Anda di halaman 1dari 17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi mendasar tentang bagaimana melindungi anak-

kekerasan terhadap Anak anak dari berbagai kejahatan.


Diana Mutiah Kekerasan didefinisikan sebagai
diana.mutiah@uinjkt.ac.id “perilaku seseorang terhadap orang lain yang
dapat menyebabkan kerusakan fisik atau
Fakultas Psikologi UIN Jakarta psikis”(Children and Violence, 1995).
A. Latar Belakang Masalah Kekerasan pada anak dengan perilaku
Kekerasan terhadap anak senantiasa kekerasan lain dan kriminal pada orang tua
berulang terus terjadi sepanjang kehidupan memiliki keterkaitan yang akurat. Data
manusia. Dari tahun ketahun angka kekerasan Statistik NSPCC menunjukkan bahwa dari
terhadap anak semakin lama semakin tahun 1983 sampai 1987 (Creighton & Noyes,
meningkat. Data dari Komisi Perlindungan 1989), 15% ibu dan 41 % ayah memiliki
Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan terjadi catatan kriminal kekerasan pada anak. Berbagai
peningkatan kekerasan terhadap anak. Baik faktor menyebabkan orang tua melakukan
secara seksual, fisik maupun eksploitasi kekerasan. Mengajarkan disiplin dengan sikap
seksual komersil. Sejak Januari hingga Oktober negatif, kasar dan hinaan. Beberapa studi di
2013, jumlah kasus tersebut mencapai 525 Amerika yang menemukan bahwa 80 % lebih
kasus atau 15,85 persen dari kasus yang terjadi. anak-anak pelaku kekerasan telah mengalami
Data KPAI menyebutkan tahun 2012 kekerasan dan penelantaran saat usia
terdapat 746 kasus. Jumlah ini meningkat 226 prasekolah. Studi lain (Welsh 1976 dan
persen dari tahun sebelumnya, dengan jumlah Feshback 1979) menemukan hubungan
kasus sebanyak 329 kasus. Data ini dihimpun parahnya hukuman yang diterima saat usia
dari pengaduan yang masuk, baik melalui kanak-kanak dengan tingkat keagresifannya
pengaduan langsung, surat, telepon, email dan saat menjadi penjahat. Penemuan yang sama
berita. Menurut dia, berdasarkan hasil pantauan ditemukan oleh tim kerja Newsons (Newson &
KPAI selama tiga tahun, rata-rata 45 anak newson 1968) di Nottingham yang menemukan
mengalami kekerasan seksual setiap hubungan yang sangat jelas antara hukuman
bulan.Komnas Perlindungan Anak mencatat fisik saat usia 11 tahun dengan kenakalan anak-
dalam semester I di tahun 2013 atau mulai anak. Hubungan yang sama juga terjadi pada
Januari sampai akhir Juni 2013 ada 1032 kasus pelaku kejahatan dewasa.
kekerasan anak yang terjadi di Indonesia. Dari
jumlah itu kekerasan fisik tercatat ada 294 Undang-Undang nomor 23 tahun 2004
kasus atau 28 persen, kekerasan psikis 203 dijelaskan bahwa bentuk-bentuk kekerasan
kasus atau 20 persen dan kekerasan seksual dalam rumah tangga adalah.kekerasan fisik,
535 kasus atau 52 kekerasan psikis; kekerasan seksual; atau.
persen.(http://nasional.sindonews.com/read penelantaran rumah tangga. Kekerasan fisik
/2013/12/12/13/816455/). adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit, jatuh sakit, atau luka berat.Kekerasan
Anak sebagai korban kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan
merupakan fenomena sosial yang memerlukan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,
perhatian dari semua pihak. Hampir setiap hari hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa
pemberitaan mengenai anak-anak pada tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat
kekerasan fisik dan psikologis dapat dilihat pada seseorang. Sedangkan kekerasan seksual
pada media masa. Banyaknya kasus yang meliputi : (a) pemaksaan hubungan seksual
terjadi tentu menimbulkan pertanyaan yang dilakukan terhadap orang yang menetap

1
dalam lingkup rumah tangga tersebut; (b) (intergenerational transmission of violence),
pemaksaan hubungan seksual terhadap salah stres sosial (social stress) .Sementara itu
seorang dalam ling¬kup rumah tangganya tindakan kekerasan terhadap anak juga bukan
dengan orang lain untuk tujuan komersial hanya terjadi dari keluarga miskin tetapi juga
dan/atau tujuan tertentu. dalam keluarga kelas menengah keatas dan
kaya yang disebabkan beberapa hal seperti
Dengan meminjam definisi kekerasan isolasi Sosial dan keterlibatan masyarakat
dan bentuk kekerasan dalam undang-undang bawah, serta struktur keluarga.
PKDRT tersebut maka kekerasan terhadap Pengukuran kekerasan anak
anak adalah setiap perbuatan terhadap seorang menggunakan alat ukur Children Abuse
anak, yang berakibat timbulnya kesengsaraan Potential Inventory( CAPI). Inventarisasi
atau penderitaan secara fisik, seksual, Potensi Kekerasan pada Anak merupakan alat
psikologis, dan/atau penelantaran anak yang dirancang untuk mendeteksi kekerasan
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, fisik pada anak di lingkungan tempat mereka
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan diduga mengalami Kekerasan fisik( dalam
secara melawan hukum dalam lingkup Milner, 1986). Inventarisasi Potensi Kekerasan
keluarga, sekolah dan lingkungan sosial pada Anak dapat digunakan dalam berbagai
lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut maka aplikasi penelitian. Penelitian Milner
bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak dapat menunjukan bahwa anak dengan skala
berupa fisik, seksual, psikologis/verbal. kekerasan yang tinggi memiliki karakteristik,
sifat, dan pola asuh yang mirip dengan
Hasil penelitian Putri (2008) gambaran anak yang mengalami kekerasan
menemukan dua bentuk kekerasan terhadap fisik.
anak dengan dalih memberi hukuman yang
mendidik yaitu hukuman fisik, seperti: Faktor Resiko dalam Keluarga
dicubit/dijewer, push up, lari keliling lapangan, Tipe-tipe keluarga tertentu memiliki
dilempar menggunakan alat tulis, dijemur, risiko yang meningkat untuk melakukan
ditampar/dipukul, ditendang dan hukuman non- tindakan kekerasan dan pengabaian kepada
fisik, seperti: mencemooh /diejek dan anak. Misalnya, orang tua tunggal lebih
mengancam (http ;//freewebs.com / childabuse memungkinkan melakukan tindakan kekerasan
/ sebuah tinjauan) terhadap anak dibandingkan dengan orang tua
utuh. Selain itu, keluarga keluarga di mana
Kekerasan terhadap anak akan baik suami atau istri mendominasi di dalam
berdampak secara fisik, psikologis, dan sosial. membuat keputusan penting, seperti : di mana
Kekerasan secara fisik mengakibatkan organ- bertempat tinggal, pekerjaan apa yang mau
organ tubuh siswa mengalami kerusakan diambil, bilamana mempunyai anak, dan
seperti memar, luka-luka.Anak yang beberapa keputusan lainnya, mempunyai
mengalami hukuman fisik akan memakai tingkat kekerasan terhadap anak yang lebih
kekerasan di keluarganya nanti, sehingga siklus tinggi dibandingkan dengan keluarga keluarga
kekerasan makin kuat. Biasanya, kekerasan yang suami istri sama sama bertanggung jawab
fisik yang seperti ini langsung terlihat nyata atas keputusan keputusan tersebut.
oleh panca indra Pernyataan diatas bertentangan dengan
Gelles Richard.J (1982) mengemukakan pandangan tradisional bahwa keluarga dalah
bahwa kekerasan terhadap anak (child abuse) tempat yang aman dimana seseoarng bisa
terjadi akibat kombinasi dari berbagai faktor, berlindung dari bahaya-bahaya yang banyak
pewarisan kekerasan antar Generasi terdapat di luar rumah. Banyak kekerasan yang

2
disangkal, diabaikan, dan tidak diperhatikan. 3. Manakah diantara faktor-faktor
Pandangan tersebut juga mengaggap bahwa psikologis dari orang tua yang
kekerasan di rumah berada di luar wilayah mempengaruhi kekerasan terhadap anak
hukum , tetapi sekarang pandangan itu telah lebih dominan ?
berubah 4. Apakah terdapat pengaruh yang
Faktor risiko dapat mengidentifikasi signifikan pengasuhan orang tua
populasi yang berisiko yang menjadi sumber terhadap kekerasan anak ?
kekerasan, tapi faktor risiko juga memiliki 5. Apakah ada pengaruh faktor demografi
batasan.Faktor risiko yang tidak dapat diubah, terhadap potensi kekerasan terhadap
misal menghilangkan kemiskinan.Faktor anak ?
situasional seperti penindasan, dapat
mempercepat munculnya kekerasan. Faktor C. Kajian Teori
risiko yang kerap muncul pada anak usia 6-11 1. Definisi Kekerasan Anak
tahun adalah pelanggaran umum, Patricia ( 2001) mendefinisikan Child
penyalahgunaan zat, kemiskinan, orang tua Abuse sebagai suatu kelalaian
yang antisosial, sikap orang tua yang tindakan/perbuatan oleh orang tua atau yang
cenderung kasar, prestasi akademik yang merawat anak yang mengakibatkan terganggu
rendah, perilaku antisosial, agresi dan kesehatan fisik, emosional, serta perkembangan
kenakalan teman sebaya (Herrenkohl et al., anak. Ini mencakup penganiayaan fisik dan
2000; USDHHS, 2001). Sedangkan untuk anak emosi, kelalaian dan eksploitasi seksual.
usia 12-14 tahun faktor risikonya antara lain
prestasi akademis yang buruk, pendidikan yang KPAI (Komisi Perlindungan Anak
rendah, kekerasan orangtua, ikatan sosial yang Indonesia) (2006) mendefinisikan tindak
lemah, teman-teman yang antisosial, anggota kekerasan terhadap anak adalah segala bentuk
geng, kepemilikan senjata api, narkoba dan ucapan, sikap dan tindakan yang dapat
alkohol, serta pelanggaran umum. Sebagai menimbulkan kesakitan, gangguan psikis,
tambahan, komunitas dengan tingkat penelantaran ekonomi dan sosial terhadap anak
kriminalitas, kekerasan, dan penyalahgunaan oleh orang tua atau orang dewasa lainnya
obat yang tinggi membawa dampak tidak (2006).
langsung pada munculnya kekerasan pada Cicchetti, D & Carlson (1987)
anak, terlebih jika anak mendapat pola asuh mengemukakan beberapa istilah yang mengacu
yang buruk serta kekurangan sumber daya pada kekerasan terhadap anak, yaitu :
keluarga. Unrecognized trauma, yaitu gejala-gejala klinis
Berdasarkan fenomena dan fakta-fakta seperti penemuan radiologi berupa patah tulang
tersebut diatas, peneliti tertarik untuk panjang yang majemuk pada bayi atau anak-
melakukan penelitian tentang Faktor-faktor anak dengan disertai perdarahan tanpa
Psikologis yang memepengaruhi kekerasan diketahui penyebabnya.
terhadap anak. Battered child syndrome, yaitu setiap
keadaan yang disebabkan kurangnya perawatan
B. Permasalahan Penelitian
1. Seperti apakah bentuk-bentuk tindakan dan perlindungan terhadap anak oleh orang tua
kekerasan yang dilakukan orang tua atau pengasuh lainnya.
terhadap anak ? Maltreatment syndrome, yaitu
2. Faktor-faktor psikologis apakah dari gangguan fisik seperti yang telah disebutkan di
orang tua yang mempengaruhi potensi atas dan ditambah dengan adanya gangguan
kekerasan terhadap anak ?

3
emosi anak dan akibat lainnya dari asuhan rumah tangga tersebut (b)pemaksaan hubungan
yang tak memadai. seksual terhadap salah seorang dalam lingkup
rumah tangganya dengan oranglain untuk
Child abuse, yaitu istilah untuk anak- tujuan komersil dan/atau tujuan tertentu.
anak berusia dibawah 16 tahun yang mendapat
gangguan dari orang tua atau pengasuhnya Child Abuse Potential Inventory (CAPI)
yang merugikan anak secara fisik dan mental dikembangkan oleh Milner (1986) yang
serta perkembangannya. bertujuan untuk menilai sikap dan perilaku pola
asuh orangtua yang terkait dengan
Definisi “kekerasan terhadap anak” pendisiplinan dan kekerasan terhadap anak.
masih sangat luas dan juga bersifat kultural. Latar belakang dikembangkan CAPI adalah
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa apa adanya kebutuhan di lapangan bagi para
yang dianggap sebagai tindak kekerasan oleh pekerja social sebuah instrumen yang mudah
orang Amerika belum tentu dianggap sebagai dikerjakan dan diadmistrasikan untuk
tindak kekerasan juga oleh orang Indonesia. menjaring orangtua yang melakukan kekerasan
Hal ini didukung oleh hasil penelitian UNICEF terhadap anak. Studi pustaka yang cukup
dan Universitas Gadjah Mada di enam propinsi intesif dilakukan oleh Milner menemukan
di Indonesia pada Tahun 1999 yang beberapa hal yang berkaitan yaitu: harapan
menyatakan bahwa terdapat nilai-nilai budaya yang tidak realistis terhadap anak, kecemasan
yang mendukung “kekerasan” dalam sosialisasi terhadap perilaku anak, masalah dalam
atau pendewasaan anak, dan lemahnya hubungan interpersonal, perasaan tidak
pendidikan yang menghargai hak-hak anak di mampua, merasa terisolasi dan kesepian,
berbagai daerah (Kompas.Com, 1999). Seperti depresi, tidak mampu menghadapi stres, sikap
tradisi menjodohkan dan mengawinkan anak yang kaku, impusif, pribadi yang kekanak-
perempuan sejak usia dini yang biasa disebut kanak-an, pengalaman masa kecil yang negatif,
pemaksaan perjodohan masih terjadi di dan masalah dalam hubungan orangtua dan
beberapa daerah di Indonesia. Kemudian tradisi anak.
yang masih dipraktekkan sampai saat ini di
sebagian di daerah papua adalah pemotongan Berdasarkan teori yang ada maka
ruas jari pada saat orang tua meninggal dunia Milner (1986) menyusun CAPI yang terdiri
dari 77 item skala Abuse dan 56 item skala
Kekerasan pada anak yang dilakukan Validitas. Skala Abuse terdiri dari enam sub
didefinisikan sebagai kekerasan fisik, skala yaitu distres, kekakuan,
kekerasan psikis dan kekerasan seksual yang ketidakbahagiaan, masalah dengan anak dan
dialami anak dengan pelaku orangtua. diri, masalah dengan keluarga, dan masalah
Pengertian kekerasan dikutip dari Undang- dari orang lain. Skala validitas terdiri dari lie
undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004 scale, random response, dan inconsistency.
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Milner (1986) melaporkan adanya
Tangga.Kekerasan fisik didefinisikan sebagai koefisien internal konsisten antara 0,92-0,98
perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh untuk skala Abuse. CAPI juga menunjukkan
sakit, atau luka berat. Kekerasan psikis adalah kemampuan untuk memprediksi orangtua yang
perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, melakukan kekerasan pada anak, penelitian
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya awal oleh Milner dan Wimberley (dalam
kemampuan dalam bertindak, rasa tidak Milner, 1986) menunjukkan CAPI mampu
berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada memprediksi orangtua yang melakukan
seseorang. Kekerasan seksual meliputi (a) kekerasan dan yang tidak melakukan kekerasan
pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan sebesar 96 %.
terhadap orang yang menetap dalam lingkup

4
Milner (dalam Walker & Davies, 2010) Kelemahan dari pendekatan ini adalah
melaporkan adanya kaitan antara meningkatnya dengan memberi label bahwa orangtua yang
skor skala Abuse CAPI dengan faktor-faktor melakukan kekerasan terhadap anak sebagai
resiko seperti masa kecil orangtua yang disiksa, penderita gangguan jiwa maka akan membuat
kurangnya dukungan social, negative afek, pelaku semakin terpisahkan dari masyarakat.
strategi pendisiplinan dengan kekerasan Kondisi ini justru akan semakin memperburuk
Penelitian ini dilakukan dengan keadaan. Selain itu, terapi farmakologi dan
menggunakan sampel N=1470 untuk psikoterapi akan memakan waktu cukup lama
pengembangan alat dan N= 713 untuk dan menghabiskan banyak biaya. Hal ini tentu
penelitian validasi instrument. tidak efektif menyelesaikan persoalan
BCAPI terdiri dari 24 item skala Abuse kekerasan terhadap anak.
dan dan 10 item skala Validitas. Item-item
yang digunakan adalah item yang memiliki b. Pendekatan sosial
muatan factor yang terbesar. Komunikasi Berbeda dengan pendekatan psikiatri
pribadi antara peneliti dan Ondersma (2013), yang sifatnya tunggal, maka pendekatan social
menyarankan agar menambahkan satu item bersifat interaksi antar beberapa faktor. Dasar
skala Abuse untuk melengkapi faktor feeling of pendekatan ini adalah adanya stress social yang
persecution. Penelitian oleh Ondersma dkk berinteraksi dengan cultural milieu dan
(2005) menunjukkan BCAPI memiliki internal dinamika keluarga menghasilkan agresi,
konsistensi sebesar 0,89 dan berkorelasi kekerasan terhadap anak. Model ini lebih
dengan skor skala Abuse CAPI (r=0,96). menekankan akumulasi stres yang dihadapi
Validasi lintas budaya yang dilakukan oleh orangtua dibandingkan faktor yang sifatnya
Walker dan Davies (2012) pada pada inheren pada orangtua.
masyarakat Inggris menunjukkan bahwa skala
Abuse BCAPI juga memiliki tingkat internal c. Pendekatan perkembangan
konsistensi yang cukup baik sebesar 0, 816. C. Newberger dan Cook (dalam Zigler
dan Hall, 1989) yang pertama kali
mengemukakan teori perkembangan kognitif
Faktor-faktor Penyebab Terjadi Kekerasan
untuk menjelaskan terjadinya pola asuh dengan
kepada Anak oleh Orang Tua
kekerasan. Teori ini menjelaskan bahwa
Zigler dan Hall (1989) mengemukakan perkembangan sikap dan perilaku pola asuh
beberapa perspektif teori yangmenjelaskan orangtua mengikuti pola yang sama dengan
penyebab terjadinya fenomena kekerasan yang perkembangan kognitif Piaget. Berfokus pada
dilakukan orangtua terhadap anak. isu mengenai “anak sebgai orang”, aturan
pengasuhan anak, dan penghayatan peran
a. Pendekatan psikiatri sebagai orangtua. C. Newberger dan Cook
Pendekatan ini merupakan teori yang menawarkan empat tahap kesadaran sebagai
paling awal dikemukakan untuk menjelaskan orangtua (parental awareness).
orangtua yang melakukan kekerasan terhadap Menurut teori ini, orangtua yang
anak.Menurut teori ini, orangtua yang melakukan kekerasan terhadap anak berada
melakukan kekerasan terhadap anak dianggap pada level yang rendah pada tahapan
menderita gangguan jiwa seperti psikopat atau perkembangan kognitif. Hal ini ditandai
sosiopat.Konsekuensi dari teori ini adalah dengan ketika menghadapi stimulus, misalnya
intervensi yang dapat dilakukan bersifat kuratif stressor, mereka bereaksi secara impusif dan
dengan menggunakan terapi farmakologi dan mengambil tindakan langsung.
psikoterapi.
d.Pendekatan ekologi

5
Pendekatan yang paling berhasil (disorganized-disoriented).Bowlby (1982)
mengintegrasikan berbagai komponen yang menjelaskan bahwa representasi mental dari
berkontribusi terhadap kekerasan terhadap anak bagaimana seseorang menjalin hubungan
adalah model ekologi yang dikembangkan oleh interpersonal berakar dari kelekatan dengan
Belsky (1980 ). Pendekatan ini menggunakan primary caregiver di masa kecil.Representasi
pendekatan ekologi Bronfenbrenner (1979) mental meliputi sistem afek, kognitif, dan
dalam studinya mengenai perkembangan harapan mengenai bagaimana interaksi social
anak.Model ini menjelaskan adanya lapisan- yang ingin dibentuk.
lapisan sistem ekologi yang mempengaruhi Pada lapisan microsystem adalah
perkembangan anak.Belsky (1980) mengenai faktor yang berpengaruh secara
menjelaskan bahwa faktor-faktor yang langsung terhadap anak. Contohnya adalah
mempengaruhi kekerasan pada anak disusun kondisi keluarga, banyaknya anggota keluarga,
menurut lapisan tertentu. Bagaimana lapisan- hubungan suami-istri, kondisi kesehatan anak(
lapisan tersebut saling mempengaruhi dapat Zigler dan Hall, 1989). Anak-anak dengan
dilihat pada gambar di bawah ini : karakteristik tertentu seperti lahir dengan
kondisi premature, berpenampilan kurang
Gambar 1. Teori Ekologi menarik, atau memiliki kekurangan fisik atau
mental lebih beresiko untuk menjadi korban
Macros kekerasan orangtua. Anak yang mengalami
kekerasan adalah anak yang lebih sering
Exosys
menampilkan perilaku negatif dibandingkan
Micros kelompok kontrol, anak yang tidak mengalami
kekerasan orantua (Burgess dan Conger dalam
Ontoge Scannapieco dan Connell-Carrick, 2005).
Kemudian, dalam sistem keluarga, faktor anak
dan keluarga saling berinteraksi.Anak dapat
menjadi penyebab utama orangtua melakukan
kekerasan, namun faktor ini tidak berdiri
sendiri.Anak dapat mempengaruhi orangtua
Pada lapisan ontogenics menjelaskan tetapi kondisi orangtua juga dapat berpengaruh.
tentang bagaimana faktor individu berkaitan Lapisan exosystem mengaitkan anak
dengan kekerasan pada anak. Faktor-faktor dan keluarga pada sistem yang lebih luas.
tersebut antara lain masa lalu orangtua, tahap Faktor-faktornya antara lain keluarga besar,
perkembangan orangtua, perasaan terhadap status social ekonomi, komunitas, dan sistem
anak, pemahaman terhadap perkembangan pendukung lainnya. Sistem pendukung menjadi
anak, dan kesehatan mental orangtua( Zigler sumber stress bagi orangtua yang dapat
dan Hall, 1989). Salah satu isu yang cukup mempengaruhi pola asuh orang tua( Zigler dan
berkembang adalah mengenai sejarah masa Hall, 1989). Hubungan dengan tetangga juga
kecil orangtua. Orangtua yang mengalami pola dapat mempengaruhi perilaku kekerasan
asuh dengan kekerasan apakah ketika dewasa terhadap anak.Lapisan macrosystemadalah
akan menjadi pelaku kekerasan. Cicchetti dan lapisan terluar yang terus-menerus saling
Barnett (dalam Scannapieco dan Connell- berinteraksi dengan lapisan ontogenics,
Carrick, 2005) menyatakan salah satu konstruk microsystem, dan exosystem. Faktor-faktor
yang dapat menjelaskan adalah kelekatan yang masuk kategori ini adalah sikap
(attachment).Penelitian menunjukkan anak masyarakat terhadap kekerasan,harapan
yang mengalami kekerasan mengalami masyarakat terhadap pola pendisiplinan di
kelekatan yang tidak aman atau tipe D

6
rumah dan sekolah, dan kekerasan yang terjadi 2. Parenting Practices
di masyarakat(Zigler dan Hall, 1989). Griffin, Botvin, dan kawan-kawan
dalam Jurnal Psychology of Addictive
Behaviors (2000), Vol. 14, No. 2, 174-184
Dinamika Interaksi Antar Berbagai Faktor yang berjudul Parenting Practices as
Berdasarkan pendekatan ekologi, peran Predictors of Substance Use, Delinquency, and
orang tua dalam pengasuhan anak secara umum Aggression Among Urban Minority Youth:
dipengaruhi dari berbagai lapisan ;ontogenic, Moderating Effects of Family Structure and
microsystem, exosystem, dan macrosystem. Gender melakukan penelitian faktor pola asuh
Belsky dan Vondra (1987) menggambarkan orang tua terhadap perilaku anak.
diagram yang memperlihatkan bagaimana Penelitian ini meneliti hubungan faktor
faktor-faktor mempengaruhi pola asuh. pola asuh dengan masalah perilaku di kalangan
Gambar 2. 2 menunjukkan tiga kesimpulan remaja minoritas perkotaan.Faktor pola asuh
yaitu ; (1) Pengasuhan adalah multi tersebut meliputi struktur keluarga dan jenis
determinan. (2) Karakteristik orangtua, anak, kelamin. Dalam penelitian ini, 228 Siswa kelas
dan konteks social menpengaruhi pengasuhan enam melaporkan seberapa sering mereka
anak dengan cara dan bobot yang berbeda, dan mabuk, merokok, serta berkelahi atau terlibat
(3) Masa lalu dan kepribadian orangtua kenakalan remaja. Sedangkan, orang tua atau
mempengaruhi pola asuh secara tidak wali melaporkan bentuk-bentuk pola asuh serta
langsung. pemantauan yang mereka lakukan.Penelitian
menunjukkan bahwa masalah keluarga paling
Berdasarkan model ini dapat dikatakan banyak dialami remaja laki-laki dan remaja
bahwa pengasuhan yang dilakukan orang tua yang memiliki orang tua tunggal.
merupakan hasil dari proses mencari
keseimbangan antara faktor resiko dan
kompensasi yang dialami keluarga tersebut. Gambar 2.
Penelantaran dan kekerasan terhadap anak
terjadi karena faktor resiko melebihi dari Determinan dari pengasuhan anak: model
kompensasi yang dimiliki keluarga tersebut, proses (Belsky dan Vondra,1987)
atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
pola asuh disfungsi merupakan interaksi antara
parental stresses dan dukungan sosial.

Marital Sosial Network


Relations

Child
Parenting Characteristics
Developmental Personality
history

Child
Development

Work

7
Penelitian dan teori mengenai etiologi 1970-an, terutama di kalangan keluarga
masalah perilaku anak dan remaja kerap minoritas. Data Sensus menunjukkan bahwa
membahas peran keluarga dalam pada tahun 1993, sekitar 21% anak kulit putih
mengembangkan perilaku antisosial.Salah satu hidup tinggal bersama orang tua tunggal,
faktor penting yang kerap diteliti adalah sedangkan pada anak kulit hitam mencapai
struktur keluarga.Penelitian tersebut 57%. Pada tahun 1970-an, jumlah anak kulit
menunjukkan bahwa masalah perilaku putih yang tinggal bersama orang tua tunggal
cenderung dialami anak yang memiliki orang mencapai 9% sedang anak kulit hitam
tua tunggal. Masalah perilaku tersebut meliputi mencapai 32% (Saluter, 1994).Selain itu,
peyalahgunaan narkoba, agresi, putus sekolah banyak orang tua tunggal dari keluarga kulit
dan kehamilan remaja. Meskipun alasan hitam perkotaan yang kurang beruntung secara
mengenai kecenderungan tersebut belum jelas, ekonomi terdata melakukan kejahatan,
sejumlah faktor dianggap sebagai kenakalan remaja, dan saling berdesak-desakan
pemicunya.Misalnya, beberapa orang tua (National Research Council, 1993).Kombinasi
tunggal memiliki pendapatan yang lebih kecil, faktor-faktor tersebut dapat membuat transisi
isolasi sosial yang lebih besar, serta sumber masa remaja menjadi lebih menantang bagi
daya untuk mengatasi masalah (coping) yang remaja minoritas yang memiliki dengan orang
lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga tua tunggal, mengingat mereka juga cenderung
utuh (Elder, Eccles, Ardelt, & Tuhan, 1995; menghadapi masalah sosial ekonomi. Di sisi
Gabel, 1992; Norton & Glick, 1986).Selain itu, lain, karena pengaruh pergaulan, remaja laki-
remaja dengan orang tua tunggal tampaknya laki cenderung melakukan penyalahgunaan
lebih rentan mengalami tekanan dari teman narkoba (Rienzi et al., 1996) dan perilaku
sebaya (Steinberg, 1987b) dan mereka antisosial lainnya.
cenderung membuat keputusan tanpa
berkonsultasi dengan orang tua terlebih dahulu. Penelitian ini menggunakan alat ukur
pola asuh atau praktek pengasuhan (parenting
Penelitian lain telah menunjukkan practices) dari Frick. Praktek pengasuhan
bahwa pola asuh yang buruk menyebabkan adalah pola interaksi antara orang tua dan anak,
perilaku negatif pada anak/remaja. Pemantauan sejauh mana orangtua memperlakukan anak
orang tua yang kurang menjadi pemicu awal dalam kehidupan keluarganya, seperti
penyalahgunaan obat terlarang pada remaja, kehangatan, kedekatan, dll. Menurut Frick (
serta menyebabkan agresi dan kenakalan dalam Molineuvo dkk, 2011) membagi dimensi
remaja. Demikian pula, kurangnya komunikasi parenting practices dalam lima dimensi, yaitu ;
serta peran serta orang tua terhadap kegiatan
remaja menyebabkan penyalahgunaan obat Involment with children ; sejauhmana
terlarang dan kenakalan remaja. Misalnya, orang tua terlibat bersama aktivitas bersama
kurangnya waktu bersama antara anak dan anak-anaknya. Orang tua akan melakukan
orang tua telah menyebabkan peningkatan banyak hal bagi anak-anak mereka dan dalam
penyalahgunaan obat terlarang dan kebiasaan sepanjang kehidupannya. Mereka akan
merokok pada siswa kelas tujuh. mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan
anak-anaknya baik kebutuhan secara fisik,
Selain faktor keluarga, struktur keluarga emosi maupun sosial.
dan pola asuh telah dianggap sebagai dua
faktor penyebab masalah perilaku pada Positive parenting ; adalah suatu bentuk
remaja.Peran dua faktor ini semakin terasa pujian atau reward yang diberikan orang tua
mengingat jumlah orang tua tunggal di kepada anak-anak ketika melakukan suatu
Amerika Serikat telah meningkat sejak tahun aktivitas yang membanggakan atau mencapai
suatu keberhasilan/ prestasi.

8
Corporal punishment ; pemberian Model lima faktor atau Big Five
hukuman, lebih mengarah kepada hukuman Personality merupakan model teoritis yang
fisik. Orang tua memberikan hukuman kepada dikembangkan dan diuji oleh Costa & McCrae,
anak ketika mereka tidak mau mematuhi didasarkan kepada faktor “Lima Besar” yang
ataupun tidak mentaati apa yang di inginkan / mendasari sekumpulan sifat kepribadian
yang diharapkan oleh orang tuanya. terkait: Neuroticism, Extraversion,
Agreeableness, Openness to Experience, dan
Monitoring ; adalah suatu kegiatan dari Conscientoiusness.
orang tua terhadap anak-anak dalam memantau
aktivitas anak, mencatat kegiatan anak serta a. Neuroticism (N)
memastikan bahwa mereka tetap dalam batas- Trait ini meilai kestabilan dan
batas yang wajar dan tidak menyimpang dari ketidakstabilan emosi.Mengidentifikasi
aturan yang telah ditetapkan. kecenderungan individu apakah mudah
Consistency in the use of such discipline mengalami stress, mempunyai ide-ide yang
; adalah menerapkan apa yang telah dibuat tidak realistis, mempunyai coping response
sesuai kesepakatan atau memberikan sanksi yang maladaptif (Costa & McCrae 1985; 1990;
yang sesuai bila anak-anak melanggar aturan 1992 dalam Pervin & John, 2001).
yang telah ditetapkan bersama. Neuroticism (neurosisme) adalah
kumpulan enam sifat negatif yang
Tipe Kepribadian Big Five mengindikasikan ketidakstabilan emosional:
Kepribadian Big Five adalah suatu kecemasan, rasa permusuhan, depresi,
pendekatan yang digunakan dalam psikologi kesadaran diri, impulsivitas, dan kerapuhan.
untuk melihat kepribadian manusia melalui Orang dengan neuritic yang tinggi bersifat
trait dalam limabentuk kepribadian yang telah gugup, penakut, lekas marah, mudah tersulut,
dibentuk dengan menggunakan analisis dan sensitif terhadap kritik.Mereka dapat
faktor.Lima Model Faktor Kepribadian yang merasa sedih, tidak berdaya, kesepian, bersalah
juga dikenal sebagai the Big Five Personality dan merasa tidak berharga (Papalia, Olds,
(Rossi et.al, 2012) terdiri atas lima dimensi Feldman, 2003).
kepribadian: Extraversion, Agreeableness, b. Extraversion(E)
Conscientiousness, Neuroticism (Emotional “Assesses quantity and intensity of
Instability) dan Intellect/Imagination interpersonal interaction; activity level; need
(Openness to Experience). for stimulation; and capacity for joy.”Trait ini
Tipe Extraversion adalah sosial, aktif menilai kuantitas dan interaksi interpersonal,
dan memiliki kecenderungan untuk mengalami level aktivitasnya, kebutuhan untuk didukung,
emosi positif.Tipe Agreeableness adalah kemampuan untuk berbahagia (Costa &
simpatik, saling percaya dan kooperatif.Tipe McCrae 1985; 1990; 1992 dalam Pervin &
Conscientiousness adalah terorganisasi dengan John, 2001).
baik dan teliti.Tipe Intellect/Imagination Trait ini memiliki lima aspek: kehangatan,
(Openness to Experience) adalah terbuka untuk mudah bergaul, asertivitas, pencari
pengalaman baru, ingin tahu secara intelektual kegembiraan, dan emosi positif. Orang
dan imajinatif.Tipe Neuroticism merupakan extravert bersifat sosial dan menyukai
representasi dari kecenderungan untuk perhatian. Mereka terus sibuk dan aktif, mereka
mengalami tekanan psikologis dan secara konstan mencari kehebohan, dan mereka
ketidakstabilan emosional(Rossi et.al, 2012). menikmati kehidupan. Faktor ini merupakan
dimensi penting dalam kepribadian,
Ciri-ciri Trait Kepribadian Big Five extraversion erat hubungannya dengan

9
interaksi sosial dan sosiabilitas. Individu Tipe kepribadian ini mengidentifikasikan
dengan kepribadian extravert digambarkan seberapa besar individu memiliki ketertarikan
sebagai individu periang atau penggembira. terhadap bidang-biadang tertentu secara luas
Pada saat berhubungan dengan orang lain akan dan mendalam. Individu yang memiliki
mudah membangun hubungan sosial, aktif memiliki minat lebih terhadap sesuatu hal
dalam memanfaatkan kesempatan ketika tertentu melebihi individu lainnya yang
berjumpa dengan orang lain, easy going, dan merupakan identifikasi bahwa individu
optimis (Papalia, Olds, Feldman, 2003). tersebut memiliki level yang tinggu pada tipe
Menurut penelitian, seseorang yang ini (Ivancevich, Konopaske, Matteson, 2006).
memiliki faktor extraversion yang tinggi, akan Openness mengacu pada bagaimana
mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi seseorang bersedia melakukan penyesuaian
dengan lebih banyak orang dibandingkan pada suatu idea tau situasi yang
dengan seseorang dengan tingkat extraversion baru.Openness to Experience mempunyai ciri
yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga mudah bertoleransi, kapasitas untuk
akan lebih banyak memegang kontrol dan menyerap informasi, menjadi sangat fokus
keintiman. Peer-group mereka juga dianggap dan mampu untuk waspada pada berbagai
sebagai orang-orang yang ramah, fun-loving, perasaan, pemikiran dan
affectionate dan talkative (Ivancevich, impulsivitas.Seseorang dengan tingkat
Konopaske, Matteson, 2006). openness yang tinggi digambarkan sebagai
c. Agreeableness (A) seseorang yang memiliki nilai imajinasi,
“Assesses the quality of one’s broadmindedness, dan a world of
interpersonal orientation along a continuum beauty.Sedangkan seseorang yang memiliki
from compassion to antagonism in thoughs, tingkat openness yang rendah memiliki nilai
feelings, and actions.” Trait ini menilai kebersihan, kepatuhan, dan keamanan
kualitas orientasi individu dengan kontinum bersama, kemudian skor openness yang
mulai dari lemah lembut sampai antagonis rendah juga menggambarkan pribadi yang
didalam berpikir, perasaan dan perilaku (Costa mempunyai pemikiran yang sempit,
& McCrae 1985; 1990; 1992 dalam Pervin & konservatif dan tidak menyukai adanya
John, 2001). Agreeableness adalah mereka perubahan (Papalia, Olds, Feldman, 2003).
yang dapat dipercaya, terus terang, mengalah, 5.Conscientiousness (C)
rendah hati, dan mudah dipengaruhi. “Assesses the individual’s degree of
d. Openness to Experience (O) organization, persistence, and motivation in
“Assesses proactive seeking and goal-directed behavior.Contrasts
apprectiation of experience for its own sake; dependable, fastidious people with those who
toleration for and exploration of the are lackadaisical and sloppy.”Trait ini
unfamiliar.”Trait ini menilai usahanya secara menilai kemampuan individu di dalam
proaktif dan penghargaannya terhadap organisasi, baik mengenai ketekunan dan
pengalaman demi kepentingannya sendiri. motivasi dalam mencapai tujuan sebagai
Menilai bagaimana ia menggali sesuatu yang perilaku langsungnya.Sebagai lawannya,
baru dan tidak biasa (Costa & McCrae, dalam menilai apakah indivdu tersebut tergantung,
Pervin & John, 2001). malas dan tidak rapi (Costa & McCrae,
Faktor Openness terbuka terhadap dalam Pervin & John, 2001).
pengalaman, merupakan faktor yang paling Conscientiousness adalah mereka
sulit untuk dideskripsikan, karena faktor ini yang berprestasi: mereka kompeten, teratur,
tidak sejalan dengan bahasa yang digunakan patuh, tenang dan berdisiplin. Atau dapat
tidak seperti halnya faktor-faktor yang lain. disebut juga dependability, impulse kontrol,

10
dan will to achieve, yang menggambarkan
perbedaan keteraturan dan self-dicipline
seseorang. Seseorang yang conscientiousness
memiliki nilai kebersihan dan ambisi, orang-
orang tersebut biasanya digambarkan oleh
teman-teman mereka sebagai seseorang yang
well-organize, tepat waktu, dan ambisius
(Papalia, Olds, Feldman, 2003).
Gambar 3. Usia Anak
B. Hasil dan Pembahasan
Pembahasan meliputi empat bagian ; deskripsi
subjek penelitian, deskripsi data penelitian,
d. Pekerjaan orang tua
kategorisasi variable penelitian dan uji
hipotesis.

1. Gambaran Umum subjek Penelitian


1.1. Responden Orang tua
a. Usia Orang tua

Gambar 5. Pekerjaan orang tua

2. Hasil path analysis uji regresi


Hasil analisis nilai R-Square untuk
persamaan struktural sebesar 0.21 atau 21%
dari bervariasinya potensi kekerasan pada anak
Gambar 1. Usia orang tua dijelaskan oleh variasi dari 10 independent
variable (IV) dalam penelitian ini, sedangkan
b. Status Pernikahan sisanya sebesar 79% disebabkan oleh faktor-
faktor lain di luar penelitian ini.
Pengujian selanjutnya adalah koefisien
regresi, untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh dari setiap independent variable.
Kemudian untuk mengetahui signifikansi tiap
variabel dilihat dari t-value jika t>1.96 maka
koefisien regresi yang dihasilkan signifikan
pengaruhnya terhadap potensi kekerasan pada
anak, begitupun sebaliknya.
Gambar 2. Status Pernikahan Orang tua Tabel.1 .
Koefisien Regresi
c. Usia anak
No. Independent Variable Koefisien Standar t-value Ke
Regresi Error t.
1 Involvement with children 0.05 0.06 0.94 X
2 Positive parenting -0.27 0.06 -4.26 X
3 Monitoring parenting -0.04 0.06 -0.64 X
4 Consistency in the use of 0.02 0.17 0.09 X
such discipline

11
5 Corporal punishment 0.19 0.07 2.96 V
6 Extraversion 0.06 0.18 0.33 X
7 Neuroticism 0.10 0.60 1.63 Tabel
X 2.
8 Usia Orang tua 0.07 0.07 0.97 X
Proporsi Varians
9 Jumlah Anak 0.17 0.07 2.41 V
10 Pendidikan Orang tua -0.03 0.06 -0.46 X
Keterangan: tanda V=signifikan No Variabel Square R Change
Multiple
(t>1.96); X=tidak signifikan (t<1.96)
1 X1 0.00 0.00

Berdasarkan tabel tersebut, dari 10 IV 2 X12 0.12 0.12


yang diteliti ternyata hanya terdapat dua IV 3 X123 0.13 0.01
yang secara statistik berpengaruh signifikan 4 X1234 0.13 0.00
terhadap potensi kekerasan pada anak, yaitu
5 X12345 0.17 0.04
corporal punishment dan jumlah anak (dengan
nilai t>1.96, menggunakan taraf signifikansi 6 X123456 0.17 0.00
5%). 7 X1234567 0.17 0.00
Berikut ini penjelasan dari dua IV yang 8 X12345678 0.19 0.02
memiliki nilai signifikan secara statistik
9 X123456789 0.21 0.02
terhadap potensi kekerasan pada anak, yaitu:
10 X12345678910 0.21 0.00
a. Corporal punishment
Pada tabel di atas diperoleh nilai koefisien
Keterangan:
regresi sebesar 0.19 dengan t-value 2.96 maka
X1 : Involvement with children
dapat disimpulkan bahwa aspek corporal
X2 : Positive parenting
punishment dalam penelitian ini memiliki
X3 : Monitoring parenting
pengaruh yang signifikan dan berkorelasi
X4 : Consistency in the use of such
positif terhadap potensi kekerasan terhadap
discipline
anak. Ini berarti semakin tinggi pemberian
X5 : Corporal punishment
hukuman secara fisik kepada anak, maka akan
X6 : Extraversion
semakin tinggi potensi kekerasan terhadap
X7 : Neuroticism
anak.
X8 : Usia orang tua
X9 : Jumlah anak
b. Jumlah anak
X10 : Pendidikan orang tua
Pada tabel di atas diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0.17 dengan t-value 2.41 maka
Dari tabel di atas dapat dilihat
dapat disimpulkan bahwa aspek jumlah anak
sumbangan proporsi varians dari setiap IV
dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang
terhadap DV itu bervariasi. Variabel positive
signifikan dan berkorelasi positif terhadap
parenting memberikan sumbangan yang paling
potensi kekerasan terhadap anak. Jadi semakin
besar terhadap potensi kekerasan pada anak
jumlah anak makin tinggi maka akan semakin
yaitu sebesar 12% dibanding variabel lainnya.
tinggi potensi kekerasan terhadap anak muncul.
Variabel positive parenting berkorelasi
Pengujian berikutnya adalah pengujian
negatif terhadap potensi kekerasan pada anak
proporsi varian dari praktek-praktek
dalam penelitian ini. Hal ini berarti bahwa
pengasuhan orang tua. Pada tahapan ini
semakin sedikit orangtua memberikan pujian
bertujuan untuk melihat apakah signifikan
kepada anak ketika melakukan aktivitas yang
tidaknya penambahan proporsi varians dari
positif maka semakin tinggi potensi melakukan
masing-masing IV, yang mana IV tersebut
kekerasan pada anak.
dianalisis secara satu persatu.

12
Keterangan: tanda V=signifikan (t>1.96); 2) Orang tua diharapkan memberikan reward
X=tidak signifikan (t<1.96) kepada anak sekecil apapun kinerja yang
telah dilaporkan kepada orang tuanya dari
Berdasarkan tabel tersebut, ternyata tidak anak, maka tentu saja perlu diberikan
terdapat variabel dari variasi history yang apresiasi atas hasil usaha yang telah
secara statistik berpengaruh signifikan namun dilakukan oleh anak. Berikan pujian,
terdapat variabel yang berkorelasi negatif pelukan, aktivitas yang disukai ataupun
terhadap agresi verbal dalam penelitian ini reward dalam bentuk lainnya.Lakukan
yaitu variabel history seksual. Hal ini berarti komunikasi secara terbuka dan hangat yang
bahwa semakin sedikit anak memperoleh dapat dilakukan saat makan malam
pengalaman kekerasan secara fisik maka bersama di meja makan.
semakin tinggi kebencian seseorang. Semakin 3). Orang tua hendaknya dapat memahami
sedikit anak memperoleh pengalaman bahwa pengalaman masa kecil anak
kekerasan secara sexual maka semakin tinggi terhadap kekerasan akan menimbulkan
kebencian seseorang. Semakin tinggi anak persoalan dikemudian hari apabila tidak
mendapatkan pengalaman emosional maka terselesaikan dengan baik. Artinya orang
semakin tinggi kemarahan seseorang dan tua perlu berfikir tindakan yang melukai
memberikan pengaruh yang signifikan. anak dapat berakibat fatal dikemudian hari
karena akan mempengaruhi self esteem dan
Kesimpulan tingkat agresivitas anak.
Berdasarkan temuan didalam penelitian
ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat bberapa factor yang mempengaruhi Daftar Pustaka
kekerasan terhadap anak, yaitu kepribadian Anna Georgsson , Kjerstin Almqvist , Anders
neurotiscme dan praktek pengasuhan G. Broberg ; Jurnal Child Psychiatry
(parenting practices) sebesar 21%. Praktek Hum Dev (2011) 42:539–556 ;
pengasuhan yang memberikan kontribusi yang Dissimilarity in Vulnerability: Self
signifikan dalam timbulnya kekerasan Reported Symptoms Among Children
terhadap anak adalah pemberian hukuman with Experiences of Intimate Partner
(corporal punishment) yang menyumbang Violence , Published online: 3 May
sebesar 19% serta sisanya dipengaruhi oleh 2011 ; Springer Science+Business
kepribadian dan factor demografi yaitu jumlah Media, LLC 2011
anak. Jadi semakin banyak jumlah anak akan
memunculkan adanya potensi kekerasan Andreson, C., & Bushman, B. J. (2002).
terhadap anak. Human aggression. Annual Reviews
Psychology. 53, 27-51.
Saran –saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini Anderson, C., & Carnaegy, N. (2004). Violent
dilakukan beberapa saran sebagai berikut ; evil and the general aggression model.
1). Orang tua diharapkan menerapkan pola Chapter in A. Miller (Ed). The Social
asuh dengan tepat, khususnya dalam Psychology of Good and Evil, 162-
pemberikan hukuman kepada anak, 192. New York: Guilford
hendaknya dilakukan tidak secara fisik, Publications.
namun lebih kepada memberikan
Baron, R. A., Branscombe, N. R., & Byrne, D.
pemahaman kepada anak sesuai dengan
(2008). Social psychology. 12th ed.
taraf perkembangan anak.
USA: Pearson Education, Inc.

13
Baumister, R.F., Bushman, B.J., & Campbell, Adolescents, Journal of Child and
W. K. (2000). Self-esteem, narcissism, Family Studies, Vol. 14, No. 1, March
and agression: Does violence result 2005 ( C _ 2005), pp. 71–85DOI:
from low self-esteem or from 10.1007/s10826-005-1115-y
threatened egotism?. American Christine A.Walsha,∗, et all , Measurement of
Psychology Society, 9,1. victimization in adolescence:
Development andvalidation of the
Baumister, R. F., Smart, L., & Boden, J. M. Childhood Experiencesof Violence
(1996). Relation of threatened egotism Questionnaire, Child Abuse &
to violence and aggression : the dark Neglect 32 (2008) 1037–1057
side of high self-esteem.
Psychological Review, 103, 1, 5-33. Cecilia Martinez-Torteya, G. Anne Bogat,
Bednar, K. L. Loneliness and self-esteem at Alexander von Eye, and Alytia A.
different level of the self. Illinois Levendosky, Jurnal Child
Wesleyan University Development, March/April 2009,
Volume 80, Number 2, Pages 562–
Berkowitz, L. (1993). Aggression; its causes, 577: Resilience Among Children
consequences and control. Exposed to Domestic Violence: The
USA:McGraw-Hill, Inc. Role of Risk and Protective Factors,
Michigan State University
Belsky, J & Vondra, J. 1989. Lessons from
child abuse: the determinants of Canning. (2011). An investigation of the
parenting. In relationship between self-esteem and
aggression in care leavers. South
Cicchetti, Dc& Carlson, V. Child Wales : Cardiff University.
Maltreatment: Theory and Research
on The Causes and Consequence of Chaplin, J, P. (2008). Kamus lengkap
Child Abuse and Neglect. Cambrige psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
University Press: Cambridge. Persada.

Bushman, B. J., & Baumister, R. F. (1998). Cohen, Goeoffrey L., & Prinstein, Mitchell J.
Threatened egotism, narcisissm, self- (2006). Peer contagion of aggression
esteem, and direct and displaced and health risk behavior among
aggression: Does self-love or self-hate adolescent males: an experimental
lead to violence. Journal of investigation of effects on public
Personality and Social Psychology, conduct and private attitude, Journal
75, 1, 219-229. of Child Development, 77, 4, 967-983.
Buss, A, H., & Perry, M. (1992). The Dewall, C. N., Anderson, C. A., & Bushman,
aggression questionnaire. Journal of B. J. (2011). The aggression model:
Personality and Social Psychology, theoritical extensions to violence.
63, 452-459. Psychology of Violence, 1(3), 245-
258.
Carla A. Mazefsky, M.S.1 and Albert D.
Farrell, Ph.D, The Role ofWitnessing Donnelan, M, B., Trzesniewski, K, H., Robins,
Violence, Peer Provocation,Family R, W., Moffit, T. E., & Caspi, A.
Support, and Parenting Practices in (2005). Low self-esteem is related to
theAggressive Behavior of Rural aggression, antisocial behavior, and
14
delinquency. American Psychology 014s2134 /9053.00, Hospital Place,
Society, 16, 4. Los Angeles, CA 90033.357Rintcdin
the U.S.A. All rights reserwd.
Durkin, K. (1995). Developmental social copyright 0 1990 Pergamon press plc
psychology. British : Blackwell. King, L.A. (2010). Psikologi Umum: Sebuah
Pandangan Apresiatif. Jakarta:
Elarousy, W. & Al-Jadaani, M. 2013.
Salemba Humanika
Emotional abuse among children: a
study in Jeddah, Saudi Arabia.Eastern Kenneth W. Griffin, Gilbert J. Botvin,
Mediterranean Health JournalVol 19, Lawrence M. Scheier, Tracy Diaz,and
No. 10 Nicole L. Miller, Parenting practices
as predictors of substance use,
Fujiwara T, M. Okuyama and M. Izumi ; delinquency, and aggression among
Jurnal Blackwell Publishing Ltd, urban minority youth: moderating
Child: care, health and development ; effects of family structure and gender,
The impact of childhood abuse Psychology of Addictive
history, domestic violence and mental Behaviors2000, Vol. 14, No. 2, 174-
health symptoms on parenting 184
behaviour among mothers in Japan
Fajri, N. (2013). Pengaruh self-esteem, Leon, A. G., Reyes, G. A., Villa, J., Perez, N.,
kecerdasan emosi, dan konformitas Robles, H., & Ramos, M. M. (2002).
teman sebaya terhadap agresivitas The aggression questionner: a
remaja. Jakarta: Fakultas Psikologi validation study in student samples.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The Spanish journal of Psychology, 5
(1), 45-53.
Franzoi, S. L. (2003). Social psychology. 3rded.
New York: The McGraw-Hill Lestari, Murchani Fuji. (2013). Pengaruh
Companies. Forgiveness dan Self-Esteem terhadap
Agresivitas Remaja Siswa SMA di
Freedman, J. L., Sears, D. O., & Carismith. J. Serpong. Jakarta: Fakultas Psikologi
M. (1978). Psikologi sosial. 3th ed. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
USA : Prentice-Hall, Inc.
New Direction in Child Abuse and Neglect
Garandeau, C. F., & Cillessen, A. H. N. (2006). Research. 2013. Committe on Child
From indirect aggression to invisible altreatment, Research, Policy, and
aggression: A conceptual view on Practice for The Next Decade: Phase
bullying and peer group manipulation. II, Board on Child, Youth, and Family.
Aggression and Violent Behavior, 11, Institute of Medical and National
612-625. Research . The National Academic
Hess, N. A., & Hagen, E. H. (2006). Sex Press: Washington DC.
differences indirect aggression
psychological evidence from young Milner, J. S. ( 1986). The Child Abuse
adults. Evolition and Human Potential Inventory: Manual , 2ed.
Behavior, 27, 231-245. Psytec Inc: Illnois.

John Briere and MarshaRuntz, ChildAbused Milner, J.S &Murpy , W.D 1995, Assesment of
Neglect. Vol. 14. pp. 357-364. 1990 child physical and sexual abuse

15
offenders. Family relations 44, 4 478 -
488
Martin-Albo, J., Nunez, J., Navarro, J., & Perez, M., Vohs, K., & Joiner, Jr. T. E. (2005).
Grijalvo, F. (2007). The rosenberg Discrepancies between self-and other-
self-esteem scale: translation and esteem as correlates of aggression.
validationin university students. The Journal of Social and Clinical
Spanish Journal of Psychology, 10, 2, Psychology, 24 (5), 607-620.
458-467.
Priantoro, Agung. (2002). Hubungan antara
Minchinton, J. (1995). Maximum self-esteem. konformitas kelompok dengan
Kuala Lumpur: Golden Books Centre perilaku agresif pada siswa siwsi
SDN BHD. kelas 1 regulerSMU Islam PB
Sudirman Jakarta. Jakarta : Fakultas
Myers, D. G. (2009). Exploring social Psikologi Universitas Gunadarma.
psychology. 5thed. New York:
McGraw-Hill. Rahmatillah, Al-Jum’Atun. (2012). Pengaruh
Tipe Kepribadian Big Five Dan Self
Margolin, G. (2005). Children’s exposure to Control Terhdapa Agresivitas Satuan
violence: Exploring developmental Polisi Pamong Praja Kota Tangerang.
pathways to diverse outcomes.Journal Jakarta : Fakultas Psikologi Uin Syarif
of Interpersonal Violence, 20(1),72– Hidayatullah.
81.
Ridyawanti. (2010). Hubungan identitas sosial
Nicola A. Conners-Burrow et all ;Journal dan konformitas kelompok dengan
Clinical Pediatrics 52(2) 171– 177 © agresivitas suporter sepakbola
The Author(s) 2012 Reprints and Persija. Jakarta : Fakultas Psikologi
permission: sagepub.com / Universitas Gunadarma.
journalsPermissions.nav ; Maternal
Low- and High-Depressive Symptoms Raven, B. H., & Rubin, J. Z. (1976) Social
and Safety Concerns for Low-Income psychology. 2nd ed. USA: John wileyb
Preschool Children, & Sons Inc.
Nietzel, M. T., Bernstein, D. A., &Milich, R. Sandra A. Graham-Bermann,1 Lana E.
1998. Introduction to Clinical Castor,1 Laura E. Miller,1 and
Psychology.New Jersey: Prentice Hall. Kathryn H. Howell ; Journal of
Traumatic Stress, August 2012, CE
Okada, R. (2012). Friendship motivation, Article ; The Impact of Intimate
aggression, and self-esteem in Partner Violence and Additional
japanese undergraduate students. Traumatic Events on Trauma
Scientific Research, 3, 1, 7-11. Symptoms and PTSD in Preschool-
Aged Children
Ondersma, S. J., Chaffin, M. J., Mullins, S. M.,
& Le Breton, J. M. A Brief. 2005. Scannapie co., M., Connel-Carrick, K.
Form of the Child Abuse Potential 2005.Understanding child
Inventory: Maltreatment ; an pcychological and
Development and Validation.Journal of developmental perspective. New York
Clinical Child and Adolescent : Oxford University Press.
Psychology, Vol. 34, No. 2, 301–311

16
Sloan, P., Berman, M., Hill, V., & Bullock, J. Wade, C. & Travis, C. (2007). Psychology.
(2009). Group influences on self- Edisi 9th ed. Jakarta : Erlangga.
aggression: conformity and dissenter
effects. Journal of Social Psychology, Wiggins, J. A., Wiggins, B. B., & Zanden, J. V.
5, 535-553. (1994). Social psychology. USA:
McGraw-hill Inc.
Sloan, P., Berman, M. E., Zeigler-Hill, V.,
Greer, T. F., & Mae, Lynda. (2006). Walker, C. A & Davies, J. 2010. Critical
Group norms and self-aggressive Review of the Psychometric Evidence Base of
behavior. Journal of Social and the
Clinical Psychology, 25, 10, 1107- Child Abuse Potential Inventory.
1121. Journal Family Violance . No. 25, pg. 215–
227.
Sears, D. O., L. Freedman, J,L., Peplau, L, A. DOI 10.1007/s10896-009-9285-9.
(1994). Psikologi Sosial. Jilid 2.
(diterjemakan oleh Michael Adryanto) Walker, C. A & Davies, J. 2010.A Cross-
Jakarta : Erlangga. cultural Validation of the Brief Child Abuse
Potential Inventory (BCAPI). Journal
Straus, M. A. (1990). The Conflict Tactics Family Violance. No.27, pg.697-705, DOI
Scales and its critics: An evaluation 10.1007/s10896-012-9458-9.
and new data on validity and
reliability. In M. A. Straus & R. J. Zigler, E & Hall, N. W. 1989. Physical child
Gelles(Eds.), Physical violence abuse in America: past, present, and future. In
inAmeri-can families: Risk factors and
adaptations to violence in 8,145
families (pp. 29–73). New Brunswick, http://nasional.sindonews.com/read
NJ: TransactionPublishers. /2013/12/12/13/816455/
http://www.freewebs.com/childabuse/sebuahtin
Straus, M. A. (1996). About my jaun
parents.Unpublished instrument.
Durham, NH: The Family Research
Laboratory and the Crimes Against
Children ResearchCenter.

Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O.


(2009). Psikologi sosial. 12th ed.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Tremblay, P. F., & Ewart, L. A,. (2005). The
Buss And Perry Aggression
Questionnaire and its Relations To
Value, The Big Five, Provoking
Hypothetical Situations, Alcohol
Consumption Patterns, And Alcohol
Expectancies. Personal and Individu
Differences, 38, 337-346.

17

Anda mungkin juga menyukai