Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN PERILAKU DISIPLIN PADA ANAK KELOMPOK A

DI TK KRISTEN IMMANUEL PONTIANAK

Lusina, Muhamad Ali, Dian Miranda


Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan Pontianak
Email:lusinapaudfkipuntan@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the application of disciplinary behavior in children in
group A in Pontianak Immanuel Christian Kindergarten. The research method used is
descriptive with a qualitative approach research. The source of this research data is
the children of group A and the data are the classic A group interviews, children's
observation sheets, direct observation of children, interviews with teachers, and
teacher observation sheets for children in group A.The results of the study showed that
in the application of teacher disciplinary behavior, they gave good direction and
always reminded children to behave discipline through regulations, consistency,
punishment, and appreciation, but children were still less disciplined as there were
those who arrived late to school, littering, could not pack the toy, and can't queue
when washing hands.This is evidenced by 158 children from A1 to A6, there are 31
children who still need guidance and direction in disciplined behavior so that children
can understand, remember, and accept what is allowed and not to be done so that
children are accustomed to disciplined behavior both at home and at school .

Keywords: Discipline Behavior, Child group A.

PENDAHULUAN Tujuan yang hendak dicapai dari


Perilaku disiplin merupakan salah satu pembentukan karakter disiplin bagi anak
nilai karakter yang sangat penting untuk adalah membentuk anak berkepribadian baik
ditanamkan pada anak. Perilaku disiplin pada dan berperilaku sesuai dengan norma yang
anak usia dini tidak muncul secara tiba-tiba, berlaku. Sedari dini, orang tua dan guru harus
tetapi dimulai melalui rutinitas yang membentuk perilaku disiplin anak pada
dilakukan secara konsisten setiap hari. semua aspek kehidupannya seperti disiplin
Mengajarkan anak untuk dapat disiplin pada datang ke sekolah tepat waktu, disiplin
usia ini masih terbilang mudah. Dimana pada membuang sampah pada tempatnya, disiplin
usia ini, anak-anak menjadi lebih penurut dan merapikan kembali mainan/barang-barang
bisa diajak bekerja sama. yang telah dipakainya ketempat asalnya, dan
Pentingnya penerapan perilaku disiplin disiplin mengantri saat mencuci
pada anak karena kedisiplinan dapat tangan.Menurut Gunarsa (2004:
membentuk pribadi yang baik bagi anak. Jika 53),“Mengajarkan nilai disiplin sejak dini
anak dari kecil sudah dididik dengan disiplin dimaksudkan agar lebih mengakar pada anak
pasti ketika anak tumbuh besar, akan terbiasa sehingga akan menjadi suatu kebiasaan”.
disiplin dalam keadaan apapun. terhadap Dalam membentuk kepribadian anak
perkembangan berikutnya. Oleh sebab itu, yang berkualitas, perlu adanya pendidikan
keberhasilan anak dalam melewati masa ini yang diberikan sejak usia dini yaitu melalui
akan menjadi pondasi bagi keberhasilan anak pendidikan karakter. Karakter berasal dari
tersebut di masa depan. nilai sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan
dalam bentuk perilaku anak kemudian

1
disebut dengan istilah karakter. Jadi, suatu sebelum makan, anak-anak dibiasakan antri.
karakter pada hakikatnya melekat dengan Namun ada pula beberapa anak yang dengan
nilai dari perilaku tersebut. Oleh karena itu, sengaja menyerobot maju untuk mencuci
tidak ada perilaku anak yang tidak bebas dari tangan terlebih dahulu. Seperti yang kita
nilai. Pendidikan karakter sendiri merupakan ketahui bahwa disiplin adalah salah satu
usaha untuk mendidik anak agar mereka perilaku yang penting untuk diterapkan agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan anak berkembang menjadi pribadi yang lebih
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari- baik.
hari sehingga mereka dapat memberikan Sehubungan dengan kondisi tersebut,
kontribusi yang positif kepada maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
lingkungannya. Dalam pendidikan karakter, dalam tentang, “Penerapan Perilaku Disiplin
ada tiga gagasan penting, yaitu proses Pada Anak Kelompok A Di Taman Kanak-
tranformasi nilai-nilai, ditumbuhkembangkan kanak Kristen Immanuel Pontianak
dalam kepribadian, dan menjadi satu dalam Selatan”.Menurut Sunaryo (2002:3), secara
perilaku. Pendidikan karakter bertujuan untuk biologis, perilaku diartikan sebagai kegiatan
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan atau tindakan manusia baik yang dapat
hasil pendidikan yang mengarah pada diamati atau pun yang tidak dapat diamati
pencapaian pembentukan karakter anak didik oleh manusia. Secara operasional, perilaku
secara utuh, terpadu, dan seimbang. dapat dikatakan suatu respons organisme atau
Pendidikan karakter ini dapat dilaksanakan seseorang terhadap rangsangan dari luar
dalam lingkup keluarga, sekolah, dan subjek tersebut.Menurut Skinner
masyarakat. Dalam pelaksanaannya, (Notoatmodjo 2007:41), menyatakan
pendidikan karakter hendaknya dilaksanakan “Behavior become a response or a person's
sedini mungkin, bukan hanya dimulai ketika reaction to the stimulus (stimuli from the
anak belajar di SD, SMP, dan SMA saja, outside, thus the process of stimulation of the
melainkan pula sudah dilaksanakan sejak organism, and then the sacrifice”. Artinya
anak belajar pada jenjang Pendidikan Anak perilaku merupakan respon atau reaksi
Usia Dini. seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
Berdasarkan hasil observasi pra luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui
penelitian anak-anak kelompok A TK Kristen proses adanya stimulus terhadap organisme,
Immanuel Pontianak Selatan masih sering dan kemudia organisme tersebut merespon”.
melakukan tindakan yang kurang disiplin. Ariesandi (2008:231), “Disiplin adalah
Adapun perilaku yang terjadi yaitu masih ada proses melatih pikiran dan karakter anak
anak yang sering terlambat masuk, jika secara bertahap sehingga menjadi seseorang
dilihat waktu dimulainya proses yang memiliki kontrol diri dan berguna bagi
pembelajaran pukul 07.00 wib dan berakhir masyarakat”. Sedangkan menurut Crandell
pukul 10.30 wib. Tetapi masih ada anak yang dkk (2009:262), “Effective discipline is
terlambat masuk kelas, selain itu membuang conststent and unambigous and builds a high
sampah disembarangan tempat, seperti degree of predictability into the chid’s
selesai melakukan kegiatan makan dan environment”. Dari kalimat tersebut dapat
minum sampah plastik atau tisu dibuang ke diartikan disiplin yang efektif adalah
bawah meja dengan sengaja. Padahal guru konsisten terhadap aturan yang ada dan
sudah menyiapkan tempat sampah dan membangun tinggi derajat anak yang dapat
mengingatkan untuk membuang sampah ke diperkirakan ke dalam lingkungan anak.
tempat sampah. Namun masih ada sebagian Menurut Wiyani (2013: 42), menyatakan
anak yang membuang sampah “Perilaku disiplin anak usia dini adalah suatu
sembarangan,bahkan setelah bermain tidak pengendalian diri terhadap perilaku anak usia
dirapikan kembali padahal guru selalu 0-6 tahun dalam berperilaku sesuai dengan
mengingatkan menyimpan mainan ke tempat ketentuan yang berlaku (bisa berupa tatanan
semula, dan saat kegiatan mencuci tangan

2
nilai, norma, dan tata tertib di rumah dan di METODE PENELITIAN
sekolah”. Metode penelitian yang digunakan
Selanjutnya Rosyadi Rahmat (2013:53), adalah metode deskriptif. Subana (2011:89),
menyatakan “ Perilaku disiplin adalah menyatakan “Metode deskriptif menuturkan
menepati waktu, mamatuhi aturan yang telah dan menafsirkan data yang berkenaan dengan
disepakati, mencerminkan sikap disiplin fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang
dalam kehidupan keluarga, berhubungan terjadi saat penelitian berlangsung dan
dengan ketepatan dan keteraturan kita dalam menyajikan apa adanya”. Metode deskriptif
memanfaatkan waktu, tidak melanggar aturan adalah suatu cara untuk menyelesaikan
sesuai kesepakatan”. masalah yang sedang diteliti dengan
Melati(2012:79-81), manfaat memberikan gambaran berdasarkan fakta-
mengajarkan disiplin kepada anak usia dini, fakta yang tampak sebagaimana mestinya
antara lain: (1) menumbuhkan kepekaan; (2) pada saat penelitian.
menumbuhkan kepedulian; (3) mengajarkan Pendekatan yang digunakan dalam
keteraturan; (4) menumbuhkan ketenangan; penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
(5) menumbuhkan sikap percaya diri; (6) Menurut Sugiyono (2016:9), menyatakan
menumbuhkan kemandirian; (7) Penelitian kualitatif adalah metode penelitian
menumbuhkan keakraban; (8) membentuk yang berlandaskan pada filsafat
perkembangan otak; (9) membantu anak yang postpositivisme, digunakan untuk meneliti
sulit; (10) menumbuhkan kepatuhan. pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
Sejalan dengan pendapat Hurlock (1978: lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
84-91), menyatakan empat unsur pokok cara adalah sebagai instrumen kunci, teknik
mendisiplinkan anak yaitu: (1) pengumpulan data dilakukan secara
peraturansebagai pedoman perilaku yang triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
sangat penting dalam membantu induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
mendisiplinkan anak dan membantu kualitatif lebih menekankan makna dari pada
mengekang perilaku yang tidak diinginkan. generalisasi. Penelitian ini dilaksanakan di
Dari peraturan anak belajar apa yang Taman Kanak-kanak Kristen Immanuel
dianggap salah dan benar. Namun, peraturan Pontianak Selatan, di Jalan Gaja Mada pada
itu harus diimengerti, diingat, dan diterima tanggal 18Juli sampai dengan tanggal
oleh si anak; (2) konsisten dalam peraturan 14Agustus 2018. Adapun alasan penelitian
yaitu mempunyai nilai mendidik yang besar, dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Kristen
mempunyai nilai motivasi yang kuat, dan Immanuel Pontianak Selatan bahwa terdapat
mempertinggi penghargaan terhadap beberapa anak dari kelompok A yang
peraturan; (3) hukuman untuk pelanggaran berperilaku kurang Dsiplin.
peraturan yaitu sebagai penghalang Yang menjadi subjek dalam penelitian
pengulangan yang tidak dinginkan orang tua ini yaitu: (1) Guru-gurukelompok A di
atau guru, untuk mendidik anak, mengajar Taman Kanak-kanak Kristen Immanuel
anak membedakan besar-kecilnya kesalahan Pontianak Selatan yaitu guru kelompok A1-
yang diperbuat mereka, dan memberikan A6 yang akan diwawancarai tentang perilaku
motivasi untuk menghidari perilaku yang disiplin pada anak kelompok A di Taman
tidak diterima anak; (4) penghargaan untuk Kanak-kanak Kristen Immanuel Pontianak
perilaku yang baik yaitu mempunyai nilai Selatan; (2) Anak kelompok A di Taman
yang mendidik, sebagai motivasi untuk Kanak-kanak Kristen Immanuel Pontianak
mengulangi perilaku yang diinginka. Namun, Selatan yang menjadi subjek adalah seluruh
penghargaan itu harus disesuaikan dengan kelompok A dari A1-A6.
perkembangan anak, bila tidak ia akan Sugiyono (2016:224) menyatakan
kehilangan efektivitasnya. bahwa “Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari

3
penelitian adalah mendapatkan data”. Tanpa pemahaman metode penelitian kualitatif,
mengetahui teknik pengumpulan data, maka penguasaan wawasan terhadap bidang yang
peneliti tidak akan mendapatkan data yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki
memenuhi standar data yang ditetapkan objek penelitian, baik secara akademik
bahkan tidak sah (tidak valid). Analisis data maupun logistiknya”. Adapun instrumen
dalam penelitian kualitiatif dilakukan pada penelitian yang digunakan oleh peneliti
saat pengumpulan data berlangsung dan adalah:(1) Panduan wawancara dengan
setelah selesai pengumpulan data pada orangtua anak dan guru;(2) Panduan
periode tertentu. Miles & Huberman (dalam observasi anak;(3) Studi dokumentasi; dan
Sugiyono, (2016:247) mengemukakan bahwa (4) Catatan lapangan.
“Aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung HASIL PENELITIAN DAN
secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga PEMBAHASAN
datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis Hasil Penelitian
data yaitu data collection, data reduction, Berdasarkan hasil observasi, wawancara
data display, dan conclusion drawing/ yang dilakukan dengan guru-guru kelompok
verification”. A, dan sumber-sumber lain yang peneliti
Sugyiono (2016:250), mengemukakan peroleh bahwa dalam penentuan peraturan
bahwa “Uji keabsahan datasering dilakukan dalam penerapan perilaku disiplin
pada uji validitas dan realibilitas. Dalam diantaranya yaitu melalui kesepakatan
penelitian kualitatif, penelitian akan bersama antara guru dan anak melalui
dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan bercakap-cakap pada saat proses
antara apa yang dilaporkan peneliti dengan pembelajaran berlangsung, memotivasi, dan
apa yang sesungguhnya terjadi. Uji pembiasaan. Dalam penerapan peraturan guru
keabsahan data dalam penelitian kualitatif menjelaskan perilaku yang baik dan benar
meliputi validitas internal, validitas eksternal, kepada anak agar paham yaitu dengan cara
realbilitas, dan obyektifitas”. Peneliti memberikan contoh hal yang benar (hal yang
menggunakan triangulasi data seperti harus dilakukan) dan hal yang salah (yang
triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan tidak boleh dilakukan). Kemudian guru
juga mengadakan member checksampai data menjelaskan dengan bahasa yang mudah
jenuh. dipahami oleh anak dan dengan memberi
Sugiyono (2016:306),Dalam instrumen teladan kepada anak dalam bentuk cerita
penelitian kualitatif, Lincoln and Guba yang yang dipraktekan guru melalui
(dalam Sugiyono 2014:306), menyatakan tindakan-tidakan. Dalam penerapan perilaku
sebagai “The instrument of choice in disiplin kepada anak, guru tidak
naturalistic inquiry is the human. We shall hanyamenyampaikan tetapi juga memberikan
see that other forms of instrumentation may contoh konkret pada anak. Tujuannya agar
be used in later phases of the inquiry, but the anak dapat mengerti, menerima, dan
human instrument has been used extensively mengingat peraturan yang guru sampaikan.
in early stages of inqury, so that an Cara yang dilakukan guru agar anak
instrument can be constructed that is dapat mengerti, mengingat, dan menerima
grounded in the data that the human peraturan yang guru terapkan yaitu melalui
instrument has product”. Artinya yang kerja sama yang baik antar guru dan anak.
menjadi instrumen atau alat penelitian adalah Cara penyampaian peraturan kepada anak
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti dengan contoh yang konket agar anak dapat
sebagai instrumen juga harus divalidasi mengerti, untuk mengingatkan anak tentang
seberapa jauh peneliti kualitatif siap peraturan yang sudah diterapkan bersama,
melakukan penelitian yang selanjutnya terjun maka guru selalu mengingatkan secara
ke lapangan. Validasi terhadap peneliti berualng-ulang kali agar anak terbiasa
sebagai instrumen meliputi validasi terhadap berperilaku disiplin. Anak akan menerima

4
peraturan yang sudah ditetapkan karena saat maka guru memberikan hukuman yang
guru menetukan peraturan, guru meminta ringan.
kesepakatan dengan anak-anak terlebih Berdasarkan hasil wawancara terhadap
dahulu, setelah anak-anak dapat menerima guru-guru dan hasil obeservasi yang telah
maka guru dan anak sepakat menerapakan peneliti lakukan terhadap guru dan anak
peraturan yang sudah dibuat. Ketika anak bahwa penghargaan dalam penerapan
melanggarnya, maka akan mendapatkan perilaku disiplin pada anak dilakukan dengan
konsekuensi atas perbuatan yang anak cara berualang-ualng kali setiap anak
lakukannya. melakukan perilaku baik, maka guru akan
Berdasarkan hasil observasi yang memberikaan penghargaan berupa pujian
peneliti lakukan selama 1 bulan dan atau reward.
wawancara yang peneliti lakukan terhadap Berdasarkan hasil observasi dan
guru-guru, bahwa konsisten dalam penerapan wawancara yang dilakukan dengan guru-guru
perilaku disiplin pada anak, ditetapkan guru kelompok A menjukan bahwa anak-anak
dengan tegas dan tidak berubah-ubah, jika masih kurang disiplin, anak masih sering
sudah ditetapkan maka ketika ada anak yang datang terlambat ke sekolah, membuang
melanggar akan diberikan kosekuensi. sampah sembarangan, tidak mengemaskan
Berdasarkan hasil wawancara dengan mainan setelah bermain dan tidak bisa
guru-guru dan hasil observasi yang telah mengantri saat mencuci tangan. Dari hasil
peneliti lakukan, bahwa guru dapat observasi dan wawancara dengan guru-guru
berkomunikasi dengan baik jika ada anak penerapan perilaku disiplin sudah dilakukan
yang melakukan pelanggaran dengan dengan baik, namun masih ada anak yang
membicarakan tentang tata tertib yang telah kurang disiplin dan perlunya bimbingan
disepakati bersama, kemudian guru dalam membiasakan anak berperilaku
memberikan peringatan. Apabila peringatan disiplin.
tersebut tidak didengar dan justru dilanggar

Gambar1.Perilaku Anak yang Kurang Disiplin

5
Pembahasan
1. Penentuan Peraturan dalam Penerapan 2. Konsisten dalam Penerapan Perilaku
Perilaku Disiplin pada Anak Disiplin pada Anak
Kunci utamanya adalah mengajarkan Langkah-langkah dalam penerapan
sikap disiplin kepada anak bukan hanya perilaku disiplin di TK Kristen Immanuel
dengan menyampaikan tetapi juga dilakukan dengan konsisten yaitu aturan yang
memberikan contoh konkret pada anak. ditetapkan tidak berubah-ubah dan diterapkan
Phelan (2014:129), yaitu (1) memberi contoh dengan tegas serta dengan pengenalan
tingkah laku yang sepantasnya;(2) perilaku yang boleh dan tidak boleh
memberikan perintah dengan jelas dan dilakukan, tujannya agar anak dapat
spesifik; (3) mengadakan pertemuan mematuhi aturan-aturan yang sudah
keluarga; (4) menentukan batasan yang jelas; ditentukan dan membentuk perilaku disiplin
(5) gunakan konsekuensi; (6) janjikan pada anak. Hal ini merupakan gabungan dari
imbalan untuk masa mendatang; (7) berikan pernyataan Hurlock (1978: 87), Konsisten
pilihan pada anak; (8) jalankan aturan secara berarti tingkat keseragaman atau stabilitas
konsisten; (9) hati-hati dengan aturan yang dalam penerapan peraturan, hukuman, dan
dibuat. Hal ini sudah dilaksanakan di TK penghargaan yang konsisten membuat anak
Kristen Immanuel dalam merapkan peraturan tidak bingung terhadap apa yang diharapkan
terlebih dahulu guru memberikan contoh dari orang tua atau pendidik. Maksudnya
tingkah lagu yang baik dengan bahasa yang setiap memberikan peraturan guru atau orang
mudah dimengerti oleh anak dan menetukan tua harus sesuai dan tidak berubah-ubah.
perilaku yang boleh dan tidak boleh Di TK Kristen Immanuel dalam
dilakukan dan diterapkan dengan konsisten. penerapan konsisten untuk membentuk
Menurut Hurlock(1978: 87), peraturan perilaku disiplin anak dilakukan dengan tegas
sebagai pedoman perilaku yang sangat agar anak mengerti hal yang boleh dan tidak
penting dalam membantu mendisiplinkan boleh dilakukan, sejalan dengan pendapat
anak dan membantu mengekang perilaku Pearce (2000:81), yaitu anak harus diajarkan
yang tidak diinginkan. Dari peraturan anak batasan pedoman yang tegas agar anak
belajar apa yang dianggap salah dan benar. mengerti seberapa jauh ia harus berperilaku
Agar peraturan dapat berlangsung dengan dan kapan harus berhenti. Sedangkan
efektif, maka harus diimengerti, diingat, dan menurut Gunarsa (2004) anak perlu diajarkan
diterima oleh anak. Sejalan dengan pendapat bagaimana bertingkah laku dan bersikap
Hurlock (1978: 87), dalam penerapan sesuai dengan tata cara yang ada. Kalau pada
peraturan di TK Kristen Immanuel dengan permulaan, pengertian benar dikaitkan
contoh yang konket agar anak dapat dengan lingkungan yang menerima dan
mengerti, untuk mengingatkan anak tentang pengertian salah, jika lingkungan tidak
peraturan yang sudah diterapkan bersama, menerima, maka lambat laun sesuai dengan
maka guru selalu mengingatkan secara perkembangan anak, yang timbul dengan
berualng-ulang kali agar anak terbiasa sendirinya harus menjadi tingkah laku yang
berperilaku disiplin. Anak akan menerima menyenangkan dan memberikan kepuasaan.
peraturan yang sudah ditetapkan karena saat Tingkah laku yang baik harus dipertahankan
guru menetukan peraturan, guru meminta dan dipupuk terus dan membuang tingkah
kesepakatan dengan anak-anak terlebih laku yang tidak diinginkan karena tidak
dahulu, setelah anak-anak dapat menerima memberikan kepuasan dan tidak sesuai
maka guru dan anak sepakat menerapakan dengan norma di sekitarnya. Untuk itu
peraturan yang sudah dibuat. Ketika anak mengajarkan nilai disiplin sebaiknya
melanggarnya, maka akan mendapatkan diberikan sejak dini supaya dapat
konsekuensi atas perbuatan yang anak terinternalisasi menjadi sebagian dari tingkah
lakukannya. lakunya sehari-hari.

6
hukuman sebaiknya dijatuhkan saat
3. Hukuman dalam Penerapan Perilaku kesalahan itu dilakukan jangan menuda
Disiplin pada Anak karena itu bisa menghilangkan arti penting
Hukuman adalah tidakan yang dilakukan dari hukuman itu sendiri; (5) sejauh mungkin
guru sebagai konsekuensi saat anak kita menjatuhi kata-kata yang bernada
melanggar aturan yang sudah diterapkan. mengancam atau menaku-nakuti, karena
Menurut Sujiono (dalam Martha 2015:46), ancaman hanya akan memunculkan
Cara mengatasi pelanggaran kedisiplinan kegelisahan dan perasaan takut yang cukup
yaitu: (1) peringatan hanya sekali, dan harus besar.
selalu disertai konsekuensi khusus yang tidak Berdasarkan pernyataan yang
menyenangkan jika anak tidak mematuhinya. dikemukakan oleh Sujiono (dalam Martha,
Apabila peringatan tersebut tidak di 2015:46), sudah sejalan dengan langkah-
dengarnya justru di langgar terus menerus langkah dalam penerapan perilaku disiplin
hukuman perlu diberikan; (2) hukuman yaitu yang guru-guru lakukan dalam
diberikan kepada anak ketika melakukan mendisiplinkan anak kelompok A di TK
kesalahan, perlawanan atau pelanggaran Kristen Immanuel yaitu sebelum melakukan
sebagai bentuk pengajaran atau pembiasaan. hukuman guru mengingatkan terlebih dahulu
Menurut Purwanto (dalam Wiyani, ketika anak tetap mengulangi kesalahan yang
2013: 178-179) menjelaskan enam cara yang sama maka guru akan memberi hukuman.
dapat digunakan pendidik dalam memberi Hukuman yang diberikan disesuaikan dengan
hukuman kepada peserta didik sebagai kesalahan anak, tujuannya untuk
berikut: (1) pendidik harus menghukum membiasakan anak untuk mematuhi aturan
kesalahan-kesalahan yang benar-benar terjadi sayang sudah disepakati bersama antara guru
jika ia sudah tidak menemukan jalan lain dan anak.
untuk mendisiplinkan peserta didik; (2) Hal ini juga didukung dengan hasil
pendidik menghindari tidakan mengacam dan penelitian yaitu membuat anak sadar dan
menakut-nakuti, jika peserta didik diancam tidak akan melakukannya lagi serta
yang ada peserta didik akan enggan belajar berdasarkan pernyataan
dikelas. Rasa takut akan memperbaiki diri Indrakusuma(2003:46), hukuman adalah
anak. Saat menghukum, hendaklah pendidik tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara
berperasaan halus; (3) dalam menghukum sadar dan sengaja sehingga memunculkan
hendaknya pendidik bersikap adil, tidak nestapa sehingga anak menjadi sadar akan
membeda-bedakan peserta didik, hukuman perbuatannya kemudian di dalam hati akan
yang diberikan sepadan dengan kesalahan berjanji untuk tidak mengulangi kembali.
yang dilakukan peserta didik, hukuman yang Memberikan hukuman terhadap anak
diberikan harus menyesuaikan dengan tentunya tidak dengan bentuk hukuman yang
kepribadian peserta didik; (4) ketika bersifat fisik seperti memukul, mencubit, dan
memeberikan hukuman, pendidik harus dapat lain sebagainya tetapi bentuk hukuman yang
menimbulkan rasa tanggung jawab kepada ringan misalnya dengan mencabut haknya
peserta didik. yang disenangi (tidak bermain bersama
Selanjutnya yang dikemukakan oleh temannya pada saat di indoor). Menurut
Izzat Iwadh Khalifah (2010: 84-87), yang Hurlock (dalam Sujiono 2005:47), bentuk
perlu diperhatikan dalam memberikan hukuman yang paling efektif mempunyai
hukukman yaitu: (1) hukuman tidak selalu hubungan langsung dengan tindakan. Bentuk
dijatuhkan kecuali bila dilakukan secara hukuman itu adalah pertama, tindakan
berulang kali; (2) hukuman yang dijatuhan melibatkan rasa sakit secara fisik. Kedua,
harus sesuai dengan kadar kesalahannya: (3) lama dan berat dan hukuman dapat
sangat baik dan dianjurkan mengarahkan bervariasi. Ketiga tindakan ada tenggang
anak kepada tujuan yang benar sebelum waktu yang lama antara tindakan dan
menjatuhkan hukuman kepadanya; (4) hukuman sehingga tidak ada peluang bagi

7
anak untuk merasa tersiksa atau tanamkan persepsi bahwa disiplin itu penting,
merencanakan tindakan balasan. pengenalan secara tegas mana yang benar
dan mana yang salah, pentingnya motivasi.
4. Penghargaan dalam Penerapan Memberikan pujian kepada anak jika anak
Perilaku Disiplin pada Anak melakukan sesuatu sesuai perintah sekecil
Berdasarkan hasil penelitian di TK apapun itu.
Kristen Immanuel dalam penerapan perilaku Langkah-langkah yang ada di TK
disiplin, guru memberikan penghargaan Kristen Immanuel juga merupakan gabungan
berupa reward. Hal ini dilakukan agar anak dari pendapat Wiyani (2013:43), ada tiga
termotivasi untuk melakukan perbuatan yang unsur kedisiplinan yaitu: (1) kebiasaan adalah
baik atau disiplin. Penghargaan hanya suatu bentuk disiplin yang dibentuk secara
diberikan ketika anak berperilaku baik dan terus menerus akan menjadikan disiplin
saat anak melakukan tindakan yang kurang tersebut menjadi kebiasaan; (2) peraturan
disiplin akan akan mendapatkan hukuman merupakan pegangan bagi setiap orang dalam
atau konsekuensi. suatu komunitas. Dalam peraturan terdapat
Langkah-langkah tersebut gabungan dari hadiah dan hukuman. Anak akan
pendapat Hurlock (1978: 89), penghargaan mendapatkan konsekuensi yang berimbang
berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu jika melanggar atau menjukan kepatuhan
hasil yang baik maksudnya setiap anak yang terhadap peraturan yang berlaku; (3)
mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan hukuman adalah suatu sanksi yang diterima
maka akan mendapatkan penghargaan berupa oleh seorang sebagai akibat dari pelanggaran
pujian agar anak menjadi lebih disiplin. atau aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, Penerapan perilaku disiplin melalui
tetapi dapat berupa kata-kata pujian, penjelasan dan dengan contoh secara
senyuman atau tepukan di punggung. langsung serta diingatkan secara berulang-
Penghargaan yang guru kelompok A ualng kali agar anak terbiasa berperilaku
terapkan selalu disertai dengan motivasi agar dsiplin. Adapun aturan tersebut seperti masuk
anak mengulangi perilaku yang baik dan kelas tepat waktu, membuang sampah pada
patuh terhadap tata tertib yang ada di tempatnya, menyimpan maian setelah
sekolah.Menurut Wiyani (2013:108) dengan bermain, dan mengantri saat mencuci tangan.
adanya motivasi dari orang tua dan guru Langkah-langkah yang sudah di terapkan di
PAUD, anak usia dini juga menjadi TK ini sejalan dengan pendapat izzat Iwadh
terangsang untuk melakukan hal-hal yang Khalifah (2010: 76-77), yang menyatakan
baik. pengulangan dan pembiasaan sangat penting
dalam rangka menumbuhkan dan
5. Perilaku Disiplin pada Anak menguatkan perilaku dan kebiasaan baik.
Berdasarkan hasil analisis yang sudah Jika kebiasaan tertentu dilakukan secara
peneliti lakukan, dalam penerapan perilaku berulang-ulang dengan frekuensi yang cukup
disiplin di TK Kristen Immanuel yaitu sering, maka kebiasaan itu akan bersemayam
melalui beberapa tahap seperti mengenalkan kuat sehingga ia akan mucul ke permukaan
perilaku dsiplin pada anak, memberikan begitu saja dan anak akan terbiasa
aturan atas kesepakatan antara guru dan anak, berperilaku baik.
hukuman bagi anak yang melanggar aturan, Dari hasil penelitian dalam penerapan
guru dengan konsisten menerapkan aturan perilaku disiplin di TK Kristen Immanuel
(tegas dan tidak berubah-ubah, guru melalui pembiasaan dengan penentuan
memberikan penghargaan untuk anak yang peraturan, konsisten, hukuman, dan
berperilaku baik, langkah-langkah tersebut penghargaan. Dalam penerapannya guru
sudah sejalan dengan pendapat Menurut selalu memberikan contoh yang konkret dan
Wibowo (2012:103) cara seni mendisplinkan ketika ada anak yang tidak berperilaku
anak usia dini yaitu berikan aturan pada anak, disiplin guru selalu mengingatkan agar anak

8
tidak melakukan perbuatan yang tidak SIMPULAN DAN SARAN
diinginkan, namun masih ada anak yang tidak Simpulan
berperilaku disiplin seperti terlambat datang Berdasarkan analisis data dari penelitian
ke sekolah, membuang sampah pada yang telah dilakukanmengenai penerapan
sembarangan, tidak mengemaskan mainan perilaku disiplin di TK Kristen Immanuel
setelah bermain, dan tidak mau mengantri Pontianak Selatan, maka dapat disimpulkan
saat mencuci tangan. Hal tersebut disebabkan secara umum bahwa guru sudah sesuai dalam
anak yang belum mengerti akan aturan- penerapan perilaku disiplin pada anak,
aturan yang diterapakan, karena anak yang namun masih ada anak yang kurang disiplin
kurang sehat sehingga malas untuk seperti terlambat datang ke sekolah,
melakukan segala sesuatu, dan anak yang membuang sampah sembarangan, tidak
terlalu dimanjakan oleh orang tuanya mengemaskan mainan, dan tidak bisa
dirumah, sejalan dengan penelitian yang mengantri saat mencuci tangan.
dilakukan oleh Noly Agustin (2014) tentang Adapun kesimpulan khusus yang
faktor-faktor yang mempengaruhi peneliti peroleh dari hasil penelitian ini
kedisiplinan pada anak usia 4-5 tahun, terbagi bahwa dalam penentuan peraturan yaitu guru
menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor menjelaskan perilaku yang baik dan benar
eksternal. Faktor internal merupakan faktor kepada anak agar paham yaitu dengan cara
yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. memberikan contoh hal yang benar ( hal yang
Menurut Wiyani ikutip oleh Noly Agustin harus dilakukan) dan hal yang salah (yang
(2014: 17) “Terdapat dua faktor yang tidak boleh dilakukan) dengan konket, guru
mempengaruhi kedisiplinan pada anak usia menjelaskan dengan bahasa yang mudah
dini yaitu kondisi fisiologis dan kondisi dipahami oleh anak dan dengan memberi
psikologis”. Faktor fisiologis yang teladan kepada anak dalam bentuk cerita
mempengaruhi kedisiplinan anak dapat yang dipraktekan guru melalui tindakan-
berupa keadaan tubuh, kesehatan jasmani. tidakan, guru tidak hanya menyampaikan
Dari 158 orang anak kelompok A1 tetapi juga memberikan contoh konkret pada
sampai A6 terdapat 31 orang anak yang anak, dan atas kesepakatan bersama antara
masih perlu diberi arahan dan bimbingan anak dan guru, dengan bergitu anak dapat
dalam perkembangan perilaku disiplin, yaitu mengerti, menerima, dan mengingat
yang datang terlambat ke sekolah terdapat 28 peraturan yang guru sampaikan.
orang anak yang kadang-kadang terlambat. Konsisten dalam penerapan perilaku
Pada perilaku membuang sampah disiplin pada anak dengan tegas dalam
sembarangan terdapat 15 orang anak yang penerapan perilaku disiplin misalnya tidak
kadang-kadang masih membuang sampah berubah-udah dalam menetukan peraturan,
sembarangan. Pada perilaku tidak melalui kerjasama yang baik antar guru dan
mengemaskan mainan terdapat 13 anak yang anak, komunikasi yang efektif maksudnya
kadang-kadang tidak bisa mengantri saat dengan pengertian dan penjelasan bahasa
mencuci tangan. Pada perilaku tidak bisa yang mudah dimengerti, diingat, dan diterima
mengantri terdapat 21 orang anak yang oleh anak, konsistensi dalam perilaku disiplin
kadang-kadang menyerobot teman yang akan mengarahkan anak untuk melakukan
duluan dan tidak bisa mengantri. Dari 158 apa yang seharusnya atau dapat anak lakukan
anak kelas A1 sampaiA6, terdapat 31 orang dan apa yang tidak seharusnya atau tidak
anak yang masih memerlukan bimbingan dapat anak lakukan. Hukuman dalam
dalam penerapan perilaku disiplin dan arahan penerapan perilaku disiplin pada anak yaitu
guru, guru selalu mendampingi anak-anak anak tidak dibolehkan ikut bermain selama
tersebut. anak-anak bermain, anak disuruh berdiri
dipojok, anak diberi peringatan, kursi anak
diambil kemudian anak sekitar 5 menit
disuruh berdiri didekat tempat duduknya, dan

9
tidak diberikan reward.Penghargaan dalam berperilaku disiplin baik pada saat di rumah
penerapan perilaku disiplin pada anak maupun di sekolah.
Dengan reward berupa stiker, pujian kamu
hebat, bagus sekali, tepuk tangan, senyuman, DAFTAR RUJUKAN
kasih sayang berupa pelukan, dan acungkan Agustin, Noly. (2014). Faktor-faktor yang
jempol. Kemudian dengan motivasi untuk Mempengaruhi KedisiplinanPada Anak
meningkatkan perilaku baik yang dinginkan. Usia 4-5 Tahun di TK Al-Madani
Penerapan perilaku disiplin anak sudah Pontianak Tenggara.Pontianak:
diterapkan dengan baik karena adanya Universitas Tanjungpura: Jurnal
kerjasama diantara guru dan orang tua anak Pendidikan (diakses pada tanggal 26
yang juga mengajarkan pembiasaan, Februari 2018).
menasehati dan bercerita kepada anak. Crandell, T.L, dkk. (2009). Human
Adapun upaya yang dilakukan guru dalam Development. New York: McGraw- Hill
penerapan perilaku disiplin seperti datang ke Companies.
sekolah tepat waktu, membuang sampah pada Hurlock, Elizabeth B.(1978). Perkembangan
tempatnya, mengemaskan maianan setelah Anak. In Med Meitasari Tjandrasa.
bermain, dan mengantri saat mencuci tangan Jakarta: Erlangga.
guru melakukan pembiasaan kepada anak, Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk
namun masih ada anak yang tidak Keperawatan. Jakarta: EGC.
menerapkan peraturan tersebut. B.F. Skinner. (1953). Science and Humab
Behavior. New York: free Press.
Saran Daryanto. (2013). Strategi dan Tahapan
Adapun saran-saran dari hasil penelitian Mengajar Bekal Keterampilan dasar
yaitu:(1) anak masih kurang disiplin. Bagi Guru. Banduung: CV. Yrama
Perlunya guru untuk memberikan bimbingan Widya.
dan selalu mengarahkan anak agar dapat Khalifah, Iwadh Izzat (2010). Maka Ajarilah
menangani bentuk perilaku anak yang kurang Kami Cinta. Jakarta Timur: Bumi
disiplin; (2) sebaiknya guru tetap Media.
mempertahankan dalam memberikan teladan Martha, Efirlin. (2015). Jurnal Penanaman
yang baik kepada anak dalam berperilaku dan Perilaku Disiplin Pada Anak Usia 4-5
selalu mengawasi, membimbing apa yang Tahun. Fakultas Keguruan dan Ilmu
anak lakukan agar anak mengerti mana Pendidikan Universitas Tanjungpura
perilaku disiplin yang boleh dan tidak boleh Pontianak, (diakses 14 April 2018).
dilakukan serta memperkecil kesempatan Sujiono. (2003). Perkembangan Perilaku
anak berperilaku yang kurang disiplin; (3) Anak Usia Dini. Jakarta: Pusdiani Press
untuk penerapan perilaku disiplin pada anak (Pusat Studi Anak Usia Dini Universitas
dapat dilakukan diantaranya dengan Negeri Jakarta).
memberikan contoh kedisiplinan yang baik Sugiyno.(2016). Metode Penelitian.
dan memberikan pembelajaran seperti Bandung: Alfabeta CV.
menceritakan suatu cerita yang mempunyai Wibowo, Agus. (2012). Pendidikan Karakter
pesan moral tentang perilaku yang baik; (4) Anak Usia Dini (Strategi Membangun
orang tua hendaknya lebih memperhatikan Karakter Di Usia Emas). Yogyakarta:
dan menerapkan pola asuh yang tepat Pustaka Belajar.
terhadap anak. Penerapan polaasuh yang Wiyani, Novan Ardy. (2013). Manajemen
tepat terhadap anak akan memberikan Kelas (Teori dan Aflikasi Untuk
kontribusi positif terhadap pembentukan Menciptakan Kelas Yang Kondusif).
perilaku anak sehingga anak dapat Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

10
11

Anda mungkin juga menyukai