Anda di halaman 1dari 45

1.

4 M e m b a n gu n
B u d a ya P o s i t
K A iR fT O N O , S . P
O leh.

d.I
DARIAH,S.Pd
D a fftta r
1.Perubahan Paradigma
2.Ma kna Kata Disiplin 9. Dihukum oleh Penghargaan
10. Kebutuhan Dasar Manusia

iisii
3.M ot i v a s i Perilaku Manusia
4.Tujuan Disiplin 11.Posisi K o n t r o l Guru
Positif 5.Keyakinan 12.Posisi K o n t r o l
Kelas Restitusi 13.Restitusi
6.Kegiatan- Kegiatan sebagai Sebuah Cara
Pendalaman Keyakinan Kelas Menanamkan Disiplin
7.Kegiatan Tampak Positif pada Siswa
Seperti/Tidak Tampak Seperti 14. C i r i - Ciri Restitusi
8.Kegiatan Mempelajari 15. Segitiga Restitusi
Tanggung Jawab setiap wa rg a
kelas
Perubahan
Paradigma
Dalam membangun budaya positif, sekolah dapat
menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan
nyaman agar siswa mampu berpikir, bertindak, dan
mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung
jawab.
Umumnya, disiplin sangat berkaitan dengan kontorl
guru terhadap siswa. Menurut Dr. William Glasser
dalam Control Theory terdapat beberapa
miskonsepsi tentang kontrol, yaitu:
Perubahan
Paradigma
Ilusi bahwa guru mengontrol siswa; semua perilaku
mempunyai tujuan, bahkan untuk perilaku yang
tidak disukai. Untuk itu, pada dasarnya, guru tidak
dapat memaksa siswa untuk berbuat sesuatu, jika
siswa tersebut memilih untuk tidak melakukannya.
Walau guru tampaknya sedang mengontrol perilaku
siswa, tetapi sebenarnya siswa sedang
mengizinkan dirinya untuk dikontrol. Hal ini karena
kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih
siswa.
Perubahan
Paradigma
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan
bermanfaat; Penguatan positif merupakan bentuk-
bentuk kontrol untuk mempengaruhi siswa agar
mengulangi suatu perilaku tertentu (Usaha
untuk mengontrol siswa tersebut). Dalam jangka
waktu tertentu, kemungkinan siswa tersebut
akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak
bujukan guru atau mungkin akan menjadi
tergantung pada pendapat guru untuk berusaha.
Perubahan
Paradigma
Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa
bersalah dapat menguatkan karakter; Menggunakan
kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol siswa
membuat siswa menuju identitas yang gagal karena
secara tidak langsung mengajarkan mereka belajar
untuk merasa buruk tentang dirinya sendiri.
Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk
memaksa; perilaku yang memaksa tidak akan efektif
untuk jangka waktu yang panjang dan bahkan dapat
membentuk suatu permusuhan.
Stephen R.
Covey(1991)
jika ingin membuat kemajuan perlahan, ubahlah
sikap atau perilaku Anda. Tetapi, jika ingin
memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita
perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah
cara Anda melihat dunia, ubahlah cara Anda
berpikir tentang manusia, ubahlah pradigma
Anda, Skema pemahaman dan penjelasan
aspek- aspek tertentu tentang kenyataan.
Makna Kata Disiplin
Bapak Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa, untuk
menciptakan siswa yang merdeka, maka syarat utamanya
harus mempunyai disiplin yang kuat, yaitu disiplin diri yang
berasal dari motivasi internal (dari dalam diri sendiri). Jika
tidak mempunyai motivasi internal, maka diperlukan motivasi
eksternal (orang lain) untuk mendisiplinkan dirinya.
Diana Gossen menyatakan bahwa kata disiplin berasal dari bahasa
latin, disciplina yang berarti belajar. Kata disciplina juga berasal
dari akar kata yang sama, yaitu disciple atau murid/pengikut.
Diana juga menyatakan bahwa, disiplin juga berkonotasi dengan
disiplin diri siswa. Disiplin diri dapat membuat seseorang
menggali semua potensi dirinya untuk mencapai suatu tujuan,
sesuatu yang dihargai dan bermakna.
Motivasi Perilaku
Manusia
Terdapat 3 motivasi perilaku manusia menurut
Diana Gossen, yaitu:
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau
hukuman; seseorang berperilaku untuk
menghindari permasalahan yang mungkin
muncul dan berpengaruh kepada mereka secara
fisik, psikologis, ataupun tidak terpenuhinya
kebutuhan mereka, bila mereka tidak
nmelakukan tindakan itu.
Motivasi Perilaku
Manusia
1. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan
dari
orang lain; seseorang berperilaku untuk
mendapatkan pujian, hadiah, atau imbalan dari
orang lain yang menurut mereka penting dan
mereka letakkan dalam dunia berkelas mereka.
2. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang
mereka percaya: Orang melakukan sesuatu karena
nilai-nilai yang mereka nyakini dan hargai. Motivasi
ini akan membuat orang mempunyai disiplin positif
karena motivasinya bersifat internal.
Tujuan
Positif
Disiplin
Tujuan dari disiplin positif adalah untuk
menanamkan motivasi kepada semua siswa kita,
agar mereka menjadi orang yang mereka
inginkan dan menghargai diri sendiri dengan
nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi ini
berasal dari diri siswa (Internal) sehingga akan
berdampak jangka panjang dan tidak akan
terpengaruh dengan adanya hukuman dan
hadiah.
Keyakinan Kelas

