Anda di halaman 1dari 61

SALAM & BAHAGIA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Shalom, Damai Sejahtera, Om Swastyastu,
Namo Buddhaya, Salam Kebajikan, Rahayu
untuk kita semua di ruang virtual ini"
Elaborasi Pemahaman

Modul 1.4 Budaya Positif

Pengembang:
Andri Nurcahyani, S.Pd, M.S., Diah Samsiati Rajasa, M.Sc., Dr. Murti Ayu Wijayanti, M.Pd
Agenda:
▪ Pembukaan
▪ Kompetensi Lulusan, Capaian Umum, dan Capaian
Khusus
▪ Pemahaman Inti
▪ Eksplorasi Konsep
▪ Refleksi
REC
Hadir Seutuhnya (Presence – Mindfulness)

Tenangkan
hati dan pikiran
berdamai sejenak semua
situasi dalam diri untuk
hadir seutuhnya di ruang
belajar virtual
Kompetensi Lulusan Modul 1.4

Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai


berikut:
● Guru Penggerak memahami pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan
lingkungan yang memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat
meningkatkan kompetensinya secara aman dan nyaman.
● Guru Penggerak mampu menggerakkan komunitas sekolah untuk
bersama-sama mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak
pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal.
Capaian Umum Modul 1.4
● Memahami konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan
dengan konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak
pada murid.
● Melakukan evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan
Indonesia secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai
konsep disiplin positif untuk menciptakan murid dengan profil pelajar
Pancasila.
● Memahami peran sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan
menerapkan konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.
Capaian Khusus Modul 1.4
● Mendemonstrasikan pemahaman CGP mengenai konsep Budaya Positif yang di dalamnya
terdapat konsep perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi
perilaku manusia, motivasi internal dan eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan
penghargaan, 5 kebutuhan dasar Manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga restitusi.
● Menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem
sekolah aman dan berpihak pada anak.
● Menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan
kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang
dapat mengembangkan karakter murid.
● Bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya
sesuai kebutuhan sosial dan emosional murid.
Pertanyaan Pemantik
Setuju/Tidak Setuju?
1. Hukuman dapat mendisiplinkan anak.
2. Pemberian hukuman dengan hal positif seperti membaca atau
membersihkan halaman sekolah dapat meningkatkan disiplin anak.
3. Memberi penghargaan dapat meningkatkan motivasi belajar anak.
Topik dalam Eksplorasi Konsep

2.1 Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal


2.2 Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
2.3 Keyakinan Kelas
2.4 Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
2.5 Restitusi: 5 Posisi Kontrol
2.6 Restitusi: Segitiga Restitusi
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 2.1
Disiplin Positif dan
Nilai-nilai Kebajikan Universal
Perubahan Paradigma
Kegiatan Kepalan Tangan

Ada A dan B (Anda dan teman Anda).


Sobeklah secarik kertas kecil, tuliskan benda atau sesuatu yang sangat
berharga untuk Anda. Letakkan di salah satu tangan Anda dan
genggam benda/sesuatu tersebut dengan segala daya. Buatlah sebuah
kepalan.
Teman Anda (B) akan mencoba dengan sekuat tenaga, dengan
berbagai cara untuk meminta Anda memberikan benda tersebut. B bisa
membujuk, mengancam, menghardik, merayu, menyuap, apa saja agar
dapat membuka kepalan tangan Anda.

Apa yang terjadi?


Perubahan Paradigma Teori Kontrol/Teori Pilihan
(Ilusi Kontrol)

● Ilusi guru mengontrol murid.


● Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa
bersalah dapat menguatkan karakter.
● Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan
bermanfaat
● Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk
memaksa.
Perubahan Paradigma Stimulus Respon-Teori Kontrol/Teori Pilihan

Siapa sesungguhnya yang memiliki kontrol?


Stimulus Respon Teori Kontrol/Pilihan
Kita mencoba mengubah orang agar Kita berusaha memahami pandangan orang
berpandangan sama dengan kita. lain tentang dunia.
Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan Semua perilaku memiliki tujuan.

Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.

Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.

Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan konsensus menciptakan
pilihan-pilihan baru.
Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang.
Apakah makna ‘Disiplin’?
• Berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya belajar.
• Makna asal dari kata ini berkonotasi dengan disiplin diri dari
murid-murid Socrates dan Plato.
• Disiplin diri membuat orang menggali potensinya menuju
sebuah tujuan, apa yang dia hargai.
• Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah
menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain
untuk mendapatkan kepatuhan. Kecenderungan umum
adalah menghubungkan kata disiplin dengan
ketidaknyamanan, bukan dengan apa yang kita hargai, atau
pencapaian suatu tujuan mulia.
Hak Cipta @ 2005 Yayasan Pendidikan Luhur
DIIZINKAN UNTUK DIPERBANYAK OLEH PELATIH BERSERTIFIKAT
Nilai-Nilai Kebajikan Universal
Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap
individu. Nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang.
● Setiap perilaku/perbuatan memiliki suatu tujuan. (Dr. William Glasser pada Teori Kontrol, 1984)
● Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun,
sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan. (Diane
Gossen, 1998)
● Nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila.
- Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.
- Mandiri
- Bernalar Kritis
- Berkebinekaan Global
- Bergotong royong
- Kreatif
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 2.2
Teori Motivasi, Hukuman dan
Penghargaan, Restitusi
Teori Motivasi Perilaku Manusia

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman Motivasi Eksternal


Apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya?

2. Untuk mendapatkan imbalan dari orang lain/institusi


Apa yang akan saya dapatkan apabila saya
Motivasi Eksternal
melakukannya?

3. Untuk menghargai diri sendiri


Motivasi Internal
Saya akan menjadi orang yang seperti apa bila saya (Tujuan Disiplin Positif)
melakukannya?
“Merdeka”
menurut Ki Hajar Dewantara

“...merdeka itu artinya; tidak


hanya terlepas dari perintah;
akan tetapi juga cakap
buat memerintah diri sendiri”
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi,
Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima,
2013, Halaman 469)
Dihukum oleh Penghargaan
Bahwa penghargaan berlaku ‘sama’ dengan hukuman, dalam arti meminta atau membujuk seseorang melakukan
sesuatu untuk memenuhi suatu tujuan tertentu dari orang yang meminta/membujuk. Dorongannya eksternal dan akan
ada faktor ketergantungan. Beberapa dampak dari pemberian penghargaan (Alfie Kohn, 1993).

Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka


Panjang

Penghargaan menghukum

Penghargaan mengurangi ketepatan

Penghargaan tidak efektif

Penghargaan merusak hubungan


DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN
Penghargaan menurunkan kualitas

Penghargaan mematikan
kreatifitas

Penghargaan mengurangi
motivasi intrinsik
Bentuk Program Kebajikan (Apresiasi)
Dalam memberikan apresiasi (pengakuan) perlu diingat
beberapa hal:
● Beri pengakuan secara khusus.
● Beri pengakuan secara pribadi.
● Beri pengakuan kepada semua murid (bergantian).
● Beri pengakuan secara konsisten.
● Fokus pada proses.
Contoh Pengakuan/Apresiasi Kebajikan
Pembuka Nilai Kebajikan Situasi

Kemarin saya perhatikan rasa empatimu besar sekali pada saat menolong murid baru di
kelas kita.

Saya menghargai kepedulianmu pada saat kamu membantu


teman-temanmu di tugas kelompok.

Terima kasih untuk rasa tanggung jawabmu pada saat kamu memungut
kertas-kertas yang berserakan di
lantai.
Tugas Perbedaan Hukuman dan Konsekuensi

TINDAKAN GURU HUKUMAN ATAU


KONSEKUENSI
Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat lagi”,
karena terlambat ke sekolah.

Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di sekolah.

Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan masker ke
sekolah.
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.

Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat belajar.

