Makalah
LOGO UNIV
17333122046
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS
KOTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , Berkat rahmat,
hidayah, dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan risalah ini dan
menyelesaikannya tepat pada waktunya. Artikel ini tentang hakikat manusia
sebagai makhluk individu dan sosial Karya ini dibuat sebagai bagian dari tugas
mata kuliah.
Dalam menyelesaikan risalah ini, penulis menghadapi banyak kendala dan
tantangan, yang pada akhirnya dapat diatasi dengan dorongan dan bimbingan dari
semua pihak yang terlibat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-
rekan yang telah berkontribusi dalam penyelesaian risalah ini.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia memang tidak akan bisa lepas dari berhubungan dengan orang lain.
Dalam hubungan itu kita harus bisa memahami peranan dan kedudukan masing-
masing. Jangan sampai terjadi kesalahan. Karena hal itu bisa membuat tidak
harmonisnya hubungan kita dengan sesama manusia.
Manusia sebagai mahkluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan
orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan,
pengakuan, sekolah, pekerjaan), dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu,
rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain.
Apalagi jika orang tersebut sedang mengalami masalah, baik ringan maupun berat.
Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang
disekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai. Contoh
nyata yang paling sering kita lihat dan alami adalah bila ada seseorang yang sakit
dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun teman-teman
biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit
tentu merasa mendapat dukungan sosial.1
1
Handayani, A. (2012). Hubungan kepuasan kerja dan dukungan sosial dengan persepsi
perubahan organisasi. Jurnal Insan Media Psikologi, 12(3).
1
2
efektif bagi individu yang memerlukan. Sumber dukungan sosial merupakan aspek
paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pengalaman
tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa ia akan mendapat dukungan sosial
sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik sehingga dukungan sosial
memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.
2
Sumantri, M. S., & MSM, P. (2015). Hakikat Manusia dan Pendidikan.
3
terganggunya emosi dan psikisnya. Karena itu, betapa pentingnya peran orang lain
di sekitar kita, baik untuk fisik, rohani maupun psikis kita
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
BAB II
KAJIAN TEORI
Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah) Sebagai hamba Allah, manusia
wajib mengabdi dan taat kepada Allah selaku Pencipta karena adalah hak Allah
untuk disembah dan tidak disekutukan.3 Bentuk pengabdian manusia sebagai
hamba Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga
harus dengan keikhlasan hati, seperti yang diperintahkan dalam surah Bayyinah:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,”
(QS:98:5).
Dalam surah adz- Dzariyat Allah menjelaskan: “Tidaklah Aku ciptakan jin
dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.” (QS51:56). Dengan
demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi manusia yang taat, patuh dan
mampu melakoni perannya sebagai hamba yang hanya mengharapkan ridha Allah.
Manusia Sebagai al- Nas Manusia, di dalam al- Qur’an juga disebut dengan al-
nas. Konsep al- nas ini cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya
dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia
memang makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia membutuhkan pasangan, dan
memang diciptakan berpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam surah an- Nisa’,
“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari
pada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu
saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim.
3
Yusuf Qardhawi, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang,
1994, hal. 135
5
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorng laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: 49:13).
Dari dalil di atas bisa dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang
dalam hidupnya membutuhkan manusia dan hal lain di luar dirinya untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya agar dapat menjadi bagian dari
lingkungan soisal dan masyarakatnya.
Dari kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebutan khalifah itu merupakan
anugerah dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya manusia diberikan beban
untuk menjalankan fungsi khalifah tersebut sebagai amanah yang harus
dipertanggungjawabkan.4 Sebagai khalifah di bumi manusia mempunyai
4
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1994, hal. 162.
6
Definisi manusia dilihat dari segi biologis, rohani, antropologi kebudayaan atau
secara campuran. Misalnya, secara biologis manusia di klasifikasikan sebagai homo
safien (manusia yang tahu),sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak yang berkemapuan tinggi dalam hal kerohanian, mereka
menggunakan konsep jiwa yang berpariasi dalam menghubungkan manusia dengan
kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup. Dalam Antropologi kebudayaan, manusia
di bedakan berdasakan penggunaan bahasanya, organisasi dalam masyarakat
majemuk dan perkembangan teknologinya, serta kemampuan manusia untuk
5
Khasinah, Siti. "Hakikat manusia menurut pandangan islam dan Barat." Jurnal Ilmiah
Didaktika: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran 13, no. 2 (2013).