Keyakinan merupakan nilai-nilai kebaikan


atau prinsip-prinsip yang disepakati secara
universal. Orang akan lebih semangat atau
tergerak untuk melaksanakan
keyakinannya daripada hanya mengikuti
aturan.
Keyakinan
Kelas
Pembentukan keyakinan kelas:
Keyakinan kelas bersifat lebih abstrak daripada peraturan,
yang lebih rinci dan nyata.
Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
Pernyataan keyakinan kelas selalu dibuat dalam bentuk positif.
Keyakinan kelas harusnya dibuat tidak terlalu banyak,
sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua anggota
kelas.
Keyakinan kelas hendaknya sesuatu yang dapat diterapkan di
lingkungan itu.
Semua anggota kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam
pembuatan keyakinan kelas melalui kegiatan curah pendapat.
Semua anggota kelas bersedia meninjau kembali keyakinan
kelas dari waktu ke waktu.
langkah-langkah
pembentukan keyakinan
kelas

1.Memberikan kesempatan kepada smeua siswa untuk berpendapat


tentang peraturan yang perlu disepakati di kelas.
2.Mencatat semua masukkan siswa di papan tulis atau di kertas
besar, sehingga semua siswa bisa melihatnya.
3.Menyusun keyakinan kelas sesuai prosedur Pembentukan Keyakinan
Kelas.
Ubahlah kalimat negatif menjadi kalimat positif. Contoh: Jangan berlari di
kelas menjadi berjalanlah di kelas.
4.Meninjau kembali daftar pendapat yang telah dicatat, kemudian mengajak
siswa untuk menacri nilai kebajikan atau keyakinan yang menjadi inti
peraturan tersebut. Contoh: berjalan di kelas, mendengarkan guru, dan
datang tepat waktu bisa disarikan menjadi 1 keyakinan, yaitu saling
menghormati. Keyakinan-keyakinan ini kemudian dijadikan daftar untuk
disepakati.
langkah-langkah
pembentukan keyakinan
kelas