Murid disuruh untuk tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah, karena tidak
mengenakan sepatu hitam.
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit untuk
pelajaran PJOK.
TINDAKAN GURU HUKUMAN ATAU
KONSEKUENSI
Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat
lagi”, karena terlambat ke sekolah.
Hukuman
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di
sekolah. Hukuman
Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan
masker ke sekolah. Hukuman
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.
Konsekuensi
Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat
belajar. Konsekuensi
Murid disuruh untuk tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah,
karena tidak mengenakan sepatu hitam. Hukuman
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit
untuk pelajaran PJOK. Konsekuensi
Perbedaan Hukuman dan Konsekuensi
Hukuman Konsekuensi
Sesuatu yang menyakitkan harus terjadi Sesuatu harus terjadi
Membuat anak sakit (fisik maupun hati) untuk jangka Membuat anak merasa tidak nyaman dalam
waktu lama jangka waktu pendek

Anak membenci kedisiplinan Anak menghargai disiplin


Paksaan Stimulus-tanggapan
Mendorong anak menyakiti diri sendiri Mendorong anak agar mudah menyesuaikan diri

Konsep diri yang buruk Konsep diri yang baik


Anak belajar untuk menyembunyikan kesalahan Anak belajar untuk mematuhi peraturan

Marah, rasa bersalah, dipermalukan, merasa tak Kehilangan hak, dibuat tidak nyaman, diasingkan
dihargai untuk sementara (time out)

Disadur dari Restitution, Diane Gossen, The Five Positions of Control, Yayasan Pendidikan Luhur
Apa itu ‘Restitusi’?
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali
pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.
Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan
murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan
membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang
mereka ingin menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka
harus memperlakukan orang lain (Gossen; 2004)
9 Ciri-ciri Restitusi
1. Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari
kesalahan.
2. Memperbaiki hubungan.
3. Tawaran, bukan paksaan.
4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri.
5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan.
6. Restitusi-diri adalah cara yang paling baik.
7. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan.
8. Restitusi fokus pada solusi.
9. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada
kelompoknya.
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 3
Keyakinan Kelas
Mengapa tidak peraturan saja, mengapa harus Keyakinan
Kelas?

● Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila


mengendarai kendaraan roda dua?
● Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan masker, mencuci
tangan dan menjaga jarak 1.5 meter?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat
mengikuti pelatihan?

Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-keyakinan


lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti serangkaian
peraturan-peraturan.
Budaya Positif

Lingkungan Positif

Keyakinan Kelas

Peraturan Kelas
Yang mana yang merupakan keyakinan kelas, mengapa?
Kegiatan Pendalaman Keyakinan Kelas - Tabel T & Y
HORMAT

Hormat
HORMAT Terdengar Tampak Seperti Tidak Tampak Seperti
Kami meyakini bahwa sangat penting
untuk menghormati semua orang dan
barang milik orang lain
Terlihat Berperilaku
BEKERJA Bekerja
Kami meyakini bahwa sangat penting Tampak Seperti Tidak Tampak Seperti
untuk mengerjakan segala pekerjaan
atau mengikuti kegiatan yang telah
ditugaskan.

DITERIMA DAN DIMILIKI BEKERJA Diterima dan dimiliki


Kami meyakini bahwa sangat penting
Tampak Seperti Tidak Tampak Seperti
untuk merasa diterima pada suatu Terdengar
kelompok dan saling peduli satu
dengan yang lain.
Berperilaku
Terlihat
Kegiatan Pendalaman Keyakinan Kelas - Tabel T & Y
Hormat
Peraturan Keyakinan kelas
Selalu kembalikan buku ke tempatnya

Dilarang Mengganggu Orang Lain

Hadir di sekolah 15 menit sebelum


pembelajaran dimulai

Dilarang Melakukan Kekerasan

Dilarang Menggunakan Narkoba

Bergantian atau menunggu giliran

Gunakan masker
Jangan berlari di kelas atau koridor
Peraturan Keyakinan kelas
Selalu kembalikan buku ke tempatnya
Tanggung jawab

Dilarang Mengganggu Orang Lain


Menghormati Orang Lain

Hadir di sekolah 15 menit sebelum


pembelajaran dimulai Menghormati Orang Lain, Berkomitmen

Dilarang Melakukan Kekerasan


Keselamatan, Menghormati Orang Lain.
Dilarang Menggunakan Narkoba
Kesehatan
Bergantian atau menunggu giliran
Menghormati orang lain, Bersabar
Gunakan masker Kesehatan, Keselamatan
Jangan berlari di kelas atau koridor
Keselamatan, Keamanan
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 4
Kebutuhan Dasar Manusia dan
Dunia Berkualitas
Kebutuhan Dasar Manusia