7
membentuk komunitas guna saling mendukung satu sama lain (Devianty, 2017;
Maryam, 2017; Sutardi, 2007). Beberapa tokoh ilmuan Barat memiliki pengertian
berbeda dalam memahami hakekat manusia. Namun, secara garis besar, pandangan
mereka mencerminkan materialisme yang menganggap manusia sebagai makhluk
materi yang dapat dibentuk dan menafikan keberadaan sang pencipta. Diantara
pandangan– pandangan ilmuan tersebut yang mempengaruhi pemikian-pemikiran
Barat hinga saat ini antara lain:
Al-Nas ( ( الناسpaling sering disebut dalam al-Qur`an, yaitu sebanyak 240 kali.
Al-nas mengacu pada manusia sebagai makhluk social, hal ini dapat kita lihat dalam
tiga segi:
10
Jadi, ada dua komponen yang membedakan hakekat manusia dengan hewan,
yaitu potensi untuk mengembangkan iman dan potensi untuk mengembangkan
ilmu. Usaha untuk mengembangkan keduanya disebut amal saleh. Iman amal
adalah dasar yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dari segi
kedudukan, manusia adalah makhluk individu dan makhluk social; makhluk
psikologis (spiritual) dan makhluk biologis yang merupakan gabungan antara unsur
11
material dan unsur ruhani. Dari segi hubungannya dengan Tuhan, kedudukan
manusia adalah sebagai hamba (makhluq) yang terbaik (Q.S. al-Tin (95): 4).
BAB III
PEMBAHASAN
Individu berasal dari bahasa latin individuum yang artinya tak terbagi. Kata
individu merupakan sebutan yang di pakai untuk menyatakan satuan yang paling
kecil dan terbatas. 6Kata individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang
tak dapat di bagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan
manusia, demikian pendapat Dr. A.Lysen.
Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau
tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan
kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohani ia
sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakan satu
kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan.
Kegiatan manusia tidak semata-mata di gerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek
rohaninya. Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam
hidupnya.7
Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya
bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan
corak kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya.dengan demikian,
manusia sebagai individu merupakan pribadi yang terpisah, berbeda dari pribadi
lain. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai perseorangan yang
memiliki sifat sendiri-sendiri. Manusia sebagai individu adalah bersifat nyata,
berbeda dengan manusia lain dan sebagai pribadi dengan cirri khas tertentu yang
berupaya merealisasikan potensi dirinya.
Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan manusia memiliki
karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan, kebutuhan, dan cita-cita
6
Giri, I. P. A. A., & Girinata, I. M. (2021). Tat Twam Asi: Transformasi Individualistis
Kearah Solidaritas Sosial. Purwadita: Jurnal Agama dan Budaya, 5(1), 93-100.
7
Abbas, A. (2016). Hakekak Insan Monodualistik Perspektif Pendidikan. Al-Riwayah:
Jurnal Kependidikan, 8(1), 135-151.
12
13
yang berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia diciptakan oleh tuhan dengan ciri
dan karakteristik yang unik yang satu sama lain berbeda. Oleh karena itu, manusia
sebagai makhluk individu adalah unik.setiap orang berbeda, bahkan orang yang
dikatakan kembar pun pasti memiliki perbedaan. Jadi, meskipun banyak persamaan
hakiki antar individu, tetap tidak ada dua individu yang sama.
Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak
terjadi dalam waktu sekejap, melainkan terentang sebagai kesinambungan
perkembangan sejak masa janin, bayi, anak, remaja, dewasa sampai tua. Istilah
pertumbuhan tertuju pada segi fisik atau biologis individu, sedangkan
perkembangan tertuju pada segi mental psikologis individu.
Pertumbuhan dan perkembangan individu di pengaruhi beberapa factor. Mengenai
hal tersebut ada tiga pandangan, yaitu8
a. Pandanga nativistik manyatakan bahwa pertumbuhan individu semata –
mata di tentukan atas dasar factor dari dalam individu sendiri, seperti bakat
dan potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang tuanya.
Misalnya, jika ayah nya seniman maka sang anak akan menjadi seniman
pula.
b. Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-
mata di dasarkan atas factor lingkungan. Lingkunganlah yang akan
menentukan pertumbuhan seseorang. Pandangan ini bertolak belakang
dengan pandangan nativistik.
c. Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhsn individu di
pengaruhi oleh factor diri individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan
potensi yang harus di sesuaikan dengan di ciptakannya lingkungan yang
baik sehingga ia bisa tumbuh secara optimal. Pandangan ini berupaya
manggabungkan kedua pandangan sebelumnya.
Pada dasarnya, kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi
kepentingan diri dan kebutuhan diri. Sebagai makhluk dengan kesatuan jiwa dan
8
Syahputra, D. (2017). Pengaruh kemandirian belajar dan bimbingan belajar terhadap
kemampuan memahami jurnal penyesuaian pada siswa SMA Melati Perbaungan. AT-TAWASSUTH:
Jurnal Ekonomi Islam, 2(2), 368-388.
