Anda di halaman 1dari 6

Koneksi Antar Materi Modul 1.

4 BUDAYA POSITIF
Oleh : SOFWANI CGP Angkatan 8 Aceh Utara

Kesimpulan tentang peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah.

Keterkaitan konsep budaya positif dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara ,Nilai dan
peran guru penggerak serta Visi guru penggerak yaitu Guru harus mampu dalam memahami
Nilai dan peran guru penggerak untuk dapat mewujudkan Visi yang sesuai dengan
pemikiran KHD yaitu berpihak pada murid,serta visi guru penggerak dapat terwujud dengan
membuat prakarsa perubahan yang menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan
menggunakan tahapan B-A-G-J-A yang dapat mendorong terbentuknya budaya positif
sehingga Profil pelajar pancasila akan terlaksana dan tercapai.Selain itu peran saya dalam
menciptakan budaya positif di sekolah dimulai dari pemahaman diri sendiri dan kemudian
penyebaran pada teman sejawat tentang keyakinan kelas, lima posisi kontrol dan penerapan
segitiga restitusi. Penyebaran ini saya lakukan dengan metode persuasif (empat mata)
sehingga nantinya penerapan disiplin positif bisa dimulai dari diri sendiri dan teman sejawat
dan kemudian merambah pada warga sekolah, dengan tujuan dapat menumbuhkan budaya
positif yang termotivasi dari dalam yang nantinya akan membentuk karakter murid yang
berprofil Pancasila.

Refleksi Pemahaman atas keseluruhan materi modul Budaya Positif

1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari
di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan
penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan
segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan

a. Disiplin Positif

Disiplin positif adalah pendekatan untuk menuntun anak agar berdaya mengontrol diri,
dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai
kabajikan. Disiplin positif merupakan komponen utama dalam mewujudkan budaya positif.

b. Teori kontrol

Pada dasarnya yang bisa mengontrol seseorang adalah seseorang itu sendiri. Seseorang
bisa melakukan sesuatu atau tidak tergantung pada dirinya sendiri sesuai dengan motivasi
pemenuhan kebutuhan dasar dan setiap kebutuhan dasar seseorang itu berbeda-beda.

c. Teori Motivasi

Setiap perilaku manusia memiliki tujuan dan motivasi. Motivasi bisa berasal dari
eksternal dan internal. Motivasi yang berasal dari eksternal bertujuan untuk menghindari
ketidaknyamanan atau hukuman dan atau untuk mendapatkan imbalan/penghargaan.
Sedangkan untuk motivasi yang berasal dari internal bertujuan untuk menjadi orang yang
mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Point dari disiplin positif yaitu menanamkan motivasi yang berasal dari internal yang
nantinya akan menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan
nilai-nilai yang mereka percaya, sehingga mareka akan sadar dengan keyakinan mereka
sendiri dan tidak terpengatuh pada ketidaknyamanan, hukuman, imbalan atau penghargaan.

d. Hukuman dan penghargaan

Pada dasarnya hukuman dan penghargaan itu sama, hanya hukuman lebih ke arah cara
mengontrol perilaku murid pada hal negatif sedangkan penghargaan adalah cara mengontrol
perilaku murid pada hal positif. Hukuman mengotrol perilaku seseorang dengan sifat
memaksa, menyakitkan dan menciptakan identitas gagal, sedangkan penghargaan
merupakan bentuk pengendalian perilaku seseorang dengan suatu benda atau peristiwa yang
diinginkan. Namun pada sejatinya pernghargaan dan hukuman adalah cara mengontrol
perilaku murid yang secara tidak langsung menghambat potensi. Dimana dalam jangka
waktu tertentu hukuman dan penghargaan akan berdampak pada ketergantungan serta
mematikan motivasi instrinsik.

e. 5 (lima) posisi kontrol guru

Ada 5 (lima) posisi kontrol guru yaitu:

1) Penghukum

2) Pembuat merasa bersalah

3) Teman

4) Pemantau

5) Manajer

Dari lima posisi control tersebut seorang guru hendaknya berada pada posisi control
manajer.

f. Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia merupakan kebutuhan yang sangat primer pada diri manusia,
pada dasarnya setiap murid yang menyimpang dengan nilai-nilai kebajikan atau melanggar
sebuah keyakinan, pada dasarnya murid tersebut tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan
dasarnya. Ada 5 (lima) kebutuhan dasar manusia yaitu: Kebutuhan untuk bertahan hidup
(survival),Kebutuhan kasih sayang dan rasa diterima (Love and belonging),Kebutuhan
penguasaan (freedom),Kesenangan (fun), Penguasaan (power).
g. Keyakinan kelas

Keyakinan kelas adalah nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh kelas untuk
menumbuhkan motivasi instrinsik dan budaya positif di kelas.

h. Segitiga Restitusi

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa Kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang kuat.
Dalam menciptakan restiusi perlulah beberapa Tindakan yang saling berkaitan satu sama
lain, ada 3 (tiga) Tindakan yang saling berkaitan dalam proses menciptakan kondisi bagi
murid untuk memperbaiki kesalahannya, sehingga dari 3 (tiga) tindakan dalam restitusi
disebut dengan segitiga restitusi. Tujuan dalam segitiga restitusi adalah membimbing murid
berdisiplin positif dengan motivasi yang berasal dari dalam (internal). Tahapan-tahapan
pada pendekatan segitiga restitusi yaitu: Menstabilkan identitas ,Validasi Tindakan yang
salah ,Menanyakan keyakinan .

Adakah hal-hal menarik untuk anda dan diluar dugaan?

Hal menarik dari pemahaman pada materi tersebut adalah:

a. Hukuman dan penghargaan. Pada awalnya saya meyakini bahwa hukuman adalah sesuatu
tindakan yang sangat saya hindari, karena dengan hukuman bisa mematikan motivasi murid,
dan justru saya sangat meyakini bahwa penghargaan adalah suatu Tindakan yang dapat
memotivasi murid sebagai bentuk apresiasi tentang perilaku baik kepada murid. Ternyata
setelah saya mempelajari modul 1.4 ini hukuman dan penghargaan sama-sama bisa
mematikan motivasi intrinsik murid, dan pada jangka waktu tertentu penghargaan akan
membuat murid ketergantungan.

b. Keyakinan dan peraturan kelas. pada awalnya saya antusias dalam peraturan. Peraturan
kelas itu adalah suatu sistem yang sangat efektif untuk mengatur murid agar nantinya murid
bisa berdisiplin positif sesuai dengan koridor peraturan kelas. Namun setelah saya
mempelajari modul 1.4 peraturan justru tidak efektif dalam menciptakan budaya positif,
peraturan hanya berasal dari motivasi eksternal yang nantinya akan bersifat ketergantungan
pada suatu peraturan, sedangkan keyakinan kelas merupakan motivasi yang bersumber dari
dalam, sehingga ada atau tidak adanya peraturan murid akan melakukan dan menerapkan
disiplin positif sesuai dengan keyakinannya.

c. Segitiga restitusi. Hal yang paling menarik ketika pada tahapan menstabilkan identitas
ketika seorang guru berkata pada murid bahwa “tidak masalah melakukan kesalahan, dan
setiap orang pasti melakukan kesalahan”. Sehingga dari kalimat yang diucapkan oleh guru,
murid bisa mengubah identitas mereka dari orang yang gagal menjadi orang yang sukses.
Sedangkan yang sering saya lakukan biasanya menyudutkan murid dengan membahas
berbagai aktivitas penyimpangan mereka dari beberapa sudut pandang dan membuat murid
jadi ketakutan.
2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya
positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

a. Perubahan paradigma tentang hukuman dan penghargaan. Yang semula saya


beranggapan bahwa penghargaan adalah Langkah yang efektif untuk menumbuhkan budaya
positif, ternyata untuk mebangun budaya yang positif harus berawal dari motivasi intrinsik
yang nantinya akan membentuk sebuah keyakinan, baik keyakinan di kelas maupun sekolah

b. Perubahan teori kontrol. Yang semula saya beranggapan bahwa guru bisa mengotrol
murid dengan daya dan upayanya, ternyata setelah mempelajari modul 1.4 guru dapat
mengontrol murid itu hanyalah sebuah ilusi. Yang dapat mengontrol murid sebenarnya
adalah murid itu sendiri. Walaupun tampaknya guru sedang mengontrol perilaku murid
namun pada sejatinya murid mengizinkan dirinyan dikontrol. Dari hal tersebut butuh
motivasi instrinsik dari murid untuk menciptakan keyakinan kelas agar murid bisa
melakukan sesuai dengan motivasi dari dalam.

c. Perubahan segitiga restitusi. Yang semula saya menyelesaikan kasus penyimpangan


dengan cara mengintervensi murid dengan menunjukkan sisi-sisi kesalahan dari berbagai
sudut pandang, sekarang keyakinan saya berubah dengan menstabilkan identitas dari orang
yang gagal menjadi orang yang sukses.

3 .Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-
konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Pengalaman yang saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam moduk
budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah menggunakan segitia restitusi
dengan posisi kontrol sebagai manajer. Dan hambatan dan tantangan saya masih
berbenturan pada beberapa guru yang masih berparadigma bahwa kontrol penghukum
adalah Tindakan yang paling efektif untuk mendisiplikan murid. Sehingga saya butuh
pendekatan khusus secara persuasif untuk berdiskusi dalam membangun pemahaman
tentang disiplin positif dan budaya positif.

4. Bagaimana perasaan anda ketika mengalami hal tersebut?

Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut, saya sangat senang dan saya merasa
mempunyai kewajiban untuk menyebarkan pemahaman tentang budaya positif baik di kelas
maupun di sekolah. Terutama pada hal paradigima kontrol penghukum dan penggunaan
segitiga restitusi dalam setiap pemecahan penyimpangan yang terjadi pada murid. Saya
merasa mempunyai kewajiban kepada setiap warga sekolah untuk menyebarkan
pemahaman bahwa setiap murid mempunyai kebutuhan dasar, dan jika kebutuhan dasar
tersebut terpenuhi maka tidak aka nada penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Maka
dari tersebut untuk memenuhi segala kebutuhan murid dalam hal penyimpangan tentunya
dibutuhkan segitiga restitusi yang bisa menstabilkan identitas sampai pada keyakinan diri
murid.
5. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa
sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Hal baik yang sudah saya lakukan yaitu adanya peraturan yang sudah mengikat, tinggal
bagaimana saya mengubah peraturan tersebut menjadi sebuah keyakinan, baik keyakinan
kelas maupun keyakinan sekolah.

Adapaun hal yang perlu saya perbaiki yaitu mengubah cara berpikir saya sendiri agar
saya bisa menjadi seorang guru yang bisa mengambil peran sebagai manajer.

6. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5


posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana
perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai,
dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?

Sebelum mempelajari modul ini saya sering mengambil kontrol sebagai penghukum dan
pembuat merasa bersalah. Namun setelah saya mempelajari modul 1.4 ini saya lebih
cenderung merubah posisi kontrol sebagai manajer sehingga akan membangun identitas
murid yang awalnya sebagai orang yang gagal menjadi orang yang sukses.

7. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi


ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda
praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan segitiga resitusi, namun hanya
tahap validasi tindakan salah saja.

8. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang
menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif
baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Menurut saya hal yang tidak kalah penting untuk dipelajari dalam hal menciptkan
budaya positif Tentunya ada, yaitu berkolaborasi dengan semua pihak agar bisa mendukung
dan menciptakan budaya positif agar tindakan yang di lakukan berjalan dengan baik.
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA

JUDUL : Penerapan Budaya Positif Dengan Keyakinan Kelas

NAMA : SOFWANI

Latar Belakang :

Penerapan Nilai-nilai kebajikan universal pada siswa kelas 5 SDN 7 Simpang K

Tujuan :

Terwujudnya karakter murid yang selalu menerapkan dan mengembangkan budaya


positif

Tolak Ukur :

Terciptanya keyakinan kelas dan perubahan karakter posif murid

Lini Masa

- Berdiskusi dengan kepala sekolah dan teman sejawat terkait budaya positf dengan
penanaman keyakinan kelas
- Menentukan waktu pelaksanaan membuat keyakinan kelas
- Bersama murid kelas 5 membuat keyakinan kelas

Dukungan :

Seluruh pihak yang terkait serta sarana dan prasarana

Anda mungkin juga menyukai