Anda di halaman 1dari 9

1.4.a.8 Koneksi Antar Materi - Modul 1.

Febri Handoyo
SMKN 1 PROPPO PAMEKASAN
CGP ANGKATAN 7
KESIMPULAN
Setelah mempelajari Modul 1.4 tentang Budaya Positif dan menghubungkannya
dengan Modul 1.1 - 1.3, saya memahami bahwa peran dan tugas guru bukan hanya
sekedar mengajar tetapi seperti yang KHD sampaikan pada Modul 1.1, bahwa tugas
guru adalah menuntun anak sesuai kodratnya, baik itu kodrat alam maupun kodrat
zaman serta menekankan penanaman budi pekerti pada anak. Agar proses
pembelajaran sesuai dengan pemikiran KHD dapat berjalan dengan baik, maka
dibutuhkan peran guru penggerak secara aktif. Oleh karena itu, penting bagi guru
penggerak untuk memahami dan menerapkan nilai guru penggerak yang terdiri dari
berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Nilai-nilai ini harus
diteruskan ke dalam bentuk visi guru penggerak untuk mewujudkan cita-cita luhur
pembelajaran yang berpusat pada murid. Visi ini dapat dicapai dengan menerapkan
budaya positif di sekolah, seperti displin positif, memahami perilaku manusia,
menerapkan kontrol restitusi, dan menciptakan keyakinan kelas yang disepakati
bersama.
REFLEKSI
Disiplin positif adalah merupakan suatu sikap yang berhubungan dengan tata tertib,
teratur, dan kepatuhan yang berarti. Teori Kontrol menyatakan beberapa miskonsepsi
tentang kontrol, yaitu
• Ilusi guru mengontrol murid
• Ilusi bahwa suatu penguatan positif efektif dan bermanfaat
• Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan
karakter
• Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa

Ada 3 motivasi perilaku manusia, yaitu:


• Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
• Untuk mendapat imbalan atau penghargaan orang lain
• Untuk menjadi orang yang mereka inginkan, menghargai diri sendiri, dan nilai-
nilai yang dipercaya
REFLEKSI
Hukuman dan Penghargaan. Hukuman datang setelah seorang individu melakukan
kesalahan sedangkan penghargaan datang setelah seorang individu melakukan
pencapaian yang gemilang. Namun dalam praktiknya hukuman sudah tidak sesuai
dengan perkembangan zaman saat ini karena hukuman tidak memberikan
kesempatan bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya. Penghargaan juga dapat
memberikan efek negatif, diantaranya adalah mematikan kreativitas atau
menurunkan kualitas.

Ada 5 Posisi Kontrol yang dapat dipilih seorang guru untuk menerapkan disiplin
positif, yakni Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau, dan Manager.

Manusia memiliki 5 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, diantaranya adalah


bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kekuasaan dan penguasaan,
kebebasan, serta kesenangan
REFLEKSI
Dalam rangka mewujudkan budaya positif di sekolah, tidak hanya peraturan yang
dibutuhkan namun juga membutuhkan keyakinan kelas. Keyakinan kelas bersifat
lebih "abstrak" dari pada peraturan yang lebih rinci dan konkrit, keyakinan kelas
mengajak setiap warga sekolah untuk meyakini dan menjalankan setiap kegiatan
positif yang sudah disepakati bersama demi budaya positif di lingkungan sekolah.

Untuk melakukan penanganan pada pelanggaran keyakinan kelas bukan dengan


memberikan hukuman atau konsekuensi melainkan dengan cara restitusi. Restitusi /
Segitiga Restitusi menjabarkan langkah-langkah tepat yang diambil untuk menangani
pelanggaran keyakinan kelas, yakni dengan menstabilkan identitas, validasi tindakan
yang salah, dan menanyakan keyakinan.
REFLEKSI

Hal yang menarik bagi saya dalam modul 1.4 tentang Budaya Positif ini
adalah saya baru mengetahui bahwa ada tindakan penanganan lain dalam
mengatasi pelanggaran yakni menggunakan Restitusi yang memberikan
kesempatan pada murid untuk memperbaiki kesalahannya. Selain itu, pada
Modul 1.4 ini saya juga baru menyadari bahwa selama ini pemberian
penghargaan, hadiah, atau reward bagi murid adalah hal yang salah karena
hadiah akan membuat murid ketergantungan melakukan sesuatu karena ada
yang telah dijanjikan. Hadiah juga akan menghilangkan kreativitas dan
menurunkan kualtitas
PERUBAHAN CARA BERPIKIR
PERUBAHAN CARA BERPIKIR
PERUBAHAN CARA BERPIKIR

Anda mungkin juga menyukai