1.4
M E M B A N GU N B U D A YA P O S I T I F
O leh.
NURUL KHAYAN,S.Pd.
CGP ANGKATAN 7
K E S E PA K AT A N S O S I A L I S A S I
M E N G I N G AT K E M A B L I
PEMBAHASAN
1. P e r u b a h a n P a r a d i g m a 9. D i h u k u m P e n g h a r g a a n
3. M o t i v a s i 11. P o s i s i K o n t r o l s e b a g a i Gu ru
4.Tujuan D i s i p l i n 12.P o s i s i K o n t r o l s e b a g a i
Positif Re s t i t u s i
5.M e m b u a t 13.Menanamkan disiplin
K e y a k i n a n Kelas kepada siswa akan menjadi
Restitusi
6.K e g i a t a n P e n d a l a m a n
K e y a k i n a n Kelas 14.C i r i - C i r i R es t i t u s i
15.S e g i t i g a R e s t i t u s i
7.Tampak Seperti/Tidak Tamp ak
Seperti
8.M e m p e l a j a r i T a n g g u n g J a w a b
s e t i a p w a r g a kelas
A PA I T U B U D AYA P O S I T I F ?
Budaya positif adalah implementasi nilai-nilai atau keyakinan yang umum diterapkan di sekolah.
Contoh sederhana : Literasinya berdoa sebelum belajar, keberihan kelas
Budaya positif sangatlah penting dalam karakter anak. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan/institusi pembentukan karakter, hal ini sangatlah penting dalam pembentukan
karakter pada murid. Maka budaya positif di sekolah perlu diciptakan dan diwujudkan serta di
kembangkan didalam pendidikan di sekolah. Adanya keberhasilan penerapan budaya positif
diawali dengan adanya perubahan paradigma tentang teori kontrol.
Sebagai guru berkewajiban mengontrol perilaku murid, agar murid berperilaku sesuai yang
kita harapkan. Menanamkan budaya positif sangat penting dilakukan, pengembangan budaya
positif dapat menumbuhkan motivasi instrinsik dalam diri peserta didik untuk menjadi pribadi
yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur serta akhlak yang mulia
Membangun Budaya
Dalam membangun
Positif
budaya positif, sekolah dapat menyediakan
lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar siswa mampu berpikir,
bertindak, menciptakan siswa merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab
serta mampu mewujudkan siswa yang memiliki karakter yang kuat. Pada
umumnya kata disiplin sangat berkaitan dengan kontrol guru terhadap
siswa.
Perubahan
Paradigma
Menurut Dr. William Glasser dalam Control Theory terdapat beberapa
miskonsepsi tentang kontrol, yaitu:
Guru mengontrol siswa; semua perilaku mempunyai tujuan, bahkan untuk
perilaku yang tidak disukai. Untuk itu, pada dasarnya, guru tidak dapat
memaksa siswa untuk berbuat sesuatu, jika siswa tersebut memilih
untuk tidak melakukannya. Walau guru tampaknya sedang mengontrol
perilaku siswa, tetapi sebenarnya siswa sedang mengizinkan
dirinya untuk dikontrol. Hal ini karena kontrol guru menjadi kebutuhan
dasar yang dipilih siswa.
Setiap siswa pasti mempunyai tujuan apa yang mereka lakukan, walaupun
siswa itu egois, nakal dan lain-lain, justru kita sebagai guru kita pahami
jikala suatu saat ada permasalahan kita bisa pahami terlebih dahulu dan
memberikan solusi yang baik dan berkeadilan untuk siswa serta
membangun siswa supaya membangun lebih luas dan berpikir sukses.
Perubahan
Paradigma
semua penguatan positif efektif dan bermanfaat;
Penguatan positif merupakan bentuk- bentuk kontrol untuk
mempengaruhi siswa agar mengulangi suatu perilaku
tertentu (Usaha untuk mengontrol siswa tersebut). Dalam
jangka waktu tertentu, kemungkinan siswa tersebut
akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan guru
atau mungkin akan menjadi tergantung pada pendapat guru
untuk berusaha.
Contoh pada kegiatan literasi setiap hari sabtu melakukan olahraga atau dalam kegiatan
membaca yasin bersama setiap hari jumat atau kegatan di luar kelas atau di dalam
kelas, apakah semua siswa tersebut menikmatinya? Jika siswa itu tidak merasa
kenyamanan justru siswa tersebut mengalihkan kegiatan itu yang mungkin tidak
nyaman akan melakukan bergurau dengan teman, mengobrol, main-main. Pada
dasarnya siswa tersebut tidak amu di kontrol, akan tetapi kita sebagai guru
membutuhkan mimbingan terhadap siswa tersebut dalam hal ini adalah bentuk
menuntun bagai mana mereka mengarahkan suatu hal yang benar tidak over control
didalam dirinya. Jika tidak diarahakan maka akan menjadi sebuah kebiasaan yang tidak
nyaman.
Perubahan Paradigma
Anggota kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok diberikan
kertas. Salah satu anggota kelompok membuat hurut T kapital yang besar (Tabel
T). Guru memberikan salah satu ‘keyakinan kelas’ kepada setiap kelompok. Dua
kelompok bisa mendapatkan keyakinan yang sama bila ada 10 kelompok.
Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk bercurah pendapat tentang keyakinan
tersebut, tampak seperti apa, tampak tidak seperti apa. Kemudian hasil curah
pendapat setiap kelompok dipresentasikan pada kelompok besar, dan kertasnya
ditempel di sekeliling dinding kelas untuk dapat dilihat setiap warga kelas agar
menguatkan pemahaman.
CONTOH TAMPAK SEPERTI/TIDAK TAMPAK SEPERTI
Kembalikan barang ke tempatnya..... (Bertanggung jawab)
Dilarang Mengganggu Orang Lain.... (Saling Menghormati)
Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran
dimulai.... (Menghormati Orang Lain, Komitmen)
Dilarang Melakukan Kekerasan Keamanan.... (Saling
Menghormati)
Dilarang Menggunakan Narkoba ....(Kesehatan)
Bergantian atau menunggu giliran.... (Menghormati Orang Lain,
Berempati)
Dilarang Merokok Kesehatan,..... (Menghormati Orang Lain)
Gunakan masker Kesehatan,..... (Keamanan
CONTOH TUGAS
ANGGOTA KELAS MELAKUKAN
TERDENGAR
Mari saya bantu
Permisi saya mau
lewat
Ayo kita sama-sama
belajar Ayo kita bermain
Saya siap
TERLIHAT melaksanakan tugas BERPRILAKU
Kekeluargaan Saling tolong
menolong Saling
Sopan dan
menghormati Belajar
rukun
bersama
Semangat dan aktif Tidak membeda-
Belajar Bermain bersama- bedakan teman
sama Kelas bersih dan Menjalankan piket
KEGIATAN TUGAS SAYA K A M U (TUGAS GURU – T U G A S MURID)
PERMASALAHAN
Dalam menjalankan peraturan ataupun
keyakinan kelas, bilamana ada suatu
pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi.
Untuk itu kita perlu meninjau ulang penerapan
penegakan peraturan atau keyakinan kelas kita
selama ini. Penerapan terhadap suatu
pelanggaran bisa dalam bentuk hukuman atau
sanksi, atau berupa Restitusi. Namun sebelum
kita melangkah kepada penerapan Restitusi, kita
perlu bertanya adakah perbedaan antara
hukuman dan Sanksi? Bila sama, di mana
persamaannya? Bila berbeda, bagaimana
perbedaannya?
Perlu ditambahkan bahwa bentuk sanksi untuk
lingkungan pendidikan disesuaikan menjadi
konsekuensi. Pemahaman konsekuensi adalah
bahwa dalam setiap tindakan atau perbuatan,
pasti akan berkonsekuensi, baik atau kurang baik.
Di bawah ini akan ditunjukkan bagan perbedaan
hukuman dan konsekuensi serta restitusi.
Berdasarkan bagan di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak
terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak
dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid
hanya menerima suatu hukuman tanpa suatu diskusi atau pengarahan dari pihak guru,
baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun
verbal dan murid disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.
Sementara disiplin dengan bentuk sanksi atau konsekuensi, sudah terencana atau sudah
disepakati. Sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Biasanya pembentukan
sanksi atau konsekuensi dibentuk oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah
mengetahui sanksi/konsekuensi yang akan diterima. Pada sanksi/konsekuensi, murid
tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi atau sanksi
biasanya diberikan berdasarkan suatu pengukuran, misalnya: setelah 3 kali ditegur di
kelas oleh guru karena tugasnya belum selesai, atau mengobrol, maka murid akan
kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya.
Peraturan ini sudah diketahui oleh murid dan diketahui sebelumnya. Guru senantiasa
perlu memonitor murid.
Dalam penerapan keyakinan
kelas, jika terjadi pelanggaran
tentu akan ada
sanksi/hukuman atau restitusi.
Hukuman merupakan
identitas gagal dan disiplin
merupakan identitas berhasil.
• Penghargaan berlaku untuk Kesimpulanya.
Pengaruh mendapatkan seseorang Penghargaan diberikan untuk membuat
melakukan sesuatu dalam seseorang melakukan sesuatu dalam jangka
Jangka waktu pendek. Jika terlalu sering
jangka waktu pendek.
Pendek menggunakan penghargaan, maka orang
tersebut akan bergantung pada
dan Jangka penghargaan dan akan kehilangan motivasi
Panjang internalnya. Lama-kelamaan orang tersebut
menjadi tidak menyadari tindakan baik
yang dilakukan.
Kesimpulanya :
Penghargaan merupakan suatu benda atau peristiwa yang diinginkan yang dibuat dengan suatu syarat
tertentu. Penghargaan diperoleh jika melakukan hal yang disyaratkan. Jika tidak mendapatkan
penghargaan yang diharapkan, maka akan timbul rasa kecewa dan berkecil hati dan kemungkinan di lain
waktu tidak akan berusaha sekeras sebelumnya. Kita juga harus terus-menerus memberikan
penghargaan, jika ingin seseorang melakukan sesuatu. Orang yang berusaha berhenti merokok bila
diberi penghargaan tidak akan berhasil.
Penghargaan Merusak Hubungan
• Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang
lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang
diberikan penghargaan tersebut.
• Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada murid-muridnya, besar
kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya.
Mereka tidak akan bersikap jujur kepada guru tersebut.
• Penghargaan menciptakan persaingan di dalam kelas, dan persaingan menciptakan
kecemasan.
• Mereka yang percaya bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan
penghargaan akan berhenti mencoba.
kesimpulan
ketika seseorang diberikan penghargaan, maka akan timbul rasa iri dari orang yang
tidak menyukainya. Jika guru sering memberikan penghargaan kepada siswanya, maka
kemungkinan siswanya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya. Persaingan
juga menimbulkan persaingan di dalam kelas dan berujung pada kecemasan. Bagi yang
percaya bahwa mereka tidak akan mendapat kesempatan untuk mendapat
penghargaan, maka akan berhenti mencoba.
Penghargaan Menghukum