Anda di halaman 1dari 11

BUDAYA POSITIF

SRI WAHYUNINGSIH
SMP NEGERI 2 PEGANDON
DISIPLIN POSITIF
 Makna Disiplin:kepatuhan pada peraturan
 Dengan kata lain disiplin adalah sesuatu yang
dilakukan seseorang pada orang lain untuk
mendapatkan kepatuhan.
 Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin
berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya
‘belajar’.
 Sejalan dengan Diane, Disiplin yang dimaksud KHD
adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi
internal.
 Dari 2 pendapat ahli itu disimpulkan bahwa disiplin
adalah sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar
untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu
tujuan mulia.
NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL
 Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang
merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu.
 Nilai-nilai kebajikan Universal adalah nilai yang disepakati
bersama, lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar
belakangnya.
Contoh organisasi nilai-nilai kebajikan universal:
 Profil Pelajar Pancasila
 IBO Primary Years Program (PYP)
 Sembilan Pilar Karakter (Indonesian Heritage Foundation/IHF):
 Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (LIfelong
Guidelines and Life Skills)
 The Seven Essential Virtues (Building Moral Intelligence,
Michele Borba)
 The Virtues Project (Proyek Nilai-nilai Kebajikan)
STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL
Dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif
maka setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan
perlu saling mendukung, menghayati, dan menerapkan
nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama.
Untuk dapat menerapkan tujuan mulia tersebut, maka
seorang pemimpin pembelajaran perlu berjiwa
kepemimpinan sehingga dapat mengembangkan
sekolah dengan baik agar terwujud suatu budaya
sekolah yang positif sesuai dengan standar kompetensi
pengelolaan yang telah ditetapkan.Tujuan mulia dari
penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk
murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun,
jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan
pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar
kompetensi lulusan yang diharapkan.
TEORI MOTIVASI, HUKUMAN, DAN
PENGHARGAAN, RESTITUSI
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring
School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi
perilaku manusia:
 Untuk menghindari ketidaknyamanan atau
hukuman.
 Untuk mendapatkan imbalan atau
penghargaan dari orang lain.
 Untuk menjadi orang yang mereka inginkan
dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai
yang mereka percaya.
HUKUMAN DAN PENGHARGAAN,
KONSEKUENSI, RESTITUSI
 Hukuman adalah sanksi tanpa kesepakatan/pemberitahuan yang biasanya
menyakitkan dan membekas dalam waktu yang panjang.
 Konsequensi adalah sanksi dengan kesepakatan atau pemberitahuan terlebih
dahulu.
 Penghargaan adalah pemberian sesuatu terhadap orang lain dengan syarat dan
tujuan tertentu.
 Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference,
Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman, adalah cara-
cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk
pembelajaran yang sesungguhnya.
 Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki
kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan
karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004).
 Restitusi adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi
untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa
yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain
(Chelsom Gossen, 1996).
KEYAKINAN KELAS
 Mengapa keyakinan bukan peraturan?
Penggunaan keyakinan memang cenderung
abstrak tetapi keyakinan berasal dari dalam
diri setiap orang sehingga cenderung
berlandaskan kesadaran diri tanpa paksaan
sedangkan peraturan cenderung dari ekstern
yang terkadang membuat orang merasa
tertekan dan ada keterpaksaan.
PROSEDUR PEMBENTUKAN KEYAKINAN KELAS

 Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di sekolah/kelas untuk bercurah pendapat


tentang peraturan yang perlu disepakati di sekolah/kelas.
 Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah di papan tulis atau di kertas besar
(kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas/warga sekolah bisa melihat hasil curah
pendapat.
 Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas’. Gantilah
kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif.
 Contoh:
Kalimat negatif: Jangan berlari di kelas atau koridor.
Kalimat positif: Berjalanlah di kelas atau koridor.
 Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Anda mungkin akan mendapati bahwa
pernyataan yang tertulis di sana masih banyak yang berupa peraturan-peraturan. Selanjutnya,
ajak warga sekolah/murid-murid untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang dituju
dari peraturan tersebut.
 Tinjau ulang Keyakinan Sekolah/Kelas secara bersama-sama. Seharusnya setelah beberapa
peraturan telah disatukan menjadi beberapa keyakinan maka jumlah butir pernyataan keyakinan
akan berkurang. Sebaiknya keyakinan sekolah/kelas tidak terlalu banyak, bisa berkisar antara 3-7
prinsip/keyakinan. Bilamana terlalu banyak, maka warga kelas akan sulit mengingatnya dan
akibatnya sulit untuk dijalankan.
 Setelah keyakinan sekolah/kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan meninjau
ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk
guru dan semua warga/murid.
 Keyakinan Sekolah/Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah
dilihat semua warga kelas.
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
 Kebutuhan Bertahan Hidup
 Kasih Sayang dan Rasa Diterima
 Kebebasan
 Kesenangan
 Penguasaan
POSISI KONTROL
Menurut Diane Gossen:
 Penghukum: Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman
fisik maupun verbal.
 Pembuat Merasa Bersalah: pada posisi ini biasanya guru akan
bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan
menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa
tidak nyaman,bersalah, atau rendah diri.
 Pemantau: Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita
mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-
orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada
peraturanperaturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan
sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi
kita dengan murid.
 Manajer: posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama
dengan murid,mempersilakan murid
mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid
agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
SEGITIGA RESTITUSI

Anda mungkin juga menyukai