Anda di halaman 1dari 3

1.

Sejarah lahirnya Gerbang Salam di Pamekasan dilatar belakangi oleh asumsi-asumsi negatif
dan tindakan-tindakan amoral seperti: prostitusi, perjudian, pergaulan bebas dan maksiat
lainnya yang kemudian mengundang respon dari berbagai elemen masyarakat dan ormas-ormas
yang ada di Kabupaten Pamekasan terutama ormas Islam.
Secara lebih rinci, lahirnya Gerbang Salam dilatarbelakangi oleh beberapa alasan yaitu:
- Semangat adanya kewajiban untuk menjalankan syariat Islam secara kaffah.
- Momentum Reformasi yang membuka peluang untuk merumuskan nilai-nilai ajaran
Islam dalam rumusan peraturan perundang-undangan.
- Suksesnya melahirkan Peraturan Daerah tentang larangan minuman beralkohol.
- Adanya seminar “Penerapan Hukum/Syariat Islam” sebagai forum yang menghimpun
keinginan sebagian besar masyarakat. Dalam kegiatan seminar ini, Abu Bakar Ba’asyir
tokoh penggerakpenerapan Islam di Indonesia juga pernah diundang sebagai nara
sumber.
Dengan beberapa alasan di atas, para tokoh masyarakat khususnya Islam menyuarakan
pendapatnya kepada pihak eksekutif dan legislatif, untuk membuat sebuah regulasi yang
bertujuan memperbaiki moral masyarakat dalam bentuk penerapan syariat Islam bagi umat
Islam.
Tuntutan ini mendapat sambutan yang positif dari pihak eksekutif dan legislatif dengan
kesepakatan menyusun sebuah gerakan moral.
Langkah awal yang diambil oleh pemerintah daerah untuk menindaklanjuti kesepakatan
tersebut adalah membentuk sebuah lembaga yang merancang dan menyusun upaya penerapan
Islam yang dibentuk dengan surat keputusan Bupati tersebut melakukan koordinasi melalui
rapat-rapat dan studi banding tentang penerapan syariat Islam.
Terjadi diskusi yang lamauntuk menentukan nama dan model gerakan yang akan dilakukan.
Akhirnya LP2SI memberikan nama gerakannya dengan Gerbang Salam, yang artinya Gerakan
Pembangunan Masyarakat Islami. Selanjutnya, LP2SI mengusulkan Gerbang Salam kepada
Pemerintah Daerah dan mendapat respon dengan diterbitkannya “Surat Keputusan Bupati
Nomor 188/126 441.012 tanggal 30 April 2002
Surat Keputusan Bupati Pamekasan Nomor 188/340/441.131/2009, tanggal 19 Oktober 2009
tentang Penetapan Gerbang Salam sebagai Model dan Strategi Dakwah.” Secara eksplisit,
dalam surat keputusan tersebut diungkapkan bahwa visi Gerbang Salam adalah terwujudnya
masyarakat Pamekasan yang Islami sesuai dengan landasan lagi terwujudnya “Pamekasan
Mekkas Jatnah Paksa Jenneng Dibi’ (ingatlah selalu pesan nenek moyang agar hati-hati atau
teliti serta tidak mudah terpengaruh orang lain)
Nama Gerbang Salam yang diusulkan oleh Taufiqurrahman, salah seorang anggota LP2SI dari
unsur akademisi, memiliki kemiripan dengan Gerbang Marhamah (Gerakan Pembangunan
Masyarakat Berakhlakul Karimah)
2. Nilai-nilai yang terkamdumg dalam Gerbang Salam yaitu :
- Hubungan manusia dan tuhannya
- Hubungan manusia dan sesamanya
- Hubungan manusia dengan makhluk lainnya.
- Hubungan manusia dengan lingkungan
3. Gerbang salam sebagai sosio kultural yang sesuai dengan pemikiran KHD yaitu upaya bersama
yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus dalam rangka mentransformasikan nilai-
nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Upaya ini merupakan tahapan sekaligus bagian
tak terpisahkan dari upaya jangka panjang umat Islam Kabupaten Pamekasan dalam
pemberlakuan syariat Islam melalui peningkatan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam dengan
cara membangun segmen kehidupan masyarakat mulai dari pembiasaan, pembudayaan, dan
pelembagaan nilai-nilai ajaran Islam sebagai pondasi yang mampu menjadi dasar dan pijakan
bagi segenap warga masyarakat dalam berpola prilaku.
4. Nilai-nilai yang relevan :
- Nilai akidah, merupakan upaya menanamkan pemahaman dan keyakinan kepada setiap
pribadi muslim akan penghambaan diri kepada Allah.
- Nilai syariah, merupakan upaya menanamkan pemahaman bahwa melaksanakan aturan-
aturan dan hukum-hukum yang ditetapkan dalam agama, semata-mata merupakan
konsekuensi keimanan (tauhid)
- Nilai akhlak, merupakan upaya memberikan pemahaman akan pentingnya akhlak pada
setiap perilaku manusia, yang merupakan tuntutan (pengamalan) syariah untuk
kemaslahatan hidup di dunia maupun di akhirat
5. Contoh budaya kearifan local keagmaan sesuai dengan pemikiran antara lain:
a. Mondok
Mayoritas suku Madura khususnya di kota Pamekasan beragam islam, Madura memiliki
ratusan pondok pesantren islam. Sudah menjadi kebiasaan suku Madura untuk
menyekolahkan anak-anaknya ke pondok pesantren. Suku Madura beranggapan ilmu
agama lebih penting daripada ilmu dunia. Mereka menyebutnya dengan istilah mondok
daripada menyekolahkan anak-anaknya kesekolah-sekolah umum. Bahkan suku Madura
terbiasa melepas anak-anak untuk mondok sejak usia kecil.Anak-anak mondok tidak
hanya sekitar pulau Madura tetapi hingga kewilayah Jawa Timur berbasis pondok
pesantren islam
b.
6. Sikap budi pekerti yang dapat diterapkan disekolah sesuai pemikiran KHD
Dalam proses pembelajaran anak dijarkan dalam suatu pembiasaan
Mislanya:
a. 30 Menit sebelum pembelajaran di mulai terdapat kebiasaan siswa secara bergantian
sesuai dengan jadwal yaitu membaca surat-surat pendek, membaca surat yasin, membaca
asmaul husna dan Sholawat nariya
b. Dibiasakan 5 S ( salam, senyum, sapa, sopan, santun )
c. Dibiasakan siswa untuk bersalaman dengan guru sebelum dan sesudah pembelajaran
d. Dibiasakan siswa untuk sholat dhuha bersama
e. Dibiasakan siswa pada saat didalam kelas, sebelum dan sesudah pembelajaran untuk
berdoa
f. Dibiasakan pada siswa untuk sholat berjama’ah dhuhur ( untuk kelas tinggi IV, V, VI )

Anda mungkin juga menyukai