Anda di halaman 1dari 51

SALAM &

BAHAGIA
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Shalom, Damai Sejahtera, Om Swastyastu,
Namo Buddhaya, Salam Kebajikan, Rahayu
untuk kita semua di ruang virtual ini"
AKSI NYATA MODUL 1.4

BUDAYA POSITIF
DI SEKOLAH DAN KELAS
Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten
Agam :
Topik dalam Eksplorasi Konsep

1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal


2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
3. Keyakinan Kelas
4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
5. Restitusi: 5 Posisi Kontrol
6. Restitusi: Segitiga Restitusi
Apakah Anda setuju dengan pernyataan ini?
1. Hukuman d a p a t mendisiplinkan anak.
2. Pemberian hukuman dengan hal positif seperti m e m b a c a atau
membersihkan halaman sekolah d a p a t meningkatkan disiplin anak.
3. Memberi penghargaan d a p a t meningkatkan motivasi belajar anak.
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 2.1
Disiplin Positif dan
Nilai-nilai Kebajikan Universal
Disiplin Positif
Teori Kontrol/Teori Pilihan (Dr. William Glasser)

- Model Berpikir Realitas (kebutuhan) kita berbeda.


And a tidak bisa Menang-menang, Kita berusaha memahami
Semua perilaku
mengontrol orang lain, - Kolaborasi dan pandangan orang lain tentang
memiliki dunia.
hanya And a yang konsensus menciptakan
tujuan. pilihan-pilihan baru. Setiap orang memiliki gambaran
bisa mengontrol diri
berbeda.
Anda.

Teori Motivasi 5 Posisi Kontrol 5 Kebutuhan Dasar Manusia


Makna Disiplin
Belajar kontrol diri 1. Penghukum Bertahan Hidup
1. Untuk menghindari hukuman
dengan menggali Motivasi
2. Pembuat Rasa Bersalah Penguasaan
Kasih sayang da n Rasa Diterima
potensi kita, agar Ekstrinsik Kesenangan
tercapai tujuan 2. Untuk mendapatkan imbalan
3. Teman Kebebasan
mulia, yaitu 4. Pemantau
sesuatu menjadi
seseorang yang 3. Untuk menghargai diri sendiri 5. Manajer
kita inginkan Motivasi
berdasarkan Intrinsik Segitiga Restitusi
Nilai-Nilai
nilai-nilai yang kita Kebajikan Universal
hargai. 1. Menstabilkan Identitas

2. Validasi kebutuhan
Keyakinan Kelas
3. Menanyakan Keyakinan
Apakah makna ‘Disiplin’?
• Berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya belajar.
• Makna asal dari kata ini berkonotasi dengan disiplin diri dari
murid-murid Socrates d an Plato.
• Disiplin diri membua t orang menggali potensinya
menuju sebuah tujuan, a p a yang dia hargai.
• Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah
berubah
menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang p a d a orang
lain
untuk mendapatkan kepatuhan. Kecenderungan umum
adalah menghubungkan kata disiplin dengan
ketidaknyamanan, bukan dengan a p a yang kita hargai, atau
Hak Cipta pencapaian
@ 2005 Yayasan Pendidikan suatu
Luhur tujuan mulia.
DIIZINKAN UNTUK DIPERBANYAK OLEH PELATIH BERSERTIFIKAT
DISIPLIN?
Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar
tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif
terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali.
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada
orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan
ketidaknyamanan.
Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat
”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya.
“Merdeka”
menurut Ki Hajar Dewantara

“...merdeka itu artinya;


tidak hanya terlepas dari
perintah; akan tetapi juga
c ak ap buat memerintah diri
sendiri”
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi,
Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima,
2013, Halaman 469)
Murid Merdeka

Syarat utama menciptakan murid merdeka adalah harus ada disiplin yang kuat.
Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita
tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk
mendisiplinkan kita. atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari
dalam diri kita sendiri.
DISIPLIN DIRI

Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada


sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri
juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai
diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.
Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa
bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan
tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.
Contoh disiplin di sekolah?
1. Siswa datang tepat waktu. Sebelum pukul 07.25 WIB sudah berada di sekolah

Contoh perilaku menghindar dari ketidaknyamanan dari kepatuhan disiplin sekolah  pada hari senin,
siswa datang lebih awal karena akan mengikuti kegiatan Upacara Bendera,
Beberapa siswa meyakini apabila terlambat datang saat upacara bendera, maka akan mendapat
konsekuensi berdiri di luar pagar selama upacara berlangsung, tidak diperkenankan masuk ke area
upacara yang kemudian nama siswa tersebut akan dicatat ke dalam buku piket.