Kasih Sayang dan


Rasa Diterima Penguasaan

Bertahan
Hidup

Kesenangan Kebebasan
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 5
5 Posisi Kontrol
5 POSISI KONTROL
IDENTITAS GAGAL IDENTITAS BERHASIL/SUKSES IDENTITAS BERHASIL/SUKSES
MOTIVASI: (Kontrol dari Luar) (Kontrol dari Luar) (Kontrol Diri)

Menghindari Hukuman Mengharapkan Imbalan atau Menghargai Diri Sendiri


Ketergantungan pada Orang Lain

PENGHUKUM PEMBUAT RASA TEMAN PEMANTAU MANAJER


BERSALAH
Guru Berbuat: Menghardik Berceramah dan Membuatkan alasan-alasan Menghitung dan mengukur Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Menunjuk-nunjuk mengatakan, untuk muridnya.
Menyakiti “Seharusnya…”
Menyindir “Ibu kecewa…”
Guru Berkata: “Kalau kamu tidak “Kamu seharusnya “Ayolah, lakukan demi “Apa peraturannya?” “Apa yang kita yakini?
melakukannya, awas ya! kamu sudah tahu. Ibu Ibu…” Apa yang bisa kau kerjakan untuk
Rasakan!” lelah sekali “Masa kamu tidak mau, memperbaiki masalah ini?”
mengatakannya. Ibu ingat tidak Ibu pernah
stress…” bantu…”
Hasil: Memberontak Menyembunyikan Ketergantungan Menyesuaikan diri, bila Menguatkan pribadi
Menyalahkan orang lain Menyangkal diawasi
Berbohong Berbohong

Kaitan dengan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan guru Murid meletakkan dirinya sebagai
Dunia luar Dunia Berkualitas guru di dalam Dunia sebagai orang yang peraturan dan hukum di individu yang positif dalam Dunia
Berkualitas Berkualitas sangat penting di Dunia dunia Berkualitas Berkualitas
Berkualitas
Murid Berkata: “Ah, biarkan saja. Nanti “Maafkan saya.” “Saya pikir Bapak/Ibu teman “Berapa banyak bintang “Bagaimana caranya saya bisa
juga marah-marah lagi.” saya. Ternyata begitu.” yang saya harus peroleh?” memperbaiki keadaan?”
“Berapa halaman yang
harus saya tulis?”

Dampak pada Mengulangi kesalahan Merasa rendah diri Lemah, tidak mandiri, Menitikberatkan pada Mengevaluasi diri, bagaimana cara
Murid: tergantung sanksi atau hadiah untuk memperbaiki diri?
dirinya.
Tugas
Pernyataan-pernyataan Siapa yang Mengatakan?
“Saya kecewa sekali dengan kamu…” Pembuat orang merasa bersalah

“Kamu tidak pernah benar Penghukum


melakukannya….”
“Ayolah, lakukan demi Ibu/Bapak…” Teman

“Apakah kamu mau mendapatkan stiker Pemantau


bintang hari ini?”
“Bagaimana kamu bisa menyelesaikan Manajer
masalah ini?”
“Kamu selalu yang paling terakhir…” Penghukum
Bergerak antara

Peraturan Nilai-nilai

Pemantau Manajer

Konsekuensi/Hadiah Memperbaikinya

Kalau kamu tidak…… Apa yang kamu yakini? Bagaimana memperbaiki masalah ini?
Saya akan _______________ _______________

(Diberi konsekuensi untuk membuat tidak nyaman) (Memperbaikinya. Kiat berdua mendapatkan apa yang kita
butuhkan )
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 6
Segitiga Restitusi
Untuk membuat anak yang merasa Menstabilkan Identitas
gagal karena berbuat salah menjadi
positif terhadap dirinya

Guru Berkata:
Berbuat salah itu hal yang manusiawi
Tidak ada manusia yang sempurna
Bapak/Ibu juga buat salah
Kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini
Bapak/Ibu tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang benar,
siapa yang salah, Bapak/Ibu lebih tertarik untuk
menyelesaikan masalah.
Kalau kamu menyalahkan dirimu sendiri terus menerus,
apakah kamu bersikap baik pada dirimu sendiri?
Membantu murid mengenali basic
need/kebutuhan dasar yang ingin dipenuhinya Validasi Kebutuhan
ketika melakukan kesalahan itu.
Pada dasarnya setiap tindakan manusia
tujuannya adalah memenuhi kebutuhan dasar,
apakah itu penguasaan, kebebasan, kasih
sayang dan rasa diterima, kesenangan, atau
bertahan hidup….
Guru Berkata:
• Kamu bisa saja kan melakukan hal yang lebih buruk, tapi kamu tidak melakukannya kan?
• Kamu pasti punya alasan mengapa melakukannya.
• Apa yang penting bagi kamu?
• Kamu boleh tetap berusaha menjaga sikap itu, tapi tambahkan sikap yang lain, yang
baru.
• Maukah kamu belajar cara lain untuk mendapat yang kamu butuhkan tanpa harus
memukul?
• Apakah kamu bisa melakukan dengan lebih baik besok lagi?
Anak melihat kesalahannya dihubungkan
dengan norma sosial dan nilai-nilai yang Menanyakan Keyakinan
mendasari manusia berinteraksi dengan
orang lain.

Guru Berkata:
Apa nilai yang kita percaya di kelas/sekolah kita?
Nilai-nilai universal apa yang telah kita sepakati?
Kelas yang ideal itu seperti apa sih?
Kamu ingin jadi anak seperti apa?,..
Apa yang kamu rasakan? Ketika kamu melakukan itu,
kamu menjadi orang yang seperti apa?
Intervensi 30 detik
Intervensi ini bisa membantu murid kembali ke tujuan semula, dengan cukup singkat dan dengan cara non-konfrontatif.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan biasanya dikemukakan oleh seorang Pemantau dan Manajer.

● Apakah kamu ingin berbuat lebih baik?


● Apakah saat ini kamu sedang menjadi orang yang sedang kamu inginkan?
● Apakah kamu bisa mengubah kegiatan/perilaku kamu saat ini menjadi sikap yang lebih
membantu?
● Apakah wajar membuat kesalahan? Bisakah kita memperbaikinya?
● Apa yang kamu lakukan saat ini sesuai (ok)?
● Kapan kamu siap untuk mulai?
● Peraturannya apa?
● Sepertinya kamu punya masalah, saya bisa bantu apa?
● Saat ini kamu seharusnya berbuat apa?
● Apa yang bisa saya bantu agar kamu bisa melakukannya?
● Apakah saya bisa bantu kamu agar dapat segera mulai?
● Apakah tugas kamu saat ini?
● Bagaimana kamu ingin diperlakukan pada kegiatan ini? Bisakah kamu melakukannya?
● Apa yang kamu inginkan, peraturannya apa?
Disiplin Positif
Teori Kontrol/Teori Pilihan (Dr. William Glasser)

- Model Berpikir Realitas (kebutuhan) kita berbeda.


Anda tidak bisa Menang-menang, Kita berusaha memahami
Semua perilaku
mengontrol orang lain, - Kolaborasi dan pandangan orang lain tentang
memiliki tujuan. dunia.
hanya Anda yang bisa konsensus menciptakan
mengontrol diri Anda. pilihan-pilihan baru. Setiap orang memiliki gambaran
berbeda.

Teori Motivasi 5 Posisi Kontrol 5 Kebutuhan Dasar Manusia


Makna Disiplin
Belajar kontrol diri 1. Penghukum Bertahan Hidup
1. Untuk menghindari hukuman Penguasaan
dengan menggali Motivasi
2. Pembuat Rasa Bersalah
Kasih sayang dan Rasa Diterima
potensi kita, agar Ekstrinsik Kesenangan
tercapai tujuan 2. Untuk mendapatkan imbalan
3. Teman Kebebasan
mulia, yaitu 4. Pemantau
sesuatu menjadi
seseorang yang 3. Untuk menghargai diri sendiri 5. Manajer
kita inginkan Motivasi
berdasarkan Intrinsik
Segitiga Restitusi
Nilai-Nilai
nilai-nilai yang kita Kebajikan Universal
hargai. 1. Menstabilkan Identitas

2. Validasi Kebutuhan
Keyakinan Kelas
3. Menanyakan Keyakinan
Refleksi
1. Hal baru apa yg mengubah paradigma saya, yang saya
dapatkan?
2. Perasaan apa yang muncul selama mengikuti sesi ini
khususnya mengenai makna disiplin dan motivasi
intrinsik?
3. Peran among seperti apakah yang saya telah lakukan
selama mengikuti modul ini?
4. Saya akan menjadi among yang seperti apakah setelah
mengikuti modul ini?
Link Refleksi
Padlet :
https://padlet.com/nikenfaradella19/refleksi-modul-1-4-diy-g10-dan-g14-4vja17odhn2mu
dwr
Terima Kasih
Umum
NUR INDAHYANI indah
1. Bagaimana cara membangun budaya positif yang berpusat pada peserta didik ?
2. Mengapa penting bagi sekolah membangun budaya positif yang berpusat pada peserta didik ?

RIA CAHYA SARI


Bagaimana cara membangun budaya positif di sekolah dan langkah-langkah mengadakan kesepakatan kelas
yang baik, efektif dan efisien?

AGUSTIAN ULHAQ
Bagaimana agar kita dapat terus konsisten menerapkan budaya positif di sekolah
Nuryaman
Apakah ada hubungannya antara Budaya Posifit dengan Pembelajaran yang berpusat pada anak ? Jelaskan

TITIN APRINA
Adakah kesulitan ketika mencoba membangun budaya positif dikelas? Jika ada, apa saja kesulitannya.
Desi Ari Desi
Bagaimana seorang guru dapat menciptakan budaya positif di dalam kelas yang
mendorong siswa untuk merasa aman dan terbuka?
Bagaimana seorang guru bisa mengintegrasikan nilai-nilai positif dan etika dalam
pembelajaran sehari-hari?
DEVI KARTIKA SARI Devi
Adakah kesulitan ketika mencoba membangun budaya positif di kelas? Jika ada, apa saja
kesulitannya?

Noviansyah
Bagaimana kita menghadapi siswa yang selalu mengatakan “ya bapak/ibu” kepada kita
tetapi tampaknya tidak menindaklanjutinya/melaksanakannya ?
Keyakinan Kelas
AHMAD FIRDAUS
Di sekolah kita pastinya sudah ditentukan peraturan sekolah. Sedangkan di kelas murid lebih meyakini keyakinan
kelas. Apakah peraturan sekolah bisa diganti dengan keyakinan sekolah? Bagaimana jika warga sekolah kurang
menyetujuinya?

Karto
Dalam menyusun keyakinan kelas bersama murid, terkadang kita hanya menuliskan daftar kesepakatan yang positif
tanpa menuliskan daftar konsekuensi yang diterima murid jika melanggar keyakinan kelas. hal ini juga seringkali
membuat 'abu-abu' posisi kontrol yang diambil guru nantinya dalam menyikapi pelanggaran ini. Apakah kita perlu
menyertakan daftar konsekuensi bagi murid?

DWI FRENTI MARTATI


Bagaimana cara membuat murid tidak lupa akan keyakinan kelas yang telah dibuat?

NASPI SAHBANI
Apakah perlu kita menulis daftar konsekuensi bagi murid yang melakukan pelanggaran keyakinan kelas?

TITIN APRINA
1. Adakah kesulitan ketika mencoba membangun budaya positif dikelas? Jika ada, apa saja kesulitannya.
5 Posisi Kontrol
HARIMANSYAH
Apakah seorang guru mutlak da absolute harus melakukan posisi kontrol manager?

DODI TARMIZI
saya masih mengalami miskonsepsi ketika kita berada pada posisi kontrol pembuat
merasa bersalah, justru dikhawatirkan akan mengarah pada membuat peserta didik
tertekan. Mohon pencerahannya agar dalam membuat peserta didik merasa
bersalah dengan cara yang positif
5 Posisi Kontrol
SAMUDERA KELANA -

Budaya Positif

Dalam teori 5 posisi kontrol. Seorang guru diharapkan mampu menguasai dan memahami 5 posisi kontrol tersebut. Dan
menjadi manager dalam posisi kontrol ini sepertinya menjadi posisi paling ideal dalam pelaksanaan di sekolah bagi seorang
guru. Namun kadang kala di lapangan kita banyak menghadapi kendala dan masalah dalam melaksanakan posisi kontrol
manager ini pertanyaanya

1. Apakah Posisi Kontrol sebagai manager ini merupakan posisi yang paling ideal di laksanakan untuk setiap saat dan keadaan
pada masing masing siswa padahal kit sudah mengenal jelas perkembangan siswa ini ,mereka berkembang menurut alam dan
zaman yang berbeda. Bagai mana anda menanggapi hal ini?

2. Apakah bisa dalam pelaksanaan 5 posisi kontrol ini kita selaku guru mengkombinasikan 5 posisi kontrol ini sehingga kita
bisa mengkombinasikannya dalam penerapan di lapangan?

3. Apakah posisi kontol sebagai penghukum ini sangat buruk bagi siswa padalah hukuman ini dalam kehidupan
bermasyarakat juga merupakan posisi yang sudah lumrah di gunakan di masyarakat kita, Bagai mana pendapat saudara?
Segitiga Restitusi
IDDA MAWADDAH
Segitiga restitusi bukan hanya melatih guru untuk mengendalikan emosi tetapi mengajak murid untuk memahami
kesalahannya sendiri dan meyakini secara sungguh-sungguh sehingga bisa mengubah murid dari perilaku yang negatif
menjadi positif. Pertanyaannya bagaimana cara menghadapi murid yang mungkin paham dan sadar akan
kesalahannya walaupun menggunakan segitiga restitusi tetap saja melakukan kesalahan yang sama ...

izin bertanya instruktur, bagaimana cara kita agar selalu konsisten melaksanakan segitiga restitusi dalam
menyelesaikan masalah dan posisi kontrol apakah yang peling baik untuk mendidik anak murid? terimakasih sampai
jumpa di room elaborasi

HELMIANA ana
Jika Seorang guru sudah melakukan restitusi dalam menghadapi permasalahan murid, ternyata murid tersebut hanya
bisa menjalankan keyakinan kelasnya dalam jangka waktu yang pendek atau tidak konsisten, murid tersebut
mengulangi lagi masalah yang sama atau membuat masalah-masalah lainnya. langkah apakah yang harus dilakukan
oleh guru? apakah melakukan kegiatan restitusi kembali?

Apakah setiap peserta didik yang melakukan kesalahan penyelesaiannya harus menggunakan segitiga restitusi?
Kebutuhan Dasar Manusia
TEGUH IMANTO
Assalamu'alaikum Bpk/ibu Instruktur..!

Mohon ijin dari saya untuk bertanya tentang materi dalam budaya positif. Yang ingin saya tanyakan berkaitan dengan
kebutuhan dasar manusia. Mengapa kebutuhan untuk belajar tidak dimasukkan ke dalam komponen lima kebutuhan
manusia. Jika kita menyepakati bahwa kegiatan belajar merupakan suatu kebutuhan, maka mungkin bisa dijadikan alasan
kuat untuk mewajibkan kegiatan belajar kepada setiap anak. Dan tidak harus menunggu ataupun memilih anak yang
betul-betul siap untuk belajar. Mohon pencerahannya. Terimakasih.

Response
DIAN OKTARINA
Terkadang guru kesulitan menghadapi murid yang membutuhkan kasih sayang, karena mereka sering menuntut perhatian
dari kita. Apakah kasih sayang yang diberikan guru kepada murid yang membutuhkan termasuk salah
hadiah/penghargaan?

Anda mungkin juga menyukai