Anda di halaman 1dari 27

edupena.

id

DISIPLIN POSITIF
“Menuju Sekolah Penuh dengan Nilai-nilai Budaya Positif”

Sandi Budi Iriawan


Kamaludin Gumelar
Tim Pakar EduPena

Menggores Peradaban Melalui Pendidikan 1


edupena.id

KESEPAKATAN KELAS

2
edupena.id

Apakah Anda Setuju Dengan


Pernyataan Ini?
1. Hukuman dapat mendisiplinkan anak.

2. Memberi penghargaan dapat


meningkatkan motivasi belajar anak.

3
edupena.id

Perubahan Paradigma: Control Theory menjadi


Choice Control
Beberapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’, diantaranya
yaitu:
1. Ilusi guru mengontrol murid.
2. Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan
bermanfaat.
3. Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa
bersalah dapat menguatkan karakter.
4. Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk
memaksa.
4
edupena.id

APA MAKNA DARI “DISIPLIN”

Disiplin berasal dari Bahasa Latin, “disciplina” artinya belajar.

Disiplin diri membuat orang menggali potensinya menuju sebuah tujuan, apa
yang dia hargai.

Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah menjadi “sesuatu
yang dilakukan sesorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan”.

Kecenderungan umum adalah menghubungkan kata disiplin dengan


ketidaknyamanan, bukan dengan apa yang kita hargai, atau pencapaian
suatu tujuan mulia.
5
edupena.id

Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif yang merupakan tujuan mulia


yang ingin dicapai setiap individu. Nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan
lintas Bahasa, suku bangsa, agama, maupun latar belakang.

Nilai-nilai kebajikan yang harus dicapai oleh setiap anak Indonesia kita kenal
dengan profil pelajar Pancasila.
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
2. Mandiri
3. Bernalar Kritis
4. Berkebhinekaan Global
5. Bergotong royong
6. Kreatif
6
edupena.id

Teori Motivasi,
Hukuman/Konsekuensi
dan Penghargaan,
Restitusi

7
edupena.id

Teori Motivasi
Motivasi perilaku manusia (Diane Gossen), terdiri dari 3 hal, yaitu:

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman.


(Motivasi Eksternal)
2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang
lain. (Motivasi Eksternal)
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai
diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. (Motivasi
Internal)
Pertanyaan pemantik: Menurut Bapak/Ibu, dari ketiga jenis motivasi tadi,
motivasi manakah yang saat ini paling banyak
mendasari perilaku murid-murid Bapak/Ibu di
sekolah? 8
edupena.id

Hukuman dan Konsekuensi

Hukuman Konsekuensi
• Bersifat tidak terencana atau • Sudah terencana atau sudah
tiba-tiba. disepakati oleh guru dan murid.
• Bersifat satu arah, dari pihak • Murid sudah mengetahui
guru yang memberikan, dan sebelumnya konsekuensi yang
murid hanya menerima akan diterima bila ada
• Berupa tindakan fisik maupun pelanggaran.
psikis, murid/anak disakiti oleh • Konsekuensi biasanya diberikan
suatu perbuatan atau kata-kata. berdasarkan suatu data yang
umumnya dapat diukur.
Pertanyaan pemantik: Menurut bapak/Ibu, intervensi mana yang sebaikanya
kita lakukan dalam membangun budaya disiplin dan
positif di kelas maupun di sekolah?
9
edupena.id

Mari kita analisis bersama, kasus berdasarkan perilaku dan


tindakan siswa di bawah ini termasuk hukuman atau konsekuensi?

Perilaku/ Tindakan Siswa Hukuman atau Konsekuensi


Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan
terlambat lagi”, karena terlambat ke sekolah.
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di
sekolah.
Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan
masker ke sekolah.
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.
Murid diminta bertelanjang kaki sepanjang hari karena tidak
menggunakan sepatu warna hitam sesuai peraturan sekolah.

10
edupena.id

Penghargaan  Dihukum oleh Penghargaan


Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993) mengemukakan baik penghargaan maupun
hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan
potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya.

Berikut merupakan beberapa pernyataan, tentang memberikan penghargaan yang nilainya sama dengan
menghukum seseorang.

Jika kita mendapatkan penghargaan untuk melakukan sesuatu yang baik, maka selain kita senantiasa
berharap mendapatkan penghargaan tersebut lagi, kita pun menjadi tidak menyadari tindakan baik yang
kita lakukan.
Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang lain akan merasa iri,
dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang diberikan penghargaan, mereka yang percaya
bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan akan berhenti mencoba.

Penghargaan ‘menghukum’ mereka yang tidak mendapatkan penghargaan. Misalnya dalam sistem
‘ranking’. Mereka yang mendapatkan ranking kedua akan merasa paling ‘dihukum’.

11
edupena.id

Lantas Teori atau


Strategi apa yang akan
kita gunakan untuk
menumbuhkan budaya
dispilin murid?

12
edupena.id

Restitusi  Sebuah pendekatan untuk menumbuhkan


disiplin positif pada murid.

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk


memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada
kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat

Restitusi merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk


mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir
tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka
harus memperlakukan orang lain

13
edupena.id

Ciri-ciri restitusi, diantaranya:

1. Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan
2. Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
3. Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri
4. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
5. Restitusi diri adalah cara yang paling baik (evaluasi diri)
6. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan
7. Restitusi menguatkan
8. Restitusi fokus pada solusi
9. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya

14
Hukuman, Konsekuensi, dan Restitusi
edupena.id

15
edupena.id
Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga
pada saat pelajaran tersebut berlangsung, dia lebih
banyak berdiam diri atau menggambar di buku
Analisis Kasus pelajarannya. Pada saat guru Matematikanya, Pak Seno,
menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan tak
sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba
Pertanyaan pemantik: menjadi gagap pada saat berupaya menjawab. Seluruh
• Apakah Anda setuju dengan kelas pun tertawa melihat perilaku Iva yang bicara
tindakan pak Seno terhadap tergagap dan terkejut tersebut.
Iva? Mengapa?
Pak Seno pada saat itu membiarkan teman-teman Iva
• Menurut Anda, tindakan Pak
menertawakan Iva yang tergagap dan malu luar biasa,
Seno terhadap Iva adalah
sebuah hukuman atau dan malahan minta Iva untuk maju ke depan dan berdiri
konsekuensi? Mengapa? di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak
bisa menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin
gaduh, dan anak-anak pun tertawa melihat Iva di depan
kelas memegang ujung hidungnya.
16
edupena.id

Keyakinan
Kelas

17
edupena.id

Keyakin Kelas

Mengapa harus keyakinan kelas, bukan peraturan kelas?

Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk


menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar
mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.

Mendukung motivasi instrinsik, kembali ke nilai-nilai atau


keyakinan-keyakinan lebih menggerakan seseorang
dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan.

18
edupena.id

Merumuskan
Keyakinan Kelas
1. Mencatat semua masukan-
masukan para murid, bisa
dipapan tulis agar diketahui
semua.
2. Susunlah keyakinan kelas
menggunakan kalimat positif.
*Gantilah kalimat-kalimat dalam
bentuk negatif menjadi positif.
3. Setelah keyakinan kelas dibuat,
ditandatangani oleh semua
murid.
4. Keyakinan kelas diletakan di
dinding atau tempat yang
mudah dilihat semua.
19
edupena.id

Kebutuhan Dasar
Manusia

20
edupena.id

Kebutuhan Dasar
Manusia
1. Kebutuhan Bertahan Hidup (Survival)
2. Kasih sayang dan Rasa Diterima
(Kebutuhan untuk Diterima)
3. Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan
atas Kemampuan)
4. Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
5. Kesenangan (Kebutuhan untuk
merasa senang)

Dasar Intervensi Pedagogis, agar kita bisa melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada murid.
21
edupena.id

Bagaimana sebaiknya
kita menumbuhkan
budaya positif dan
disiplin di kelas atau
sekolah?
22
edupena.id

Restitusi – Lima Posisi Kontrol

PENGHUKUM MANAJER
Seorang penghukum bisa menggunakan 01 Guru berbuat sesuatu bersama
hukuman fisik maupun verbal. 05
dengan murid, mempersilakan
murid bertanggungjawab atas
PEMBUAT MERASA BERSALAH perilakunya, mendukung murid
02 agar dapat menemukan solusi
Pembuat rasa bersalah akan
atas permasalahannya sendiri.
menggunakan keheningan yang
membuat orang lain merasa tidak
nyaman, bersalah, atau rendah diri. 04
03 PEMANTAU
TEMAN
Guru pada posisi ini tidak akan Posisi pemantau berdasarkan
menyakiti murid, namun akan tetap pada peraturan-peraturan dan
berupaya mengontrol murid melalui konsekuensi. 23
persuasi.
edupena.id

Mari kita analisis bersama, “Siapa yang Mengatakan” dengan posisi kontrol
mana menurut Anda yang sering mengucapkan pernyataan-pernyataan
tersebut?
Pernyataan/Kalimat Siapa yang mengatakan?
“Saya kecewa sekali dengan kamu…”
“Kamu tidak pernah benar melakukannya….”
“Ayolah, lakukan demi saya ya….”
“Bagaimana kamu bisa menyelesaikan masalah ini?”
“Kamu tidak akan pernah berhasil dalam kehidupan ini”

24
edupena.id

Restitusi – Segitiga Restitusi


Berikut merupakan 3 sisi segitiga restitusi yang didasarkan pada prinsip utama Teori Kontrol., yaitu:

Ketiga strategi tersebut direpresentasikan dalam 3 sisi segitiga restitusi, boleh dilakukan secara fleksibel tidak harus
dilakukan satu persatu secara kaku.
25
edupena.id

Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan tulis, namun

Analisis Kasus beliau memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-tiduran dan tampak acuh tak
acuh pada pelajarannya. “Fajar coba jawab pertanyaan nomor 3. Maju ke
depan dan kerjakan di papan tulis”. Fajar pun tampak malas-malasan maju ke
depan, dan sesampai di depan papan tulis pun, Fajar hanya diam terpaku,
sambil memegang buku bahasa Inggrisnya dan memainkan spidol di
Pertanyaan pemantik: tangannya. “Ayo Fajar makanya jangan tidur-tiduran, lain kali perhatikan!
Sudah sana, duduk kembali, kira-kira siapa yang bisa?”
• Dalam kasus tersebut, posisi kontrol
apa yang diambil oleh Ibu Dani
dalam pendekatannya kepada Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali terjadi
Fajar? pada Fajar, seperti tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan nilai-nilainya pun
tidak terlalu baik untuk pelajaran Bahasa Inggris. Pada saat ditegur oleh Ibu
• Membaca sikap Fajar, kira-kira Dani, Fajar hanya menjawab, “Tidak tahu Bu”. Ibu Dani pun menjawab lirih,
kebutuhan apa yang diperlukan oleh “Gimana kamu Fajar, kamu tidak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah capek-capek
Fajar? mengajarkan kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun diam membisu.

26
edupena.id

TERIMA KASIH
Salam dan Bahagia!

27

Anda mungkin juga menyukai