 Siswa menghindari ketidaknyamanan.


Nilai-Nilai Kebajikan Universal
Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap
individu. Nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas bahasa, suku bangsa, a ga m a maupun latar belakang.
● Setiap perilaku/perbuatan memiliki suatu tujuan. (Dr. William Glasser p a d a Teori Kontrol, 1984)
● Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun,
sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk d a pat mencapai tujuan mulia yang diinginkan. (Diane
Gossen, 1998)
● Nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila.
- Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.
- Mandiri
- Bernalar Kritis
- Berkebinekaan Global
- Bergotong royong
- Kreatif
• Dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif maka setiap warga sekolah dan
pemangku kepentingan perlu saling mendukung, menghayati, dan menerapkan
nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama.

• Untuk dapat menerapkan tujuan mulia tersebut, maka seorang pemimpin


pembelajaran perlu berjiwa kepemimpinan sehingga dapat mengembangkan
sekolah dengan baik agar terwujud suatu budaya sekolah yang positif sesuai
dengan standar kompetensi pengelolaan yang telah ditetapkan.
Terbentuk murid-murid yang berkarakter,
Tujuan berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung
Penerapan Disiplin jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang
Positif hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan
yang diharapkan.
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 2.2
Teori Motivasi, Hukuman da n
Penghargaan, Restitusi
Teori Motivasi Perilaku Manusia

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman Motivasi Eksternal


A p a yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya?

2. Untuk mendapatkan imbalan dari orang lain/institusi


A p a yang akan saya dapatkan apabila saya
Motivasi Eksternal
melakukannya?

3. Untuk menghargai diri sendiri


Motivasi Internal
Saya akan menjadi orang yang seperti a p a bila saya (Tujuan Disiplin Positif)
melakukannya?
Tujuan Disiplin Positif
Menanamkan motivasi yang ketiga
pada murid-murid

Motivasi Internal

Untuk menghargai diri sendiri


Saya akan menjadi orang yang seperti a p a bila saya
melakukannya?
• Tidak akan terpengaruh pada
adanya hukuman atau hadiah.
Siswa dengan
Motivasi
• Mereka akan tetap berperilaku
Intrinsik baik dan berlandaskan nilai-
nilai kebajikan karena mereka
ingin menjadi orang yang
menjunjung tinggi nilai-nilai
yang mereka hargai.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara kita sebagai guru untuk untuk
menanamkan disiplin positif yang positif ini kepada murid-murid kita?
HUKUMAN KONSEKUENSI RESTITUSI

APA PERBEDAAN DARI


HUKUMAN, KONSEKUENSI
DAN RESTITUSI?
Berdasarkan bagan diatas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba.
Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan.
Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa
melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang
diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.

Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati;
sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru
(sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran.
Pada konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek.
Konsekuensi biasanya diberikan berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur, misalnya, setelah 3 kali
tugasnya tidak diselesaikan pada batas waktu yang diberikan, atau murid melakukan kegiatan di luar kegiatan
pembelajaran, misalnya mengobrol, maka murid tersebut akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan
tugas karena ketertinggalannya.
Peraturan dan konsekuensi yang mengikuti ini sudah diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru di sini senantiasa
memonitor murid.
TINDAKAN GURU HUKUMAN ATAU
KONSEKUENSI
Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat
lagi”, karena terlambat ke sekolah.

Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di


sekolah.
Murid diminta untuk ‘push up ’ 15 kali karena tidak menggunakan
masker ke sekolah.
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.

Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol p a d a saat


belajar.
Murid disuruh untuk tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah,
karena tidak mengenakan sepatu hitam.
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit
untuk pelajaran PJOK.
TINDAKAN GURU HUKUMAN ATAU
KONSEKUENSI
Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat
lagi”, karena terlambat ke sekolah.
Hukuman

Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di


sekolah. Hukuman
Murid diminta untuk ‘push up ’ 15 kali karena tidak menggunakan
masker ke sekolah. Hukuman
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.
Konsekuensi
Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol p a d a saat
belajar. Konsekuensi
Murid disuruh untuk tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah,
karena tidak mengenakan sepatu hitam. Hukuman
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit
untuk pelajaran PJOK. Konsekuensi
Perbedaan Hukuman d a n Konsekuensi
Hukuman Konsekuensi

Sesuatu yang menyakitkan harus terjadi Sesuatu harus terjadi


Membuat anak sakit (fisik maupun hati) untuk jangka Membuat anak merasa tidak nyaman dalam
waktu lama jangka waktu pendek

Anak membenci kedisiplinan Anak menghargai disiplin


Paksaan Stimulus-tanggapan
Mendorong anak menyakiti diri sendiri Mendorong anak agar mudah menyesuaikan diri

Konsep diri yang buruk Konsep diri yang baik


Anak belajar untuk menyembunyikan kesalahan Anak belajar untuk mematuhi peraturan

Marah, rasa bersalah, dipermalukan, merasa tak Kehilangan hak, dibuat tidak nyaman, diasingkan
dihargai untuk sementara (time out)

Disadur dari Restitution, Diane Gossen, The Five Positions of Control, Yayasan Pendidikan Luhur
Apa itu
‘Restitusi’?
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali
pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.
Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan
murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, da n
membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang
mereka ingin menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka
harus memperlakukan orang lain (Gossen; 2004)
9 Ciri-Ciri Restitusi
1. Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari
kesalahan.
2. Memperbaiki hubungan.
3. Tawaran, bukan paksaan.
4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri.
5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari
tindakan.
6. Restitusi-diri adalah cara yang paling baik.
7. Restitusi fokus p a d a karakter bukan tindakan.
8. Restitusi fokus p a d a solusi.
9. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah p a d a
kelompoknya.
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 3
Keyakinan Kelas
Me n g a p a tidak peraturan saja, me n g a p a harus Keyakinan
Kelas?
1. Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat mengendarai kendaraan roda dua/motor?
(Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk ‘keselamatan’).

2. Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat?
(Kemungkinan jawaban Anda adalah ‘untuk kesehatan dan/atau keselamatan’).  

Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan
universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama.
Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti
serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.

 Untuk mendukung motivasi intrinsik, Nilai-nilai/keyakinan-keyakinan akan lebih


menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-
peraturan.
Budaya Positif

Lingkungan Positif

Keyakinan Kelas

Peraturan Kelas
Peraturan Keyakinan kelas
Selalu kembalikan buku ke tempatnya
Tanggung jawab

Dilarang Mengganggu Orang Lain


Menghormati Orang Lain

Hadir di sekolah 15 menit sebelum


pembelajaran dimulai Menghormati Orang Lain, Berkomitmen

Dilarang Melakukan Kekerasan


Keselamatan, Menghormati Orang Lain.
Dilarang Menggunakan Narkoba
Kesehatan
Bergantian atau menunggu giliran
Menghormati orang lain, Bersabar
Gunakan masker Kesehatan, Keselamatan
Jangan berlari di kelas atau koridor
Keselamatan, Keamanan
Yang mana yang merupakan keyakinan kelas, mengapa?