14
raga, maka aktivitas individu adalah untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan
jiwa, rohani, atau psikologis, serta kebutuhan jasmani atau biologis. Pemenuhan
kebutuhan tersebut adalah dalam rangka menjalani kehidupannya.
Pandangan yang mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasanya
adalah individu yang bebas dan merdeka adalah paham individualism. Paham
individualisme menekankan pada kekhususan, martabat, hak dan kebebasan orang
per orang. Manusia sebagai individu yang bebas dan merdeka tidak terikat apa pun
dengan masyarakat ataupun Negara. Manusia bisa berskembang dan sejahtera
hidupnya serta berlanjut apabila dapat bekerja secara bebas dan berbuat apa berbuat
apa saja untuk memperbaiki dirinya sendiri.
9
Hastuti, H., & Ramlah, R. (2020). STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM
MENYAMPAIKAN SARANA INFORMASI MAKNA BAHASA GAUL (BAHASA PROKEM)
TERHADAP SISWA-SISWI DI SMAN 1 BIAK-KOTA. Copi Susu: Jurnal Komunikasi, Politik &
Sosiologi, 2(2), 1-11.
16
sebbagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena
sifatnya yang ingin bergaul satu sama lain, maka manusia di sebut sebagai makhluk
social. Manusia sebagai individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yang
menyandiri, namun manusia sebagai makhluk social tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat.manusia lahir, hidup berkembang, dan meninggal dunia di dalam
masyarakat.10
10
NURHAYATI, A. (2020). KONSEP EGOISME DALAM PEMIKIRAN ETIKA
EUDAEMONISME ARISTOTELES (384-322 SM) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU).
17
Sebagai individu, manusia tidak dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkan
dengan mudah tanpa bantuan orng lain.
yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain karena adanya
dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya:
1. Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum.
2. Hasrat untuk membela diri.
3. Hasrat untuk mangadakan keturunan.
adapun insting itu sudah ada pada diri manusia sejak ia dilahirkan. Kebutuhan
akan makanan dan minuman termasuk kebutuhan primer untuk segala makhluk
hidup baik hewan maupun manusia. Dalam usaha untuk mendapatkan keperluan
hidupnya manusia perlu bantuan orang lain. Hidup sendiri akan menimbulkan
kesulitan. Setiap usaha akan lebih mudah bila dikerjakan bersama-sama.
dalam kenyataaannya kita melihat orang memburu sebaghewan, menangkap
ikan, bercocok tanam, dan sebagainya di lakukan bersama-sama. Dari keinginan
untuk memperoleh keinginan hidupnya secara mudah itu maka timbullah dalam diri
manusia suatu dorongan untuk hidup bersama dalam masyarakat. Sejak manusia
dilahirkan, ia mempunyai dua keinginan pokok yaitu.
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Manusia sebagai makhluk social adalah manusia yang senantiasa hidup dengan
manusia lain (masyarakatnya ). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan
dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut,
termasuk dalam mencukupi kebutuhannya.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, kelompok masyarakat pertama
adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan manusia yang pertama dan
utama. Dalam keluarga itulah manusia menemukan kodratnya sebagai makhluk
social. Karena dalam lingkungan itulah ia untuk pertama kali berinteraksi dengan
orang lain.. kelompok berikutnya adalah kelompok pertemanan, pergaulan,
kelompok pekerja, dan masyarakat secara luas.
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Di sisi manapun
sebagai makhluk sosial dan makhluk individu, akan ada pengaruh positif maupun
negatifnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melakukan segala
aktivitasnya seorang diri. manusia butuh manusia lain untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya.
B. Saran
Untuk mencapai hubungan yang lebih baik dan maju, dalam masyarakat
hendaknya setiap anggota masyarakat yang ada berusaha menghilangkan dan
21
22
mengurangi rasa berbeda serta mencurigai terhadapa orang lain dengan cara
memupuk rasa persatuan dan keharmonisan. Setiap sarana dan parasana yang sudah
diberikan oleh pemerintah hendaknya dijadikan sebagai rasa pemersatuan antara
penduduk tidak ada yang mebeda-bedakan
23
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A. (2016). Hakekak Insan Monodualistik Perspektif Pendidikan. Al-
Riwayah: Jurnal Kependidikan, 8(1), 135-151.
Khasinah, Siti. "Hakikat manusia menurut pandangan islam dan Barat." Jurnal
Ilmiah Didaktika: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran 13, no. 2 (2013).