Anda di halaman 1dari 3

FILOSOFI KHD

KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu,
pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya
kekuatan kodrat anak.

NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK


Tahap tumbuh kembang anak - Wiraga-wirama Ki Hadjar Dewantara
WIRAGA (0-8 tahun)
WIARA-WIRAMA (9-16 tahun)
WIRAMA (17-24 tahun
Mewujudkan Profil pelajar Pancasila

Nilai-nilai guru penggerak


Nilai 1. Berpihak pada Murid
Nilai 2. Mandiri
Nilai 3. Reflektif
Nilai 4. Kolaboratif
Nilai 5. Inovatif

Peran guru Penggerak


1. Menjadi Pemimpin Pembelajaran
2. Menjadi Coach Bagi Guru Lain
3. Mendorong kolaborasi
4. Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency)
5. Menggerakkan Komunitas Praktisi

Memimpin Perubahan Positif


Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan
bersifat bertahap. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, Bapak/Ibu CGP hendaknya terus
berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang
berada di dalam lingkaran pengaruh Bapak/Ibu untuk menjalani proses perubahan ini
bersama-sama. Bapak/Ibu bukanlah penyedia semua jawaban dan jalan keluar bagi
sekolah, Bapak/Ibu adalah penyelaras konteks dan pembangun koherensi perubahan. Hal
ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah impian.
Bapak/Ibu perlu mendalami peran strategis rekan guru dan segenap komunitas orang
dewasa di sekitar murid demi meningkatkan kualitas pembelajaran bagi murid. Bapak/Ibu
tidak mungkin dapat menjangkau semua murid sendiri.

Inkuiri Apresiatif sebagai Pendekatan Manajemen Perubahan (BAGJA)


Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah
ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan
memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya,
kelemahan, kekurangan, dan ketiadaan menjadi tidak relevan lagi. Berpijak dari hal positif
yang telah ada, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah
impian dan visi setiap warga sekolah.
Tahap pertama, Buat Pertanyaan Utama (Define). Di tahap ini, Bapak/Ibu merumuskan
pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan yang diinginkan atau
diimpikan. Tahap kedua, Ambil Pelajaran (Discover). Pada tahapan ini, Bapak/Ibu
mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di kelas maupun sekolah
serta pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut. Tahap ketiga, Gali
Mimpi (Dream). Pada tahapan ini, Bapak/Ibu dapat menyusun narasi tentang kondisi ideal
apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di lingkungan pembelajaran. Disinilah visi
benar-benar dirumuskan dengan jelas. Tahap ketiga, Jabarkan Rencana (Design). Di
tahapan ini, Bapak/Ibu dapat merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa
yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi. Tahapan terakhir, Atur Eksekusi (Deliver). Di
bagian ini, Bapak/Ibu memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan
Bapak/Ibu ajak dan pasti mau untuk terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi
mewujudkan visi perlahan-lahan.

Nilai kebajikan
Restitusi: Sebuah Pendekatan untuk Menciptakan Disiplin Positif
5 kebutuhan dasar manusia
Kebutuhan Bertahan Hidup
Kasih sayang dan Rasa Diterima
Penguasaan
Kebebasan
Kesenangan

Segitiga Restitusi
Sisi 1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal
karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan
karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia
mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik
dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi
reflektif, maka kita harus meyakinkan si anak, Tentu akan sulit melakukan restitusi bila, anak
yang berbuat salah terus berfokus pada kesalahannya.

Sisi 2. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbeh...


Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau
kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa
menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak yang terus menerus merengek, tapi bila sikap
itu mendapat perhatian kita, maka itu telah memenuhi kebutuhan anak tersebut.
Restitusi tidak menyarankan guru bicara ke murid bahwa melanggar aturan adalah sikap
yang baik, tapi dalam restitusi guru harus memahami alasannya, dan paham bahwa setiap
orang pasti akan melakukan yang terbaik di waktu tertentu.

Sisi 3. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)


Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika
identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi
(langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya,
dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.
Kebanyakkan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya
menjadi orang seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika mereka
menjadi orang seperti itu. ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas tentang orang
seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat membantu anak-anak tetap fokus pada
gambaran tersebut.

TUGAS PEMANTIK
1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul
ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol
guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang
menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas
maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
3. Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti
dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
4. Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?
5. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah
yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
6. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol,
posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah
mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang?
Apa perbedaannya?
7. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga
8. restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda
praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
9. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut
Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas
maupun sekolah?

Anda mungkin juga menyukai