Anda di halaman 1dari 20

aksi nyata

modul 1.4 budaya


positif
penerapan
budaya positif
Oleh : ANDRI, S.Pd.I, Gr
CGP Angkatan 9
Kabupaten Pasaman Barat
konsep budaya positif
• Perubahan Paradigma Belajar
• Disiplin Positif
• Motivasi Perilaku Manusia
• Kebutuhan Dasar Manusia
• Posisi Kontrol Restitusi
• Keyakinan Kelas
• Segitiga Restitusi
pembelajaran dengan
paradigma baru

Pembelajaran Paradigma baru


merupakan pembelajaran yang
berorientasi pada penguatan
kompetensi dan pengembangan
karakter yang sesuai dengan Profil
Pelajar Pancasila
disiplin positif
Dalam budaya kita, makna kata “disiplin” dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan
seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung
menghubungkan kata “disiplin” dengan ketidaknyamanan.

Diane Gossen menyatakan bahwa kata disiplin berasal dari bahasa Latin, “disciplina”,
yang artinya “belajar”. Kata “discipline” juga berasal dari akar kata yang sama dengan
“disciple” yaitu murid. Untuk menjadi seorang murid, harus paham betul alasan
mengapa mereka mengikuti suatu ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun
adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik
Hukuman konsekuensi
restitusi

• Sistem tidak akan berjalan bila • Memerlukan monitoring dan • Murid belajar bertanggung
murid tidak takut supervisi terus menerus dari jawabuntuk perilakunya
guru • Mendorong disiplin positif
• Mendorong menyalahkan diri
• Mendorong kepatuhan • Anak belajar memcahkan
• Anak belajar
• Anak belajar taat peraturan masalah
menyembunyikan kesalahan • Dibuat oleh murid
• Dibuat oleh guru • Dibuat oleh guru dan murid
• Anak paham bahwa dirinya
• Mencoba mengontrol anak • Mencoba mengontrol anak
sendiri yang pegang kendali
dengan penguatan negatif dengan penguatan positif kontrol
konsekuensi

hukuman

konsekuensi

hukuman

konsekuensi

hukuman

hukuman

hukuman

hukuman

konsekuensi
motivasi perilaku
manusia
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan
ada 3 motivasi perilaku manusia:
• Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
• Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
• Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri
dengan nilai-nilai yang mereka percaya
Dihukum oleh Penghargaan
“Saat kita berulang kali menjanjikan hadiah kepada anak-anak agar
berperilaku bertanggung jawab, atau kepada seorang murid agar
mempelajari sesuatu yang baru, atau kepada seorang karyawan agar
melakukan pekerjaan yang berkualitas, kita sedang berasumsi mereka
tidak dapat melakukannya, atau mereka tidak akan memilih untuk
melakukannya.” (Alfie Kohn)
Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual
Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun
hukuman adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang
menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya.
Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah
penghargaan sesungguhnya.
teori alfie kohn mengenai
penghargaan
• Penghargaan efektif jika kita menginginkan seseorang melakukan sesuatu yang kita
inginkan, dalam jangka waktu pendek
• Jika kita menggunakan penghargaan lagi, dan lagi, maka orang tersebut akan bergantung
pada penghargaan yang diberikan, serta kehilangan motivasi dari dalam.
• Penghargaan ‘menghukum’ mereka yang tidak mendapatkan penghargaan. Misalnya dalam
sistem ‘ranking’. Mereka yang mendapatkan ranking kedua akan merasa paling ‘dihukum’.
• Memberikan penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena keduanya mencoba
mengendalikan perilaku seseorang
Kebutuhan Dasar Manusia
posisi kontrol restitusi

penghuku sebagai teman manajer


m

pembuat merasa
bersalah
pemantau
Keyakinan Sekolah/Kelas
• Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
• Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
• Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
• Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh
semua warga kelas.
• Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
• Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat
kegiatan curah pendapat.
• Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Segitiga Restitusi
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali
pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat
(Gossen; 2004).
Segitiga Restitusi
Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan
murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan
membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang
mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996)
ciri-ciri Restitusi :
• Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan.
• Memperbaiki hubungan.
• Tawaran, bukan paksaan.
• Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri.
• Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan.
• Restitusi-diri adalah cara yang paling baik.
• Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan
• Restitusi fokus pada solusi.
• Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai