Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

R DENGAN DIAGNOSA MEDIS F.25.0 SKIZFEKTIF TIPE MANIK


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU
KEKERASAN (RPK) DI RSJ KALAWA ATEI
PALANGKA RAYA

Oleh :

Hendra
(2021-01-14901-070)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROFESI NERS ANGKATAN IX
TAHUN AJARAN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Tri Panji Kusuma


NIM : 2021-01-14901-070
Program Profesi : Ners Angkatan IX
Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. R Dengan Diagnosa
Medis medis f.25.0 Skizfektif Tipe Manik Masalah
Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan (RPK) di RSJ
Kalawa Atei Palangka Raya

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Keperawatan Jiwa pada Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Praktik

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Henry Wiyono, Ners, M.Kep Nikolas Henry, S.Kep., Ners.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. R Dengan Diagnosa Risiko Bunuh Diri Di RSJ
Kalawa Atei Palangka Raya”. Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak
maka asuhan keperawatan jiwa ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang
diharapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak
terima kasih terutama kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. Selaku Ketua Prodi Ners STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Bapak Henry Wiyono, Ners, M.Kep. Selaku Dosen Pembimbing Akademik di
RSJ Kalawa Atei Palangka Raya, yang telah banyak memberi saran dan
bimbingan dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan Jiwa ini.
4. Bapak Nikolas Henry, S.Kep., Ners. Selaku Dosen Pembimbing Lahan di RSJ
Kalawa Atei Palangka Raya, yang telah banyak memberi saran dan bimbingan
dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan Jiwa ini.
5. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
menyempurnaan penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga laporan studi kasus ini bermanfaat
bagi kita semua.

Penulis

Tri Panji Kusuma


BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Penyakit


1.1.1 Definisi Resiko Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis bisa di lakukan secara verbal, di arahkan pada
diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Amatiria, 2012). Perilaku kekerasan merupakan
suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Elshy Pangden Rabba,
Dahrianis, 2014).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
yang timbul sebagai kecemasan dan ancaman (Hadiyanto, 2016). Perilaku kekerasan
adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Perilaku
kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak
lebih dari satu persen (Simatupang, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan
yang dimanisfestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan merupakan suatu
komunikasi atau proses penyampaian pesan individu. Orang yang mengalami
kemarahan sebenarnya ingin menyampaian pesan bahwa ia “tidak setuju, merasa
tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituntut atau diremehkan”
(Yosep, 2011).

1.1.2 Rentang Respon Marah


Perilaku atau respon kemarahan dapat berflutuatif dalam rentang adaptif
sampai maladaptif. Rentang respon marah menurut (Fitria, 2014). Dimana amuk
dan agresif pada rentang maladaptif, seperti gambar berikut:
Respon Adaptif Respon Maladaftif

Asertif frustasi Pasif Agresif Amuk/


perilaku kekerasan
Keterangan:
Asertif :Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi :Kegagalan mencapaiu tujuan karena tidak realistis/terhambat.
Pasif :Respon lanjutan dimana klien tidak mampu mengungkapkan perasaannya.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.

1.1.3 Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan dalam
perilaku kekerasan menurut (Dermawan dan Rusdin, 2013) yaitu:
1.1.3.1 Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah factor biologis, psikologis dan sosiokultural
1. Faktor Biologis
1) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologi terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistim
limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun
menghambat rasa marah (Dermawan dan Rusdin, 2013)
Menurut Direja (2011) Berdasarkan teori biologi, ada beberapa yang
mempengaruhi perilaku kekerasan:
a) Beragam komponen sistem neurologis mempunyai implikasi dalam
menfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
b) Peningkatan hormon adrogen dan norefineprin serta penurunan serotin
pada cairan serebro spinal merupakan faktor predisposisi penting
menyebabkan timbulnya perilaku agresif seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetic termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara atau tindak criminal.
d) Gangguan otak, sindrom otak genetik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbic dan lobus
temporal), kerusakan organ otak, retardasi terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan perilaku kekerasan.
2. Faktor Psikologis
1) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat
mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan prustasi akan
berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas/situasi yang mendukung.
3) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan
ersebut tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku konstruktif, maka
individu akan memenuhi melalui berprilaku destruktif.
3. Faktor Sosiokultural
1) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk merespon asertif atau agresif.
2) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi(Deden dan Rusdin, 2013).

4. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik.
Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian)
amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut
terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang terlalu rebut, padat, kritikan yang
mengaruh pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku
kekerasan(Dermawan dan Rusdin, 2013).

1.1.4 Mekanisme Koping


Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat membantu
klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontstruktif dalam
mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti “Displancement”, sublimasi, proyeksi, represi, denial
dan reaksi formasi (Dermawan dan Rusdin, 2013).

1.1.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala, marah, suka marah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara
tinggi berdebat, selalu memaksakan kehendak dan memukul bila tidak sengaja ditandai
dengan: Fisik, Mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, seta postur tubuh kaku. Verbal, mengancam, mengumpat
dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus (Keliat, 2011)
Perilaku, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif. Emosi, tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa
terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut. Intelektual, mendominasi, cerewet, kasar berdebat,
meremehakan dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual,
merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreativitas
terhambat. Social, menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
Perhatian, bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual (Keliat, 2011)
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan: (Yosep, 2011)
1) Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam, tangan
mengepal, postur tubuh kaku, jalan mondar mandir.
2) Verbal: bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam
secara fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor.
3) Perilaku: melempar atau memukul benda pada orang lain, menyerang orang
lain atau melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk atau agresif.
4) Emosi: tidak ade kuat, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan,
mengamuk, menyalahkan dan menuntut.
5) Intelaktual: cerewet, kasar, berdebat, meremehkan.
6) Spiritual: merasa berkuasa, merasa benar sendiri, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7) Sosial: menarik diri, penolakan, ejekan, sindiran.

1.1.6 Patofisiologi
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan marah.
Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima tanpa
menyakiti hati orang lain. Selain memberikan rasa lega, ketegangan akan menurun dan
akhirnya perasaan marah dapat teratasi. Rasa marah diekspresikan secara destrukrtif,
misalnya dengan perilaku agresif, menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan
masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2011).
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak kuat,
individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya, sehingga
rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan
yang lama, pada suatu saat dapat menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan pada
suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang ditujukan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan (Dermawan & Rusdi, 2013).

1.1.7 Penatalaksanaan
1) Terapi Farmakologi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif
tinggi contohnya : clorpromazine HCL yang digunakan mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat dipergunakan dosis efektif rendah,
contoh : Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan
transquelillzer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun
demikian keduannya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi
(Prabowo, 2014).
2) Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan maupun berkomunikasi, karena itu didalam
terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan terapi sebagai bentuk kegiatan
membaca koran, main catur, setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak
berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan itu bagi
dirinya (Prabowo, 2014).
3) Peran Serta Keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat
melakukan lima tugas kesehatan yaitu, mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber daya
pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah
akan dapat mencegah perilaku maladaptive (primer), mengulangi perilaku
maladaptive (sekunder) dan memulihkan perilaku maladaptive dan adaptive
sehingga derajat kesehatan pasien dan keliuarga dapat ditingkatkan secara
optimal (Prabowo, 2014).
4) Terapi Somatik
Menurut Deskep RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi
yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien, tetapi
target terpai adalah perilaku pasien (Prabowo, 2014).
1.1.8 Pohon Masalah
Daftar Masalah Isolasi Sosial menurut Yosep (2011) :
Effect
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Core
Problem Resiko Perilaku Kekerasan

Causa Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi
oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, pengangan
klien perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga yang
professional ( Keliat, 2011).
Berdasarkan dari Nurhalimah, (2016) konsep asuhan keperawatan sebagai berikut:
1.2.1.1 Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Identitas klien yang perlu ditulis adalah nama klien, jenis kelamin, umur
(biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/tingkat pendidikan
berisiko perilaku kekerasan), pekerjaan (tingkat keseriusan/tuntutan dalam
perkerjaannya dapat menimbulkan masalah), status (belum menikah,
menikah atau bercerai), alamat, kemudian nama perawat.
2) Alasan Masuk
Faktor yang membuat klien melakukan perilaku kekerasan.
3) Faktor Predisposisi
Hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku kekerasan klien, baik dari
pasien, keluarga, maupun lingkungan (Nurhalimah, 2016).
4) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya muka
merah, pandangan tajam, sakit fisik, napas pendek, yang menyebabkan
perubahan memori, kognitif, alam perasaan dan kesadaran.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : hipertensi/normal
Nadi :normal atau tidak
Suhu : meningkat/normal
Pernapasan : napas pendek
Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun
Keluhan fisik : muka merah, pandangan tajam
5) Psikososial
a.Genogram
Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dan keluarga.
Menjelaskan : seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan
tertekan dan ketertekanan itu dapat merupakan faktor penyerta bagi
dirinya akibat perilaku kekerasan, kondisi keluarga yang tidak baik itu
adalah : keluarga yang tidak utuh, orang tua meninggal, orang tua cerai
dan lain-lain (Nursalim, 2016).
b. Konsep Diri
a) Citra diri : klien tubuhnya baik-baik saja
b) Identitas : klien kurang puas terhadap dirinya
c) Peran :klien anak keberapa dari berapa saudara
d) Ideal diri :klien menginginkan keluarhga dan orang lain menghargainya
e) Harga diri :kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya
c.Hubungan Sosial
Marah-marah, bersikap tidak ramah, kasar terhadap keluarga lainnya.
d. Status Mental
a) Penampilan: Tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti
biasanya.
b) Pembicaran: Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras, gagap, apatis,
lambat dan membisu.
e. Aktivitas Motorik
Lesu, gangguan kesadaran, selisah, gerakan otot muka yang berubah-ubah
tidak dapat dikontrol.
f. Afek dan Emosi
a) Afek : tumpul (datar) dikarenakan terjadi penurunan kesadaran.
b) Emosi : klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya memiliki emosi
yang tinggi.
g. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang, cepat tersinggung, dan biasanya klien akan
menunjukan curiga.
h. Persepsi
Biasanya klien suka emosi.
i. Proses Pikir
Akibat perilaku kekrasan klien mengalami penurunan kesadaran.
j. Tingkat Kesadaran
Menunjukan perilaku kekerasan
k. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Secara umum klien perilaku kekerasan mengalami penurunan konsentrasi
dan penurunan berhitung.
l. Kamampuan Penilaian
Penurunan kemampuan penilaian.
m.Daya Tarik Diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-hal
diluar dirinya
1.2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam
mencapai tujuan yang telah di tetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab.
(Muhith, 2015) Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap
pola respons klien baik aktual maupun potensial (Stuart, 2016)
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
1.2.1.3 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
a. SP Klien : SP I
a) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
c) Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
d) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
e) Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
f) Membantu klien mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 1
g) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
2
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP V
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Melatih klien mengotrol perilaku kekerasan dengan cara minum
obat
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
b. SP Keluarga : SP I
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya
perilaku kekerasan
c) Menjelaskan cara merawat klien perilaku kekerasan
SP II
a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien perilaku
kekerasan
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien perilaku kekerasan
SP III
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

1.2.1.4 Implementasi
Menurut Keliat (2012) implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang
aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan
tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu menvalidasi apakah
rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada
saat ini. Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
Dermawan (2013) menjelaskan bahwa tindakan keperawatan dengan pendekatan
strategi pelaksanaan (SP) perilaku kekerasan terdiri dari : SP 1 (pasien) : membina
hubungan saling percaya, membantu klien mengenal penyebab perilaku kekerasan,
membantu klien dalam mengenal tanda dan gejala dari perilaku kekerasan. SP 2 (pasien) :
maembantu klien mengontrol perilaku kekerasan dengan memukul bantal atau kasur. SP
3 (pasien) : membantu klien mengontrol perilaku kekerasan seacara verbal seperti
menolak dengan baik atau meminta dengan baik. SP 4 (pasien) : membantu klien
mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual dengan cara sholat atau berdoa. SP 5
(pasien) : membantu klien dalam meminum obat seacara teratur.
1.2.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau pormatif dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP
sebagai pola pikirnya. (Keliat, 2011).
S : Respon subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradikdif dengan
masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada respon keluarga.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Hendra
NIM : 2021-01-14901-025
Ruangan Praktik : Benuas. B
Tanggal Pengkajian : 31 Januari 2022

2.1 IDENTITAS KLIEN


Nama : Tn. R
Umur : 28 Tahun
Informan : Klien dan Keluarga
Tanggal Dirawat : 23 Januari 2022

2.1.1 ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS


Pada saat dikaji pada tanggal 31 Januari 2022 pasien mengatakan bahwa pasien
dibawa oleh pihak keluarga ke poliklinik RSJ Kalawa Atei pada tanggal 23 Januari 2022
karena pada 10 hari sebelum masuk rumah sakit mengamuk, Pasien dibawa ke RSJ
Kalawa Atei oleh anggota kepolisian dan keluarga pasien. Alasan dibawa ke RSJ Kalawa
Atei yaitu mengamuk, memukul tetangganya dan merusak fasilitas umum

2.1.2 FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu:
a) Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu dan masuk ke RSJ
sebanyak 10x. pertama kali masuk RSJ sekitar tahun 2019.
b) Pangobatan pasien sebelumnya kurang berhasil dikarenakan pasien pernah
putus obat
c) Pasien melakukan aniaya fisik pada tetangganya

2. Pengobatan sebelumnya:
pernah mendapat pengobatan sebelumnya tetapi kurang berhasil.
3. a. Aniaya fisik : klien pernah melakukan aniaya fisik
b. Aniaya seksual : klien tidak pernah mengalami aniaya seksual
c. Penolakan : klien tidak pernah mengalami penolakkan
d. Kekerasan dalam : klien tidak pernah mengalami Keluarga kekerasan
dalam keluarga
e. Tindakan criminal : klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal
Jelaskan 1, 2, 3:
1. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu dan masuk ke
RSJ sebanyak 10x. pertama kali masuk RSJ sekitar tahun 2019.
2. Pangobatan pasien sebelumnya kurang berhasil dikarenakan pasien
pernah putus obat
3. Pasien melakukan aniaya fisik pada tetangganya
.
Masalah Keperawatan :
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Penatalaksanaan Regimen Terapeutik Tidak Efektif

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Hubungan keluarga : Efektif
Gejala : Tidak ada gejala apapun
Riwayat pengobatan/perawatan : pasien belum pernah melakukan
pengobatan sebelumnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Pasien mengatakan mempunyai masa lalu yang tidak menyenangkan, yaitu
sering mengamuk tidak jelas
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

2.1.3 FISIK
1. Tanda vital:
TD : 130/90 mmHg
HR : 89 x/m
RR : 20 x/m
T : 36,2 ˚C
2. Ukur :
TB : 162 cm
BB : 60 kg
IMT :22,9
3. Keluhan fisik : Klien tidak mengalami gangguan fisik.
Jelaskan 1, 2, 3 : tanda tanda vital diatas batas normal (hipertensi), dan
klien tidak memiliki gangguan fisik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2.1.4 PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Jelaskan :
Klien merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudra, klien anak laki-laki pertama,
klien memiliki 2 anak, klien memiliki 1 saudara laki laki, klien tinggal serumah
dengan istrinya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri:
klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak dia sukai atau
mengalami cacat ditubuh klien.
b. Identitas: Pasien mampu menyebutkan nama lengkap dan nama
panggilannya
c. Peran : Pasien mengatakan dia anak ke-1 dari 3 bersuadara
d. Ideal diri :
Klien mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul bersama
keluarga seperti biasa.
e. Harga diri : Pasien mengatakan tidak merasa malu dengan keadaannya
saat ini :
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang yang paling berarti adalah kedua orang
tuanya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Klien mengatakan bahwa klien aktif dalam kegiatan – kegiatan
kemasyarakatan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan
tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama Islam serta merasa tidak ada yang
bertentangan dengan keyakinannya dan tidak mempercaya hal-hal
mistis ataupun dukun.
b. Kegiatan ibadah
Sebelum dirawat klien aktif dalam mengikuti kegiatan kegiatan
kerohanian dan beribadah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2.1.5 STATUS MENTAL


1. Penampilan
Pada saat dilakukan pengkajian pakaian klien tampak rapi, rambut rapi, dan
tidak ada tercium bau badan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Pada saat pengkajian Klien berbicara lambat, jelas, dan klien kooperatif
bicara cukup nyambung, dan mampu menjawab pertanyaan perawat dengan baik,
kontak mata kurang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas Motorik:
Pasien tampak terlihat lesu dan lebih banyak tidur. Pada saat berbaring,
gerak tubuh pasien tampak gelisah dan tidak bisa diam.
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku kekerasan
4. Alam perasaaan
Pasien mengatakan sering emosi dikarenakan pengaruh minum-minuman
keras dan obat-obatan, hal tersebut yang menyebabkan pasien sering
mengamuk.
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku kekerasan
5. Afek
Afek pasien terlihat labil, mudah marah dan pasien mengatakan tidak malu
dengan keadaannya saat ini dan ingin kembali ke rumah
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. lnteraksi selama wawancara
Pada saat pengkajian klien kooperatif, saat berinteraksi klien banyak
melamun, dan kontak mata kurang.
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku kekerasan
7. Presepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar suara bisikan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada
8. Proses Pikir
Klien mampu menjawab dan menjelaskan apa yang ditanyakan oleh
perawat dengan jelas dan tidak menyimpang dari pertanyaan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalsh keperawatan
9. Isi Pikir
Pasien tidak mengalami gangguan isi pikir dan waham
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
Pada saat pengkajian dilakukan kesadaran klien Compos Mentis, dan saat
ditanya hari apa ini klien menjawab dengan benar, klien mengetahui
bahwa dirinya sedang dirawat di Rumah Sakit Jiwa kalawa Atei.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Pasien dapat mengingat nama dirinya, nama orang tuanya dan keluarganya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat pengkajian klien mampu menjelaskan apa yang ditanyakan,
mampu mengingat dengan dan mampu berhitung dengan baik, contoh
klien diberikan pertanyaan 5 + 5 =10 dan 10-5=5.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Pada saat pengkajian klien dapat mengambil keputusan dengan baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan mengetahui apa yang dia lakukan sampai diantar ke
RSJ Kalawa Atei.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2.1.6 Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Klien mampu makan secara mandiri dan selalu ikut serta untuk makan
bersama dalam 3x1 hari bersama dengan klien yang lain.
2. BAB/BAK
Klien mampu melakukan BAK/BAB secara mandiri pada saat ingin
BAK/BAB klien segera pergi ke toilet.
3. Mandi
Klien mampu mandi secara mandiri sebanyak 2x sehari.
4. Berpakaian/Berhias
Klien mempu berpakaian secara mandiri menggunakan pakaiannya dengan
benar, sesuai, dan tidak terbalik.
5. Istirahat dan Tidur
Tidur siang 13.00 WIB – 16.00 WIB, tidur malam 19.00 WIB – 05.00
WIB, kegiatan sebelum/sesudah tidur klien mandi dan sikat gigi.
6. Penggunaan Obat
Klien mampu minum obat secara mandiri dengan motivasi oleh perawat.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien disarankan rawat inap untuk penanganan lebih lanjut
8. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien menyiapkan makanan, menjaga kerapian rumah, mencuci pakaian,
mengatur keuangan. Sebelum sakit klien mampu melakukan kegiatan di
dalam rumah maupun di luar rumah secara mandiri karena klien tinggal
dengan kedua dan orang tuannya di rumah, jadi klien yang bertanggug
jawab atas kegiatan di rumah.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

2.1.7 Mekanisme Koping


1. Adaptif :-
2. Maladaptif : Klien tampak reaksi lambat dan tampak
menghindar
Masalah keperawatan: Koping Individu Tidak Efektif

2.1.8 Masalah Psikososial dan Lingkungan:


1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik:
Klien memiliki keluarga yang mendukung untuk dirawat di RSJ.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik:
Klien aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok.
3. Masalah dengan pendidikan, spesifik:
Klien mengatakan pendidikan terakhirnya hanya sampai SMA
4. Masalah dengan pekerjaan, spesifik :
Klien tidak memiliki pekerjaan tetap.
5. Masalah dengan perumahan, spesifik :
Klien mengatakan hanya tinggal serumah dengan kedua orang tuannya
6. Masalah ekonomi, spesifik :
Klien tidak memiliki masalah ekonomi.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik :
Klien langsung dibawa ke RSJ kalawa Atei oleh keluarga karena
melakukan percobaan menyakiti ibunya sendiri.
8. Masalah lainnya, spesifik :
Klien tidak memiliki masalah fisik lainnya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

2.1.9 Pengetahuan Kurang Tentang : penyakit jiwa, obat-obatan dan lainnya


Pasien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang dialaminya. Pasien
mengatakan jika sedang emosi dan marah-marah akan mengancam orang sekitar dan
mengamuk
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

2.1.10 ANALISA DATA


N DATA DIAGNOS
O A
KEPERAWATA
N
1 DS: Resiko
Pasien mengatakan pasien sering merasakan emosi Perilaku
yang tidak terkontrol. Hal tersebut yang menyebabkan
Kekerasan
pasien mengamuk dan memukul tetangganya

DO:
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak malas berinteraksi dengan teman
sekamarnya
- Ekspresi muka nya tegang
- Afek labil
- Gerak tubuh pasien tampak gelisah dan tidak bisa diam
- Pasien tampak kurang mampu untuk berkonsentrasi
2 DS : Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan Penatalaks
jiwa dimasa lalu dan masuk RSJ selama 10x dikarenakan
anaan Regimen
pengobatan sebelumnya tidak berhasil karena putus obat
DO : Terapeutik
- Pasien memiliki riwayat masuk RSJ 10x Tidak efektif
- Pasien tampak pertama kali dirawat tahun 2019
- Kontak mata kurang dapat dipertahankan
- Pasien tampak gelisah
4 DS : Pasien mengatakan agak susah mengontrol Koping
emosinya
Individu Tidak
DO :
- Pasien tampak sering emosi Efektif
- Pasien tampak berbicara dengan keras dan cepat
- Kontak mata kurang dapat dipertahankan
- Pasien tampak lebih banyak tidur
- Pasien tampak malas berinteraksi
- Pasien bicara jika diajak bicara
2.1.11 Aspek Medik
Diagnosa Medik : F.25.0 (SKIZFEKTIF TIPE MANIK)
Nama Obat : Lithium
Dosi Oral :II – 0 – II 400mg
s
:
Indik - Lithium adalah obat untuk mengatasi penyakit Mental seperti
asi
Gangguan Bipolar. Gangguan bipolar membuat penderitanya
:
mengalami perubahan suasana hati yang ekstrim. Perubahan suasana
hati ini terjadi dalam 2 fase, yaitu fase naik (episode mania) dan fase

turun (depresi).

Kont - Lithium dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal ginjal stadium


ra Indikasi
akhir, insufisiensi kardiovaskular, penyakit Addison, dan
:
hipotiroidisme yang belum diobati. Pasien dengan hipersensitivitas
terhadap bahan-bahan inaktif dari lithium juga tidak boleh
mengkonsumsi obat ini.

Efek - Tremor ringan pada tangan


- Badan terasa lemas dan tidak bertenaga
- Mual dan muntah
- Sakit perut
- Diare
- Berat badan menurun
- Denyut nadi dan jantung tidak beraturan
- Sering merasa haus dan buang air kecil
- Perasaan bingung atau linglung
- Daya ingat menurun
- Sering sesak napas, terutama setelah melakukan aktivitas yang berat
- Memicu atau memperparah jerawat, psosiaris, dan ruam
Nama Obat : Olanzapin
Dosis : Oral :I – 0 – 0 10 mg
Indikasi : - Olanzapine merupakan antipsikotik atipikal yang bekerja dengan cara
menyeimbangkan zat kimia alami yang ada di otak. Olanzapine akan
memengaruhi kerja dan jumlah dopamin dan serotonin di otak
sehingga gejala-gejala skizofrenia bisa mereda. Olanzapine adalah
obat untuk mengobati gejala skizofrenia, seperti kekacauan berpikir,
perubahan perilaku, halusinasi, atau delusi. Obat ini hanya boleh
digunakan sesuai dengan resep dokter
Kontra - Kontraindikasi Olanzapin adalah glaukoma sudut sempit;
wanita menyusui, untuk infeksi, infark miokardiak akut, angina
tak stabil; hipotensi atau bradikardi berat; sick sinus syndrome;
pasca bedah jantung.

Efek - Pusing atau sensasi rasa melayang


- rasa melayang
- Mulut kering atau mual
- Konstipasi
- Kenaikan berat badan
- Nyeri punggung
Nama Obat : Haloperidol
Dosis Oral 5mg 2x 1 (5mg)
Indikasi - Haloperidol adalah obat untuk mengatasi gejala skizofrenia. Selain itu,
obat ini juga dapat digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku yang
parah pada anak-anak atau mengontrol gejala sindrom Tourette.
Haloperidol bekerja dengan cara mengembalikan keseimbangan zat
kimia alami di dalam otak. Dengan begitu, pikiran menjadi lebih
tenang dan jernih, tidak gugup, tidak berperilaku agresif, serta tidak
ada keinginan untuk menyakiti orang lain.

Kontra - Hipersensitivitas terhadap obat


- Depresi sistem saraf pusat berat (termasuk
koma), neuroleptic malignant syndrome (NMS), kejang yang tidak
terkontrol, dan penyakit Parkinson.
Efek - Kantuk
- Pusing
- Sakit kepala
- Sulit tidur
- Susah buang air kecil
- Lemas
Nama Obat : Clozapine
Dosis Oral 100 mg 1x1 tablet
Indikasi - Indikasi utama clozapine adalah untuk penanganan gejala-gejala
psikotik, agresivitas, dan gejala positif schizophrenia dengan dosis
dititrasi naik hingga efek terapeutik tercapai. Clozapine juga bisa
digunakan pada gangguan bipolar.

Kontra - Kontraindikasi pemberian clozapine di antaranya jika terdapat riwayat


agranulositosis atau riwayat hipersensitivitas terhadap penggunaan obat
ini. Peringatan untuk menghentikan obat jika pada pemeriksaan darah
ditemukan hasil leukosit kurang dari 3500/mm3 atau angka neutrofil
kurang dari 2000/mm3.
Efek - Pening, sulit menjaga keseimbangan, atau pusing
- Kantuk
- Mulut kering atau justru ngences
- Gelisah
- Sakit Kepala
- Gemetar (tremor)
- Penglihatan buram
- Sembelit

- Peningkatan berat badan

2.1.12 Daftar Masalah Keperawatan

1. Risiko perilaku kekerasan


2. Regimen Terapeutik Tidak Efektif
3. Koping Individu Tidak Efektif

2.2 Daftar Diagnosis Keperawatan ( sesuai urutan prioritas )


1. Resiko Perilaku Kekerasan

2.2.1 Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan Effect



Regimen Terapeutik Tidak Efektif Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif Causa

Palangka Raya , 31 Januari 2022


Mahasiswa,

Hendra
2021-01-14901-025
2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. R
Hari/Tgl : 31 Januari 2022
N DIAGNOSA TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS INTERVENSI
o
1 Risiko Perilaku Klien dapat Setelah dilakukan tindakan keperawatan: Lakukan tindakan SP 1 RPK
kekerasan mengontrol perilaku 1. Klien dapat membina hubungan saling 1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan percaya kekerasan yang dilakukan akibat perilaku
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab kekerasan
marah, tanda dan gejala, perilaku kekerasan 2. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan :
fisik, obat, verbal, dan spiritual
yang dilakukan dan akibatnya.
3. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara
3. Klien dapat mengendalikan perilaku fisik : tarik nafas dalam dan pukul kasur dan
kekerasan dengan cara relaksasi nafas dalam bantal
atau memukul kasur dan bantal 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
4. Klien dapat mengendalikan perilaku fisik
kekerasan dengan cara latihan cara fisik
5. Klien paham dan mampu mengendalikan Lakukan SP 2 RPK
risiko perilaku kekerasan dengan cara 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, beri pujian
berbicara dengan baik 2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
6. Klien paham dan mampu mengendalikan obat (6 benar obat, guna, dosis, frekuensi, cara,
risiko perilaku kekerasan dengan cara kontinuitas minum obat, akibat jika obat tidak
mempraktikan cara spiritual (beribadah) diminum sesuai program, akibat putus obat)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
7. Klien dapat mengendalikan perilaku
fisik dan minum obat
kekerasan dengan minum obat secara teratur
dan memasukkan minum obat kedalam Lakukan SP 3 RPK
jadwal aktivitas klien. 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan obat, serta
beri pujian
2. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan
secara verbal (3 cara, yaitu mengungkapkan,
meminta, menolak dengan benar)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik, minum obat dan verbal
Lakukan SP 4 RPK
1. Evaluasi latihan fisik , obat dan verbal. Beri
pujian
2. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan
secara spiritual (2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik, minum obat, verbal dan
spiritual.

Lakukan SP 5 RPK
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 & 2, minum
obat, verbal dan spiritual, beri pujian
2. Nilai kemampuan yang telah mandiri
3. Nilai apakah perilaku kekerasan terkontrol

2.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN JIWA (CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN)


Nama : Tn. R
Hari/Tgl : 31 Januari 2022
DIAGNOSI PARAF
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
S
Risiko SP 1 RPK S : pasien mengatakan belum bisa mengontrol Hendra
Perilaku Kekerasan emosinya
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan O:
gejala perilaku kekerasan yang - Pasien mampu mengetahui penyebab, tanda dan
dilakukan akibat perilaku kekerasan gejala perilaku kekerasan yang telah akibat
2. Menjelaskan cara mengontrol perilaku perilaku kekerasan
- Pasien masih belum mampu menjelaskan cara
kekerasan : fisik, obat, verbal, dan
mengontrol perilaku kekerasan
spiritual - Pasien nampu melakukan cara mengontrol
3. Melatih cara mengontrol perilaku perilaku kekerasan dengan nafas dalam
kekerasan secara fisik : tarik nafas - Pasien masih masih belum mampu mengikuti
dalam dan pukul kasur dan bantal jadwal kegiatan yang diberikan
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan A: masalah belum teratasi
untuk latihan fisik P:
- Pasien dapat mempraktikkan Teknik
napas dalam dan memukul bantal
- Pertahankan SP 1, lanjutkan SP1

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA


Nama : Tn. R
Hari/Tgl : Selasa 1 febuari 2022 ( Pertemuan ke2)
DIAGNOSI PARAF
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
S
Risiko SP 1 RPK S: Hendra
Perilaku Kekerasan - Klien mengatakan “Baik pak, silahkan
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan datang lagi besok sekitar jam 90 pagi”
gejala perilaku kekerasan yang - Klien mengatakan mengerti tentang perilaku
dilakukan akibat perilaku kekerasan kekerasan
2. Menjelaskan cara mengontrol perilaku O:
kekerasan : fisik, obat, verbal, dan - Klien mampu mengidentifikasi penyebab
spiritual serta tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Melatih cara mengontrol perilaku yang dilakukan akibat perilaku kekerasan
kekerasan secara fisik : tarik nafas - klien masih belum mampu menjelaskan cara
dalam dan pukul kasur dan bantal mengontrol perilaku kekerasan.
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan - klien mampu meredemonstrasikan cara
untuk latihan fisik mengendalikan perilaku kekerasan dengan
cara fisik 2 Memukul kasur dan bantal

A : SP 1 Pasien risiko perilaku kekerasan teratasi


P : Lanjutkan SP 2 berikutnya.
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. R
Hari/Tgl : Rabu 2 febuari 2022 (Pertemuan Ke3)
DIAGNOSI PARAF
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
S
Risiko SP 2 RPK S : pasien mengatakan mampu mengendalikan Hendra
Perilaku Kekerasan emosinya dengan napas dalam dan memukul
1. Mengvaluasi kegiatan latihan fisik, beri bantal,kasur
pujian O:
2. Melatih cara mengontrol perilaku
1. Pasien tampak tenang dan senang saat
kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna,
dikunjungi
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum
2. Kontak mata lebih lama dari pertemuan
obat, akibat jika obat tidak diminum sesuai
sebelumnya
program, akibat putus obat)
3. Pasien mampu mengulangi yang perawat
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
jelaskan pada pertemuan sebelumnya.
latihan fisik dan minum obat
4. Pasien tampak belum mampu perilaku
kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat.
5. Pasien mampu mengikuti kegiatan yang
diberikan dari RSJ
A: SP2 teratasi sebagian
P : Lanjutkan SP2 Modifikasi
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. R
Hari/Tgl : Kamis 03 febuari 2022 (Pertemuan Ke4)
DIAGNOSI PARAF
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
S
Risiko SP 2 RPK S: Hendra
Perilaku Kekerasan - Klien mengatakan “Baik pak, silahkan
1. Mengvaluasi kegiatan latihan fisik, beri datang lagi besok sekitar jam 08:30 pagi”
pujian - Klien mengatakan mengerti tentang
2. Melatih cara mengontrol perilaku perilaku kekerasan
kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna,
- pasien mengakatan masih kurang mampu
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat, akibat jika obat tidak diminum sesuai
mengingat nama-nama obat yang
program, akibat putus obat) diminumnya
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk O :
latihan fisik dan minum obat - Pasien tampak koperatif
- Pasien tampak tenang dan senang saat
dikunjungi
- Kontak mata lebih lama dari pertemuan
sebelumnya
- Pasien mampu mengulangi yang perawat
jelaskan pada pertemuan sebelumnya.
- Pasien tampak belum mampu perilaku
kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat.
- Pasien mampu mengikuti kegiatan yang
diberikan dari RSJ
A: SP2 teratasi sebagian
P : Lanjutkan SP2 Modifikasi
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. R
Hari/Tgl : Jumat 05 febuari 2022 (Pertemuan Ke 5)
DIAGNOSI PARAF
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
S
Risiko SP 2 RPK S: Hendra
Perilaku Kekerasan - pasien mengatakan mampu mengendalikan
1. Mengvaluasi kegiatan latihan fisik, emosinya dengan napas dalam dan memukul
beri pujian bantal,kasur
2. Melatih cara mengontrol perilaku - pasien mengakatan masih kurang mampu
kekerasan dengan obat (6 benar obat,
mengingat nama-nama obat yang
guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat, akibat jika
diminumnya
obat tidak diminum sesuai program,
O:
akibat putus obat)
1. Pasien tampak koperatif
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan
2. Pasien tampak tenang dan senang saat
untuk latihan fisik dan minum obat
dikunjungi
3. Kontak mata lebih lama dari pertemuan
sebelumnya
4. Pasien mampu mengulangi yang perawat
jelaskan pada pertemuan sebelumnya.
5. Pasien tampak belum mampu perilaku
kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat.
6. Pasien mengikuti kegiatan olah raga yang
diberikan dari RSJ
A: SP2 teratasi sebagian
P : Lanjutkan SP2 Modifikasi
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Nuraenah, Mustikasari, & Putri, S. S. E. 2014. Hubungan dukungan keluarga dan beban
keluarga dalam merawat anggota dengan riwayat perilaku kekerasan di RS Jiwa
Islam. Jurnal Keperawatan Jiwa, 2(1), 41-50. doi: 10.26714/jkj.2.1.2014.41-50

Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Nuha
Medika

Sari, Nina Permata, & Istichomah. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Perilaku Kekerasan Terhadap Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Di
Poli Jiwa RSJ Soedjarwadi Klaten. Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 06 No.
01 Januari 2015

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Yosep, Iyus. 2014. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai