Anda di halaman 1dari 60

Pengembangan

Budaya Positif di
Sekolah
Sebuah Harapan dan Pengalaman Praktik

Nurjanni Astiyanti
Sekolah Indonesia Riyadh
MARKIMUL:
Mari Kita
Mulai!

https://www.menti.com
/al9d2w14a4un
Apakah budaya
sekolah positif itu?
Budaya sekolah yang positif adalah lingkungan dimana
setiap orang di sekolah kita—yaitu peserta didik, guru,
tenaga kependidikan dan staf lainnya—merasa dihormati,
dihargai, dan didukung.
5 Karakter Budaya
Sekolah Positif
1 Tujuan & Visi Bersama – Kita tahu kemana tujuan kita

2 Kolegialitas – Kita menghadapinya bersama-sama


Perbaikan Berkelanjutan & Pembelajaran Seumur Hidup
3 – Kita Selalu Bisa Menjadi Lebih Baik
4 Pengambilan Risiko – Kita belajar dengan mencoba
sesuatu yang baru
5 Selebrasi dan Humor: Kita Merasa Senang dengan Diri
Sendiri
https://www.integritycoaching.co.uk/blog/relationships-school-culture/5-characteristics/
Apa yang akan kita bahas?
Disiplin Positif dan Nilai-nilai
Kebajikan Universal
Teori Motivasi, Hukuman dan
Penghargaan, serta Restitusi

Keyakinan kelas

Kebutuhan dasar manusia dan


kehidupan dunia berkualitas
Lima posisi kontrol guru

Segitiga Restitusi
Menu 1
Disiplin Positif
dan Nilai Kebajikan
Universal
Miskonsepsi ‘Kontrol’
Control/Choice Theory dari William Glasser

Ilusi bahwa orang dewasa


Ilusi guru mengontrol
murid
1 4 memiliki hak untuk memaksa

Ilusi bahwa semua Ilusi bahwa kritik dan membuat


penguatan positif
efektif dan bermanfaat
2 3 orang merasa bersalah dapat
menguatkan karakter
dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan
teori Kontrol
Stimulus-Respon Teori Kontrol
Realitas (kebutuhan) kita sama Realitas (kebutuhan) kita berbeda
Semua orang melihat hal yang sama Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda
Kita mencoba mengubah orang lain agar Kita berusaha memahami pandangan orang lain
berpandangan sama dengan kita tentang dunia
Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan Semua perilaku memiliki tujuan
Orang lain bisa mengontrol saya Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda
Anda bisa mengontrol orang lain Anda tidak bisa mengontrol orang lain
Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan baru
Model berpikir menang-kalah Model berpikir menang-menang
Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991)
Makna Disiplin
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada
orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan
ketidaknyamanan.

“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang


kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu
kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-
kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak
cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain
mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus
ada di dalam suasana yang merdeka.”

Ki Hadjar Dewantara

(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)
Makna Disiplin
Pemikiran Ki Hajar di atas sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring
School Discipline, 2001.

arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin,


‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’.
Kata ‘discipline’ juga dari akar yang sama dengan
‘disciple’ atau murid/pengikut. Seorang murid harus
paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu
aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang
terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik
disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari
murid-murid Socrates dan Plato
Diane Gossen

Restitution: Restructuring School Discipline, Diane Chelsom Gossen, 2001, New View Publications, North Canada.
Nilai Kebajikan
Nilai Kebajikan CMU Children School

https://www.cmu.edu/dietrich/psychology/cs/heartwood/values.html
Budaya Malu, 5S, 5K
Cerdas

Ikhlas
Nilai Kebajikan SIR
https://en.rakko.tools/tools/59/

Sabar IMTAQ Kreatif Inovatif Mandiri Pantang


Religius menyerah

Bernalar kritis Unggul Adaptif Komunikatif Gotong royong


Menu 2
Teori Motivasi
Hukuman dan Penghargaan
serta Restitusi
3 Motivasi Perilaku Manusia
3 Untuk menjadi orang
yang mereka inginkan
dan menghargai diri
sendiri dengan nilai-
nilai yang mereka
percaya.
Untuk 2
mendapatkan
imbalan atau
1 penghargaan dari
orang lain.
Untuk menghindari
ketidaknyamanan
atau hukuman https://wordwall.net/resource/62062239
Hukuman dan Sanksi/Konsekuensi
Pernyataan Hukuman/
Konsekuensi
Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan
terlambat lagi”, karena terlambat ke sekolah.
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat
hadir di sekolah.