5.Meninjau ulang keyakinan kelas secara bersama-


sama. Hendaknya keyakinan kelas tidak terlalu banyak agar
mudah untuk diingat (3-7 keyakinan/prinsip)
6.Setelah keyakinan kelas selesai dibuat, maka
semua anggota kelas dapat meninjau ulang dan
menyetujuinya dengan menandatanganinya (guru dan siswa)
7.Keyakinan kelas dapat ditempel di dinding kelas
agar mudah untuk dilihat.
Contoh keyakinan
kelas
Kegiatan-Kegiatan
Pendalaman Keyakinan
Kelas
1. Kegiatan Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti
Kegiatan ini dilakukan dengan membagi anggota kelas menjadi
beberapa kelompok. Setiap kelompok diberikan kertas. Salah satu
kelompok menuliskan hurut T kapital yang besar (Tabel T). Guru
memberikan salah satu Keyakinan Kelas kepada tiap kelompk.
Dua kelompok dapat diberikan keyakinan yang sama, jika ada 10
kelompok. Kemudian, setiap kelompok diminta memberikan
pendapat tentang keyakinan tersebut, tampak seperti apa,
tampak seperti apa. Kemudian hasil setiap kelompok
dipresentasikan pada kelompok besar dan kertasnya ditempel di
sekeliling dinding kelas agar dapat dilihat oleh semua anggota
kelas untuk menguatkan pemahaman.
Contoh Tampak
Seperti/Tidak Tampak
Seperti

N0 TAMPAK SEPERTI TIDAK TAMPAK SEPERTI


.

1.
Saling bantu membantu dengan Acuh tak acuh
teman

Melanggar
2. atau
Bersikap patuh dan taat
menghindar

3. Menghargai dan menghormati pendapat Memaksakan


orang kehendak
lain sendiri
PERCAYA DAN
MENGHORMATI ORANG LAIN
DAN BARANG MILIKNYA

N0 TAMPAK SEPERTI TIDAK TAMPAK SEPERTI


.

Meminta izin terlebih dahulu jika Langsung memakai barang milik


1. meminjam orang lain

Menghargai dan
Memaksakan kehendak sendiri
2. menghormati pendapat
orang lain

Tidak mau berteman dengan


3. Saling bertegur sapa dan yang berbeda suku, agama,dan
mengucap ras
salam
PERCAYA DAN
MENGHORMATI ORANG LAIN
DAN BARANG MILIKNYA

N0 TAMPAK SEPERTI TIDAK TAMPAK SEPERTI


.

Meminta izin terlebih dahulu jika Langsung memakai barang milik


1. meminjam orang lain

Menghargai dan
Memaksakan kehendak sendiri
2. menghormati pendapat
orang lain

Tidak mau berteman dengan


3. Saling bertegur sapa dan yang berbeda suku, agama,dan
mengucap ras
salam
SETIAP ANGGOTA KELAS
MELAKUKAN TUGAS
TERDENGAR
TERDENGAR
Mari saya bantu
Permisi saya mau
lewat
Ayo kita sama-sama
belajar Ayo kita bermain
Saya siap
melaksanakan tugas
BERPRILAKU
TERLIHAT Saling tolong
Kekeluargaan menolong Saling
menghormati Belajar
Sopan dan
bersama
rukun Tidak membeda-
Semangat dan aktif bedakan teman
Belajar Bermain bersama- Menjalankan piket
sama Kelas bersih dan kelas dengan baik
rapih
KEGIATAN TUGAS SAYA KAMU (TUGAS GURU-TUGAS
MURID)
TUGAS GURU TUGAS MURID

Mendidik Belaja
Mengikuti
r Peraturan
Mengajar kela
Mengatur Menjalankan
s keyakinan
kelas kelas/sekolah
Selalu menghormati
Menjalankan keyakinan
guru dan bersikap
kelas/sekolah sopan
Perduli dan
menuntun semua
murid
Dalam penerapan
keyakinan kelas, jika
terjadi pelanggaran tentu
akan ada sanksi/hukuman
atau restitusi. Hukuman
merupakan identitas gagal
dan disiplin merupakan
identitas berhasil. Lebih
jelas dapat membaca
tabel berikut!
HUKUMAN BERSIFAT TIBA-TIBA ATAU TIDAK TERENCANA. SISWA TIDAK
TAHU APA YANG AKAN TERJADI DAN TIDAK DILIBATKAN. DISAMPING ITU,
HUKUMAN HANYA BERSIFAT SATU ARAH DARI GURU YANG MEMBERIKAN
DAN SISWA HANYA MENERIMA HUKUMAN TERSEBUT TANPA SUATU
DISKUSI ATAU ARAHAN DARI GURU, BAIK SEBELUM ATAU SESUDAHNYA.
HUKUMAN BERUPA FISIK MAUPUN VERBAL AKAN MEMBUAT SISWA
TERSAKITI.

SEDANGKAN DISIPLIN DALAM BENTUK SANKSI ATAU KONSEKUENSI, SUDAH


TERENCANA ATAU SUDAH DIBAHAS DAN DISEPAKATI SEBELUMNYA OLEH
GURU DAN SISWA. SANKSI DIBUAT OLEH GURU/SEKOLAH DAN SISWA SUDAH
MENGETAHUI SANKSI/KONSEKUENSI YANG AKAN DITERIMA. TETAPI,
SANKSI/KONSEKUENSI TETAP MEMBUAT SISWA MERASA TIDAK NYAMAN
DALAM JANGKA WAKTU PENDEK.
Dihukum oleh Penghargaan
Sama halnya dengan hukuman, ternyata penghargaan juga seperti menghukum
seseorang. Berikut pengaruh buruk penghargaan terhadap anak menurut Kohn:

1)Memberikan Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang; Penghargaan


diberikan untuk membuat seseorang melakukan sesuatu dalam jangka waktu pendek.
Jika terlalu sering menggunakan penghargaan, maka orang tersebut akan
bergantung pada penghargaan dan akan kehilangan motivasi internalnya. Lama-
kelamaan orang tersebut menjadi tidak menyadari tindakan baik yang dilakukan.

2)Penghargaan Tidak Efektif; Penghargaan merupakan suatu benda atau peristiwa


yang diinginkan yang dibuat dengan suatu syarat tertentu. Penghargaan
diperoleh jika melakukan hal yang disyaratkan. Jika tidak mendapatkan penghargaan
yang diharapkan, maka akan timbul rasa kecewa dan berkecil hati dan kemungkinan di
lain waktu tidak akan berusaha sekeras sebelumnya. Kita juga harus terus-menerus
memberikan penghargaan, jika ingin seseorang melakukan sesuatu. Orang yang berusaha
berhenti merokok bila diberi penghargaan tidak akan berhasil.
Dihukum oleh Penghargaan
3)Penghargaan Merusak Hubungan; ketika seseorang diberikan
penghargaan, maka akan timbul rasa iri dari orang yang tidak menyukainya.
Jika guru sering memberikan penghargaan kepada siswanya, maka
kemungkinan siswanya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya.
Persaingan juga menimbulkan persaingan di dalam kelas dan berujung pada
kecemasan. Bagi yang percaya bahwa mereka tidak akan mendapat
kesempatan untuk mendapat penghargaan, maka akan berhenti mencoba.
4) Penghargaan Mengurangi Ketepatan
5)Penghargaan Menghukum; Penghargaan menghukum mereka yang
tidak mendapat penghargaan. Penghargaan dan menghukum adalah hal
yang sama karena keduanya berusaha mengendalikan perilaku seseorang.
Pada dasarnya, setiap orang tidak suka dikendalikan, dalam jangka waktu lama,
penghargaan akan terlihat sebagai hukuman. Jika penghargaan sangat
diharapkan, tapi kita tidak mendapatkannya, maka akan merasa dihukum.
5 KEBUTUHAN D A S A R M A N U S I A
Posisi Kontrol
Guru
Menurut Diane Gossen, terdapat
5 posisi kontrol seorang guru
terhadap siswanya, yaitu:
TUJUAN DARI 5 POSISI KONTROL GURU
T E R H A D A P SISWA A D A L A H M E N C A P A I POSISI
M A N A J E R , D I M A N A P A D A POSISI INI SISWA
D A P A T M E N J A D I PRIBADI Y A N G MANDIRI,
MERDEKA, D A N BERTANGGUNG J A W A B A T A S
S E G A LA PERILAKU D A N SIKA PNYA, Y A N G P A D A
A K H I R N Y A D A P A T M E N C I P T A K A N LINGKUNGAN
Y A N G POSITIF, A M A N , D A N N Y A M A N .
RESTITUSI
Restitusi sebagai Sebuah Cara Menanamkan Disiplin
Positif pada Siswa
Menurut Gossen, restitusi merupakan proses
menciptakan posisi bagi siswa untuk memperbaiki
kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada
kelompoknya, dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi
dapat membantu siswa menjadi lebih mempunyai tujuan,
disiplin positif, dan memulihkan dirinya ketika berbuat
kesalahan. Restitusi menguntungkan korban dan si
pembuat salah (win-win solution)
CIRI-CIRI RESTITUSI
1.Restitusi bukan menebus kesalahan, tetapi
untuk belajar dari kesalahan
2.Restitusi memperbaiki hubungan
3.Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
4.Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri
5.Restitusi mencari kebutuhan dasar
yang mendasari tindakan
6.Restitusi diri adalah cara yang terbaik
7.Restitusi fokus pada karakter, bukan
tindakan
8.Restitusi menguatkan
9.Restitusi mengembalikan siswa yang
berbuat salah apda kelompoknya
SEGITIGA RESTITUSI
Segitiga tersebut dibagi menjadi 3 sisi, yaitu:
1) Sisi Menstabilkan Identitas
Sisi ini merupakan bagian dasar dari segitiga yang bertujuan untuk
mengubah identitas anak dari yang gagal karena melakukan
kesalahan menjadi orang yang sukses. Contoh kalimat yang dapat
digunakan kepada anak, yaitu:
Berbuat salah itu tidak apa-apa
Tidak ada manusia yang
sempurna Kita bisa
menyelesaikannya.
Bapak tidak tertarik untuk mencari siapa yang salah, tapi
bapak ingin mencari solusi dari permasalahan ini
Ketika anak fokus pada kesalahan, maka akan sulit untuk
melakukan restitusi. Hal ini karena:
Rasa bersalah menguras energi
Merasa bersalah berarti identitas gagal
Rasa bersalah membuat kita terperangkap pada masa lalu
yang sudah tidak bisa diubah lagi.
Segitiga Restitusi
2) Sisi Validasi Tindakan yang Salah
Restitusi tidak menyarankan guru berbiacara kepada siswa, bahwa
melanggar peraturan adalah sikap yang baik. Tetapi, dalam
restitusi harus memahami alasannya dan memahami bahwa setiap
orang pasti melakukan hal yang terbaik pada waktu tertentu.
Untuk itu perlu dilakukan validasi terhadap kebutuhan dari siswa
dengan menggunakan contoh kalimat berikut:
Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya
Kamu pasti punya alasan menapa melakukan hal itu?
Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus
menambahkan sikap baru!
3) SISI MENANYAKAN KEYAKINAN
SETELAH MELALUII LANGKAH 1 DAN 2 DII ATAS,, M A K A ANAK
TELAH SIIAP UNTUK DIIHUBUNGKAN DENGAN NIILAII-NIILAII
YANG DIIPERCAYA DAN BERPIINDAH MENJADII ORANG YANG
DIIIINGIINKAN.. CONTOH PERTANYAAN YANG D A P A T
DIIGUNAKAN,, YAIITU::
A P A YANG KIITA PERCAYA SEBAGAII KELAS
A T A U KELUARGA?
A P A NIILAII-NIILAII UMUM YANG KIITA TELAH
SEPAKATII?
KAMU M A U JADII ORANG YANG SEPERTII A P A ?
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai