Anda di halaman 1dari 72

M E N YA N I K A N I N D O N E S I A R A YA

1.4

M E M B A N GU N B U D A YA P O S I T I F
O leh.
NURUL KHAYAN,S.Pd.

CGP ANGKATAN 7
K E S E PA K AT A N S O S I A L I S A S I
M E N G I N G AT K E M A B L I
PEMBAHASAN
1. P e r u b a h a n P a r a d i g m a 9. D i h u k u m P e n g h a r g a a n

2. D i s i p l i n 10. Kebutuhan Dasar Manusia

3. M o t i v a s i 11. P o s i s i K o n t r o l s e b a g a i Gu ru
4.Tujuan D i s i p l i n 12.P o s i s i K o n t r o l s e b a g a i
Positif Re s t i t u s i
5.M e m b u a t 13.Menanamkan disiplin
K e y a k i n a n Kelas kepada siswa akan menjadi
Restitusi
6.K e g i a t a n P e n d a l a m a n
K e y a k i n a n Kelas 14.C i r i - C i r i R es t i t u s i
15.S e g i t i g a R e s t i t u s i
7.Tampak Seperti/Tidak Tamp ak
Seperti
8.M e m p e l a j a r i T a n g g u n g J a w a b
s e t i a p w a r g a kelas
A PA I T U B U D AYA P O S I T I F ?
Budaya positif adalah implementasi nilai-nilai atau keyakinan yang umum diterapkan di sekolah.
Contoh sederhana : Literasinya berdoa sebelum belajar, keberihan kelas

Budaya positif sangatlah penting dalam karakter anak. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan/institusi pembentukan karakter, hal ini sangatlah penting dalam pembentukan
karakter pada murid. Maka budaya positif di sekolah perlu diciptakan dan diwujudkan serta di
kembangkan didalam pendidikan di sekolah. Adanya keberhasilan penerapan budaya positif
diawali dengan adanya perubahan paradigma tentang teori kontrol.
Sebagai guru berkewajiban mengontrol perilaku murid, agar murid berperilaku sesuai yang
kita harapkan. Menanamkan budaya positif sangat penting dilakukan, pengembangan budaya
positif dapat menumbuhkan motivasi instrinsik dalam diri peserta didik untuk menjadi pribadi
yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur serta akhlak yang mulia
Membangun Budaya
Dalam membangun
Positif
budaya positif, sekolah dapat menyediakan
lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar siswa mampu berpikir,
bertindak, menciptakan siswa merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab
serta mampu mewujudkan siswa yang memiliki karakter yang kuat. Pada
umumnya kata disiplin sangat berkaitan dengan kontrol guru terhadap
siswa.
Perubahan
Paradigma
Menurut Dr. William Glasser dalam Control Theory terdapat beberapa
miskonsepsi tentang kontrol, yaitu:
Guru mengontrol siswa; semua perilaku mempunyai tujuan, bahkan untuk
perilaku yang tidak disukai. Untuk itu, pada dasarnya, guru tidak dapat
memaksa siswa untuk berbuat sesuatu, jika siswa tersebut memilih
untuk tidak melakukannya. Walau guru tampaknya sedang mengontrol
perilaku siswa, tetapi sebenarnya siswa sedang mengizinkan
dirinya untuk dikontrol. Hal ini karena kontrol guru menjadi kebutuhan
dasar yang dipilih siswa.
Setiap siswa pasti mempunyai tujuan apa yang mereka lakukan, walaupun
siswa itu egois, nakal dan lain-lain, justru kita sebagai guru kita pahami
jikala suatu saat ada permasalahan kita bisa pahami terlebih dahulu dan
memberikan solusi yang baik dan berkeadilan untuk siswa serta
membangun siswa supaya membangun lebih luas dan berpikir sukses.
Perubahan
Paradigma
semua penguatan positif efektif dan bermanfaat;
Penguatan positif merupakan bentuk- bentuk kontrol untuk
mempengaruhi siswa agar mengulangi suatu perilaku
tertentu (Usaha untuk mengontrol siswa tersebut). Dalam
jangka waktu tertentu, kemungkinan siswa tersebut
akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan guru
atau mungkin akan menjadi tergantung pada pendapat guru
untuk berusaha.
Contoh pada kegiatan literasi setiap hari sabtu melakukan olahraga atau dalam kegiatan
membaca yasin bersama setiap hari jumat atau kegatan di luar kelas atau di dalam
kelas, apakah semua siswa tersebut menikmatinya? Jika siswa itu tidak merasa
kenyamanan justru siswa tersebut mengalihkan kegiatan itu yang mungkin tidak
nyaman akan melakukan bergurau dengan teman, mengobrol, main-main. Pada
dasarnya siswa tersebut tidak amu di kontrol, akan tetapi kita sebagai guru
membutuhkan mimbingan terhadap siswa tersebut dalam hal ini adalah bentuk
menuntun bagai mana mereka mengarahkan suatu hal yang benar tidak over control
didalam dirinya. Jika tidak diarahakan maka akan menjadi sebuah kebiasaan yang tidak
nyaman.
Perubahan Paradigma

bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah


dapat menguatkan karakter; Menggunakan kritik dan rasa
bersalah untuk mengontrol siswa membuat siswa
menuju identitas yang gagal karena secara tidak langsung
mengajarkan mereka belajar untuk merasa buruk tentang
dirinya sendiri.
jika ini guru mengatakan kapada siswa “BODOH BANGET KAMU! . KAMU SALAH
TERUS!. KAMU GA PERNAH BENER. SELALU KAMU YANG BERMASALAH”
Secara tidak langsung guru akan membentuk karakter siswa merasa bersalah dan gagal
pada diri mereka. Kita sebagai guru diusahakan menghindari dengan perkataan
tersebut untuk mereka akan tetapi dengan cara menganggap semua manusia pernah
melakukan kesalahan dan ajak lah siswa tersebut dengan bimbingan khusus.
Perubahan Paradigma

bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa;


perilaku yang memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu
yang panjang dan bahkan dapat membentuk suatu permusuhan.
Gambaran yang biasa dilakukan adalah jika siswa tersbut salah maka
mendapatkan hukuman, biasanya guru memberikan hukuman terhadap siswa
bertujuan untuk mereka merasa takut/jera dan tidak mengulangi lagi. Akan tetapi
pada hal tersebut yang dilaukan oleh guru terhadap siswa menganggapan hal yang
mudah di hadapi dan terus mengulang kembali melakukan kesalahan. Maka efek
memberikan rasa takut kepada siswa hanya yang bisa di rasakan jangka pendek.
M E N U R U T S T E P H E N R. COVEY PADA TAHUN (1991)

jika ingin membuat kemajuan perlahan, ubahlah sikap atau perilaku


Anda. Tetapi, jika ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka
kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah cara Anda
melihat dunia, ubahlah cara Anda berpikir tentang manusia,
ubahlah pradigma Anda, Skema pemahaman dan penjelasan
aspek- aspek tertentu tentang kenyataan.
MAKNA KATA DISIPLIN
Bapak Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa, untuk menciptakan siswa
yang merdeka, maka syarat utamanya harus mempunyai disiplin yang
kuat, yaitu disiplin diri yang berasal dari motivasi internal (dari dalam
diri sendiri). Jika tidak mempunyai motivasi internal, maka diperlukan
motivasi eksternal (orang lain) untuk mendisiplinkan dirinya.
Diana Gossen menyatakan bahwa kata disiplin berasal dari bahasa latin,
disciplina yang berarti belajar. Kata disciplina juga berasal dari akar kata
yang sama, yaitu disciple atau murid/pengikut. Diana juga menyatakan
bahwa, disiplin juga berkonotasi dengan disiplin diri siswa. Disiplin diri
dapat membuat seseorang menggali semua potensi dirinya untuk mencapai
suatu tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna.
Maka disiplin merupakan rasa ke taatan kepada suatu keyakinan atau
kemandirian yang kuat dan kepatuhan terhadap nilai – nilai dipercaya
dan menjadi sebuah tanggung jawabnya. Kutipan dari bapak Ki Hajar
Dewantara dan Diana Gossen disiplin merupakan kemandirian yang
tumbuh dari dalam diri sendiri yang terdorong oleh motivasi internal
maupun eksternal untuk menghasilkan potensi yang ada pada diri
sendiri untuk mencapai tujuan yang berharga dan bermakna positif. .
MOTIVASI PERILAKU MANUSIA
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline,
menyatakan ada tiga motivasi perilaku manusia yaitu
1. untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman,
2. untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain,
3. untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai
diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Kutipan dari Diane Gossen dalam bukunya
Restructuring School Discipline ia lah sebagai
mana motifasi tersebut akan melakukan
suatu nilai nilai yang mereka yakini dan
hargai, akan menjadi orang mempunyai
disiplin positif karena motivasinya bersifat
internal.
Hal yang tidak boleh dilakukan terhadap
siswa ya itu:
Mendaptkan imbalan atau penghargaan dari
orang lain, mendapatkan pujian atau hadiah
Karena siswa akan cenderung berfokus kepada
imbalan atau pengharaanya bukan dalam
prestasinya atau sifatnya.
T U J UAN D I S I P L I
N POSITIF
yaitu untuk menjadi orang yang mereka
inginkan dan menghargai diri sendiri dengan
nilai-nilai yang mereka percaya

Budaya Disiplin Positif di sekolah


merupakan nilai-nilai, kayakinan-keyakinan
dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang
berpihak pada murid. Hal ini bertujuan untuk
membuat murid menjadi pribadi yang kritis,
penuh hormat dan bertanggung jawab
seperti Diskusi Keyakinan Kelas dengan
Warga Kelas, Siswa Menuliskan Keyakinan
Kelas yang Telah Disepakati
KEYAKINAN KELAS

Keyakinan kelas adalah sesuatu yang diyakini


bersama yang berasal dari penyatuan pikiran
untuk menjadi nilai-nilai kebaikan untuk
diturunkan di kelas-kelas
Pertama, guru meminta P E M B U ATA N
semua murid di kelas K E YA K I N A N
untuk menuliskan apa saja
aturan yang perlu KELAS
disepakati bersama di
kelas

Kedua, semua usulan


dari murid ditulis pada
papan tulis. Ketiga, kalimat-kalimat yang
sudah disepakati menjadi
keyakinan kelas diubah
menjadi kalimat positif.
Catatan :
Keyakinan kelas bersifat lebih abstrak daripada
peraturan yang lebih rinci dan nyata. Keyakinan
kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
Pernyataan keyakinan kelas selalu dibuat dalam
bentuk positif. Keyakinan kelas harusnya dibuat
tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat
dan dipahami oleh semua anggota kelas.
Keyakinan kelas hendaknya sesuatu yang
dapat diterapkan di lingkungan itu. Semua
anggota kelas hendaknya ikut berkontribusi
dalam pembuatan keyakinan kelas melalui
kegiatan curah pendapat. Semua anggota
kelas bersedia meninjau kembali keyakinan
kelas dari waktu ke waktu.
Prosedur Pembentukan Keyakinan Kelas:
1. Mempersilakan murid-murid di kelas untuk bercurah pendapat tentang
peraturan yang perlu disepakati di kelas.
2. Mencatat semua masukan-masukan para murid di papan tulis atau di
kertas besar (kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas bisa
melihat hasil curah pendapat.
3. Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan
Kelas’. Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif.
Contoh: Kalimat negatif : Jangan berlari di kelas atau koridor. Kalimat positif:
Berjalanlah di kelas atau koridor.
4. Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Anda mungkin
akan mendapati bahwa pernyataan yang tertulis di sana masih banyak yang
berupa peraturan-peraturan. Selanjutnya, ajak murid-murid untuk
menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang menjadi inti dari peraturan
tersebut. Contoh: Berjalan di kelas, Dengarkan Guru, Datanglah tepat waktu
bisa disarikan menjadi 1 Keyakinan, yaitu keyakinan untuk Saling
Menghormati atau nilai kebajikan Hormat. Keyakinan inilah yang dijadikan
daftar untuk disepakati. Kegiatan ini juga merupakan peralihan dari bentuk
peraturan ke keyakinan kelas.
5. Tinjau ulang Keyakinan Kelas secara bersama-sama. Seharusnya setelah beberapa
peraturan telah disatukan menjadi beberapa keyakinan maka jumlah butir pernyataan
keyakinan akan berkurang. Sebaiknya keyakinan kelas tidak terlalu banyak, bisa
berkisar antara 3-7 prinsip/keyakinan. Bilamana terlalu banyak, maka warga kelas akan
sulit mengingatnya.
6. Setelah keyakinan kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan
meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan kelas tersebut,
termasuk guru dan semua murid.
7. Keyakinan Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah
dilihat semua warga kelas
C O N T O H KEYAKINAN KELAS
Agar semua warga kelas dapat memahami setiap pernyataan
yang telah tercantum dalam keyakinan kelas, maka selama
seminggu di awal tahun ajaran baru dapat didedikasikan untuk
pendalaman setiap keyakinan dengan berbagai kegiatan.
K E G I ATA N TA M PA K S E P E RT I / T I D A K TA M PA K
S E P E RT I :

Anggota kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok diberikan
kertas. Salah satu anggota kelompok membuat hurut T kapital yang besar (Tabel
T). Guru memberikan salah satu ‘keyakinan kelas’ kepada setiap kelompok. Dua
kelompok bisa mendapatkan keyakinan yang sama bila ada 10 kelompok.
Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk bercurah pendapat tentang keyakinan
tersebut, tampak seperti apa, tampak tidak seperti apa. Kemudian hasil curah
pendapat setiap kelompok dipresentasikan pada kelompok besar, dan kertasnya
ditempel di sekeliling dinding kelas untuk dapat dilihat setiap warga kelas agar
menguatkan pemahaman.
CONTOH TAMPAK SEPERTI/TIDAK TAMPAK SEPERTI
Kembalikan barang ke tempatnya..... (Bertanggung jawab)
Dilarang Mengganggu Orang Lain.... (Saling Menghormati)
Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran
dimulai.... (Menghormati Orang Lain, Komitmen)
Dilarang Melakukan Kekerasan Keamanan.... (Saling
Menghormati)
Dilarang Menggunakan Narkoba ....(Kesehatan)
Bergantian atau menunggu giliran.... (Menghormati Orang Lain,
Berempati)
Dilarang Merokok Kesehatan,..... (Menghormati Orang Lain)
Gunakan masker Kesehatan,..... (Keamanan
CONTOH TUGAS
ANGGOTA KELAS MELAKUKAN

TERDENGAR
Mari saya bantu
Permisi saya mau
lewat
Ayo kita sama-sama
belajar Ayo kita bermain
Saya siap
TERLIHAT melaksanakan tugas BERPRILAKU
Kekeluargaan Saling tolong
menolong Saling
Sopan dan
menghormati Belajar
rukun
bersama
Semangat dan aktif Tidak membeda-
Belajar Bermain bersama- bedakan teman
sama Kelas bersih dan Menjalankan piket
KEGIATAN TUGAS SAYA K A M U (TUGAS GURU – T U G A S MURID)
PERMASALAHAN
Dalam menjalankan peraturan ataupun
keyakinan kelas, bilamana ada suatu
pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi.
Untuk itu kita perlu meninjau ulang penerapan
penegakan peraturan atau keyakinan kelas kita
selama ini. Penerapan terhadap suatu
pelanggaran bisa dalam bentuk hukuman atau
sanksi, atau berupa Restitusi. Namun sebelum
kita melangkah kepada penerapan Restitusi, kita
perlu bertanya adakah perbedaan antara
hukuman dan Sanksi? Bila sama, di mana
persamaannya? Bila berbeda, bagaimana
perbedaannya? 
Perlu ditambahkan bahwa bentuk sanksi untuk
lingkungan pendidikan disesuaikan menjadi
konsekuensi. Pemahaman konsekuensi adalah
bahwa dalam setiap tindakan atau perbuatan,
pasti akan berkonsekuensi, baik atau kurang baik.
Di bawah ini akan ditunjukkan bagan perbedaan
hukuman dan konsekuensi serta restitusi.
Berdasarkan bagan di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak
terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak
dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid
hanya menerima suatu hukuman tanpa suatu diskusi atau pengarahan dari pihak guru,
baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun
verbal dan murid disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.

Sementara disiplin dengan bentuk sanksi atau konsekuensi, sudah terencana atau sudah
disepakati. Sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Biasanya pembentukan
sanksi atau konsekuensi dibentuk oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah
mengetahui sanksi/konsekuensi yang akan diterima. Pada sanksi/konsekuensi, murid
tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi atau sanksi
biasanya diberikan berdasarkan suatu pengukuran, misalnya: setelah 3 kali ditegur di
kelas oleh guru karena tugasnya belum selesai, atau mengobrol, maka murid akan
kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya.
Peraturan ini sudah diketahui oleh murid dan diketahui sebelumnya. Guru senantiasa
perlu memonitor murid.
Dalam penerapan keyakinan
kelas, jika terjadi pelanggaran
tentu akan ada
sanksi/hukuman atau restitusi.
Hukuman merupakan
identitas gagal dan disiplin
merupakan identitas berhasil.
• Penghargaan berlaku untuk Kesimpulanya.
Pengaruh mendapatkan seseorang Penghargaan diberikan untuk membuat
melakukan sesuatu dalam seseorang melakukan sesuatu dalam jangka
Jangka waktu pendek. Jika terlalu sering
jangka waktu pendek.
Pendek menggunakan penghargaan, maka orang
tersebut akan bergantung pada
dan Jangka penghargaan dan akan kehilangan motivasi
Panjang internalnya. Lama-kelamaan orang tersebut
menjadi tidak menyadari tindakan baik
yang dilakukan.

• Jika kita menggunakan penghargaan


lagi, dan lagi, maka orang tersebut
akan bergantung pada penghargaan
yang diberikan, serta kehilangan • Jika kita mendapatkan penghargaan untuk
motivasi dari dalam. melakukan sesuatu yang baik, maka selain kita
senantiasa berharap mendapatkan
penghargaan tersebut lagi, kita pun menjadi
tidak menyadari tindakan baik yang kita
lakukan.
Penghargaan Tidak Efektif
• Suatu penghargaan adalah suatu benda atau peristiwa yang diinginkan, yang dibuat dengan
persyaratan: Hanya jika Anda melakukan hal ini, Anda akan mendapatkan penghargaan yang
diinginkan.
• Jika saya mengharapkan suatu penghargaan dan tidak mendapatkannya, maka saya akan kecewa
dan berkecil hati, serta kemungkinan lain kali saya tidak akan berusaha sekeras sebelumnya.
• Jika kita memberikan seseorang suatu penghargaan untuk melakukan sesuatu, maka kita harus terus
menerus memberikan penghargaan itu jika kita ingin orang tersebut meneruskan perilaku yang kita
inginkan.
• Orang yang berusaha berhenti merokok, atau orang yang berusaha diet menguruskan badan bila
diberikan penghargaan tidak akan berhasil.

Kesimpulanya :
Penghargaan merupakan suatu benda atau peristiwa yang diinginkan yang dibuat dengan suatu syarat
tertentu. Penghargaan diperoleh jika melakukan hal yang disyaratkan. Jika tidak mendapatkan
penghargaan yang diharapkan, maka akan timbul rasa kecewa dan berkecil hati dan kemungkinan di lain
waktu tidak akan berusaha sekeras sebelumnya. Kita juga harus terus-menerus memberikan
penghargaan, jika ingin seseorang melakukan sesuatu. Orang yang berusaha berhenti merokok bila
diberi penghargaan tidak akan berhasil.
Penghargaan Merusak Hubungan
• Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang
lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang
diberikan penghargaan tersebut.
• Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada murid-muridnya, besar
kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya.
Mereka tidak akan bersikap jujur kepada guru tersebut.
• Penghargaan menciptakan persaingan di dalam kelas, dan persaingan menciptakan
kecemasan.
• Mereka yang percaya bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan
penghargaan akan berhenti mencoba.

kesimpulan
ketika seseorang diberikan penghargaan, maka akan timbul rasa iri dari orang yang
tidak menyukainya. Jika guru sering memberikan penghargaan kepada siswanya, maka
kemungkinan siswanya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya. Persaingan
juga menimbulkan persaingan di dalam kelas dan berujung pada kecemasan. Bagi yang
percaya bahwa mereka tidak akan mendapat kesempatan untuk mendapat
penghargaan, maka akan berhenti mencoba.
Penghargaan Menghukum

• Penghargaan menghukum mereka yang tidak mendapatkan penghargaan. Misalnya


dalam sistem ‘ranking’. Mereka yang mendapatkan ranking kedua akan merasa
‘dihukum’.
• Penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena keduanya mencoba
mengendalikan perilaku seseorang.
• Karena orang pada dasarnya tidak suka dikendalikan, dalam jangka waktu lama,
penghargaan akan terlihat sebagai hukuman.
• Jika suatu penghargaan diharapkan, namun Anda tidak mendapatkannya, Anda akan
merasa dihukum.
Kesimpulan :
Penghargaan Menghukum; Penghargaan menghukum mereka yang tidak mendapat
penghargaan. Penghargaan dan menghukum adalah hal yang sama karena keduanya
berusaha mengendalikan perilaku seseorang. Pada dasarnya, setiap orang tidak suka
dikendalikan, dalam jangka waktu lama, penghargaan akan terlihat sebagai hukuman.
Jika penghargaan sangat diharapkan, tapi kita tidak mendapatkannya, maka akan merasa
dihukum.
HUKUMAN BERSIFAT TIBA-TIBA ATAU
SEDANGKAN DISIPLIN DALAM
TIDAK TERENCANA. SISWA TIDAK TAHU BENTUK SANKSI ATAU
APA YANG AKAN TERJADI DAN TIDAK KONSEKUENSI, SUDAH
DILIBATKAN. DISAMPING ITU, HUKUMAN TERENCANA ATAU SUDAH
DIBAHAS DAN DISEPAKATI
HANYA BERSIFAT SATU ARAH DARI
SEBELUMNYA OLEH GURU DAN
GURU YANG MEMBERIKAN DAN SISWA SISWA. SANKSI DIBUAT OLEH
HANYA MENERIMA HUKUMAN GURU/SEKOLAH DAN SISWA
TERSEBUT TANPA SUATU DISKUSI ATAU SUDAH MENGETAHUI
SANKSI/KONSEKUENSI YANG
ARAHAN DARI GURU, BAIK SEBELUM
AKAN DITERIMA. TETAPI,
ATAU SESUDAHNYA. HUKUMAN SANKSI/KONSEKUENSI TETAP
BERUPA FISIK MAUPUN VERBAL AKAN MEMBUAT SISWA MERASA TIDAK
NYAMAN DALAM JANGKA WAKTU
MEMBUAT SISWA TERSAKITI.
PENDEK.
KEBUTUHAN DASAR HIDUP
TUJUAN DARI 5 POSISI KONTROL GURU
T E R H A D A P SISWA A D A L A H M E N C A P A I POSISI
M A N A J E R , D I M A N A P A D A POSISI INI SISWA
D A P A T M E N J A D I PRIBADI Y A N G MANDIRI,
MERDEKA, D A N BERTANGGUNG J A W A B A T A S
S E G A L A PERILAKU D A N SIKA PNYA , Y A N G P A D A
A K H I R N Y A D A P A T M E N C I P T A K A N LINGKUNGAN
Y A N G POSITIF, A M A N , D A N N Y A M A N .
RESTITUS MENURUT PARA AHLI

Restitusi sebagai Sebuah Cara Menanamkan Disiplin Positif pada Siswa


Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada
kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004).
Menurut Gossen, restitusi merupakan proses menciptakan posisi bagi
siswa untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa
kembali pada kelompoknya, dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi
dapat membantu siswa menjadi lebih mempunyai tujuan, disiplin positif,
dan memulihkan dirinya ketika berbuat kesalahan. Restitusi
menguntungkan korban dan si pembuat salah (win-win solution)
iri-ciri restitusi yang membedakannya dengan program disiplin lainnya,
1) Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari
kesalahan,
2) Restitusi memperbaiki hubungan,
3) Restitusi adalah tawaran,
4) bukan paksaan,
5) Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri,
6) Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan,
7) Restitusi diri adalah cara yang paling baik,
8) Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan,
9) Restitusi menguatkan,
10) Restitusi fokus pada solusi,
11) Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya.
SEGITIGA RESTITUSI
M E N S TA B I L K A N I D E N T I TA S

Pada bagian dasar seitiga merupakan langkah pertama restitusi


yaitu menstabilkan identitas. Bagian ini bertujuan merubah orang
yang merasa gagal karena berbuat salah menjadi orang sukses.
Kita harus mampu meyakinkan mereka misalnya dengan berkata
“Saya pernah melakukan hal yang sama denganmu{”. Ketika
seseorang dalam kondisi emosional maka otak tidak mampu
berpikir rasional. Kondisi ini sangat tepat kita gunakan untuk
menstabilkan identitas. Kita membantu menenangkan mereka dan
mencari solusi untuk permasalahannya.
M E M VA L I D A S I T I N D A K A N YA N G S A L A H

Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah.


Pada langkah kedua kita terlebih dahulu memahami
kebutuhan dasar yang mendasari tindakan murid kita,
Menurut teori kontrol semua tindakan pasti memilki tujuan,
entah baik ataupun buruk. Ketika kita menolak murid yang
berbuat salah maka merka akan tetap dalam masalah. Yang
lebih diperlukan adalah kita memahami alasan mereka
berbuat kesalahan sehingga mereka merasa dipahami. 
M E N A N YA K A N K E YA K I N A N
KELAS
Menanyakan keyakinan kelas adalah langkah
selanjutnya. Ketika langkah pertama dan kedua
sukses dilakukan maka anak lebih siap dikaitkan
dengan nilai-nilai kebajikan yang dia percaya dan
berpindah menjadi orang yang dia inginkan.
Kehidupan masa depan yang mereka inginkan
sangat penting ditanyakan. Ketika gambaran
masa depannya sudah ditemukan, maka guru
dapat membantu mengarahkan mereka tetap
fokus pada gambarannya. Segitiga restitusi
dapat menumbuhkan motivasi internal murid
untuk disiplin positif dan terbiasa mencari solusi
dengan permasalahannya. 
MELIHAT VIDEO BERIKUT INI
Menstabilkan Identitas
Guru menanyakan “apakah tidak ada baju
pramuka” dan menanyakan alasan, siswa
menjawab “sudah di pakai kemarin”
Guru menguatkan identitas guru
memberikan ungkapan “ memang setiap
manusia pasti tidak jauh dari kesalahan”
guru juga menguatkan kembali identitas
siswa “bukan pinggano saja yang
mempunyai salah.
Validasi Tindakan Yang Salah
Guru menanyakan tidakan yang salah
“kenapa memakai baju muslim” siswa
menjawab “lupa dan kemarin memakai baju
pramuka” guru bertanya “ kalau hari jumat
seharunya memakai baju apa?” siswa
menjawab “ seharusnya memakai baju
pramuka” alip pinggano sudah merasakan
tindakan yang salah. guru menguatkan
kembali mengenai aturan aturan sekolah
dan guru mengfleshbackan kesalahan
pinggano yang sudah di alami. Guru
menanyakan “ apakah alip menyatat
kegiatan dan aturan apa saja di sekolah “
siswa menjawab “ tidak mencatatnya”
Menanyakan Keyakinan
Alip pinggano hari kamis memakai baju pramuka
hari jumat memakai baju muslim. Guru
memberikan keyakinan terhadap siswa tentang
aturan memakai baju dari hari senin sampai hari
sabtu. Guru menanyakan “memakai baju muslim
itu dengan ke inginan sendiri atau aturan dari
sekolah” siswa menjawab “disuru orang tuanya
karena baju pramuka kotor karena habis jatuh”
Guru bertanya tentang keyakinan tentang jadwal
yang harus dipakai “ apakah kamu tau aturan hari
kamis memakai baju apa dan hari jumat memakai
baju apa” siswa menganggukan kepala. Ketika
guru menanyakan yang di wajibkan memakai baju
dari hari senin sampai sabtu. Siswa menjawab
dengan benar ketika di tanya.
Mentabilkan Identitas
Guru mentabilkan identitas “ jika mash kecil belum
boleh berpacaran” guru memberikan identitas sebagai
teman “ jika mash sd berteman itu mash di
perbolehkan” guru mentabilkan identitas kemabli “
memang bermain itu boleh-boleh saja akan tetapi
tidak keras. dan guru memberikan saran kepada siswa
“ saling memaafkan “ siswa tersbut menyetujuinya
dan saling memaafkan serta bersalaman dengan baik.
Dan guru mentabilakan identitas masing masing untuk
berbicara saling meminta maaf. Dan menguatkan
kembali bertemanan nya dengan bersalaman kembali.
Validasi Tindakan Yang Salah
Guru Bertanya “ kenapa bisa berantam?” kata saksi menjawab “
AB mempunyai hutang kepada si A.” guru bertanya kepada
A.B dan C “ Kenapa bisa di keropok “ siswa menjawab “AB
menendang A dan si A membalasnya” guru bertanya kembali
“kenapa si AB di kropok” siswa A B dan C “si AB menendang
A B dan C tiap hari” dan laporan kata si C “banyak perempuan
yang menangis” buru bertanya kepada AB “kenapa menendang
orang lain” siswa AB menjawab “ saya tidak mau di anggap
pacaran lalu si A B marah, dan kata si C nya memaksakan”
guru bertanya kembali si AB “Katanya menendang teman” si
AB menjawab sambil menganggukan kepala “ia” guru
menyanyakan kebali alasan AB menendang. Siswa menjawab “
A B dan C pernah memukul kepala AB menggunakan
penggaris” lalu guru bertanya kepada A B dan C “apakah
benar” A B dan c menjawab “benar dan tidak keras itu pada
saat becanda, sebarnya bukan kena kepala tapi kena bahu” guru
memberikan validasi kesalahan kepada AB, A, B dan C serta D
meminta persetujuan bagai mana?” siswa menjawab “di hukum
lari” guru memberikan kesimpulan “hukuman tidak boleh”
Menanyakan Keyakinan
Guru memberikan keyakinan terhadap A B C dan D “
jika mash kecil itu tidak boleh berpacaran” dan guru
menguatkan keyakinannya “ jika SD itu mash masa
belajar” guru mananyakan keyakinan kelas 3 sd
sampai dewasa jenjang nya mash jauh. Guru
menyakan keyakinan kembali “ kalau menendang
orang lain akan sakit, jika ditendang pasti sakit” dan
guru menyanyakan kemabli kepada semu siswa “
agama kamu islam atau bukan?” siswa menjawab
“islam” serta guru menanyakan kembali keyakinan
tetang agama ”dalam islam itu tidak boleh mencuri”
guru menanyakan tersbut untuk menguatkan
keyakinan siswa terhadap kesalahannya apa yang telah
di lakukan saat ini dan lebih tepatnya tidak boleh
berpacaran. Guru menjelaskan aturan sekolah “ aturan
yang lebih khusus nya tidak boleh pacaran karena
mash SD atau sekolah, yang kedua mulut di jaga apa
lagi mengejek teman dan ngomong binatang.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai