Anda di halaman 1dari 10

Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan

BUDAYA
POSIFIT
Kementerian
1. Perubahan
Pendidikan dan Kebudayaan

Paradigma
Realita Saat ini- Tentang Dunia Teori Kontrol Tentang Dunia
Teori kontrol menurut
Stephen R. Covey. Realitas (kebutuhan) kita sama. Realitas (kebutuhan) kita berbeda.
Semua orang melihat hal yang sama. Setiap orang memiliki gambaran
“bila kita ingin membuat kemajuan berbeda.
perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah Kita mencoba mengubah orang agar Kita berusaha memahami pandangan
sikap atau perilaku kita. Namun berpandangan sama dengan kita. orang lain tentang dunia.
bila kita ingin memperbaiki cara-
Perilaku buruk dilihat sebagai suatu Semua perilaku memiliki tujuan
cara utama kita, maka kita perlu kesalahan
mengubah kerangka acuan kita.
Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri
Ubahlah bagaimana Kita melihat Anda
dunia, bagaimana Kita berpikir
Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain
tentang manusia, ubahlah
paradigma Kita, skema Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal Kolaborasi dan konsensus
menciptakan pilihan-pilihan baru
pemahaman dan penjelasan aspek-
aspek tertentu tentang realitas”. Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang.
2
Kementerian

Konsep Disiplin dan


Pendidikan dan Kebudayaan

2 Motivasi
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi
sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk
mendapatkan kepatuhan.

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa untuk mencapai


kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini,
untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah
harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah
disiplin diri, yang memiliki motivasi internal.
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

“ ⊹ Tiga Motivasi Perilaku Manusia


Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
• Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin
muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis,
maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak
melakukan tindakan tersebut.

Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.


• Mereka melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah,
pengakuan, atau imbalan
Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri
dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
• Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin
positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal
4
3. Keyakinan
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

Kelas
⊹ ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama
secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama.
Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan Pembentukan Keyakinan Kelas:
akan lebih memotivasi seseorang dari • Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan,
dalam, atau memotivasi secara yang lebih rinci dan konkrit.
intrinsik. Seseorang akan lebih • Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
tergerak dan bersemangat untuk • Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
menjalankan keyakinannya, daripada • Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah
hanya diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
sekedar mengikuti serangkaian • Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di
peraturan. lingkungan tersebut.
• Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam
pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
• Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.

5
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

4. Pemenuhan
Kebutuhan Dasar
Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu.
Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik
kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan,
sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu
atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita,
Bertahan
Hidup

5 Kebutuhan Dasar Manusia

6
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

5. Lima Posisi Kontrol


suatu model disiplin yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan
pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol.

1. Penghukum : Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal


2. Pembuat Orang Merasa Bersalah: pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut.
Pembuat orang merasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain
merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri.
3. Teman: Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya
mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif.
Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi
teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang
4. Monitor/Pemantau: Memonitor berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung
jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi.
5. Manajer: Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama
dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung
murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.

7
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

ciri-ciri restitusi
6. Segitiga Restitusi
- Restitusi bukan untuk menebus kesalahan,
Restitusi adalah proses menciptakan
namun untuk belajar dari kesalahan
kondisi bagi murid untuk memperbaiki - Restitusi memperbaiki hubungan
kesalahan mereka, sehingga mereka
- Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
bisa kembali pada kelompok mereka,
- Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri
dengan karakter yang lebih kuat - Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari
(Gossen; 2004)
tindakan
Restitusi juga adalah proses
- Restitusi diri adalah cara yang paling baik
kolaboratif yang mengajarkan murid - Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan
untuk mencari solusi dari masalah,
- Restitusi menguatkan
dan membantu murid berpikir tentang
- Restitusi fokus pada solusi
orang seperti apa yang mereka
- Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah
inginkan, dan bagaimana mereka
pada kelompoknya
harus memperlakukan orang lain
(Chelsom Gossen, 1996).
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

Langkah-Langkah Restitusi

Langkah Teori Kontrol

1 Menstabilkan Kita Semua akan


Identitas melakukan hal terbaik
yang bisa kita lakukan
2 Validasi Semua perilaku memiliki
Tindakan alasan
yang Salah

3 Menanyakan Kita semua memiliki


Keyakinan motivasi internal

9
TERIMA
KASIH
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

10

Anda mungkin juga menyukai