1 2
PEMBENTUKAN KEYAKINAN
SEKOLAH/KELAS

•Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit
•Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
•Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
•Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami
oleh semua warga kelas.
•Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. 
•Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas
lewat kegiatan curah pendapat.
•Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu
Prosedur Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas
1. Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di sekolah/kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan
yang perlu disepakati di sekolah/kelas.
2. Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah di papan tulis atau di kertas besar (kertas ukuran
poster), di mana semua anggota kelas/warga sekolah bisa melihat hasil curah pendapat.
3. Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas’. Gantilah kalimat-kalimat
dalam bentuk negatif menjadi positif.
Contoh
Kalimat negatif: Jangan berlari di kelas atau koridor.
Kalimat positif: Berjalanlah di kelas atau koridor.
 Tinjau ulang Keyakinan Sekolah/Kelas secara bersama-sama. Sebaiknya keyakinan sekolah/kelas tidak terlalu
banyak, bisa berkisar antara 3-7 prinsip/keyakinan. Bilamana terlalu banyak, maka warga kelas akan sulit
mengingatnya dan akibatnya sulit untuk dijalankan.
 Setelah keyakinan sekolah/kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan
menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk guru dan semua
warga/murid.
 Keyakinan Sekolah/Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga
kelas.
PEMBENTUKAN KEYAKINAN & KESEPAKATAN KELAS DI KELAS
DI MULAI DARI MENGGALI MIMPI TERKAIT KELAS IMPIAN YANG MEREKA INGINKAN
Demikianlah penjelasan mengenai keyakinan kelas, sebagai upaya-upaya yang dapat
dilakukan dalam membangun budaya positif di sekolah. Tentunya, untuk mewujudkan hal ini
membutuhkan proses yang yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain itu, proses
ini juga membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 4
Kebutuhan Dasar Manusia dan
Dunia Berkualitas
Kebutuhan Dasar Manusia

Kasih Sayang dan


Rasa Diterima Penguasaan

Bertahan
Hidup

Kesenangan Kebebasan
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 5
5 Posisi Kontrol
5 POSISI KONTROL
IDENTITAS GAGAL IDENTITAS BERHASIL/SUKSES IDENTITAS BERHASIL/SUKSES
MOTIVASI: (Kontrol dari Luar) (Kontrol dari Luar) (Kontrol Diri)

Menghindari Hukuman Mengharapkan Imbalan atau Menghargai Diri Sendiri


Ketergantungan pada Orang Lain

PENGHUKUM PEMBUAT TEMAN PEMANTAU MANAJER


ORANG MERASA
BERSALAH
Guru Berbuat: Menghardik Berceramah dan Membuatkan alasan-alasan Menghitung dan mengukur Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Menunjuk-nunjuk mengatakan, untuk muridnya.
Menyakiti “Seharusnya…”
Menyindir “Ibu kecewa…”

Guru Berkata: “Kalau kamu tidak “Kamu seharusnya “Ayolah, lakukan demi “Apa peraturannya?” “Apa yang kita yakini?
melakukannya, awas ya! kamu sudah tahu. Ibu Ibu…” Apa yang bisa kau kerjakan untuk
Rasakan!” lelah sekali “Masa kamu tidak mau, memperbaiki masalah ini?”
mengatakannya. Ibu ingat tidak Ibu pernah
stress…” bantu…”

Hasil: Memberontak Menyembunyikan Ketergantungan Menyesuaikan diri, bila Menguatkan pribadi


Menyalahkan orang lain Menyangkal diawasi
Berbohong Berbohong

Kaitan dengan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan guru Murid meletakkan dirinya
Dunia luar Dunia Berkualitas guru di dalam Dunia sebagai orang yang peraturan dan hukum di sebagai individu yang positif
Berkualitas Berkualitas sangat penting di Dunia dunia Berkualitas dalam Dunia Berkualitas
Berkualitas

Murid Berkata: “Ah, biarkan saja. Nanti “Maafkan saya.” “Saya pikir Bapak/Ibu teman “Berapa banyak bintang “Bagaimana caranya saya bisa
juga marah-marah lagi.” saya. Ternyata begitu.” yang saya harus peroleh?” memperbaiki keadaan?”
“Berapa halaman yang
harus saya tulis?”

Dampak pada Mengulangi kesalahan Merasa rendah diri Lemah, tidak mandiri, Menitikberatkan pada Mengevaluasi diri, bagaimana
Murid: tergantung sanksi atau hadiah untuk cara memperbaiki diri?
dirinya.
Tugas
Pernyataan-pernyataan Siapa yang Mengatakan?
“Saya kecewa sekali dengan k a m u … ” Pembuat orang merasa bersalah

“Kamu tidak pernah benar Penghukum


melakukannya….”
“Ayolah, lakukan demi I bu/ B apak … ” Teman

“Apakah kamu mau mendapatkan stiker Pemantau


bintang hari ini?”
“Bagaimana kamu bisa menyelesaikan Manajer
masalah ini?”
“Kamu selalu yang paling terakhir…” Penghukum
Bergerak antara