Membersihkan coretan yang dibuatnya di meja tulis.

Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak


menggunakan masker ke sekolah.

Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.

Berjemur di lapangan basket pukul 12:00 siang karena


mengobrol dengan teman.
Hukuman dan Sanksi/Konsekuensi
Pernyataan Hukuman/
Konsekuensi
Murid diminta bertelanjang kaki sepanjang hari karena tidak
menggunakan sepatu warna hitam sesuai peraturan sekolah.
Berdiri di depan kelas sambil mengangkat kaki satu, karena
tidak bisa menjawab pertanyaan.
Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol
pada saat belajar.
Kehilangan 10 menit jam istirahat untuk mengerjakan tugas,
karena terlambat datang dan tertinggal pelajaran selama 10
menit.
Duduk di bangku di pinggir lapangan pada jam istirahat, tidak
diizinkan bermain oleh guru piket, karena mencederai teman
saat bermain di lapangan.
Hukuman dan Sanksi/Konsekuensi
Pernyataan Hukuman/
Konsekuensi
Terlambat hadir di pembelajaran daring 15 menit, dan diminta
untuk tinggal 15 menit sesudah kelas usai untuk membahas
ketertinggalan pembelajaran.
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10
menit untuk pelajaran PJOK.
Membersihkan WC sekolah karena mematahkan pensil
kawannya.
Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi
Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi
Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi
Penghargaan
“Saat kita berulang kali menjanjikan hadiah
kepada anak-anak agar berperilaku bertanggung
jawab, atau kepada seorang murid agar
mempelajari sesuatu yang baru, atau kepada
seorang karyawan agar melakukan pekerjaan
yang berkualitas, kita sedang berasumsi mereka
tidak dapat melakukannya, atau mereka tidak
akan memilih untuk melakukannya.”
Alfie Kohn

( Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995)


Penghargaan
Penghargaan efektif jika kita menginginkan
seseorang melakukan sesuatu yang kita
inginkan, dalam jangka waktu pendek.
Orang yang berusaha berhenti merokok,
atau menguruskan badan bila diberikan
penghargaan hampir pasti tidak berhasil.
Penghargaan menciptakan persaingan di
dalam kelas, dan persaingan menciptakan
kecemasan.
Penghargaan mengurangi ketepatan

( Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995)


Penghargaan
Penghargaan menurunkan kualitas
Murid-murid diminta berpikir mengenai hadiah atau
penghargaan yang bisa mereka dapatkan bila
berhasil menulis sebuah puisi. Kreatifitas kelompok
murid-murid ini menjadi berkurang, dibandingkan
dengan yang tidak diberitahukan tentang hadiah yang
bisa mereka terima.
Jika suatu penghargaan diharapkan, namun Anda
tidak mendapatkannya, Anda akan merasa dihukum.

( Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995)


Penghargaan
Saat seorang anak belajar untuk pertama kali,
menggabungkan huruf-huruf dan kata-kata, serta
menyadari bahwa ia dapat membaca, timbul pijar di
matanya dan sebuah senyuman di wajahnya. Anak
tersebut begitu gembira bahwa ia telah mempelajari
dan menguasai suatu keterampilan baru. Kesadaran
akan kemampuannya bahwa ‘dia’ sudah dapat
membaca, sesungguhnya sudah merupakan sebuah
penghargaan.

( Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995)


Restitusi
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid
untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka
bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter
yang lebih kuat t (Gossen; 2004)

Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang


mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah,
dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa
yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain
Restitusi
bukan untuk menebus
Restitusi adalah
kesalahan, namun untuk
tawaran, bukan
belajar dari kesalahan
paksaan

Restitusi memperbaiki Restitusi menuntun


hubungan untuk melihat ke dalam
diri
Restitusi mencari
kebutuhan dasar yang
Restitusi menguatkan
mendasari tindakan

Restitusi fokus pada


karakter bukan
tindakan
Restitusi
Restitusi fokus pada
solusi

mengembalikan murid
yang berbuat salah
Restitusi diri adalah pada kelompoknya
cara yang paling baik
Menu 3
Keyakinan Kelas
Mengapa keyakinan bukan
peraturan kelas?
Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat
mengendarai kendaraan roda dua/motor?

Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan


mencuci tangan dengan sabun setiap saat?
Mengapa keyakinan bukan
peraturan kelas?
keselamatan

Keyakinan
yaitu nilai-nilai
Kesehatan kebajikan
universal yang
disepakati

Keamanan
Contoh Isi Keyakinan Kelas
Setiap anggota kelas perlu belajar Selalu bersikap positif
Setiap anggota kelas perlu senang senantiasa menjadi diri terbaik
Setiap anggota kelas perlu melakukan percaya dan menghormati orang lain
tugas serta barang miliknyA
Setiap anggota kelas perlu saling Berkomitmen terhadap setiap tugas
menghargai
senantiasa membantu
Setiap anggota kelas perlu merasa aman

HORMAT
Kami meyakini bahwa sangat penting untuk
menghormati semua orang dan barang milik orang lain
BEKERJA
Kami meyakini bahwa sangat penting untuk
mengerjakan segala pekerjaan atau mengikuti kegiatan
yang telah ditugaskan
DITERIMA dan DIMILIKI
Kami meyakini bahwa sangat penting untuk merasa
diterima pada suatu kelompok dan saling peduli satu
dengan yang lain
Menu 4
Kebutuhan Dasar Manusia
dan Kehidupan Dunia
Berkualitas
5 Kebutuhan Dasar
Bertahan
hidup

kasih
penguasaan sayang
dan rasa
diterima

kesenangan kebebasan
https://www.usmcu.edu/Portals/218/Choice%20Theory%20Basi
cs%20by%20Dr_%20Glasser.docx
Perilaku Total
ogis ber

tin
fisiol

dak ber
asa
r pik
me ir
https://lo.unisa.edu.au/mod/book/view.php?
id=454028&chapterid=74015
Dunia di Dalam Kepala Kita
Filter Nilai
survival

belonging

power
Quality Perceived Pengetahuan
World World
freedom Segala hal yang paling kita inginkan Segala hal yang kita ketahui

fun Sensori terhadap


dunia nyata

diadaptasi dari
https://www.usmcu.edu/Portals/218/Choice%20Theory%20Basics%20by
Total behavior %20Dr_%20Glasser.docx
Menu 5
Lima Posisi Kontrol
Guru
Markiton!
Lima Posisi Kontrol Guru

PENGHUKUM
PEMBUAT RASA BERSALAH

TEMAN

PEMANTAU

MANAJER
PENGHUKUM
menggunakan hukuman fisik maupun
verbal. Orang-orang yang menjalankan
posisi penghukum, senantiasa
mengatakan bahwa sekolah memerlukan
sistem atau alat yang dapat lebih
menekan murid-murid lebih dalam lagi

Hasil: Kemungkinan murid marah dan mendendam atau


bersifat agresif
PEMBUAT RASA
BERSALAH
guru akan bersuara lebih lembut, menggunakan
keheningan yang membuat orang lain merasa
tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri.
“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu
ya?”
“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu
berbuat begini?”

Hasil: Murid merasa bersalah telah mengecewakan ibu atau bapak gurunya. Murid akan merasa menjadi orang yang
gagal dan tidak sanggup membahagiakan orang lain. Kadangkala sikap seperti ini lebih berbahaya dari sikap
penghukum, karena emosi akan tertanam rapat di dalam, murid menahan perasaan.
TEMAN
Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti
murid, namun akan tetap berupaya
mengontrol murid melalui persuasi. Posisi
teman pada guru bisa negatif ataupun
positif. Positif di sini berupa hubungan baik
yang terjalin antara guru dan murid. Guru di
posisi teman menggunakan hubungan baik
dan humor untuk mempengaruhi seseorang.

Hasil: Murid akan merasa senang dan akrab dengan guru. Ini termasuk
dampak yang positif, hanya saja di sisi negatif murid menjadi tergantung
pada guru tersebut.
PEMANTAU
Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita
mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku
orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau
berdasarkan pada peraturan-peraturan dan
konsekuensi. Dengan menggunakan
sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan
hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai
seseorang yang menjalankan posisi pemantau.

Hasil: Murid memahami konsekuensi yang harus dijalankan karena telah


melanggar salah satu peraturan sekolah. Guru tidak menunjukkan suatu
emosi yang berlebihan, menjadi marah atau membuat merasa berbuat salah.
MANAJER
guru berbuat sesuatu bersama dengan murid,
mempersilakan murid mempertanggungjawabkan
perilakunya, mendukung murid agar dapat
menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
Seorang manajer telah memiliki keterampilan di
posisi teman maupun pemantau. Dengan demikian,
bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada
kedua posisi tersebut bila diperlukan.

Hasil: Murid memahami konsekuensi yang harus dijalankan karena telah


melanggar salah satu peraturan sekolah. Guru tidak menunjukkan suatu
emosi yang berlebihan, menjadi marah atau membuat merasa berbuat salah.
LIMA POSISI KONTROL DAN MOTIVASI ANAK
LIMA POSISI KONTROL DAN RESPON ANAK
Menu 6
Segitiga
Restitusi
Mengapa segITIGA RESTITUSI?
Dengan menggunakan Segitiga
Restitusi, praktik keadilan restoratif
dapat membantu memperbaiki
kerusakan, mendorong
penyembuhan, dan membangun
komunitas yang lebih kuat. Ini
adalah alat yang ampuh untuk
mengatasi kesalahan dengan cara
yang baik, inklusif, dan efektif.
APA ITU SEGITIGA RESTITUSI?
Segitiga Restitusi adalah Restitusi adalah filosofi disiplin yang didasarkan pada
kerangka kerja yang motivasi intrinsik yang dicetuskan oleh
digunakan dalam praktik
keadilan restoratif untuk
Diane Gossen berdasarkan prinsip teori Kontrol dari
mengatasi kerugian yang William Glasser. Restitusi membantu siswa
disebabkan oleh perbuatan mengembangkan disiplin diri dan membantu guru
salah. menjadi manajer yang lebih baik dan juga
mentor. Melalui cara pandang dan praktik restitusi, kita
belajar menjadi siswa atau guru yang kita inginkan
meskipun dalam keadaan sulit..
(https://realrestitution.com/restitution-in-schools/)
APA FUNGSI SEGITIGA RESTITUSI?
Kesalahan dipandang
oleh semua orang
sebagai peluang
Restitusi berfokus pada
untuk belajar dan
cara orang dapat secara Kita belajar membuat
berkembang.
kreatif memperbaiki segala hal menjadi
kesalahan mereka beres untuk beragam
dengan menekankan hal orang
positif dari solusi.
Cara pandang segitiga restitusi (1)
“Apa yang dapat saya lakukan
semua perilaku memiliki tujuan dan kita terhadap anak ini agar dia
membuat pilihan untuk memuaskan berperilaku baik.”
kebutuhan kita akan cinta dan
kepemilikan, kekuasaan, kebebasan,
kesenangan dan kelangsungan hidup.
Segitiga restitusi membantu siswa dan
guru memahami kebutuhan mereka “Apa kebutuhan di balik perilaku
anak ini?”
sendiri dan bagaimana memenuhi
kebutuhan tersebut.
Cara pandang segitiga restitusi (2)

Ketika konflik muncul, guru dan orang


dewasa lainnya mengajarkan generasi
muda untuk melakukan restitusi
dibandingkan menggunakan tindakan
konsekuensi eksternal.
Peserta didik dibimbing bukannya
disalahkan atau dihukum. Guru menjaga
harga diri anak tetap utuh dengan tidak
mempermalukan atau menyalahkannya.
Cara pandang segitiga restitusi (3)

Setiap kelas mengembangkan kontrak


sosial -kesepakatan yang dibuat oleh
semua anggota tentang bagaimana
mereka ingin bersama dan
memperlakukan satu sama lain-.
Sekolah menciptakan kontrak sosial
untuk seluruh sekolah berdasarkan
kontrak kelas
Guru mendorong orang tua untuk
membuat kontrak sosial keluarga.
SEGITIGA RESITUSI SEBAGAI ALAT DISIPLIN
Kita adalah makhluk yang
Semua tindakan dilakukan termotivasi secara internal
secara bertujuan

n
an
Nilai-nilai apa yang kita

a
kin
tuh
yakini?
N

Kamu tentu punya alasan

a
IO

bu
S

y
T
ED

di balik perilaku/tindakan

Ke
A

Ke
SEGITIGA
SEGITIGA
IG
NE

ini, bukankah begitu? Kontrak sosial -


L

ri
OB

RESTITUSI

asi
kesepakatan

a
RESTITUSI

nc
lid
kelas/sekolah/keluarga

e
Va
Adakah cara yang lebih

M
efektif untuk memenuhi Kamu mau menjadi pribadi
kebutuhan kamu itu? yang seperti apa?
HARM

Stabilitas Identitas
Setiap orang Kamu bukan satu- Kita melakukan
Diadaptasi dari:"Dr. Diane Gossen." School Improvement Network, Professional Development for Educators and pernah melakukan satunya yang yang terbaik yang
Teachers. Web. Nov. 2011. <http://www.schoolimprovement.com/experts/Diane_Gos sen>.
kekeliruan berbuat kesalahan kita bisa
SKENARIO KASUS 1
Identifikasi kasus:
Ditemukan sebuah vape di salah satu
Isyu kasus:
pelanggaran aturan
kamar mandi sekolah di gedung utama
sekolah
Setelah melalui penelusuran, D (XII) diskualifikasi
terbukti sebagai pemiliknya yang keanggotaan Paskibra
membawa dan menggunakan vape di kontrol-diri lemah
kamar mandi sekolah di antara waktu kecenderungan adiksi
berlatih Paskibra mengambil barang
bukti tanpa izin
Kasus tersebut dilimpahkan pada saya
untuk diproses penyelesaiannya.
SKENARIO KASUS 1
Langkah penerapan Segitiga Restitusi:

Attending
Definisi kejadian

n
an

na
tuh

ki
Stabilitas identitas

a
bu

y
Ke
Ke
Validasi kebutuhan dan (dinamika SEGITIGA

ri
asi

a
RESTITUSI

nc
lid
perasaan) dari berbuat kesalahan

e
Va

M
Menanyakan keyakinan
Umpan balik --> segitiga restitusi 2
Terminasi, terima kasih dan rencana Stabilitas Identitas
tindak lanjut
refleksI MURID terhadap PENERAPAN SEGITIGA RESTITUSI

PERISTIWA PERASAAN PEMBELAJARAN PENERAPAN


Mengalir saja, tidak
Pembahasan kejadian Saya menyadari Saya memandang
ada yang saya tutup-
penemuan vape yang bahwa menghisap vape sebagai teman
tutupi
disebabkan vape tidak yang memberikan
Agak lega, karena
keteledoran saya menghilangkan stress, pengalaman rasa,
memang saya
ketika latihan Pakibra malah membuat tidak cerewet dan
khawatir apabila
Saya memberikan candu dengan rasanya setia, yang diharapkan
barang bukti itu
persetujuan untuk Saya menahan diri ada pada
dihadirkan ketika
direkam selama proses saya untuk tidak teman/pasangan
orang tua datang ke
konseling dengan Bu segera membeli refill Saya akan
sekolah, walaupun
Janni cairan ketika habis meningkatkan kontrol
sudah diizinkan.
Saya bicara apa sampai sebulan atau diri terhadap candu
Siap dibahas bersama
adanya mengulum permen vape
orang tua lebih lanjut
https://www.menti.com/alq376kt6kaw
Terima kasih telah
meluangkan waktu untuk
mempelajari pentingnya
budaya positif dan disiplin di
kelas. Mari bekerja sama
untuk menciptakan
lingkungan yang aman,
nyaman dan inklusif bagi
semua murid, rekan sejawat
dan mitra kita.

Anda mungkin juga menyukai