4
1. Kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di
sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi
perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi,
keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi
sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran
Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.
Menerapkan budaya positif adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh seorang guru.
Dengan penerapan budaya positif, maka akan menghasilkan suatu ekosistem sekolah
yang penuh dengan suasana positif. Hal positif itu akan mudah menular jika dilakukan
secara konsisten dan tentunya dilakukan secara kolaborasi. Karena beragamnya
karakter siswa dan guru, kita harus mengetahui konsep-konsep inti budaya positif
dalam penerapannya. Konsep-konsep inti dalam budaya positif di antaranya disiplin
positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol
restitusi, keyakinan sekolah/kelas, dan segitiga restitusi. Materi tentang budaya postif
sangat berkaitan dengan modul yang dipelajari sebelumnya, yakni:
a.Kaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.1. Filosofi Pendidikan Nasional Ki
Hadjar Dewantara.
b.Kaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.2. Peran dan Nilai Guru Penggerak
Pemahaman tentang budaya positif akan mendukung peran dan nilai guru penggerak
dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Guru harus senantiasa menerapkan
konsep inti budaya positif dalam mengaktualisasikan nilai dan peran yang dimilikinya.
c.Kaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.3. Visi Guru Penggerak
Disiplin positif adalah pendekatan untuk menuntun kodrat anak agar berdaya dalam
mengontrol diri dan menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu nilai-nilai
kebajikan. Disiplin positif menjadi komponen utama dalam mewujudkan budaya
positif.
- Teori Kontrol
Di dalam teori kontrol dijelaskan bahwa yang bisa mengontrol seseorang adalah
dirinya sendiri. Seseorang akan melakukan sesuatu atau tidak tergantung dari dalam
diri orang tersebut sesuai dengan motivasi pemenuhan dasar yang dimilikinya.
- Teori Motivasi
Perilaku yang ditunjukkan manusia pasti memiliki motivasi dan tujuan. Motivasi dibagi
menjadi dua, yakni motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal adalah motivasi
yang diinginkan oleh seseorang dalam rangka menghargai diri dnegan nilai yang
diyakininya. Sementara itu, motivasi eksternal di antaranya adalah keinginan yang
dilakukan dalam rangka menghindari ketidaknyamanan/hukuman atau ingin
mendapatkan imbalan/penghargaan.
Hukuman dan penghargaan adalah salah satu cara mengontrol perilaku murid yang
secara tidak langsung menghambat potensinya. Dalam jangka waktu tertentu, baik
hukuman dan penghargaan akan sama0sama memberikan dampak yang sama, yakni
ketergantungan (bukan kemerdekaan) dan tentunya mematikan motivasi internal
seseorang.
1) Sebagai penghukum
3) Sebagai teman
4) Sebagai pemantau
5) Sebagai manajer
3) Kebebasan
4) Kesenangan
5) Penguasaan
- Keyakinan Kelas
Keyakinan kelas adalah nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh warga kelas untuk
menumbuhkan motivasi internal dan budaya positif di kelas.
- Segitiga Restitusi
1) Menstabilkan identitas
3) Menanyakan keyakinan
1) Ternyata hukuman dan penghargaan tidak efektif untuk diberikan kepada siswa
2) Ada lima posisi kontrol guru dalam menangani siswa yang bermasalah. Saat
ini saya lebih banyak di posisi guru sebagai teman dan guru sebagai pemantau. Ke
depannya saya akan selalu berusaha untuk menempatkan diri di posisi guru sebagai
manajer.
1) Membuka sudut pandang saya tentang motivasi yang dilakukan oleh seseorang
dan kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Oleh sebab itu, saya bisa
menganalisis apa yang dibutuhkan dan diinginkannya sehingga bisa mempermudah
dalam mencarikan solusi yang tepat.
2) Ternyata baik hukuman dan penghargaan kurang efektif jika diterapkan dalam
pembelajaran.
3) Saya berpikir bahwa guru harus menempatkan dirinya sebagai manajer dalam
menangani permasalah pada siswa.
Saya pernah melakukan bagian dari segitiga restitusi, tetapi tidak menerapkan
langkah “menanyakan keyakinan” karena memang belum membuat suatu keyakinan
kelas/sekolah. Maka dari itu, ke depannya saya akan membentuk keyakinan kelas
agar bisa menjadi pedoman saat menerapkan segitiga restitusi pada siswa.
Saat mendapati siswa yang bermasalah, ada rasa amarah yang muncul. Namun, saya
segera sadar bahwa amarah justru akan menambah masalah. Oleh sebab itu, saya
menggali apa motivasi yang mendorong siswa untuk berbuat salah. Saat siswa
menyadari bahwa dia salah dan beruapaya memperbaiki diri, saya cukup lega dan
senang.
Sebelum mempelajari modul 1.4. saya lebih banyak menempatkan diri di posisi guru
sebagai teman dan pemantau. Perasaannya masih kurang puas karena siswa
terkadang masih melakukan masalah yang sama (berulang). Setelah mempelajari
modul ini saya akan memakai posisi sebagai manajer. Perbedaannya adalah dengan
posisi manajer, siswa bisa menyadari masalah yang dilakukannya dan memberikan
ruang kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan solusinya sendiri.
Pernah, tetapi belum lengkap. Saya menerapkan di bagian menstabilkan identitas dan
validasi tindakan yang salah. Nah, bagian yang belum saya laksanakan adalah bagian
menanyakan keyakinan karena belum ada pembentukan keyakinan kelas/sekolah.
Hal yang penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif di
lingkungan kelas atau sekolah adalah perlunya tindakan konsisten dan kolaboratif
untuk mendukung tumbuhnya budaya positif.
Di bagian koneksi antarmateri modul 1.4., CGP juga diminta untuk membuat
rancangan aksi nyata modul 1.4. budaya positif. Berikut rancangan aksi nyata yang
akan saya laksanakan.