Pengembang:
Andri Nurcahyani, S.Pd, M.S., Diah Samsiati Rajasa, M.Sc., Dr. Murti Ayu Wijayanti, M.Pd
Bagaimana kita berinteraksi?
KOMITMEN
BELAJAR
1. Membuka diri terhadap perbedaan dalam berpendapat, bertanya dan berbagi pengalaman;
2. Semua peserta berpartisipasi aktif dalam diskusi, apabila sudah mendapatkan kesempatan
bertanya dan berbagi pengalaman, maka berikan kesempatan yang sama bagi yang belum
bertanya atau berbagi cerita;
3. Konsisten dengan waktu saat mempresentasikan ide, bertanya dan berbagi pengalaman.
4. Tekan ikon ‘raise hand’ bila hendak bertanya dan silahkan berbicara setelah dipersilahkan; bila
ada yang sedang bicara, mohon menunggu untuk dipersilahkan
5. Semua peserta membuka video (bila terkendala jaringan, peserta boleh menutup video);
6. Chatbox digunakan sebagai media bertanya dan berbagi pendapat dan pengalaman;
7. Menjaga ketenangan ruang virtual (gmeet) dengan selalu memonitor Microphone dan Video agar proses
pembelajaran menjadi kondusif dan bermakna;
Agenda:
▪ Pembukaan
▪ Kompetensi Lulusan, Capaian Umum, dan Capaian Khusus
▪ Pemahaman Inti
▪ Eksplorasi Konsep
▪ Refleksi
Kompetensi Lulusan Modul 1.4
Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut:
● Guru Penggerak memahami pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan lingkungan yang
memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensinya secara aman
dan nyaman.
● Guru Penggerak mampu menggerakkan komunitas sekolah untuk bersama-sama
mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan berlandaskan
nilai-nilai kebajikan universal.
Capaian Umum Modul 1.4
● Memahami konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep
budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid.
● Melakukan evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia secara
umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep disiplin positif untuk
menciptakan murid dengan profil pelajar Pancasila.
● Memahami peran sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan menerapkan
konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.
Capaian Khusus Modul 1.4
● Mendemonstrasikan pemahaman CGP mengenai konsep Budaya Positif yang di dalamnya terdapat konsep
perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi perilaku manusia, motivasi internal dan
eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar Manusia, 5 posisi kontrol guru dan
segitiga restitusi.
● Menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan
berpihak pada anak.
● Menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh
pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid.
● Bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan
sosial dan emosional murid.
Pertanyaan Pemantik
Setuju/Tidak Setuju?
1. Hukuman dapat mendisiplinkan anak.
2. Pemberian hukuman dengan hal positif seperti membaca atau membersihkan
halaman sekolah dapat meningkatkan disiplin anak.
3. Memberi penghargaan dapat meningkatkan motivasi belajar anak.
Topik dalam Eksplorasi Konsep
Pembelajaran 2.1
Disiplin Positif dan
Nilai-nilai Kebajikan Universal
Perubahan Paradigma
Kegiatan Kepalan Tangan
Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.
Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.
Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-pilihan
baru.
Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang.
Disiplin Positif
Teori Kontrol/Teori Pilihan (Dr. William Glasser)
2. Validasi Kebutuhan
Keyakinan Kelas
3. Menanyakan Keyakinan
Apakah makna ‘Disiplin’?
• Berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya belajar.
• Makna asal dari kata ini berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid
Socrates dan Plato.
• Disiplin diri membuat orang menggali potensinya menuju sebuah tujuan,
apa yang dia hargai.
• Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah menjadi
sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan
kepatuhan. Kecenderungan umum adalah menghubungkan kata disiplin
dengan ketidaknyamanan, bukan dengan apa yang kita hargai, atau
pencapaian suatu tujuan mulia.
Pembelajaran 2.2
Teori Motivasi, Hukuman dan
Penghargaan, Restitusi
Teori Motivasi Perilaku Manusia
Penghargaan menghukum
Kemarin saya perhatikan rasa empatimu besar sekali pada saat menolong murid baru di kelas kita.
Terima kasih untuk rasa tanggung jawabmu pada saat kamu memungut kertas-kertas
yang berserakan di lantai.
Tugas Perbedaan Hukuman dan Konsekuensi
Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan masker ke sekolah.
Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat belajar.
Murid disuruh untuk mengenakan sepatu seharian di sekolah, karena tidak mengenakan sepatu
hitam.
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit untuk pelajaran PJOK.
TINDAKAN GURU HUKUMAN ATAU
KONSEKUENSI
Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat lagi”, karena
terlambat ke sekolah.
Hukuman
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di sekolah.
Hukuman
Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan masker ke sekolah.
Hukuman
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.
Konsekuensi
Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat belajar.
Konsekuensi
Murid disuruh untuk tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah, karena tidak
mengenakan sepatu hitam. Hukuman
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit untuk pelajaran
PJOK. Konsekuensi
Perbedaan Hukuman dan Konsekuensi
Hukuman Konsekuensi
Sesuatu yang menyakitkan harus terjadi Sesuatu harus terjadi
Membuat anak sakit (fisik maupun hati) untuk jangka waktu Membuat anak merasa tidak nyaman dalam jangka waktu
lama pendek
Marah, rasa bersalah, dipermalukan, merasa tak dihargai Kehilangan hak, dibuat tidak nyaman, diasingkan untuk
sementara (time out)
Disadur dari Restitution, Diane Gossen, The Five Positions of Control, Yayasan Pendidikan Luhur
Apa itu ‘Restitusi’?
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki
kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka,
dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi juga merupakan proses
kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk
masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa
yang mereka ingin menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain (Gossen; 2004)
9 Ciri-ciri Restitusi
1. Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan.
2. Memperbaiki hubungan.
3. Tawaran, bukan paksaan.
4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri.
5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan.
6. Restitusi-diri adalah cara yang paling baik.
7. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan.
8. Restitusi fokus pada solusi.
9. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya.
Eksplorasi Konsep
Pembelajaran 3
Keyakinan Kelas
Mengapa tidak peraturan saja, mengapa harus Keyakinan Kelas?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila mengendarai kendaraan
roda dua?
● Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga
jarak 1.5 meter?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat mengikuti pelatihan?
Lingkungan Positif
Keyakinan Kelas
Peraturan Kelas
Yang mana yang merupakan keyakinan kelas, mengapa?
Kegiatan Pendalaman Keyakinan Kelas - Tabel T & Y
HORMAT
HORMAT Hormat
Kami meyakini bahwa sangat penting untuk Terdengar Tampak Seperti Tidak Tampak Seperti
Berperilaku
Terlihat
Kegiatan Pendalaman Keyakinan Kelas - Tabel T & Y
Hormat
Peraturan Keyakinan kelas
Selalu kembalikan buku ke tempatnya
Gunakan masker
Jangan berlari di kelas atau koridor
Peraturan Keyakinan kelas
Selalu kembalikan buku ke tempatnya
Tanggung jawab
Pembelajaran 4
Kebutuhan Dasar Manusia dan
Dunia Berkualitas
Kebutuhan Dasar Manusia
Bertahan
Hidup
Kesenangan Kebebasan
Eksplorasi Konsep
Pembelajaran 5
5 Posisi Kontrol
5 POSISI KONTROL
IDENTITAS GAGAL IDENTITAS BERHASIL/SUKSES IDENTITAS BERHASIL/SUKSES
MOTIVASI: (Kontrol dari Luar) (Kontrol dari Luar) (Kontrol Diri)
Guru Berkata: “Kalau kamu tidak “Kamu seharusnya kamu “Ayolah, lakukan demi Ibu…” “Apa peraturannya?” “Apa yang kita yakini?
melakukannya, awas ya! sudah tahu. Ibu lelah sekali “Masa kamu tidak mau, ingat Apa yang bisa kau kerjakan untuk
Rasakan!” mengatakannya. Ibu tidak Ibu pernah bantu…” memperbaiki masalah ini?”
stress…”
Hasil: Memberontak Menyembunyikan Ketergantungan Menyesuaikan diri, bila diawasi Menguatkan pribadi
Menyalahkan orang lain Menyangkal
Berbohong Berbohong
Kaitan dengan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan guru Murid meletakkan guru di Murid meletakkan guru Murid meletakkan dirinya sebagai individu
Dunia Berkualitas luar Dunia Berkualitas di dalam Dunia sebagai orang yang sangat peraturan dan hukum di yang positif dalam Dunia Berkualitas
Berkualitas penting di Dunia Berkualitas dunia Berkualitas
Murid Berkata: “Ah, biarkan saja. Nanti juga “Maafkan saya.” “Saya pikir Bapak/Ibu teman “Berapa banyak bintang yang “Bagaimana caranya saya bisa memperbaiki
marah-marah lagi.” saya. Ternyata begitu.” saya harus peroleh?” keadaan?”
“Berapa halaman yang harus
saya tulis?”
Dampak pada Mengulangi kesalahan Merasa rendah diri Lemah, tidak mandiri, Menitikberatkan pada sanksi Mengevaluasi diri, bagaimana cara
Murid: tergantung atau hadiah untuk dirinya. memperbaiki diri?
Tugas
Pernyataan-pernyataan Siapa yang Mengatakan?
“Saya kecewa sekali dengan kamu…” Pembuat orang merasa bersalah
Peraturan Nilai-nilai
Pemantau Manajer
Konsekuensi/Hadiah Memperbaikinya
Kalau kamu tidak…… Apa yang kamu yakini? Bagaimana memperbaiki masalah ini?
Saya akan _______________ _______________
(Diberi hukuman untuk membuat tidak nyaman) (Memperbaikinya. Kiat berdua mendapatkan apa yang kita
butuhkan )
Eksplorasi Konsep
Pembelajaran 6
Segitiga Restitusi
Untuk membuat anak yang merasa gagal karena
Menstabilkan Identitas
berbuat salah menjadi positif terhadap dirinya
Guru Berkata:
Berbuat salah itu hal yang manusiawi
Tidak ada manusia yang sempurna
Bapak/Ibu juga buat salah
Kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini
Bapak/Ibu tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang benar, siapa yang
salah, Bapak/Ibu lebih tertarik untuk menyelesaikan masalah.
Kalau kamu menyalahkan dirimu sendiri terus menerus, apakah kamu
bersikap baik pada dirimu sendiri?
Membantu murid mengenali basic need/kebutuhan dasar Validasi Kebutuhan
yang ingin dipenuhinya ketika melakukan kesalahan itu.
Pada dasarnya setiap tindakan manusia tujuannya adalah
memenuhi kebutuhan dasar, apakah itu penguasaan,
kebebasan, kasih sayang dan rasa diterima, kesenangan,
atau bertahan hidup….
Guru Berkata:
• Kamu bisa saja kan melakukan hal yang lebih buruk, tapi kamu tidak melakukannya kan?
• Kamu pasti punya alasan mengapa melakukannya.
• Apa yang penting bagi kamu?
• Kamu boleh tetap berusaha menjaga sikap itu, tapi tambahkan sikap yang lain, yang baru.
• Maukah kamu belajar cara lain untuk mendapat yang kamu butuhkan tanpa harus memukul?
• Apakah kamu bisa melakukan dengan lebih baik besok lagi?
Anak melihat kesalahannya dihubungkan dengan Menanyakan Keyakinan
norma sosial dan nilai-nilai yang mendasari
manusia berinteraksi dengan orang lain.
Guru Berkata:
Apa nilai yang kita percaya di kelas/sekolah kita?
Nilai-nilai universal apa yang telah kita sepakati?
Kelas yang ideal itu seperti apa sih?
Kamu ingin jadi anak seperti apa?,..
Apa yang kamu rasakan? Ketika kamu melakukan itu, kamu menjadi
orang yang seperti apa?
Intervensi 30 detik
Intervensi ini bisa membantu murid kembali ke tujuan semula, dengan cukup singkat dan dengan cara non-konfrontatif.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan biasanya dikemukakan oleh seorang Pemantau dan Manajer.