Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEKNIK-TEKNIK KONSELING

TENTANG
KETERAMPILAN DASAR DALAM KONSELING INDIVIDUAL,
MULAI DARI PEMAHAMAN DIRI, PETAK JOHARI, DAN SIKAP
DALAM HUBUNGAN KONSELING

OLEH
KELOMPOK 2 :

MAYKA SARAH : 2130108054


MUHAMMAD IRFAN : 2130108061

DOSEN PENGAMPU:
DR. SILVIANETRI, M.PD., KONS
YENI SATROMA DEWI, S.PD., M.PD., KONS
OLFAKHRINA, M.PD

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapakan kehadiran ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Teknik-Teknik Konseling ini. Salawat beriringan salam tak lupa pula kita hadiahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang mana telah berhasil membawa umatanya dari zaman
kebodohan kezaman yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Silvianetri,M.Pd.,Kons, Ibu Yeni
Satroma Dewi,S.Pd.,M.Pd.,Kons, dan ibu Olfakhrina,M.Pd yang memberikan arahan
kepada kami tentang pembuatan tugas ini, serta semua pihak yang telah ikut andil dalam
menyelesaikan tugas ini. Dalam tugas ini penulis membahas materi yang berkaitan dengan
“Keterampilan Dasar Dalam Konseling Individual, Mulai Dari Pemahaman Diri, Petak
Johari, Dan Sikap Dalam Hubungan Konseling” Makalah ini diharapakan bisa menambah
wawasan pengetahuan kita.
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca, agar makalah kami lebih baik untuk selanjutnya.

Batusangkar, 10 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………..…..
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Pemahaman diri .............................................................................................................. 3
B. Petak Johari (Johari Window) ......................................................................................... 5
C. Sikap dalam hubungan konseling ................................................................................... 7
D. Nilai al-quran atau asma al husna ................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 9
B. Kritik dan Saran .............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULIAN

A. Latar Belakang
Dalam layanan bimbingan dan konseling, konselor memiliki peran utama dan
signifikan atas keberhasilan layanan bimbingan dan konseling. Konselor mempunyai tugas dan
tanggung jawab terhadap peningkatan mutu dan pembaharuan kompetensi konselor yang
menjadi suatu bagian pasti dalam perkembangan dan kompleksitas permasalahan yang
ditangani oleh layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Semakin pesatnya perkembangan
penyebaran informasi, kondisi ini melahirkan karakteristik yang berbeda pada setiap siswa dan
selanjutnya menuntut konselor untuk memiliki kompetensi dalam menggunakan keterampilan
konseling pada pelaksanaan layanan konseling. Hartono dan Soedarmadji menyatakan bahwa
seorang konselor sebagai tenaga profesional harus memiliki keterampilan (skill) yang memadai
dalam memberikan layanan konseling. Keterampilan yang harus dimiliki seorang konselor
adalah memiliki keterampilan dalam melaksanakan sebuah proses konseling dari awal sampai
akhir.
Seorang konselor dituntut memiliki berbagai keterampilan konseling serta
karakteristik yang memadai. Beberapa karakteristik yang perlu dipenuhi oleh konselor tanpa
memandang pendekatan/teknik yang digunakan antara lain: empati, selalu siap berdialog
dengan konseli, dan menumbuhkan keberanian konseli untuk berbicara (Dahlan, 1987:14).
Agar kinerja seorang konselor bisa dinilai efektif, maka konselor dituntut untuk menguasai
beberapa keterampilan dalam pemberian bantuannya. Pada dasarnya, setiap tahapan dalam
proses konseling memerlukan keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki konselor
untuk membangun sebuah proses konseling yang komprehensif. Apabila konselor tidak
mampu menguasai ketrampilan-ketrampilan dasar dalam konseling akan dimungkinkan tidak
dapat mencapai tujuan konseling yang diharapkan.(Lianawati, 2017)

Konseling merupakan suatu tipe hubungan khusus antara konselor dengan orang yang
membutuhkan bantuannya (konsel Konseling sebagai suatu proses melibatkan hubungan
antara satu individu dengan individu lain yaitu konselor dan konseli merupakan aspek
terpenting yang harus ditekankan dalam memahami profesi ini. Hubungan ini merupakan
sebuah proses profesional yang melibatkan dua pihak yang secara bersama-sama dan
bersinergi, berusaha mencapai suatu tujuan bersama. Konseling merupakan suatu tipe
hubungan khusus antara konselor dengan orang yang membutuhkan bantuannya (konseli),

1
yang dapat berbentuk hubungan tatap muka, melalui telepon, surat-menyurat ataupun
dengan bantuan alat elektronik yang memiliki tujuan tertentu. Kualitas hubungan antara
konselor dan konseli tampaknya paling memungkinkan untuk menciptakan pertumbuhan
hubungan antar keduanya. Dengan demikian, konseling melibatkan suatu hubungan
profesional yang bersifat memberikan bantuan dan sangat bergantung pada kualitas
kepribadian konselor. Karena, proses konseling seorang konselor harus mampu melibatkan
konseli secara penuh, supaya konseli bisa terbuka (Rahmi & Suriata, 2019)
Teknik Johari Window adalah sebuah teknik yang digunakan untuk membantu
seseorang mengetahui tentang dirinya.Johari Window dikenalkan pada 18 Tahun 1955 oleh
dua orang ahli Psikologi Amerika yakni Joseph Luft (1916- 2014) dan Harington Ingham (1914-
1995). Menurut Nurudin, mengemukakan “Teknik Johari Window juga tidak hanya digunakan
untuk individu semata tetapi juga untuk kelompok, sebuah kelompok juga hampir sama
dengan individu-individu yang mempunyai ciri khas, jati diri yang berbeda dengan kelompok
lain”. Menurut Cangara, mengemukakan “Johari Window” sebuah kaca jendela terdiri atas
empat bagian, yaitu wilayah terbuka (open area), wilayah buta (blind area), wilayah
tersembunyi (hildden area), dan wilayah tak dikenal (unknown area). (Dena,2019)

B. Rumusan masalah
1. Apa itu Pemahaman diri ?
2. Apa itu petak Johari (Johari Window)?
3. Apa itu sikap dalam hubungan konseling?
4. Apa saja Nilai al-quran atau asma al husna ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Tentang Pemahaman diri
2. Untuk mengetahui Tentang petak Johari
3. Untuk mengetahui Tentang sikap dalam hubungan konseling
4. Untuk mengetahui Tentang Nilai al-quran atau asma al husna

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemahaman diri
Pemahaman diri atau disebut juga sebagai konsep diri menurut Hurlock dalam
(Yustiana et al., 2014) ”Bahwa pemahaman diri (konsep diri) menyangkut gambaran diri
fisik yang berkenaan dengan tampang atau penampakan atau menyangkut pada
kemenarikan atau ketidakmenarikan diri, serta cocok atau tidak cocoknya jenis kelamin
dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang berbeda beserta psikis yang melekat padanya.
Self concept yang bersifat psikologi dikembangkan berdasarkan atas pemikiran, perasaan
dan emosi anak. Ini menyangkut kualitas dan abilitas yang memainkan peranan penting
dalam penyesuaiannya terhadap hidup. Seperti keberanian, kejujuran, kemandirian,
kepercayaan diri, aspirasi dan kemampuan dari tipe-tipe yang berbeda”. Pemahaman diri
yang dimiliki seseorang sejak dari masa remaja akan mengalami perkembangan secara
terus menerus. Semakin luas pergaulannya dalam mengenal lingkunganya, maka semakin
banyak pengalaman dalam menilai, memahami dirinya sendiri secara nyata akan sangat
membantu untuk menentukan langkah selanjutnya yaitu memilih karier dengan tepat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah memahami dan
mengerti dengan baik tentang konsep dirinya pribadi maka akan membantu dalam
menentukan kariernya dengan tepat. Menurut pendapat Hurlock pemahaman diri dibagi
menjadi 3 bagian yaitu:

a. Ideal self, yaitu pengertian seseorang tentang bagaimana dirinya yang seharusnya.
b. Social self, yaitu pengertian seseorang yang berhubungan dengan perasaan mengenai
dirinya.
c. Real self, yaitu pengertian seseorang tentang bagaimana diri yang sebenarnya.
Sedangkan menurut Cattel, (dalam Sobur, 2013: 300) “Keperibadian sendiri
merupakan sebagai keadaan internal individu, sebagai organisasi peroses dan struktur
dalam diri seseorang dan apa yang menentukan perilaku dalam situasi yang ditetapakan
dan dalam kesadaran jiwa yang ditetapkan”. Sedangkan ahli lain mengatakan
“pemahaman diri adalah apa yang dimaksut diri atau pemahaman diri sesungguhnya
meliputi juga tentang kesadaran diri dan pengukapan diri. Jika kita harus mendaftarkan
berbagai kualitas yang ingin kita miliki, kesadaran diri pasti menempati prioritas tinggi.

3
Kita semua ingin mengenal diri sendiri secara lebih baik, karena kita mengendalikan
sebagian besar pikiran dan perilaku kita sampai batas kita memahami diri sendiri sebatas
kita menyadari siapa kita” (Wirawan & Rahman, 2018)

Warjito mengemukakan bahwa tujuan pemahaman diri adalah membantu siswa


mengeksplorasi kemampuan/ bakat , minatnya, nilai-nilai keperibadian dan
kemampuan emosionalnya dalam rangka memahami diri dalam kaitannya dengan
memasuki dunia kerja.7Pemahaman diri merupakan aspek yang sangat penting bagi
siswa. Siswa yang memahami diri lebih memiliki peluang yang besar dalam meraih
cita-cita dari pada siswa yang belum mengenal dengan baik akan diri mereka sendiri,
karena mereka yang telah memahami diri telah memahami kemampuan, minat.
keperibadian dan nilai termasuk kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri
mereka, sehingga mereka memili arah dan tujuan hidup yang realistis dimana mereka
memiliki cita-cita yang sesuai dengan potensi diri. (SARI, Y. 2020)

Ciri-ciri siswa yang memahami dirinya sendiri Menurut Almond ahwa dalam
(SARI, 2020) orang yang memahami dirinya antara lain:

a. Orang yang percaya bahwa hidupnya bermakna, secara positif pasti meyakini konsep-
konsep tertentu, seperti humanistik, regliusitas atau idiosyncratic yang berhubungan
dengan makna kehidupan.
b. Konsep meaning yang mereka yakini, memunculkan kekonsistensian mereka untuk
mencapai arah dan tujuan hidup mereka.
c. Orang yang percaya bahwa hidup mereka berakna, entah hidup mereka sudah bermakna
atau mereka yang masih berusaha mencapai tujuan hidupnya.
d. Dalam proses mencapai tujuan hidup yang mereka buat , dari dalam individu, akan
muncul perasaan signifikan pada diri sendiri dan rasa bangga terhadap kehidupan
mereka.
Pemahaman diri siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri
siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto
dalam (Wirawan & Rahman, 2018), factor-faktor yang mempengaruhi pemahaman diri
adalah :
1) Faktor-faktor Internal: jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh),Psikologis (intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, Kelelahan).

4
2) Faktor-faktor Eksternal: keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan), Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode pemahaman diri, tugas rumah),
Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk
kehidupan masyarakat).

