Disusun oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, serta menjadi anggota masyarakat
yang berguna (Dantes, 2014: 16). Tetapi fakta yang kita lihat dalam praktek
yang ditemukan dalam dunia pendidikan dasar saat ini diantaranya: (1) anak
yang pendiam ketika di kelas, pasif, dan sangat perasa sehingga mudah
mampu, kurang berani bergaul serta suka menyendiri, (2) anak yang yang
cepat bereaksi setiap guru memberi pertanyaan dikelas, tetapi jawaban yang
ingin menunjukkan diri bahwa dia anak yang pandai, padahal cara anak itu
mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan dengan nada mengejek, anak
ini cenderung menentang guru dan menyumpah serapah guru dengan kata-
kata kasar dan tidak sopan yang terlontar dari mulutnya, (4) anak yang
mempunyai sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya
bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh
guru karena dirinya merasa tidak mampu, (5) anak yang mempunyai potensi
diberikan, (6) anak yang mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi dan
merespon dengan cara cepat. Namun tidak bisa menerima kegagalan. Ia tidak
tidak memiliki kontrol sosio emosional yang baik (sering berkata kasar, tidak
belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Kurniawan
sosial dengan memberi contoh prilkau baik kepada anak yang akan
pendapat Soyomukti (2008: 98) yang mengatakan bahwa aspek afektif harus
masalah yang dihadapi siswa hanya saja masalah emosi yang sedang dihadapi
siswa sangat kompleks dan berimplikasi terhadap prestasi belajarnya yang
semakin menurun. Jadi jika hanya orang tua yang berperan menanamkan
nilai-nilai positif tanpa ada campur tangan guru dan pihak sekolah melalui
ditanamkan tersebut tidak akan bertahan lama terlebih ketika anak sudah
alternatif kedua yaitu guru dapat menumbuhkan percaya diri siswa dengan
orang itu mau belajar. Penjelasan ini didukung oleh pendapat Eric Jensen
(dalam Irham dan Wiyani, 2015: 62) yang mengatakan bahwa cara menjaga
emosi postif dan memunculkan motivasi siswa dalam belajar adalah tanamkan
sehingga lebih semangat dalam belajar. Alternatif ini tidak dipilih untuk
yaitu menumbuhkan rasa percaya diri sedangkan masalah yang dihadapi siswa
sangat kompleks, jika hanya dengan menumbuhkan rasa percaya diri tidak
akan efektif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dan cara ini
juga sudah termasuk dalam salah satu dari tiga implementasi pendidikan
dapat membuat siswa berani bertanya dan menjawab pertanyaan guru tanpa
harus takut salah, guna menstimulasi emosi positif siswa sehingga ia merasa
nyaman dan tidak merasa tertekan dengan lingkungan belajarnya. Penjelasan
ini diambil dari pendapat Eric Jensen (dalam Irham dan Wiyani, 2015: 62)
lingkungan sekolah, oleh karena itu orang tua, saudara dan keluarga inti
perasaan senang ketika anak senang begitu juga ketika ia sedih. Penjelasan ini
kemudian alternatif yang ke-lima yaitu bagi orang tua maupun guru
hendaknya menjadi role model yang baik bagi anak, orang tua dan guru
terhadap suatu aturan. Penjelasan ini diambil dari pendapat Wibmarti (dalam
Khodijah, 2014: 147) yang mengatakan bahwa cara yang dapat dilakukan
orang tua maupun guru dalam rangka mengajarkan naskah emosi yang sehat
pada anak adalah dengan membuat disiplin yang konsisten pada diri kita agar
untuk menghindarkan anak dari tindakan yang tidak benar dan alternatif yang
ke-enam yaitu guru sebaiknya tidak perlu memaksa dan bersikap keras
kondisi fisik maupun psikis siswa. Semisal ketika jam istirahat tiba dan siswa
akan merasa lelah secara fisik dan akan mengalami frustrasi sehingga
berakibat kepada penyaluran emosi yang negatif. Penjelasan ini diambil dari
pendapat Purwanto (2014: 139) yang menyatakan bahwa pendidik tidak boleh
bersikap terlalu keras terhadap anak didiknya. Dengan kekerasan dan paksaan
frustrasi. Anak hanya mematuhi peraturan karena merasa takut, bukan karena
keinsafan dalam diri sendiri. Sikap keras dan paksaan dapat pula
menghasilkan yang sebaliknya, yakni sikap menentang dan keras kepala. Oleh
B. Rumusan masalah
belajar? dan Bagaimana cara mengatasi masalah belajar yang dialami siswa?
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat Penelitian
ini diantaranya:
1) Siswa akan memiliki rasa empati dan kontrol diri. Hal ini sejalan dengan
empati dan kontrol diri empati artinya dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain terutama bila orang lain dalam keadaan
malang, sedangkan kontrol diri adalah kemampuan untuk
hubungannnya dengan orang lain. Oleh karena itu jika siswa sudah
untuk menghargai orang lain yang ada disekitarnya sehingga tidak akan
ada lagi prilaku negatif seperti sering berkata kasar, tidak sopan
A. Review Teoritis
1. Kecerdasan Emosi
dengan orang lain Salovey dan Mayer (dalam Khodijah, 2014: 145).
kontrol diri. Empati artinya dapat merasakan apa yang sedang dirasakan
orang lain, terutama bila orang lain dalam keadaan malang, sedangkan
dan percaya diri. (2) Pengaturan diri, meliputi pengendalian diri, dapat
yang terdiri atas (1) Empati, meliputi memahami orang lain, pelayanan,
lain.
2. Prestasi Belajar
hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar yang diberikan
3. Pendidikan Karakter
nilai dasar yang membangun pribadi seseorang yang terbentuk baik karena
antara satu orang dengan orang lain serta diwujudkan dalam sikap dan
B. Review Empiris
dan mencapai ketuntasan klasikal mencapai 90%; 2) karakter rasa ingin tahu
C. Model Penelitian
dokumen pribadi dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan
fenomena yang diteliti secara mendalam rinci dan tuntas. Oleh karena itu
metode deskriptif.
Menurut Keirl dan Miller (dalam Moleong, 2004: 131) definisi dari
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti
D. Hipotesa
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
karakteristik, unsur dan nilai terkait dengan fenomena yang diteliti. Subjek yang
dimaksud diantaranya guru, siswa, kepala sekolah serta tenaga pendidikan lainnya
B. Objek Penelitian
yang menjadi sampel adalah Sekolah Dasar yang ada di sekitar tempat tinggal
peneliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
1) Wawancara (interview)
cara dialog baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media
2) Observasi
langsung maupun tidak tentang hal-hal yang diamati. Itu biasa gejala-gejala
tingkah laku, benda-benda hidup, ataupun benda mati (Sanjaya 2015: 270).
peneliti tidak aktif dan terlibat langsung. Artinya peneliti tidak terlibat dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan siswa dan guru di dalam kelas.
3) Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Dalam penelitian ini peneliti
pedoman wawancara berupa garis besar tentang hal-hal yang ingin ditanyakan,
pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang akan mungkin timbul
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
berikut:
1) Pengumpulan Data
Peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai dengan
2) Reduksi Data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal yang pokok dan sesuai dengan fokus
yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya sewaktu-waktu
diperlukan.
3) Penyajian Data
penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, cart atau
Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-
hal yang sering muncul, hipotesis dan sebagainya. Jadi dari data tersebut
yang didasarkan pada reduksi data dan penyajian data yang merupakan
dari pengumpulan data. (2) untuk memilah mana saja data yang dibutuhkan
sesuai dengan fokus penelitian dilakukan reduksi data, (3) setelah data
direduksi selanjutnya data disajikan dan (4) apabila ketiga langkah tersebut
verifikasi.
Setelah teknik analisis diatas dilakukan selanjutnya data akan diolah
secara deskriptif- kualitatif. Tujuan dari analisis data ini menurut (Nazir,
2003: 16) adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
Hamdu G. & Agustina L. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi
Belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan. 12. 81-86.
Irham, Muhammad dan Wiyani, Ardy Novan. 2015. Psikologi Pendidikan Teori dan
Aplikasi dalam Pembelajaran. Jogjakarta: Arruzmedia.
Januarini, Hesti. “Melatih Kecerdasan Emosi Anak. 14 November 2018.
https://www.academia.edu/9575598/Melatih_Kecerdasan_Emosi_Anak.
Judiani, Sri. 2010. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui
Penguatan Pelaksanaan Kurikulum. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 16.
280-289.
Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Milez, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah
Tjetjep Rohendi. Jakarta: UI- Press.
Moleong, J. L. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Susanti, Rita dkk. 2014. Perasaan Terluka Membuat Marah. Jurnal Psikologi. 10.
105.
Suyono dan Harianto. 2017. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Yusuf, Syamsu dan Sugandhi,M. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.