Anda di halaman 1dari 26

HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL

Makalah

Untuk Pemunehuan Salah Satu Tugas Mata Kuliah

LOGO UNIV

Nabila Aulia Destama

17333122046

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS
KOTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , Berkat rahmat,
hidayah, dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan risalah ini dan
menyelesaikannya tepat pada waktunya. Artikel ini tentang hakikat manusia
sebagai makhluk individu dan sosial Karya ini dibuat sebagai bagian dari tugas
mata kuliah.
Dalam menyelesaikan risalah ini, penulis menghadapi banyak kendala dan
tantangan, yang pada akhirnya dapat diatasi dengan dorongan dan bimbingan dari
semua pihak yang terlibat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-
rekan yang telah berkontribusi dalam penyelesaian risalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih


banyak terdapat kekurangan yang jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua yang telah membacanya.

Jakarta , 21 Juli 2022

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................................4
A. Pemahaman muslim mengenai hakikat manusia ...................................... 4
B. Pemahaman Barat mengenai hakikat manusia ......................................... 6
C. Dalil Mengenai Hakikat Manusia ............................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................12
A. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Individu ......................................... 12
1.karakteristik manusia sebagai makhluk individu ....................................... 14
B. Hakikat manusia sebagai makhluk sosial ............................................... 14
1. Karakteristik manusia sebagai makhluk sosial ................................... 18
C. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dan Individu ...................... 19
BAB III PENUTUP ..............................................................................................21
A. Kesimpulan ............................................................................................. 21
B. Saran ............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga


masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin dapat hidup
sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan
dan kekayaan, dia selalu membutuhkan bantuan manusia lain. Setiap manusia
cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisai dengan manusia
lainnya. Bahkan sejak lahir pun, manusia sudah disebut sebagai makhluk sosial.

Manusia memang tidak akan bisa lepas dari berhubungan dengan orang lain.
Dalam hubungan itu kita harus bisa memahami peranan dan kedudukan masing-
masing. Jangan sampai terjadi kesalahan. Karena hal itu bisa membuat tidak
harmonisnya hubungan kita dengan sesama manusia.

Manusia sebagai mahkluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan
orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan,
pengakuan, sekolah, pekerjaan), dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu,
rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain.
Apalagi jika orang tersebut sedang mengalami masalah, baik ringan maupun berat.
Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang
disekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai. Contoh
nyata yang paling sering kita lihat dan alami adalah bila ada seseorang yang sakit
dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun teman-teman
biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit
tentu merasa mendapat dukungan sosial.1

Sumber-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan


sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini

1
Handayani, A. (2012). Hubungan kepuasan kerja dan dukungan sosial dengan persepsi
perubahan organisasi. Jurnal Insan Media Psikologi, 12(3).

1
2

efektif bagi individu yang memerlukan. Sumber dukungan sosial merupakan aspek
paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pengalaman
tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa ia akan mendapat dukungan sosial
sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik sehingga dukungan sosial
memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.

Unsur-unsur hakikat manusia terrdiri dari hal-hal berikut.2


1. Susunan kodrat terdiri atas raga dan jiwa.
2. Sifat kodrat terdiri atas makhluk individu dan social
3. Kedudukan kodrat terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan makhluk tuhan.
Berdasarkan pembedaan demikian maka manusia sebagai makhluk individu dan
makhhakikat mahkluk social adalah hakikat manusia berdasar sifat-sifat kodrat
yang melekat pada dirinya. Berdasarkan unsur hakikat manusia di atas, notonagoro(
1975) mengatakan bahwa sebagai makhluk individu dan makhluk social merupakan
sifat kodrat dari manusia. Frans magnis suseno ( 2001) menyatakan bahwa manusia
adalah individu yang secara hakiki bersifat social.
Manusia dalam kehidupannya tidaklah bergantung pada diri sendiri. Setiap
tindakan yang akan di lakukan seorang manusia, pasti berhubungan dan
membutuhkan orang lain. manusia selain disebut sebagai makhluk individu,
manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia dengan kodratnya sebagai
makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup seorang diri. Manusia memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya.

Manusia tidak akan bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya sendiri,


melainkan manusia butuh tenaga dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Kita tidak bisa melakukan sesuatu seenaknya sendiri, karena di sekitar kita
juga ada orang lain yang pasti berhubungan dengan kita. Sering kita lihat dan kita
alami, bagaimana sulitnya kita menjalani hidup tanpa orang lain yang menemani,
anggap saja jika seseorang dikucilkan, maka ia akan terpuruk sendiri menyelesaikan
masalahnya tanpa ada yang membantu. Kemudian dapat berujung pada

2
Sumantri, M. S., & MSM, P. (2015). Hakikat Manusia dan Pendidikan.
3

terganggunya emosi dan psikisnya. Karena itu, betapa pentingnya peran orang lain
di sekitar kita, baik untuk fisik, rohani maupun psikis kita

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:

1. Bagaimana hakikat manusia sebagai makhluk individu ?

2. Bagaimana Hakikat manusia sebagai makhluk sosial ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hakikat manusia sebagai makhluk individu

2. Mengetahui hakikat manusia sebagai makhluk sosial .


4

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pemahaman muslim mengenai hakikat manusia


Ada beberapa dimensi hakikat manusia dalam pandangan Islam, yaitu:

Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah) Sebagai hamba Allah, manusia
wajib mengabdi dan taat kepada Allah selaku Pencipta karena adalah hak Allah
untuk disembah dan tidak disekutukan.3 Bentuk pengabdian manusia sebagai
hamba Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga
harus dengan keikhlasan hati, seperti yang diperintahkan dalam surah Bayyinah:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,”
(QS:98:5).

Dalam surah adz- Dzariyat Allah menjelaskan: “Tidaklah Aku ciptakan jin
dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.” (QS51:56). Dengan
demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi manusia yang taat, patuh dan
mampu melakoni perannya sebagai hamba yang hanya mengharapkan ridha Allah.

Manusia Sebagai al- Nas Manusia, di dalam al- Qur’an juga disebut dengan al-
nas. Konsep al- nas ini cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya
dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia
memang makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia membutuhkan pasangan, dan
memang diciptakan berpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam surah an- Nisa’,
“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari
pada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu
saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim.

3
Yusuf Qardhawi, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang,
1994, hal. 135
5

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS:4:1). Selanjutnya


dalam surah al- Hujurat dijelaskan:

“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorng laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: 49:13).

Dari dalil di atas bisa dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang
dalam hidupnya membutuhkan manusia dan hal lain di luar dirinya untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya agar dapat menjadi bagian dari
lingkungan soisal dan masyarakatnya.

Manusia Sebagai khalifah Allah Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di


bumi dijelaskan dalam surah alBaqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhan-mu
berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.” Mereka berkata:” Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak
ketahui.” (QS:2: 30), dan surah Shad ayat 26, “Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di
antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia
akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …” (QS:38:26).

Dari kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebutan khalifah itu merupakan
anugerah dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya manusia diberikan beban
untuk menjalankan fungsi khalifah tersebut sebagai amanah yang harus
dipertanggungjawabkan.4 Sebagai khalifah di bumi manusia mempunyai

4
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1994, hal. 162.
6

wewenang untuk memanfaatkan alam (bumi) ini untuk memenuhi Kebutuhan


hidupnya sekaligus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam ini.

B. Pemahaman Barat mengenai hakikat manusia


. Mereka yang menganggap manusia terdiri dari unsur roh dan materi
mengatakan bahwa roh adalah bagian dari diri Tuhan. Jadi, manusia adalah Tuhan
dan Tuhan adalah manusia , Pandangan tersubut menjadi pijakan lahirnya ilmu-
ilmu sosial di Barat. Para ilmuan Barat mengategorikan manusia dalam beberapa
bentuk, diantaranya : 5

a. Homo Sapiens, yang berarti manusia berbudi


b. Animal Rational, yang berarti hewan yang berpikir
c. Homo Laquen, yang berarti makhluk yang pandai menerjemahkan
pikiran dan perasaan manusia dalam bentuk kata-kata, sehingga
kata-kata tercipta bahasa
d. Homo Faber, yaitu makhluk yang terampil dan pandai membuat
alat-alat kebutuhannya
e. Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerja sama, bergaul
dengan orang lain dan mengorganisir diri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya
f. Homo Ekonomicus, yaitu makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip
ekonomi dan bersifat ekonomis
g. Homo Religius, yaitu yang berarti makhluk yang beragama (Syafri,
2012).

Definisi manusia dilihat dari segi biologis, rohani, antropologi kebudayaan atau
secara campuran. Misalnya, secara biologis manusia di klasifikasikan sebagai homo
safien (manusia yang tahu),sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak yang berkemapuan tinggi dalam hal kerohanian, mereka
menggunakan konsep jiwa yang berpariasi dalam menghubungkan manusia dengan
kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup. Dalam Antropologi kebudayaan, manusia
di bedakan berdasakan penggunaan bahasanya, organisasi dalam masyarakat
majemuk dan perkembangan teknologinya, serta kemampuan manusia untuk

5
Khasinah, Siti. "Hakikat manusia menurut pandangan islam dan Barat." Jurnal Ilmiah
Didaktika: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran 13, no. 2 (2013).
7

membentuk komunitas guna saling mendukung satu sama lain (Devianty, 2017;
Maryam, 2017; Sutardi, 2007). Beberapa tokoh ilmuan Barat memiliki pengertian
berbeda dalam memahami hakekat manusia. Namun, secara garis besar, pandangan
mereka mencerminkan materialisme yang menganggap manusia sebagai makhluk
materi yang dapat dibentuk dan menafikan keberadaan sang pencipta. Diantara
pandangan– pandangan ilmuan tersebut yang mempengaruhi pemikian-pemikiran
Barat hinga saat ini antara lain:

a. Sockrates ( 469-399 SM ) yang mengatakan bahwa hakekat manusia


adalah makhluk yang igin tahu dan membutuhkan orang lain untuk
membantunya keluar dari ketidak tahuannya.
b. Ploto ( W. 343 SM ) salah satu murid Sukrates mengatakan, bahwa
hakekat manusia itu ada tiga,yaitu roh, rasio ( akal ) dan kesenangan (
nafsu ). Dalam pandangannya, berdasarkan ketiga unsur maka
manusia dapat dibedakan menjadi tiga jenis, Pertama,manusia yang di
dominasi oleh rasio yang hasrat utamanya memperoleh ilmu
pengetahuan. Kedua, Manusia yang didominasi oleh roh yang hasrat
pertamanya meraih prestasi. Ketiga, manusia yang didominasi oleh
nafsu yang hasrat utamanya adalah materi. Tugas rasio disini adalah
mengontrol roh dan nafsu.
c. Rena Descartes (1596 – 1650 ) menekankan posisi sentral akal ( rasio
) sebagai esensi hakekat manusia. Sebagai penganut rasionalis, ia
berpendapat bahwa manusia menyadari keberadaannya karena ia
berpikir ( cogito ergo sum ). Karena itu manusia memiliki emosi yang
bervariatif seperti cinta, benci, senang gembira, keinginan dan lain
sebagainya.
d. Tomas Hobbes ( 1588 – 1629 ) Berpendapat bahwa menusia adalah
makhluk sosial, namun pada hakekatnya manusia bersifat
mementingkan diri sendiri dan terpaksa mengaku hak orang lain,
karena itu hakekat manusia terletak pada kontrak social yang di buat.
8

e. John Locke ( 1623 – 1704 ) mengatakan bahwa jiwa manusia ketika


dilahirkan bersih, kemudian diisi oleh pengalaman-pengalaman yang
didapatnya semasa hidup. Maka pengalamanlah yang paling
menentukan keadaan manusia.  Immanuel Kant ( 1724 – 1804 )
berpendapat bahwa manusia adalah makhluk rasional, manusia bebas
bertindak sesuai dengan alasan moral dan bukan hanya untuk
kepentingannya sendiri.
f. Carles Darwin, dalam bukunya On the Origin of Species yang
diterbitkan tahun 1859 dan buku Descent Of Man, dalam teorinya
mensejajarkan perubahan inheren satu spesies makhluk hidup
kedalam semua evolosi species makhluk hidup. Ia menguraikan
bahwa manusia dan kera memiliki nenek moyang yang sama. Semua
manusia tidak peduli bagai manapun anehnya telah berevolusi melalui
serangkaian langkah yang bertahap

C. Dalil Mengenai Hakikat Manusia


Dalam Alqur`an terdapat tiga istilah kunci yang mengacu pada makna pokok
manusia (Hakim & Mubarok, 2017) yaitu :

 Basyar (‫ ( بشرا‬dalam Al-Qur`an disebut sebanyak 27 kali, memberikan


referensi pada manusia sebagai makhluk biologis, antara lain terdapat dalam surat
Ali Imran (3) : 7, sebagaimana Maryam berkata kepada Allah: “ Tuhanku, baaimana
mungkin aku mempunyai anak, padahal aku tidak disentuh basyar”. ; al-
Kahfi(18):110 ; Fushshilat(41):6 ; al-Furqan (25): 7 dan 20 ; dan surat Yusuf (12):
31. Konsep basyar selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia seperti :
makan, minum, seks, berjalan-jalan dan lain-lain.

 Al-Insan ( ‫ ( آإلنسان‬dalam Al-Qur`an disebut sebanyak 65 kali yang kerap


berbicara tentang manusia secara utuh sebagai manusia. Kata Insan ini dapat
dikelompokkan kedalam tiga kategori : pertama, insan dihubungakan dengan
konsep manusia sebagai khalifah atau pemikul amanah; kedua, insan dihubungkan
dengan predisposisi negative manusia; dan ketiga, insan dihubungkan dengan
9

proses penciptaan manusia. Semua konsep insan menunjuk pada sifat-sifat


psikologis atau spiritual. Pada kategori pertama, manusia digambarkan sebagai
wujud makhluk istimewa yang berbeda dengan hewan. Oleh karena itu, di dalam
Al-Qur`an dikatakan bahwa insan adalah makhluk yang diberi ilmu (Q.S. al-Alaq
(96): 4-5), makhluk yang diberi kemampuan untuk mengembangkan ilmu dan daya
nalarnya dengan nazhar (merenungkan, memikirkan, menganalisis dan mengamati
perbuatannya) (Q.S. al-Nazi`at (79) :35. Makhluk yang memikul amanah (Q.S. al-
Ahzab (33):72), tanggung jawab (Q.S. alQiyamah (75): 3 dan 6); (Q.S. Qaf (50):
16), harus berbuat baik (Q.S. al-Ankabut(29): 8. Amalnya dicatat dengan cermat
untuk diberi balasan sesuai dengan kerjanya (Q.S. al-Najm (53):39), oleh karena
itu, insanlah yang dimusuhi setan (Q.S. al-Isra (17): 53) Dalam kategori kedua,
insan dihubungkan dengan predisposisi negative, manusia cenderung zalim dan
kafir (Q.S. Ibrahim (14): 34, Tergesa-gesa (Q.S. al-Isra (17):67), bakhil (Q.S.al-
Isra(17):100), bodoh (Q.S. al-Ahzab(33):72), berbuat dosa (Q.S.al-‘Alaq(96):6)
dan lain-lain. Apabila dihubungkan dengan kategori pertama, sebagai makhluk
spiritual, insane menjadi makhluk paradoksal yang berjuang mengatasi konflik dua
kekuatan yang saling bertentangan: kekuatan mengikuti fitrah (memikul amanah
Allah) dan kekuatan mengikuti predisposisi negative. Kedua kekuatan ini
digambarkan dalam kategori yang ketiga yakni, insan dihungkan dengan proses
penciptaannya. Sebagai insan, manusia diciptakan dari tanah liat, sari pati tanah dan
tanah (Q.S. al-Hijr (15): 26, al-Rahman (55):14, al-Mu’minun (23): 12,al-Sajadah
(32):7 ). Demikian juga basyar berasal dari tanah liat, tanah (Q.S. al-Hijir (15): 28,
Shad (38): 71, al-Rum (30): 20), dan air (Q.S. al-Furqan (25): 54). Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa proses penciptaan manusia menggambarkan secara
simbolis karakteristik basyari adalah unsure material dan karakteristik insane
adalah unsure ruhani. Keduanya harus tergabung dalam keseimbangan, tidak boleh
mengurangi hak yang satu atau melebihkan hak yang lainnya.

 Al-Nas (‫ ( الناس‬paling sering disebut dalam al-Qur`an, yaitu sebanyak 240 kali.
Al-nas mengacu pada manusia sebagai makhluk social, hal ini dapat kita lihat dalam
tiga segi:
10

Pertama, banyak ayat yang menunjukkan kelompok social dengan


karakteristiknya. Ayat-ayat ini lazimnya dikenal dengan ungkapan wa min al-nas (
dan di antara sebagian manusia ). Dengan ungkapan tersebut, dalam Al-Qur`an
ditemukan kelompok manusia yang menyatakan beriman tetapi sebetulnya tidak
beriman (Q.S.al-Baqarah (2): 8), yang menyekutukan Allah (Q.S.al-Baqarah
(2):165), yang hanya memikirkan dunia (Q.S.al-Baqarah (2): 200) dan lain-lain.
Meskipun ada sebagian manusia yang rela mengorbankan dirinya untuk mencari
keridaan Allah.

Kedua, dengan ungkapan aktsar al-nas, bahwa sebagian besar manusia


mempunyai kualitas rendah, baik dari segi ilmu (Q.S.al-A’raf (7): 187, Yusuf
(12):21, al-Qashash (28):68) maupun iman (Q.S.Hud (11): 17), tidak bersyukur
(Q.S.al-Mukmin (40):61). Dan ada jua di antara manusia yan bersyukur (Q.S.
Saba`(34): 13), yang selamat dari siksa Allah (Q.S.Hud (11):116) dan yan tidak
diperdaya setan (Q.S.al-Nisa (4):83)

Ketiga, Al-Qur`an menegaskan bahwa petunjuk Al-Qur`an bukan hanya


dimaksudkan kepada manusia secara perorangan, tetapi juga manusia secara social.
Al-Nas sering dihubungkan dengan petunjuk atau al-Kitab (Q.S. al-Hdid (57):25)
Berdasarkan uraian di atas, bahwa manusia dalam artian basyar berkaitan dengan
unsure material; ia sepadan dengan matahari , hewan dan tumbuhan. Dengan
sendirinya ia musayyar (tunduk kepada takdir Allah). Sedangkan manusia dalam
artian insan dan nas, berkaitan dengan aturan Ilahi. Ia dikenai aturan-aturan tetapi
diberikan kekuatan untuk tunduk dan melepaskan diri darinya. Ia dengan sendirinya
mukhayyar (dapat memilih).

Jadi, ada dua komponen yang membedakan hakekat manusia dengan hewan,
yaitu potensi untuk mengembangkan iman dan potensi untuk mengembangkan
ilmu. Usaha untuk mengembangkan keduanya disebut amal saleh. Iman amal
adalah dasar yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dari segi
kedudukan, manusia adalah makhluk individu dan makhluk social; makhluk
psikologis (spiritual) dan makhluk biologis yang merupakan gabungan antara unsur
11

material dan unsur ruhani. Dari segi hubungannya dengan Tuhan, kedudukan
manusia adalah sebagai hamba (makhluq) yang terbaik (Q.S. al-Tin (95): 4).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Individu

Individu berasal dari bahasa latin individuum yang artinya tak terbagi. Kata
individu merupakan sebutan yang di pakai untuk menyatakan satuan yang paling
kecil dan terbatas. 6Kata individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang
tak dapat di bagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan
manusia, demikian pendapat Dr. A.Lysen.
Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau
tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan
kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohani ia
sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakan satu
kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan.
Kegiatan manusia tidak semata-mata di gerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek
rohaninya. Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam
hidupnya.7
Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya
bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan
corak kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya.dengan demikian,
manusia sebagai individu merupakan pribadi yang terpisah, berbeda dari pribadi
lain. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai perseorangan yang
memiliki sifat sendiri-sendiri. Manusia sebagai individu adalah bersifat nyata,
berbeda dengan manusia lain dan sebagai pribadi dengan cirri khas tertentu yang
berupaya merealisasikan potensi dirinya.
Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan manusia memiliki
karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan, kebutuhan, dan cita-cita

6
Giri, I. P. A. A., & Girinata, I. M. (2021). Tat Twam Asi: Transformasi Individualistis
Kearah Solidaritas Sosial. Purwadita: Jurnal Agama dan Budaya, 5(1), 93-100.
7
Abbas, A. (2016). Hakekak Insan Monodualistik Perspektif Pendidikan. Al-Riwayah:
Jurnal Kependidikan, 8(1), 135-151.

12
13

yang berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia diciptakan oleh tuhan dengan ciri
dan karakteristik yang unik yang satu sama lain berbeda. Oleh karena itu, manusia
sebagai makhluk individu adalah unik.setiap orang berbeda, bahkan orang yang
dikatakan kembar pun pasti memiliki perbedaan. Jadi, meskipun banyak persamaan
hakiki antar individu, tetap tidak ada dua individu yang sama.
Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak
terjadi dalam waktu sekejap, melainkan terentang sebagai kesinambungan
perkembangan sejak masa janin, bayi, anak, remaja, dewasa sampai tua. Istilah
pertumbuhan tertuju pada segi fisik atau biologis individu, sedangkan
perkembangan tertuju pada segi mental psikologis individu.
Pertumbuhan dan perkembangan individu di pengaruhi beberapa factor. Mengenai
hal tersebut ada tiga pandangan, yaitu8
a. Pandanga nativistik manyatakan bahwa pertumbuhan individu semata –
mata di tentukan atas dasar factor dari dalam individu sendiri, seperti bakat
dan potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang tuanya.
Misalnya, jika ayah nya seniman maka sang anak akan menjadi seniman
pula.
b. Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-
mata di dasarkan atas factor lingkungan. Lingkunganlah yang akan
menentukan pertumbuhan seseorang. Pandangan ini bertolak belakang
dengan pandangan nativistik.
c. Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhsn individu di
pengaruhi oleh factor diri individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan
potensi yang harus di sesuaikan dengan di ciptakannya lingkungan yang
baik sehingga ia bisa tumbuh secara optimal. Pandangan ini berupaya
manggabungkan kedua pandangan sebelumnya.
Pada dasarnya, kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi
kepentingan diri dan kebutuhan diri. Sebagai makhluk dengan kesatuan jiwa dan

8
Syahputra, D. (2017). Pengaruh kemandirian belajar dan bimbingan belajar terhadap
kemampuan memahami jurnal penyesuaian pada siswa SMA Melati Perbaungan. AT-TAWASSUTH:
Jurnal Ekonomi Islam, 2(2), 368-388.
14

raga, maka aktivitas individu adalah untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan
jiwa, rohani, atau psikologis, serta kebutuhan jasmani atau biologis. Pemenuhan
kebutuhan tersebut adalah dalam rangka menjalani kehidupannya.
Pandangan yang mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasanya
adalah individu yang bebas dan merdeka adalah paham individualism. Paham
individualisme menekankan pada kekhususan, martabat, hak dan kebebasan orang
per orang. Manusia sebagai individu yang bebas dan merdeka tidak terikat apa pun
dengan masyarakat ataupun Negara. Manusia bisa berskembang dan sejahtera
hidupnya serta berlanjut apabila dapat bekerja secara bebas dan berbuat apa berbuat
apa saja untuk memperbaiki dirinya sendiri.

1.karakteristik manusia sebagai makhluk individu


Setiap insan yang dilahirkan tentunya mempunyai pribadi yang
berbeda atau menjadi dirinya sendiri, sekalipun sanak kembar. Itulah uniknya
manusia. Karena dengan adanya individulitas itu setiap orang memiliki
kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, daya tahan yang
berbeda. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri
yang sangat essensial dari adanya individualitas pada diri setiap insan.

Menurut Oxendine dalam (Tim Dosen TEP, 2005) bahwa perbedaan


individualitas setiap insan nampak secara khusus pada aspek sebagai berikut

1. Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin,


pendengaran, penglihatan, kemampuan bertindak.

2. Perbedaan sosial: status ekonomi,agama, hubungan keluarga, suku.

3. Perbedaan kepribadian: watak, motif, minat dan sikap.

4. Perbedaan kecakapan atau kepandaian

B. Hakikat manusia sebagai makhluk sosial


Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam
menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia
15

lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersoaialisasi dengan manusia


lain. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat
memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk
kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam
hal ini, manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu
lainnya.
Sejak manusia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain
terutama dalam hal kebutuhan makan dan minum. Pada usia bayi, ia sudah menjalin
hubungan terutama dengan ayah dan ibu, dalam bentuk gerakan, senyuman, dan
kata kata. Pada usia 4 tahun, ia mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya dan
melakukan kontak social. Pada usia-usia selanjutnya,, ia terikat dengan norma
norma pergaulan dengan lingkungan yang semakin luas.manusia hidup dalam
lingkungan sosialnya.
Berdasarkan proses diatas, manusia lahir dengan keterbatasan, dan secara
naluriah manusia membutuhkan hidup dengan manusia lainya. Manusia sejak lahir
di pelihara dan di besarkan dalam suatu masyarakat terkecil, yaitu keluarga.
Keluarga terbentuk karena adanya pergaulan antar anggota sehingga dapat
dikatakan bahwa berkeluarga merupakan keutuhan manusia. Esensinya, manuisa
memerlukan orang lain atau hidup dalam kelompoknya.9
Jadi, menurut kodratnya, manusia di mana pun pada zaman apapun, selalu hidup
bersama,hidup berkelompok. Dalam sejarah perkembangan manusia tidak terdapat
seorang pun yang hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya.
Hidup menyendiri, terlepas dari pergaulan masyarakat hanya mungkin terjadi
dalam dongeng belaka (seperti tarzan, robinson crusoe), namun dlam kenyataannya,
hal itu tidak mungkin terjadi. Sejak dulu, pada diri manusia terdapat hasrat untuk
berkumpul dengan sesamanya dalam satu kelompok, hasrat untuk bermasyarakat.
Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsafat yunani kuno menyatakan dalam
ajarannya,bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia itu

9
Hastuti, H., & Ramlah, R. (2020). STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM
MENYAMPAIKAN SARANA INFORMASI MAKNA BAHASA GAUL (BAHASA PROKEM)
TERHADAP SISWA-SISWI DI SMAN 1 BIAK-KOTA. Copi Susu: Jurnal Komunikasi, Politik &
Sosiologi, 2(2), 1-11.
16

sebbagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena
sifatnya yang ingin bergaul satu sama lain, maka manusia di sebut sebagai makhluk
social. Manusia sebagai individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yang
menyandiri, namun manusia sebagai makhluk social tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat.manusia lahir, hidup berkembang, dan meninggal dunia di dalam
masyarakat.10

10
NURHAYATI, A. (2020). KONSEP EGOISME DALAM PEMIKIRAN ETIKA
EUDAEMONISME ARISTOTELES (384-322 SM) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU).
17

Sebagai individu, manusia tidak dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkan
dengan mudah tanpa bantuan orng lain.
yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain karena adanya
dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya:
1. Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum.
2. Hasrat untuk membela diri.
3. Hasrat untuk mangadakan keturunan.
adapun insting itu sudah ada pada diri manusia sejak ia dilahirkan. Kebutuhan
akan makanan dan minuman termasuk kebutuhan primer untuk segala makhluk
hidup baik hewan maupun manusia. Dalam usaha untuk mendapatkan keperluan
hidupnya manusia perlu bantuan orang lain. Hidup sendiri akan menimbulkan
kesulitan. Setiap usaha akan lebih mudah bila dikerjakan bersama-sama.
dalam kenyataaannya kita melihat orang memburu sebaghewan, menangkap
ikan, bercocok tanam, dan sebagainya di lakukan bersama-sama. Dari keinginan
untuk memperoleh keinginan hidupnya secara mudah itu maka timbullah dalam diri
manusia suatu dorongan untuk hidup bersama dalam masyarakat. Sejak manusia
dilahirkan, ia mempunyai dua keinginan pokok yaitu.
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Manusia sebagai makhluk social adalah manusia yang senantiasa hidup dengan
manusia lain (masyarakatnya ). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan
dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut,
termasuk dalam mencukupi kebutuhannya.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, kelompok masyarakat pertama
adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan manusia yang pertama dan
utama. Dalam keluarga itulah manusia menemukan kodratnya sebagai makhluk
social. Karena dalam lingkungan itulah ia untuk pertama kali berinteraksi dengan
orang lain.. kelompok berikutnya adalah kelompok pertemanan, pergaulan,
kelompok pekerja, dan masyarakat secara luas.
18

Secara politik, kehidupan berkelompok manusia di mulai dari keluarga, marga,


suku, bangsa, Negara,bahkan masyarakat secara international.
Paham yang mengembangkan pentingnya aspek social kehidupan manusia
adalah sosialisme. Sosialisme member nilai lebih pada manusia sebagai makhluk
social. Sosialisme merupakan reaksi atas system liberalisme yang di lahirkan oleh
paham individualism. Adanya persaingan bebas dalam kapitalisme akan menindas
orang- orang yang tidak memiliki modal dan orang-orang miskin. Dalam system
ekonomi sosialis, setiap orang memiliki kewajiban member kepada masyarakat, dan
masyarakat berhak menerima hasilnya sesuai dengan karyanya. Negara tidak hanya
bersifat pasif member kesempatan berusaha, tetapi juga aktif mengusahakan
keadilan dan kesejahteraan, terutama bagi masyarakat yang tidak mampu, miskin
dan tidak memiliki modal yang cukup.
Namun, sosialisme dalam bentuk ekstrem dapat berkembang kearah
komunisme. Dalam komunisme, hak milik individu di hapuskan, diganti menjadi
kepemilikan bersama. Komunisma berpandangan bahwa emua orang mendapatkan
apa yang sesuai dengan kebutuhannya. Walaupun begitu, baik sosialisme maupun
komunisme bertujuan sama yaitu ingin membentuk masyarakat sosialis.
Perbedaan antara sosialisme dan komunisme terletak pada cara yang di
gunakan untuk mengubah masyarakat kapitalis liberal manjadi masyarakat soaialis.
Paham sosialisme berpendapat bahwa perubahan dapat dilakukan dengan cara-cara
damai dan demokratis, sedangkan komunisme berpendapat bahwa perubahan
masyarakat sosialis harus dilakukan dengan cara revolusi, yaitu menghancurkan
system kapitalisme liberal. Untuk itu, diperlukan pemerintahan dictator ploretariat
dalam masa transisi perubahan masyarakat

1. Karakteristik manusia sebagai makhluk sosial


Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada
yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada
individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri
dari:
19

1. Dorongan untuk makan

2. Dorongan untuk mempertahankan diri

3. Dorongan untuk melangsungkan jenis

C. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dan Individu


Di dalam diri manusia terdapat dua kepentingan, yaitu kepentingan individu dan
kepentingan bersama. Kepentingan individu didasarkan manusia sebagai makhluk
individu, karena pribadi manusia yang ingin memenuhi kebutuhan pribadi.
Kepentingan bersama didasarkan manusia sebagai makhluk sosial yang ingin
memenuhi kebutuhan bersama.
Dalam perbedaan kepentingan ini masyarakat mengalami sebuah
pertarungan yang sangat tajam dalam kehidupan sosial dan politik. Menurut
Habermas, untuk bisa mendamaikan konflik kepentingan ini, kita membutuhkan
adanya sebuah ruang publik (public space). Ini merupakan salah satu media untuk
menjembatani setiap kepentingan karena setiap komponen dalam masyarakat
memiliki akses yang sama untuk berbicara, berdiskusi, dan mencari alternatif yang
tepat tentang segala persoalan dalam kehidupan bermasyarakat.
Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau
perseorangan atau sebagi diri pribadi. Manusia sebagai diri pribadi merupakan
makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam ajaran agama agama dunia juga diterangkan dangan jelas kedudukan
manusia sebagai makhluk yang mulia, karena itu tidak dibenarkan manusia
melakukan perbuatan tercela seperti berjudi, korupsi, berzina, membunuh, dan
mabuk. Sebaliknya, pribadi manusia dituntut mampu berinteraksi, berkomunikasi,
bekerja sama dan saling berlomba lomba melakukan perubahan menuju yang lebih
baik dengan individu lainnya.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai waraga
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin dapat hidup
sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun ia memiliki kedudukan
maupun kekuasaan tetapi tetap saja masih membutuhkan bantuan dari orang lain.
20

Setiap manusia cenderung berkomunikasi, bernteraksi, dan bersosialisasi dengan


manusia lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Di sisi manapun
sebagai makhluk sosial dan makhluk individu, akan ada pengaruh positif maupun
negatifnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melakukan segala
aktivitasnya seorang diri. manusia butuh manusia lain untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya.

Berdasarkan perspektif Al-Quran dapat disimpulkan bahwa manuasi \ adalah


makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah, manusia terdiri dari jasmani
dan rohani, yang memiliki akal dan nafsu. Manusia diciptakan sebagai khalifah dan
untuk mengabdi kepada Allah. Ilmu barat memandang hakekat manusia adalah
sebagai makhluk materi yang dapat dibentuk dan menafikan sang pencipta Islam
sagat berbeda memandang hakekat manusia di bandingkan dengan para ilmuan
Barat. Islam memandang bahwa manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Manusia
pertama adalah berasal dari Adam dan Adam diciptakan dari tanah, dan keturunan
Adam diciptakan dari air mani yang tujuan penciptaannya adalah sebagai khalifah
dan hamba Allah.

Sebagai anggota masyarakat, manusia akan berkaitan dengan orang lain.


manusia hidup bersama orang lain. itu berarti manusia tidak dapat melakukan
tindakan sesuka hatinya karena ada orang lain yang menilai perilaku seorang
manusia. Baik buruknya perilaku manusia ditentukan juga dari faktor lingkungan
sosialnya, terutama lingkungan keluarganya. Karena keluarga merupakan dasar
seorang anak bersikap dan berperilaku. Keluarga adalah wadah pertama yang
menanamkan nilai moral seorang anak. Maka sikap dan perilaku seorang anak
adalah cerminan dari bagaimana anak tersebut dibesarkan dalam suatu wadah
keluarga untuk kelangsungan hidupnya di lingkungan masyarakat.

B. Saran
Untuk mencapai hubungan yang lebih baik dan maju, dalam masyarakat
hendaknya setiap anggota masyarakat yang ada berusaha menghilangkan dan

21
22

mengurangi rasa berbeda serta mencurigai terhadapa orang lain dengan cara
memupuk rasa persatuan dan keharmonisan. Setiap sarana dan parasana yang sudah
diberikan oleh pemerintah hendaknya dijadikan sebagai rasa pemersatuan antara
penduduk tidak ada yang mebeda-bedakan
23

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A. (2016). Hakekak Insan Monodualistik Perspektif Pendidikan. Al-
Riwayah: Jurnal Kependidikan, 8(1), 135-151.

Giri, I. P. A. A., & Girinata, I. M. (2021). Tat Twam Asi: Transformasi


Individualistis Kearah Solidaritas Sosial. Purwadita: Jurnal Agama dan
Budaya, 5(1), 93-100.

Handayani, A. (2012). Hubungan kepuasan kerja dan dukungan sosial dengan


persepsi perubahan organisasi. Jurnal Insan Media Psikologi, 12(3).

Hastuti, H., & Ramlah, R. (2020). STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM


MENYAMPAIKAN SARANA INFORMASI MAKNA BAHASA GAUL
(BAHASA PROKEM) TERHADAP SISWA-SISWI DI SMAN 1 BIAK-
KOTA. Copi Susu: Jurnal Komunikasi, Politik & Sosiologi, 2(2), 1-11.

Khasinah, Siti. "Hakikat manusia menurut pandangan islam dan Barat." Jurnal
Ilmiah Didaktika: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran 13, no. 2 (2013).

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1994, hal. 162.

NURHAYATI, A. (2020). KONSEP EGOISME DALAM PEMIKIRAN ETIKA


EUDAEMONISME ARISTOTELES (384-322 SM) (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU).

Sumantri, M. S., & MSM, P. (2015). Hakikat Manusia dan Pendidikan.

Syahputra, D. (2017). Pengaruh kemandirian belajar dan bimbingan belajar


terhadap kemampuan memahami jurnal penyesuaian pada siswa SMA Melati
Perbaungan. AT-TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi Islam, 2(2), 368-388.

Yusuf Qardhawi, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan


Bintang, 1994, hal. 135

Anda mungkin juga menyukai