Anda di halaman 1dari 16

“PENERAPAN HUKUMAN”, BIAS ANTARA UPAYA

MENANAMKAN DISIPLIN DENGAN MELAKUKAN


KEKERASAN TERHADAP ANAK

PUPUNG PUSPA ARDINI

Universitas Negeri Gorontalo


Jln Jenderal Sudirman No.6, Gorontalo. E-mail: pupungpuspa@gmail.com

Abstrac: This study aims to find out how to apply discipline to early
childhood without punishment. Because without realizing through penalty adults,
parents or teachers have been accused of abuses against children. Interactive data
analysis models Milles and Huberman. This scientific study conducted in January 2015 in the
village of West Java Ciangsana based assessment of the results
of observation, documentation and literature related to discipline without punishing. The results
showed that there are several key discipline without punishing. The main key is to
teach discipline to the child not only to express but also give a concrete example to children.

Keywords: Penalty, The Impact Of Punishment, Discipline Withoutpunishment

Abstrak: Studi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana menerapkan displin kepada anak usia
dini tanpa memberikan hukuman. Karena tanpa disadari melalui hukuman orang dewasa, orang tua
atau guru sudah melakukan kekerasan kepada anak. Analisis data model Interaktif Milles dan
Huberman. Studi ilmiah ini dilakukan pada bulan Januari 2015 di desa Ciangsana Jawa Barat
berdasarkan pengkajian hasil observasi, dokumentasi dan berbagai literatur yang terkait dengan
penerapan disiplin tanpa menghukum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa
kunci penegakan disiplin tanpa menghukum. Kunci utamanya adalah mengajarkan sikap disiplin
kepada anak bukan hanya dengan menyampaikan tetapi juga memberikan contoh konkret pada
anak.

Kata kunci: Hukuman, Dampak Hukuman, Disiplin Tanpa Hukuman

Pendidikan merupakan upaya belajar atau orang yang secara


yang dilakukan untuk mendewasakan sukarela mengikuti pemimpinnya,
manusia. Pendidikan bertujuan untuk dalam hal ini adalah orang tua dan
membentuk kepribadian menjadi guru. Bukan berdasarkan paksaan
lebih baik (Pidarta,1997: 2). Salah seperti ancaman dan hukuman.
satunya dengan menanamkan Secara luas disiplin dapat diartikan
disiplin. Disiplin berasal dari kata sebagai pengaruh yang dirancang
‘disciple’ yang berarti, orang yang untuk membantu anak agar mampu
251
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 9 Edisi 2, November 2015

menghadapi tuntutan lingkungan. Disiplin perlu diterapkan


Dengan kata lain disiplin adalah cara sejak dini, karena melalui kebiasaan
yang dilakukan masyarakat untuk untuk disiplin anak dapat mengontrol
mengajarkan tingkah laku yang baik tingkah lakunya sendiri dan dapat
kepada anak agar dapat diterima oleh berkelakuan baik dimanapun dan
kelompoknya. kapanpun tanpa harus diingatkan.
Namun pada kenyataannya Dengan Selain itu, disiplin juga akan
disiplin sering dihubungkan dengan menyadarkan anak bahwa ia mampu
hukuman dan sikap keras yang menyelesai-kan masalah-masalahnya
dilakukan oleh orang tua atau orang sendiri dan tidak diharuskan
dewasa untuk mendisiplinkan anak. melakukan apa yang kita tentukan,
Tidak jarang orang tua yang karena anak sudah dapat memilah
memberikan hukuman fisik kepada mana yang baik dan harus dilakukan
anak dengan maksud agar anak serta mana yang tidak baik dan tidak
secara instan menjadi disiplin. perlu dilakukan. Disiplin juga
Alasan memberikan hukuman adalah membantu anak mengembangkan
agar anak menyadari bahwa tidak hati nurani atau suara-suara halus di
semua keinginan dapat terpenuhi dan dalam diri yang membantunya dalam
agar perilaku disiplin tidak mudah membuat keputusan dan
berubah. mengendalikan tingkah lakunya
Anak dapat menjadi dendam (Blatchford dan Mani, 2006:15)
dan membentuk anak memiliki Namun pada kenyataannya
pribadi yang tidak jujur karena takut orang tua kurang konsisten dalam
akan hukuman yang akan diterima. menanamkan disiplin kepada anak
Disiplin yang diharapkan menjadi dan cenderung lebih memilih metode
bentuk pribadi yang positif berubah instan melalui hukuman. Hal ini
menjadi negatif. Dengan demikian justru hanya sebagai solusi sesaat
hukuman lebih banyak memberikan mendisiplinkan anak bahkan cen-
dampak negatif daripada positif, derung menjadikan anak memiliki
belum lagi jika meninggalkan bekas pribadi yang senang membangkang.
luka fisik pada tubuh anak. Kasus-kasus kekerasan bermunculan
252
Penerapan Hukuman Bias Antara….
Pupung Puspa Ardini

dengan dalih sebagai upaya melemahkan hubungan antara


mendisiplinkan anak. Bahkan di stimulus. Hukuman merupakan kon-
sekolah tidak jarang terjadi kasus sekuensi yang kurang menyenangkan
kekerasan seperti menjewer, untuk suatu respon perilaku tertentu
menjambak, hingga membenturkan atau meghilangkan suatu bentuk
kepala anak (Pungkasari,2014:3). penguat yang diinginkan karena
Berdasarkan beberapa per- respon perilaku tertentu (Woolfolk,
masalahan sebelumnya, peneliti 2007:219). Menurut Indrakusuma,
tertarik untuk mengkaji tentang hukuman adalah tindakan yang
pemahaman orang tua dan guru dijatuhkan kepada anak secara sadar
tentang konsep hukuman, dan dan sengaja sehingga memunculkan
dampak dari hukuman, serta upaya nestapa sehingga anak menjadi sadar
menanamkan disiplin tanpa akan perbuatannya kemudian di
hukuman. Penelitian ini bertujuan dalam hati akan berjanji untuk tidak
untuk mengetahui bagaimana mengulangi kembali (2003:46).
menerapkan disiplin tanpa Dengan demikian hukuman
memberikan hukuman sebagai upaya adalah tindakan yang diberikan oleh
mengurangi bahkan menghilangkan pendidik terhadap anak didik yang
kebiasaan melakukan kekerasan pada telah melakukan kesalahan dengan
anak dengan dalih mendidik untuk tujuan agar anak didik tidak
disiplin. akanmengulangi lagi dan akan mem-
perbaiki keslah yang telah diperbuat.
Hukuman Terdapat beberapa jenis hukuman
Hukum menurut Tanlain dalam dunia pendidikan (Arikunto,
adalah tindakan pendiidikan terhadap 2000:174-175), diantaranya:
anak didik karena melakukan 1) Penurunan peringkat atau pe-
kesalahan dan dilakukan agar anak ngurangan skor : mengurangi skor
didik tidak lagi melakukan yang diperoleh ketika melakukan
(2006:47). Menurut Thorndike, evaluasi sumatif atau sub sumatif
hukuman adalah memaksakan jka siswa melanggar peraturan
dampaknya atas perilaku dengan atau melakukan kesalahan.
253
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 9 Edisi 2, November 2015

2) Pengurangan hak : siswa tidak 2) Didasarkan pada alasan


memperoleh hak seperti tidak keharusan,
boleh istirahat atau tidak boleh ke 3) Menimbulkan kesan di hati anak,
perpustakaan jika melanggar 4) Harus menimbulkan keinsyafan
peraturan atau melakukan dihati anak,
kesalahan. 5) Harus diikuti dengan pemberian
3) Denda : memberikan ganjaran maaf, harapan, dan kepercayaan,
berupa denda seperti mem-
bersihkan kamar mandi sekolah Terdapat tiga aturan dalam
atau menuliskan kalimat tidak memberikan hukuman, diantaranya :
akan mengulangi lagi sebanyak harus selaras dengan kesalahan,
beberapa halaman sesuai kon- harus adil, dan harus segera
sekuensi yang diberikan guru. dijatuhkan jangan ditunda. Hukuman
4) Penahanan sesudah sekolah: tidak sebaiknya tidak dilakukan disaat
beleh pulang sampai beberapa jam orang tua atau orang dewasa berada
sesuai konsekuensi yang diberikan dalam pucak kemarahan dan tanpa
guru. pertimbangan kondisi dan psikologis
5) Memberikan skors : pember- anak karena dapat menyebabkan
hentian sementara dari sekolah. rusaknya hubungan anak dan orang
6) Referal (menunjuk) : menunjuk tua sehingga anak menjadi
pihak lain untuk menangani mendendam. Seperti yang dikemuka-
permasalahan siswa seperti guru kan oleh Gore (1969:60) bahwa
BK, kepala sekolah, atau psikolog. anak-anak tidak boleh dididik
dengan paksaan-paksaan yang tidak
Berikut merupakan teknik di-pahami. Tanpa disadari pendidik
hukuman dalam dunia pendidikan. mengajarkan bahwa kebenaran itu
Terdapat beberapa syarat mem- harus dilakukan dengan paksaan dan
berikan hukuman (Dewantara, 1977: kekerasan. Efek negatif dari
45). kekerasan yang diterima anak adalah
1) Harus tetap dalam jalinan cinta anak-anak tidak melakukan pelang-
dan kasih sayang, garan karena takut dengan pukulan
254
Penerapan Hukuman Bias Antara….
Pupung Puspa Ardini

bukan karena kesadarna bahwa perubahan perilaku yang dicapai


melakukan kesalahan. Sementara sebagai hasil belajar melalui proses
sifat buruk tetap ada dalam diri anak. penguatan (reinforce) positif atau
Rasa sakit akibat pukulan akan terus negatif. Teori ini ditemukan oleh
bersemayam dalam memori anak. Burrhus Frederic Skinner (Woolfolk,
Anak-anak yang sering menerima 2007 : 210). Menurut Skinner dalam
kekerasan sebenarnya berusaha Woolfolk, perilaku dapat dianalogi-
menjadi anak baik hanya ketika kan sebagai sebuah sandwich yang
berada di depan orang tua. Sementara memiliki dua pengaruh lingkungan
itu jiwa yang sesungguhnya terhadap perilaku. Lapis pertama
membangkang atau memberontak adalah antesedence (peristiwa yang
(Given, 2007:97). mendahului perilaku) dan lapis
Dengan demikian hukuman kedua adalah consequences
memiliki beberapa dampak, (peristiwa yang mengikuti perilaku).
diantaranya: Hubungan dapat ditunjukkan secara
1) Mengurangi perbuatan yang sederhana sebagai rangkaian
menjadi sebab dihukum, antecedents-behaviour-consequnces
2) Menghasilkan akibat lain atau A-B-C. Dalam hal ini perilaku
yangtidak diinginkan seperti adalah sebuah proses dari
agresifitas, kekhawatiran, dan consequences yang diberikan
tidak jujur, perilaku akan menjadi antecedents
3) Hanya bersifat sementara (jika bagi rangkaian A-B-C berikutnya.
ancaman hukuman hilang respon Penelitian ini menunjukkan bahwa
yang lain kembali muncul, perilaku operan dapat diubah dengan
4) Menghasilkan respon negatif dari mengubah anteseden atau konsekuen
teman lain dan siswa yang atau keduanya (Baharrudin dan
dihukum. Wahyuni, 2009 :68).
Teori yang mendasari proses Menurut Crain, hasil peneli-
penerapan hukuman adalah teori tian Skinner menghasilkan beberapa
operant conditioning atau prinsip-prinsip belajar, diantaranya
pengkondisian operan adalah teori :reinforcement, punishment, shaping,
255
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 9 Edisi 2, November 2015

extinction, serta antecedent dan Disiplin


perubahan perilaku (Crain,2007 : Menurut Hurlock (2002 : 82)
279-287). Reinforcement merupakan disiplin adalah suatu cara masyarakat
konsekuen yang menguatkan tingkah mengajarkan anak perilaku moral
laku. Punishment yaitu meng- yang disetujui atau disepakati
hadirkan atau memberikan sebuah kelompok. Disiplin berasal dari kata
situasi yang ingin dihindari untuk ‘disciple’ yang berarti seseorang
menurunkan tingkah laku. Shaping yang belajar secara sukarela
adalah usaha untuk menunjukkan mengikutipemimpin. Dalam hal ini
keterampilan-keterampilan baru atau pemimpin adalah orang tua dan guru.
perilaku-perilaku baru dengan Menurut Mac Millan (2004:20)
memberikan penguatan kepada siswa disiplin berasal dari kata ‘disciplina’
untuk menguasai keterampilan atau dalam bahasa latin yang berarti
perilaku tersebut dengan baik. kegiatan belajar dan mengajar.
Extinction adalah mengurangi atau Dalam bahasa inggris ‘discipline’
menurunkan tingkah laku dengan yang berarti 1) tertin, taat atau
menarik reinforcement yang mengendalikan tingkah laku,
menyebabkan perilaku tersebut penguasaan diri, 2) hukuman yang
terjadi. Antecedent adalah petunjuk diberikan untuk melatih atau
perilaku akan memproleh konsekuen memperbaiki, 3) latihan membentuk,
positif atau negatif. Dua cara yang meluruskan atau menyempurnakan
dapat dilakukan untuk mengontrol sesuatu sebagai mental atau karakter
anteseden adalah dengan melakukan moral, 4) kumpulan atau sistem-
cueing (memberikan stimulus sistem peraturan bagi tingkah laku.
sebelum tindakan dilakukan) dan Unsur-unsur dalam disiplin
prompting (petunjuk tambahan agar (Hurlock, 2002:28) diantaranya:
dapat melakukan dengan benar) peraturan sebagai pedoman perilaku,
(Woolfolk,2007:210-214). konsistensi dalam peraturan,
hukuman unruk pelanggaran,
penghargaan untuk perilaku baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
256
Penerapan Hukuman Bias Antara….
Pupung Puspa Ardini

disiplin diantaranya : kesadaran, inilah perilaku yang baik akan dapat


pengikut dan ketaatan, alat terinternalisasi dalam diri anak
pendidikan, dan hukuman. sampai dewasa.
Penanaman disiplin merupa- Terdapat beberapa kunci
kan suatu proses pembentukan penegakan disiplin tanpa meng-
perilaku yang dapat dilakukan hukum. Kunci utamanya adalah
sepanjang hayat. Disiplin dapat mengajarkan sikap disiplin kepada
diterapkan sejak anak dilahirkan, anak bukan hanya dengan menyam-
melalui pembiasaan. Penerapan paikan tetapi juga memberikan
aturan pada bayi dimulai pada usia contoh konkret pada anak. (Phelan,
15 bulan (Hurlock, 2002: 83). Ketika 2014:129), 1)Memberi contoh
anak-anak mulai mengenal lingku- tingkah laku yang sepantasnya,
ngan sekitar, adalah saat yang tepat 2)Memberikan perintah dengan jelas
untuk menerapkan disiplin. Berawal dan spesifik, 3)Mengadakan
dari dalam rumah melalui aturan- pertemuan keluarga, 4)Menentukan
aturan yang diberlakukan di rumah batasan yang jelas, 5)Gunakan
seperti, jam tidur, waktu makan, konsekuensi, 6)Janjikan imbalan
meletakkan sesuatu pada tempatnya untuk masa mendatang, 7)Berikan
kembali, dan lain sebagainya. pilihan pada anak, 8) Jalankan aturan
Dengan demikian akan muncul secara konsisten, 9)Hati-hati dengan
pengertian dalam diri anak bahwa di aturan yang dibuat.
luar lingkungan rumah pun memiliki
aturan yang harus dipatuhi agar anak METODE PENELITIAN
dapat diterima dengan baik di dalam Analisis data yang digunakan
masyarakat. Menanamkan disiplin dalam penelitian ini adalah analisis
pada anak bukanlah hal yang remeh data model Interaktif Milles dan
dan mudah begitu saja terlaksana Huberman. Analisis data dilakukan
sesuai keinginan kita, tetapi dengan cara mengorganisasi data
memerlukan proses dan waktu yang yang diperoleh ke dalam sebuah
lama serta berkelanjutan. Dari kategori, kemudian data dijabarkan
pembiasaan yang berkelanjutan ke dalam unit-unit, melakukan
257
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 9 Edisi 2, November 2015

analisis data yang penting dan upaya yang tepat untuk


selanjutnya menyusunnya dalam mendisiplinkan anak. Responden
bentuk laporan serta menyim- menginginkan hasil yang instan
pulkannya agar mudah dipahami. berubahnya perilaku anak dari
Berikut adalah gambar model tindakan hukuman yang diberikan.
interaktif : Hal ini merupakan pola asuh turun

Pengumpulan Penyajian data


data

Reduksi
data Verifikasi data

Gambar. 1 Model Interaktif Milles dan Hubberman

Uji keabsahan data dalam temurun dalam keluarga responden.


penelitian ini menggunakan tiga Sebagai contoh ketika kecil orang tua
teknik diantaranya, perpanjangan responden juga memberikan
keikutsertaan,perpanjangan penga- hukuman fisik kepada responden
matan, dan triangulasi data. sehingga hal tersebut diulangi
kembali. Beberapa responden juga
HASIL DAN PEMBAHASAN berprofesi sebagai guru. Yang
Berdasarkan hasil observasi sebetulnya paham tentang cara
dan wawancara dengan beberapa mendidik. kedua, dampak yang
responden mengenai konsep muncul dari seringnya menerima
hukuman dan dampak hukuman kekerasan beberapa anak cenderung
diperoleh data sebagai berikut mengabaikan teriakan dan hardikan
:Pertama, pemahaman orang tua dan orang tua dan menganggap kekerasan
guru tentang hukuman, sebagian sudah biasa diterima. Sebagian anak
besar responden menganggap juga mengalami penurunan prestasi
hukuman fisik sebagai salah satu belajar dan cenderung menjadi anak

258
Penerapan Hukuman Bias Antara….
Pupung Puspa Ardini

yang pemurung dan pendiam di 2) Memberikan perintah dengan jelas


sekolah. dan spesifik dengan kalimat yang

Gambar 2. Anak yang kurang percaya diri ketika di kelas


karena sering mengalami kekerasan di rumah

Ketiga,beberapa upaya sebagian pendek namun jelas sehingga


responden yang tidak menyetujui dapat dipahami anak. Misalnya, “
kekerasan dalam menerapkan simpan sepatumu di rak putih ya,
disiplin, diantaranya : Nak!”
1) Memberi contoh tingkah laku atau 3) Mengadakan pertemuan keluarga,
tauladan. Anak-anak membutuh- agar dalam sebuah keluarga tetap
kan orang dewasa untuk memiliki waktu yang berkualitas.
mengarahkan mereka pada hal-hal Melalui pertemuan ini setiap
yang baik dan benar. Anak-anak anggota keluarga berkumpul dan
usia dini belajar melalui dapat mengekspresikan perhatian
pengamatan dan meniru. Orang dan kekhawatiran masing-masing.
tua adalah orang yang akan ditiru Misalnya, ketika salah satu
anak di rumah dan guru adalah anggota keluarga mengalami
orang yang akan ditiru anak di kesulitan di sekolah maka
sekolah. permasalahan tersebut dapat

259
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 9 Edisi 2, November 2015

didiskusikan dan dipecahkan 4) Menawarkan kepada anak imbalan


bersama. Pertemuan ini dilakukan atas tingkah laku anak yang baik.
selama satu jam minimal satu hari 5) Menentukan kesepakatan kapan
dalam satu minggu. Atau setiap perjanjian tersebut mulai berlaku
hari ketika makan bersama secara efektif dan tanpa toleransi.
4) Membuat perjanjian mengenai Melalui cara ini memudahkan
tingkah laku. Sesuatu akan lebih orang tua untuk merencanakan
mudah jika dituliskan. strategi dalam menghadapi
Berdasarkan alasan itu, agar tingkah laku anak.
penerapan disiplin dapat berjalan 5) Menentukan batasan yang jelas.
baik,maka perjanjian tingkah laku Batasan yang jelas berarti
lebih baik jika dibuat secara mengajarkan anak sadar akan
tertulis. tingkah lakunya yang baik dan
buruk. Dengan demikian, anak
Berikut beberapa langkah belajar menghargai aturan sejak
yang dilakukan membuat perjanjian usia dini sehingga siap
tertulis : menghadapi dunia luar pada
1) Menuliskan pernyataan dari orang waktunya nanti.
tua tentang hal-hal yang orang tua
ingin untuk anak lakukan dan
tidak ingin anak lakukan pada
secarik kertas atau papan. Ingat,
jangan lupa membubuhkan tinta
warna-warni atau gambar-gambar
lucu agar lebih menarik bagi anak.
2) Menuliskan cara yang ingin orang
tua lakukan untuk mengawasi
tingkah laku anak.
3) Menuliskan konsekuensi negatif
Gambar 3. Membuat perjanjian tingkah laku
yang akan anak terima jika tidak
melakukan hal yang diinginkan.
260
Penerapan Hukuman Bias Antara….
Pupung Puspa Ardini

6) Menggunakan yang hilang. Konsekuensi ini


konsekuensi.Konsekuensi berbeda berguna untuk melatih disiplin,
dengan hukuman. Hukuman dapat kemandirian, dan motorik halus
men-yakiti anak, tidak hanya fisik anak karena anak dapat
tetapi juga psikis. Sedangkan merapihkan dan menjaga
konsekuensi mengajari anak mainannya sendiri menggunakan
bahwa segala sesuatu ada keterampilan otot halus anak.
resikonya. Ketika mengenalkan 7) Menjanjikan imbalan atau hadiah.
konsekuensi pada anak, memilih Melalui perjanjian yang dibuat,
konsekuensi yang berguna bagi jika anak mematuhi aturan maka
pendidikan anak untuk kehidupan- anak akan mendapatkan imbalan.
nya kelak. Contoh : Pada suatu Tentukan imbalan yang mendidik
siang Ama (4 tahun) bermain dan sesuai kesepakatan dengan
puzzle di ruang keluarga. anak. Misalnya, ketika anak dapat
Sebelumnya bunda sudah mematuhi peraturan selama tujuh
membuat kesepakatan tentang hari berturut-turut tanpa melang-
konsekuensi dengan Ama bahwa gar satu kalipun maka orang tua
setelah bermain, alat permainan akan mengajak anak berwisata ke
yang digunakan dirapihkan taman safari. Melalui imbalan
kembali dan diletakkan di tempat anak termotivasi untuk
semula Ama mengambil. Jika berkelakuan baik dan belajar
tidak demikian selama dua hari mengendalikan diri serta
Ama tidak dapat bermain bertanggungjawab.
menggunakan puzzle lagi. 8) Jangan pernah melupakan pen-
Sebelumnya bunda menjelaskan dapat anak. Karena penerapan
kenapa Ama diberi konsekuensi, disiplin ini dilakukan tanpa
karena jika tidak dirapihkan paksaan dan harus menyenangkan
seperti semula puzzle tersebut untuk anak. Harus juga diingat
akan tercecer dimana-mana, dan orang tua tetap mengarahkan
Ama tidak bisa lagi bermain pilihan anak karena tujuan awal
Puzzle karena terdapat bagian adalah untuk mengajarkan disiplin
261
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 9 Edisi 2, November 2015

pada anak. Pilihan ini diterapkan secara otomatis orang akan


orang tua dan anak menyepakati mengingat dua hal ; ancaman dan
konsekuensi dan imbalan yang hukuman. Dua hal ini yang pada
akan diberikan jika anak akhirnya membentuk pengertian
melanggar atau mematuhi aturan. pada orang tua, guru atau orang
9) Menjalankan aturan secara dewasa lain bahwa disiplin baru akan
konsisten. Ketika anak harus diterapkan ketika anak melakukan
mendapatkan konsekuensi negatif kesalahan. Sebenarnya pendisiplinan
berikan itu sesuai kesepakatan. dapat dilakukan tanpa menghukum
Jangan menganulirnya karena dan mengancam. Dua hal tersebut
pembiasaan dan pembentukan justru akan membuat anak berpikir
tingkah laku berjalan secara terus- bahwa ia adalah anak yang nakal,
menerus, tidak bisa berhenti bodoh dan selalu melakukan
ditengah jalan. Mengatur anak kesalahan. Anak akan selalu berpikir
berarti juga mengatur diri sendiri. negatif. Padahal disiplin adalah salah
Konsisten terhadap apa yang satu cara untuk menanamkan tingkah
sudah disepakati dan harus laku positif pada diri anak (Given,
dijalankan. Jika orang tua tidak 2007:97).
konsisten dan banyak memberikan Disiplin berasal dari kata
toleransi, maka anak akan sulit ‘disciple’ yang berarti, orang yang
untuk mematuhi aturan dan belajar atau orang yang secara
menentukan mana yang baik atau sukarela mengikuti pemimpinnya,
buruk. Hal ini disebabkan oleh dalam hal ini adalah orang tua dan
kelonggaran-kelonggaran yang guru. Bukan berdasarkan paksaan
orang tua berikan. seperti ancaman dan hukuman.
Disiplin, siapa yang tidak Secara luas disiplin dapat diartikan
pernah mendengar kata ini. Semua sebagai pengaruh yang dirancang
orang pernah mendengarnya dan untuk membantu anak agar mampu
tentunya setiap orang menginginkan menghadapi tuntutan lingkungan.
untuk memiliki anak yang disiplin. Dengan kata lain disiplin adalah cara
Ketika mengingat kata disiplin maka yang dilakukan masyarakat untuk
262
Penerapan Hukuman Bias Antara….
Pupung Puspa Ardini

mengajarkan tingkah laku yang baik sepanjang hayat. Disiplin dapat di-
kepada anak agar dapat diterima oleh terapkan sejak anak dilahirkan,
kelompoknya (Phelan,2014:129). melalui pembiasaan ketika memberi-
Disiplin perlu diterapkan kan susu, toilet training, dan
sejak dini, karena melalui kebiasaan beberapa kegiatan pembiasaan
untuk disiplin anak dapat mengontrol lainnya. Penerapan aturan pada bayi
tingkah lakunya sendiri dan dapat dimulai pada usia 15 bulan. Ketika
berkelakuan baik dimanapun dan anak-anak mulai mengenal lingku-
kapanpun tanpa harus diingatkan. ngan sekitar, adalah saat yang tepat
Dengan demikian anak akan untuk menerapkan disiplin. Berawal
terhindar dari bahaya baik bagi dari dalam rumah melalui aturan-
dirinya maupun orang lain, karena aturan yang diberlakukan di rumah
anak akan terhindar dari seperti, jam tidur, waktu makan,
kesalahpahaman dengan orang lain. meletakkan sesuatu pada tempatnya
Selain itu, disiplin juga akan kembali, dan lain sebagainya.
menyadarkan anak bahwa ia mampu Dengan demikian akan muncul
menyelesaikan masalah-masalahnya pengertian dalam diri anak bahwa di
sendiri dan tidak diharuskan luar lingkungan rumah pun memiliki
melakukan apa yang kita tentukan, aturan yang harus dipatuhi agar anak
karena anak sudah dapat memilah dapat diterima dengan baik di dalam
mana yang baik dan harus dilakukan masyarakat. Menanamkan disiplin
serta mana yang tidak baik dan tidak pada anak bukanlah hal yang remeh
perlu dilakukan. Disiplin juga dan mudah begitu saja terlaksana
membantu anak mengembangkan sesuai keinginan kita, tetapi
hati nurani atau suara-suara halus di memerlukan proses dan waktu yang
dalam diri yang membantunya dalam lama serta berkelanjutan. Dari
membuat keputusan dan pembiasaan yang berkelanjutan
mengendalikan tingkah lakunya. inilah perilaku yang baik akan dapat
Penanaman disiplin merupa- terinternalisasi dalam diri anak
kan suatu proses pembentukan sampai dewasa (Hurlock, 2002:20).
perilaku yang dapat dilakukan
263
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 9 Edisi 2, November 2015

Yang patut menerapkan kemudian melakukan shalat shubuh


disiplin adalah orang tua, guru, atau berjamaah dengan sabar mengajak
orang dewasa yang dapat bertindak anak melakukan kegiatan sehari-hari
sebagai pemimpin. Ketiga elemen ini secara teratur bersama-sama.
tentunya adalah orang tua, guru, atau Memberikan perintah dengan
orang dewasa yang dapat bersikap jelas dan spesifik dengan kalimat
tegas, dapat dipercaya, dapat ber- yang pendek namun jelas sehingga
komunikasi dengan baik dan jelas dapat dipahami anak..Mengadakan
pada anak, mampu menciptakan pertemuan keluarga, agar dalam
suatu tatanan nilai yang baik serta sebuah keluarga tetap memiliki
menjadi suri tauladan yang baik bagi waktu yang berkualitas. Melalui
anak (Hurlock, 2002:20). pertemuan ini setiap anggota
keluarga berkumpul dan dapat
SIMPULAN mengekspresikan perhatian dan
Berdasarkan hasil penelitian, kekhawatiran masing-masing. Misal-
beberapa upaya yang dapat dilakukan nya, ketika salah satu anggota
untuk mendisiplinkan anak tanpa keluarga mengalami kesulitan di
kekerasan, diantaranya: Memberi sekolah maka permasalahan tersebut
contoh tingkah laku atau tauladan. dapat didiskusikan dan dipecahkan
Anak-anak membutuhkan orang bersama. Pertemuan ini dilakukan
dewasa untuk mengarahkan mereka selama satu jam minimal satu hari
pada hal-hal yang baik dan benar. dalam satu minggu. Atau setiap hari
Anak-anak usia dini belajar melalui ketika makan bersama
pengamatan dan meniru. Orang tua Membuat perjanjian menge-
adalah orang yang akan ditiru anak di nai tingkah laku. Sesuatu akan lebih
rumah dan guru adalah orang yang mudah jika dituliskan. Berdasarkan
akan ditiru anak di sekolah. Dengan alasan itu, agar penerapan disiplin
demikian pendisipilinan dapat dapat berjalan baik,maka perjanjian
dilakukan dengan memberikan tingkah laku lebih baik jika dibuat
contoh perilaku baik pada anak secara tertulis. Menentukan batasan
sehari-hari. Bangun tidur pagi yang jelas. Batasan yang jelas berarti
264
Penerapan Hukuman Bias Antara….
Pupung Puspa Ardini