B. Petak Johari (Johari Window)


Istilah johari dalam teknik johari window merupakan gabungan dari dua orang
ahli pakar psikologi kepribadian yaitu Joseph Lufth dan Hary Ingham, yang di
kembangkan pada tahun 1955. Teori johari window adalah teori pengungkapan reaksi
atau tanggapan diri terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi
tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa
kini. Inilah yang mendasar teknik johari window, bahwa seseorang harus membuka diri
dengan lingkungannya untuk mewujudkan tanggapan yang baik. Mengungkapkan diri
atau membuka diri disini bukan berarti membuka secara detail sampai hal-hal yang
pribadi, melainkan mengungkap reaksi-reaksi dari aneka kejadian yang telah dialami
bersama.
Pelaksanaan teknik johari window menekankan bahwa setiap individu dapat
mengetahui atau tidak mengetahui diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian
diperlukan pengungkapan diri antar individu agar saling mengenal diri sendiri dan orang
lain. Jhonson menjelaskan pembukaan diri memiliki dua sisi yaitu bersikap terbuka
kepada yang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain, terbuka kepada yang lain bermakna
bahwa seseorang individu membagikan aneka gagasan dan perasaan diri sendiri kepada
individu lain dan membiarkan individu lan tahu tentang dirinya. (Thursina,2021)
(Suryani & Siregar, 2020) Menyatakan Dalam teknik johari window siswa akan
dituntut untuk dapat membuka diri sehingga siswa dapat mengenali diri serta
lingkungannya. Ketika siswa dapat mengenali dirinya, maka otomatis dia akan menyadari
apa kekurangan atau kelemahannya sehingga dia mengalami kesulitan belajar.
Keterbukaan ini sendiri ada terdapat dalam bimbingan dan konseling yaitu merupakan
salah satu asas dari bimbingan konseling sendiri. Karena dalam pelaksanaan bimbingan
konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari guru BK

5
maupun dari siswa. Keterbukaan ini buka hanyabersedia menerima saran-saran dari luar,
bahkan diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri
untuk kepentingan pemecahan masalah.

Lufth dan Hary Ingham mengembangkan konsep Johari Window sebagai


perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan
sebagai sebuah jendela. Jendela tersebut terdiri dari empat bagian, yaitu :
a. Area Terbuka (Open Area), adalah apa yang diketahui oleh seseorang tenyang
dirinya dan juga diketahui oleh orang lain. Antara dirinya dengan orang lain
terdapat kesesuaian pandangan, pendapat tentang dirinya dengan orang lain.
b. Area Buta (Blind Area), adalah apa yang tidak diketahui oleh dirinya, tetapi
diketahui oleh orang lain.
c. Area Tersembunyi (Hidden Area), adalah apa yang diketahui dirinya tetapi orang
lain tidak mengathuinya. Hal ini merupakan rahasia dirinya.
d. Area Tidak Diketahui (Unknown Area), adalah apa yang tidak diketahui oleh
seseorang tentang dirinya yang juga tidak diketahui oleh orang lain.

Berikut ini empat jendela yang ada dalam diri manusia, Yaitu :

Bagan Teori Petak Johari (Johari Window)

6
C. Sikap dalam hubungan konseling
(Nursyamsi, 2017) menyatakan pada dasarnya kesuksesan proses konseling erat
kaitannya dengan kualitas pribadi konselor. Kepribadian konselor merupakan salah satu aspek
penting dalam menciptakan perubahansikap dan perilaku konseling, disbanding kemampuan
menguasai teori dan praktek, pendidikan konselor belum tentu mampu memperubah
karakteristik konseli. Artinya syarat utama seorang konselor adalah kualitas
kepribadiannya,disamping pendidikannya. Aspek kunci lain dalam proses konseling yang efektif
adalah hubungan konseling, yaitu kualitas hubungan konselor dengan konseli. tiga kualitas utama
konselor agar konseling efektif yaitu:
1. Kongruensi, adalah suatu tingkah laku yang sesuai dengan citra diri sendiri, konselor
yang memiliki kualitas kongruen, adalah konselor dalam sikap dan perilakunya
menunjukkan keaslian, baik secara pribadi maupun professional. Konselor tidak
berpura-pura menutupi kekurangan dirinya.
2. Perhatian positif tanpa syarat pada konseli Kualitas kedua ini adalah dimana konselor
memberikan perhatian yang positif tanpa syarat. Konselor dapat menerima konseli
dengan segala kekurangan dankelebihannya, tanpa memberikan penilaian
(nonjudgmental). Artinya konselor tidak menilai, menghakimi, menyalahkan dan
menjelekkan tingkah laku konseli, walaupun tingkah laku itu tidak sesuai dengan
aturan masyarakat. Sikap ini tidak mudah dicapai oleh konselor, untuk itu diperlukan
pengalaman, kesabaran, pemahaman diri sendiri terlebih dahulu.
3. Empati secara umum, sikap atau perasann seseorang terhadap penderitaan orang lain,
dalam bentuk realisasi, dan pengertian terhadap perasaan, kebutuhan dan
penderitaan pribadi lain. empati adalah sikap dalam memaknai orang lain, mampu
merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan orang lain itu, tetapi tanpa
kehilangan identitas dirinya sendiri. Dapat dipahami tentang empati tersebut adalah
sikap (attitude0 yang mampu memahami kondisi yang sedang dialami orang lain,
tetapi kita tidak terhanyut dengan kondisi tersebut, tetap mampu mengendalikan
emosi kita. Empati sebagai aspek afektif merupakan kemampuan yang dapat
merasakan pengalaman emosional pada orang lain.

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar,


positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial baik institusi, pribadi, situasi, ide,
konsep dan sebagainya. Menurut Febrian dalam, (Alawiyah et al., 2020) sikap profesional

7
seorang konselor adalah kecenderungan yang menunjukkan bahwa dia adalah
konselor yang memiliki sikap profesional, sikap yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Konselor yang memiliki kesadaran terhadap komitmen profesional.
b. Secara terus-menerusberupaya untuk mengembangkan dan menguasaidirinya.
c. Harus mengerti dan memahami kekurangan dan prasangka-prasangka pada diri
konselor.
d. Bertanggungjawab terhadap saran dan peringatan yang diberikan dari rekan
seprofesi.
e. Mengupayakan mutu kerja setinggi mungkin.
f. Terampil dalam menggunakan teknik-teknik khusus yang dikembangkan atas
dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah.
g. Peduli terhadap identitas professional dan pengembangan profesi
h. Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan personal dan
profesional.
i. Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah
konsel.

D. Nilai al-quran atau asma al husna


1. konsep percaya diri (Ali Imran Ayat 139)

‫وْل ت ِهنُ ْوا وْل ت ْحزنُ ْوا وا ْنت ُ ُم ْاْلعْل ْون ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُّمؤْ ِمنِيْن‬

Artinya:”Dan janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, sebab
kamu paling tinggi (derajatny)a, jika kamu orang yang beriman”
Perilaku yang mencerminkan asmaul husna: Bersikap lemah lembut, sopan
dan santun pada orang lain. Prilaku ini sesuai dengan asmaul husna Allah yakni Al-
Latif yang artinya adalah Maha Lembut dan Al-Halim yang artinya adalah Maha
Penyantun.

2. Memahami diri (QS, Fussilat Ayat 53)

ِ ‫سنُ ِري ِه ْم ء َٰاي ِتنا ِفى ٱ ْلءافا‬


ُ‫ق و ِفى أنفُ ِس ِه ْم حت َّ َٰى يتبيَّن ل ُه ْم أنَّه‬
ِ ‫ٱ ْلح ُّق ۗ أول ْم ي ْك‬
‫ف ِبر ِبك أنَّ ۥهُ عل َٰى ُك ِل ش ْىء ش ِهيد‬

Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda(kebesaran) kami di


segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehinnga jelaslah bagi mereka bahwa
Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjdi
saksi atas segala sesuatu?

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemahaman diri (konsep diri) menyangkut gambaran diri fisik yang berkenaan dengan
tampang atau penampakan atau menyangkut pada kemenarikan atau ketidakmenarikan
diri, serta cocok atau tidak cocoknya jenis kelamin dan pentingnya bagian-bagian tubuh
yang berbeda beserta psikis yang melekat padanya.dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa seseorang yang telah memahami dan mengerti dengan baik tentang konsep dirinya
pribadi maka akan membantu dalam menentukan kariernya dengan tepat. Menurut
pendapat Hurlock pemahaman diri dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Ideal self, yaitu pengertian seseorang tentang bagaimana dirinya yang seharusnya.
b. Social self, yaitu pengertian seseorang yang berhubungan dengan perasaan
mengenai dirinya.
c. Real self, yaitu pengertian seseorang tentang bagaimana diri yang sebenarnya.
Pelaksanaan teknik johari window menekankan bahwa setiap individu dapat
mengetahui atau tidak mengetahui diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian
diperlukan pengungkapan diri antar individu agar saling mengenal diri sendiri dan orang
lain.
Lufth dan Hary Ingham mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan
bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah
jendela.
a. Area terbuka (Open Area)
b. Area buta (Blind Area)
c. Area tersembunyi (Hidden Area)
d. Area tidak diketahui (Uknown Area)
syarat utama seorang konselor adalah kualitas kepribadiannya,disamping
pendidikannya. Aspek kunci lain dalam proses konseling yang efektif adalah hubungan
konseling, yaitu kualitas hubungan konselor dengan konseli. tiga kualitas utama konselor
agar konseling efektif yaitu.
a. Kongruensi
b. Perhatian
c. Empati

B. Kritik dan Saran


Penulis Menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari berbagai
pihak untuk kemajuan penulisan makalah kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, D., Rahmat, H. K., & Pernanda, S. (2020). Menemukenali Konsep Etika Dan Sikap
Konselor Profesional Dalam Bimbingan Dan Konseling. Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim
Dan Bimbingan Rohani, 6(2), 84–101. https://doi.org/10.47435/mimbar.v6i2.457
Dena, R. (2019). Penerapan Layanan Konseling Individual dengan Teknik Johari Window untuk
Meningkatkan Self Awareness Siswa Kelas XI MAS LAB IKIP AL-Washliyah Medan Tahun
Pembelajaran 2018/2019 (Doctoral dissertation).

Lianawati, A. (2017). Implementasi Keterampilan Konseling dalam Layanan Konseling Individual.


Indonesian Counselor Association Journal, 3, 190–195. http://jambore.konselor.org/
Nursyamsi, N. (2017). Kepribadian Konselor Efektif. Jurnal Al-Taujih, 3(2), 1–7.
https://www.neliti.com/id/publications/324469/
Rahmi, S., & Suriata, S. (2019). Analisis Pemahaman Mahasiswa Terhadap Keterampilan Dasar
Komunikasi Konseling Pada Mata Kuliah Mikro Konseling. Indonesian Journal of Learning
Education and Counseling, 1(2), 177–185. https://doi.org/10.31960/ijolec.v1i2.72
Suryani, I., & Siregar, M. S. (2020). Pendekatan Teknik Johari Window dalam Menangani Kesulitan
Belajar Siswa Di SMP Al-Hidayah Medan. Al-Irsyad, 10(1), 62. https://doi.org/10.30829/al-
irsyad.v10i1.7652
SARI, Y. (2020). Korelasi antara Pemahaman Diri dengan Rasa Percaya Diri Peserta Didik Kelas VII
SMP Pangundi Luhur Bandar Lampung (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Thursina, P. U. (2021). Penerapan Teori Petak Johari Untuk Pemberdayaan Tanggung Jawab Belajar
Pada Siswa di SMAN 1 Aceh Besar (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry)

Wirawan, R. A., & Rahman, M. Z. (2018). Hubungan Antara Pemahaman Diri Dengan Sikap Saling
Menghargai Siswa Kelas Viii Smp. GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian Dan
Pengembangan Pendidikan, 6(2), 7–13.
http://journal.ummat.ac.id/index.php/geography/article/view/1417
Yustiana, N., Holilulloh, & Nurmalisa, Y. (2014). Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap Kesesuaian
Minat Memilih Jurusan. Jurnal Kultur Demokrasi, 02(04), 1–12.

10

Anda mungkin juga menyukai