Peraturan Nilai-nilai

Pemantau Manajer

Konsekuensi/Hadia Memperbaikiny

h a

Kalau kamu tidak…… Apa yang kamu yakini? Bagaimana memperbaiki masalah ini?
Saya akan

(Diberi hukuman untuk membuat tidak nyaman) (Memperbaikinya. Kiat berdua mendapatkan apa yang kita
butuhkan )
Eksplorasi Konsep

Pembelajaran 6
Segitiga Restitusi
Untuk membuat anak yang merasa gagal
karena berbuat salah menjadi positif terhadap
dirinya
Menstabilkan
Identitas
Guru Berkata:
"Berbuat salah itu hal yang manusiawi "
“Tidak ada manusia yang sempurna"
"Bapak/Ibu juga pernah berbuat
salah“
"Kita pasti bisa menyelesaikan
permasalahan ini"
"Bapak/Ibu bukannya untuk mencari tahu siapa yang benar, siapa yang
salah, Bapak/Ibu lebih tertarik untuk menyelesaikan masalah".
"Kalau kamu menyalahkan dirimu sendiri terus menerus, apakah
kamu bersikap baik pada dirimu sendiri?"
Membantu siswa mengenali basic need/kebutuhan yang
ingin dipenuhinya ketika melakukan kesalahan itu.
Pada dasarnya setiap tindakan manusia tujuannya adalah Validasi Tindakan
memenuhi basic needs, apakah itu power, freedom, love
and belonging, fun atau survival…. yang salah

Guru Berkata:
• Kamu bisa saja kan melakukan hal yang lebih buruk, tapi kamu tidak melakukannya kan?
• Kamu pasti punya alasan mengapa melakukannya
• Apa yang penting bagi kamu?
• Kamu boleh tetap berusaha menjaga sikap itu, tapi tambahkan sikap yang lain, yang baru,
• Maukah kamu belajar cara lain untuk mendapat yang kamu butuhkan tanpa harus
memukul?
• Apakah kamu bisa melakukan dengan lebih baik besok lagi?
Anak melihat kesalahannya dihubungkan dengan
norma sosial dan nilai-nilai yang mendasari
manusia berinteraksi dengan orang lain.
Menanyakan Keyakinan

Guru Berkata :
Apa nilai yang kita percaya di kelas/sekolah kita?
Nilai-nilai universal apa yang telah kita sepakati?
Kelas yang ideal itu seperti apa sih?
Kamu ingin jadi anak seperti apa?,..
Apa yang kamu rasakan? Ketika kamu melakukan itu, kamu menjadi
orang yang seperti apa?
Intervensi 30 detik
Intervensi ini bisa membantu murid kembali ke tujuan semula, dengan cukup singkat dan dengan cara non-konfrontatif.

● Apakah kamu ingin berbuat lebih baik?


● Apakah saat ini kamu sedang menjadi orang yang sedang kamu inginkan?
● Apakah kamu bisa mengubah kegiatan/perilaku kamu saat ini menjadi sikap yang lebih
membantu?
● Apakah wajar membuat kesalahan? Bisakah kita memperbaikinya?
● A p a yang kamu lakukan saat ini sesuai (ok)?
● Kapan kamu siap untuk mulai?
● Peraturannya apa?
● Sepertinya kamu punya masalah, saya bisa bantu apa?
● Saat ini kamu seharusnya berbuat apa?
● A p a yang bisa saya bantu agar kamu bisa melakukannya?
● Apakah saya bisa bantu kamu agar d a p a t segera mulai?
● Apakah tugas kamu saat ini?
● Bagaimana kamu ingin diperlakukan p a d a kegiatan ini? Bisakah kamu melakukannya?
● A p a yang kamu inginkan, peraturannya apa?
Refleksi
1. Hal baru a p a yg mengubah paradigma saya, yang saya
dapatkan?
2. Perasaan a p a yang muncul selama mengikuti sesi ini
khususnya mengenai makna disiplin d a n motivasi
intrinsik?
3. Saya akan menjadi Guru yang seperti apakah setelah
mengikuti modul ini?
Terima Kasih
Salam Guru Penggerak!
Guru Bergerak, Indonesia Maju!!

Anda mungkin juga menyukai