mengajarkan anak sadar akan tingkah Menjalankan aturan secara


lakunya yang baik dan buruk. konsisten. Ketika anak harus
Dengan demikian, anak belajar mendapatkan konsekuensi negatif
menghargai aturan sejak usia dini berikan itu sesuai kesepakatan.
sehingga siap menghadapi dunia luar Jangan menganulirnya karena
pada waktunya nanti. pembiasaan dan pembentukan
Menggunakan konsekuensi tingkah laku berjalan secara terus-
berbeda dengan hukuman. Hukuman menerus, tidak bisa berhenti ditengah
dapat menyakiti anak, tidak hanya jalan. Mengatur anak berarti juga
fisik tetapi juga psikis. Sedangkan mengatur diri sendiri. Konsisten
konsekuensi mengajari anak bahwa terhadap apa yang sudah disepakati
segala sesuatu ada resikonya. Ketika dan harus dijalankan. Jika orang tua
mengenalkan konsekuensi pada tidak konsisten dan banyak
anak, memilih konsekuensi yang memberikan toleransi, maka anak
berguna bagi pendidikan anak untuk akan sulit untuk mematuhi aturan
kehidupannya kelak. dan menentukan mana yang baik
Menjanjikan imbalan atau atau buruk. Hal ini disebabkan oleh
hadiah. Melalui perjanjian yang kelonggaran-kelonggaran yang orang
dibuat, jika anak mematuhi aturan tua berikan.
maka anak akan mendapatkan Berdasarkan beberapa kriteria
imbalan. Tentukan imbalan yang tersebut orang tua dapat memberikan
mendidik dan sesuai kesepakatan dorongan atau motivasi kepada anak
dengan anak. Melalui imbalan anak untuk bertindak disiplin. Guru
termotivasi untuk berkelakuan baik maupun orang dewasa dapat menjadi
dan belajar mengendalikan diri serta panutan bagi anak-anak untuk dapat
bertanggungjawab. belajar menjalani hidup dengan baik
Jangan pernah melupakan dan benar serta dapat diterima oleh
pendapat anak. Karena penerapan masyarakat.
disiplin ini dilakukan tanpa paksaan
dan harus menyenangkan untuk
anak.
265
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 9 Edisi 2, November 2015

DAFTAR PUSTAKA dalam konsep pembelajaran


behavioristik dan
Blatchford, Iram Siraj dan Mani,
relevansinya dalam
Laura.Effective Leadershio in
pendidikan islam,
the Early years sector
Yogyakarta, 2014.
(ELEYS) study, University of
http://garasi-
London, 2006.
makalah.blogspot.co.id/2012/
H. Baharrudin dan Esa Nur
09/konsep-hukuman-
Wahyuni.Teori Belajar dan
punishment.html
PembelajaranYogyakarta :
http://www.pendidikandasar.net/201
Ar-Ruzz Media, 2009
4/11/pengertian-reward-dan-
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan
punishment-dalam.html
Anak Jilid II. Jakarta :
Erlangga, 2002.
Indrakusuma, Amien Danien.
Pengantar Ilmu
PengetahuanYogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2007.
Milles, Mathew B dan Huberman, A
Michael. .Analisis Data
Kualitataif,Jakarta : UI-Press,
1992.
Phelan, Thomas W. 123
magic,efective dicipline for
children2-12,5th
edition,Illinois : Parent Magic
Inc, 2014.
Pidarta, Made. Landasan
Kependidikan. Ed.IJakarta :
Rineka Cipta, 1997.

Pungkasari dan Dwi Hastuti.Konsep


reward dan punishment

266

Anda mungkin juga menyukai