang membuatnya marah.
F. Perilaku mengumpat yaitu mengeluarkan
Mengumpat umpatan/ menjelek-jelekkan orang lain/mengeluarkan
kata-kata yang kotor atau keji. Anak ASD terkadang
ada yang mengumpat dikarenakan merasa marah,
kesal, atau sedih karena sesuatu hal.
G. Emosi Emosi yang tidak tepat pada anak ASD biasanya
yang tidak tepat dikarenakan ada hal yang membuat mereka tidak
nyaman atau resah, tetapi mereka sendiri sulit untuk
mengkomunikasikannya, sehingga tanpa sadar
menunjukkan emosi yang tidak sesuai dengan situsi
dan kondisi yang ada.Contoh emosi yang tidak tepat
pada anak ASD yaitu, tiba-tiba menangis atau tertawa
tanpa sebab yang jelas
H. Flapping Flapping handspada anak ASD adalah perilaku
hands menggerakan tangan secara berulang-ulang tanpa
adanya maksud yang jelas. Perilaku ini seringkali
terjadi pada anak ASD karena ciri khas dari mereka
sendiri yaitu stereotip atau perilaku rutinitas.
I. Hiperaktif Anak ASD dikatakan hiperaktif apabila mereka
banyak melakukan aktivitas yang mereka sendiri tidak
mengetahui apa manfaat dari aktivitas tersebut.
Biasanya dalam perilaku ini, dalam waktu yang
singkat, anak akan melakukan banyak hal berkali-kali
yang tidak jelas tujuannya.
J. Tantrum Tantrum biasanya terjadi karena anak merasa
mereka memiliki kekuatan dan cara agar
keinginannya dikabulkan oleh orang lain. Tantrum
pada anak ASD biasanya ditunjukkan dengan
mengamuk atau marah yang berlebihan

Referensi
Eka, Sitti, Yoga, Dwi. . PENYUSUNAN INSTRUMEN ASESMEN PERILAKU BAGI
ANAK AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD). SPEED Jurnal Special Education. Volume
6. Nomor 1.
Mirnawati. 2020. Modifikasi Perilaku Anak Berebutuhan Khusus. Banjarmasin. CV Oase
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai