Disusun oleh
PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
Tahun 2019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku manusia secara utuh dijadikan penilaian personal dalam keterlibatan
lingkungan. Berdasarkan keadaan faktual, seseorang dinilai pribadinya melalui
kelakuan yang ia tunjukkan kepada orang di sekitarnya. Salah satu contoh aspek
kehidupan dalam dunia politik yakni kepala negara akan dipilih masyarakat
berdasarkan penilaian masyarakat atas tingkah laku mereka dalam penyampaian visi
dan misi yang diaplikasikan secara nyata. Artinya, dalam hal ini masyarakat atau
lingkungan membutuhkan tindakan konkret atau perilaku yang sesuai dengan
komitmen sebagai kepala negara. Berdasarkan contoh tersebut, perilaku atau
perbuatan nyata merupakan nilai penting dalam berinteraksi agar dapat dipercaya
dalam lingkungan sekitar.
Disebabkan perilaku menjadi hal utama dalam penilaian individu dewasa ini, teori
behaviorisme sebagai teori perilaku dijadikan latar belakang ketertarikan untuk dianalisis
secara filsafati. Salah satu tokoh yang mengkaji teori behaviorisme adalah
Skinner. Berdasarkan ulasan singkat terkait teori behaviorisme Skinner diatas, dapat
dipahami bahwa Skinner berpusat pada tingkah laku secara eksternal. Orientasi
psikolog tersebut dalam tingkah laku yakni pengondisian operan adalah output atau
hasil perilaku individu dalam lingkungan.
Dalam bahasan teori behaviorismenya, ia memperkenalkan dua bentuk
pengondisian, yakni pengondisian klasik atau perilaku respon dan pengondisian operan.
Untuk memahami pengondisian operan, kita perlu membedakan apa yang
disebut Skiner perilaku respon dan operan (Atkinson, 2011:304). Pengondisian klasik
merupakan tingkah laku dari respon yang dapat diidentifikasi dari organisme itu
sendiri. Kemudian, pengondisian operan merupakan tingkah laku dari respon yang
terjadi disebabkan penguatan secara langsung. Skinner lebih mengkaji pengondisian
operan dalam teori behaviorismenya. Dalam dunia psikologi, pengondisian operan
disebut sebagai Skinnerian. Hal ini disebabkan fokus Skinner yang mendalam dalam
pengondisian operan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Eksistensi ?
2. Apa yang dimaksud Reinforcement ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu eksistensi
2. Untuk mengetahui apa itu reinforcement
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekstensi
Prinsip eksistensi menyatakan bahwa jika, dalam situasi tertentu, seseorang secara
normal memperkuat respons dan bahwa respons tersebut tidak diikuti oleh konsekuensi
berulang, maka orang tersebut kemungkinan kecil akan melakukan hal yang sama lagi ketika
dia selanjutnya menghadapi situasi yang sama. Dinyatakan secara berbeda, jika respons telah
meningkat dalam frekuensi melalui penguatan positif, maka benar-benar berhenti
memperkuat respons akan menyebabkan frekuensi berkurang. Diskusi dengan Louise telah
menunjukkan bahwa ia menerima banyak perhatian karena berbicara tentang sakit
kepalanya. Ada kemungkinan bahwa perhatian ini adalah kekuatan positif dalam
mempertahankan frekuensi tinggi perilaku rasa sakitnya. Dalam program yang dijelaskan,
perilaku sakit Louise tidak lagi mendapat perhatian, dan tingkat keparahan mereka menurun
ke level yang sangat rendah. Meskipun kepunahan adalah pengobatan yang efektif untuk
perilaku rasa sakit Louise, kami tidak dapat menyiratkan bahwa semua rasa sakit dipelihara
oleh perhatian orang lain.
C. Pengertian Reinforcement
Adalah proses dimana tingkah laku diperkuat oleh konsekuensi yang segera mengikuti
tingkah laku tersebut. Saat sebuah tingkah laku mengalami penguatan maka tingkah laku
tersebut akan cenderung untuk muncul kembali pada masa mendatang.
Reinforcement adalah proses natural yang mempengaruhi tingkah laku manusia dan
hewan. Unconditioned reinforcers adalah penguat alami yang biasanya bersifat kebutuhan
biologis (contoh: makanan, air, dan kebutuhan sexual); tidak ada pengalaman lebih dulu yang
diperlukan dengan stimuli ini untuk menjadikannya berfungsi sebagai reinforcers.
Conditioned reinforcer adalah stimulus netral tapi menjadi penguat yang tidak dapat
dipungkiri dengan memasangkannya dengan unconditioned reinforcer (contoh: uang dan
perhatian orang tua).
D. Jenis-Jenis Reinforcement
1. Positif Reinforcement
Kejadian sebuah tingkah laku,diikuti oleh penambahan stimulus atau peningkatan
intensitas dari stimulus yang hasilnya menguatkan tingkah laku tersebut. Contohnya Saat
anak bertingkah laku tantrum di toko, ia mendapatkan permen (positif reinforcer/penguat
positif diberikan). Akibatnya, anak akan cenderung untuk tantrum di toko.
2. Negatif Reinforcement
Kejadian sebuah tingkah laku diikuti oleh penghilangan stimulus atau penurunan intensitas
stimulus yang hasilnya menguatkan tingkah laku tersebut. Contohnya Tingkah laku Ibu yang
membelikan anak permen berhasil mengurangi atau menghentikan tingkah laku tantrum anak
(stimulus yang tidak disukai menghilang). Akibatnya, Ibu akan cenderung untuk membelikan
anak permen saat anak bertingkah laku tantrum di toko.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektivan Reinforcement
1. Immediacy/Kesegeraan
Waktu antara munculnya perilaku dan konsekuensi yang menguatkan adalah faktor
yang penting. Untuk konsekuensi yang lebih efektif, konsekuensi tersebut harus diberikan
segera setelah munculnya tingkah laku. Contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari
adalah bila kita mengutarakan sebuah lelucon kepada teman kita dan dengan segera teman
kita tertawa karenanya, maka kita cenderung akan kembali mengutarakan lelucon tersebut di
kemudian hari. Namun jika setelah kita mengutarakan lelucon tersebut ternyata teman kita
terlambat tertawa, maka kita akan cenderung untuk tidak mengulangi mengutarakan lelucon
tersebut.
2. Contingency
Ketika respon secara konsisten diikuti oleh konsekuensi yang segera, konsekuensi
tersebut akan lebih efektif untuk menguatkan (reinforce) respon tersebut. Saat respon tersebut
menghasilkan konsekuensi dan konsekuensi tersebut tidak muncul kecuali respon tersebut
hadir terlebih dahulu, kita katakan bahwa contingency hadir diantara respon dan konsekuensi.
Contohnya saat kita menekan tombol starter pada motor kita dan dengan segera motor
tersebut dapat nyala, maka kita akan cenderung menyalakan mesin motor kita hanya dengan
menekan tombol stater tersebut. Namun jika ternyata suatu saat tanpa menekan tombol stater
motor kita dapat menyala, maka perilaku menekan tombol stater ini akan melemah. Contoh
lain adalah, ibu yang berjanji pada anaknya, bahwa setiap kali anaknya berhasil mendapatkan
peringkat I di kelasnya maka ia akan memberikan anaknya hadiah berlibur ke pulau Bali, hal
ini dapat membuat anak menjadi rajin belajar dan berusaha sekeras mungkin untuk
mendapatkan peringkat I. Namun jika suatu saat ia diajak ibunya untuk berlibur ke pulau Bali
meskipun ia tidak mendapatkan peringkat I, maka perilaku rajin belajar dan usaha keras anak
bisa jadi melemah.
3. Eshtablishing
OperationsAdalah kejadian yang mengubah nilai sebuah stimulimenjadi sebuah
penguat. Contoh: Saat kita dalam kondisi haus, air akan lebih bermakna dibandingkan saat
kita dalam kondisi normal.
5. Magnitude/Kwantitas
Dengan establishing operations yang sesuai, biasanya, efectiveness suatu stimulus
sebagai reinforcer adalah lebih besar jika jumlah atau penting/besar suatu stimulus lebih
besar. Contohnya: Kita akan lebih berusaha keras untuk keluar dari bangunan yang sedang
terbakar dibandingkan dengan usaha kita untuk keluar dari suatu tempat yang panas terkena
matahari.
F. Schedules of Reinforcement (Jadwal Penguatan)
Adalah pengaturan waktu atau frekuensi pemberian penguatan. Penguatan yang
diberikan hanya pada waktu-waktu tertentu disebut partial reinforcement.Jadwal penguatan
bervariasi menurut waktu pemberian C.S. Ada 2 kategori penjadwalan penguatan ini, yaitu:
Fixed Ratio (FR): suatu jimlah respon tertentu menentukan penguatan berikutnya
diberikan (misalnya setelah 25 kali terjadi perilaku operant).
Fixed Interval (FI): selang waktu tertentu (misalnya 5 menit) menentukan pemberian
penguat berikutnya.
Variabel Ratio (VR): jumlah perilaku responden yang terjadi tidak ditentukan secara
kaku (misalnya setelah 5 sampai 15 kali)
Varibel Interval (VI): waktu pemberian penguat divariasi diantara selang waktu
tertentu (tiga sampai lima menit, misalnya).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip eksistensi menyatakan bahwa jika, dalam situasi tertentu, seseorang secara
normal memperkuat respons dan bahwa respons tersebut tidak diikuti oleh konsekuensi
berulang, maka orang tersebut kemungkinan kecil akan melakukan hal yang sama lagi ketika
dia selanjutnya menghadapi situasi yang sama. Dinyatakan secara berbeda, jika respons telah
meningkat dalam frekuensi melalui penguatan positif, maka benar-benar berhenti
memperkuat respons akan menyebabkan frekuensi berkurang.
Reinforcement adalah proses natural yang mempengaruhi tingkah laku manusia dan
hewan. Unconditioned reinforcers adalah penguat alami yang biasanya bersifat kebutuhan
biologis (contoh: makanan, air, dan kebutuhan sexual); tidak ada pengalaman lebih dulu yang
diperlukan dengan stimuli ini untuk menjadikannya berfungsi sebagai reinforcers.
Conditioned reinforcer adalah stimulus netral tapi menjadi penguat yang tidak dapat
dipungkiri dengan memasangkannya dengan unconditioned reinforcer (contoh: uang dan
perhatian orang tua).
DAFTAR
Sunardi.2010.Modifikasi perilaku.Vol1.No1.Hal1-9