Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)

Dosen Pengampu:

Rizal Fahmi, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3
Anggota :

1. Ardian Syahputra
(2006103020006)
2. Khusna Khairunnisa
(2006103020004)
3. Nazwa Syafira Gunawan
(2006103020046)
4. Muhammad Mufaddhal
(2106103020013)

Jurusan : Pendidikan Matematika


Unit/kelas : 23

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
T.A. 2021/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami menyelesaikan

makalah berjudul Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial berkat kebaikan dan arahan-Nya.

Makalah ini ditulis untuk mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Manusia adalah bagian dan

unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat, dan makhluk sosial adalah kumpulan individu

yang berbeda. Untuk menyeimbangkan kedua tugas ini, setiap individu harus mengetahui peran

mereka yang berbeda. Akibatnya, pengarang harus menghadirkan manusia baik sebagai individu

maupun makhluk sosial. Makalah ini dimaksudkan untuk menginspirasi pembaca. Makalah ini

mungkin memiliki kekurangan dalam hal hasil, sistematika, dan pendekatan penulisan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan

materi ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat membantu penulis dan pembaca.

Banda Aceh, 16 Februari 2022

Penulis

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2

BAB II ............................................................................................................................................. 3

2.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Sosial .............................................................. 3

2.2 Fungsi dan Peran Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial .................................. 6

2.3 Dinamika Interaksi Sosial: Akulturasi, Asimilasi, dan Inovasi ....................................... 8

2.4 Dilema Antara Kepentingan Individu Dan Kepentingan Masyarakat ........................... 14

REFERENSI ................................................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berbeda satu sama lain. Secara

individu, manusia berkeinginan untuk dapat memenuhi keinginannya, mewujudkan

dirinya, dan mengembangkan potensinya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada manusia

yang ingin menjadi orang lain, dengan demikian ia akan senantiasa menyadari

individualitasnya.

Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan dukungan dan bimbingan manusia

lain untuk mencapai potensinya. Juga, tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa bantuan

orang lain. Ini menunjukkan keterkaitan dan kebutuhan manusia.

Dari dua poin di atas, manusia sebagai individu dan makhluk sosial memiliki tugas

yang berbeda untuk dimainkan dalam kehidupan. Manusia adalah bagian dan unit terkecil

dari kehidupan sosial atau masyarakat, dan makhluk sosial adalah kumpulan individu yang

berbeda. Untuk menyeimbangkan kedua tugas ini, setiap individu harus mengetahui peran

mereka yang berbeda. Akibatnya, pengarang harus menghadirkan manusia baik sebagai

individu maupun makhluk sosial. Sehingga Makalah ini bisa menginspirasi pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai

berikut.

1
1. Apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial?

2. Bagaimana interaksi sosial dan sosial dalam kehidupan manusia sebagai

makhluk individu dan makhluk sosial ?

1.3 Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk

mengetahui dan mendeskripsikan:

1. Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial;

2. Interaksi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk

individu dan makhluk sosial;

3. Dilema Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Sosial


Manusia itu istimewa. Manusia memiliki unsur-unsur yang melekat, seperti tubuh

dan jiwa. Manusia memiliki dua peran sekaligus, satu sebagai individu dan yang lainnya

sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki dua kodrat, satu di satu sisi dan yang lain

sebagai hamba atau makhluk Tuhan.

Kepentingan individu dan kepentingan bersama adalah apa yang dimiliki manusia.

Kepentingan individu manusia didasarkan pada apa yang ingin dilakukan orang tersebut.

Makhluk sosial yang hidup berkelompok untuk memenuhi kebutuhan bersama merupakan

dasar dari kepentingan bersama. Menurut Frans Magnis Suseno, manusia memiliki ciri-ciri

sosial. (Mumtazinur, 2019)

2.1.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu

Individuum artinya tidak dapat dibagi-bagi, dari mana individu itu berasal.

Individu disebut sebagai kata. Unsur-unsur tubuh dan jiwa manusia tidak dapat

dipisahkan satu sama lain dalam konteks manusia ini. Keduanya memiliki fungsi

yang saling mendukung, sehingga tidak tumpang tindih.

Manusia dilahirkan dengan kondisi fisik yang sempurna sebagai ciptaan

Tuhan Yang Maha Esa. Karakteristik fisik yang berbeda memudahkan untuk

membedakan satu dengan yang lain. Manusia disebut unik karena memiliki

perbedaan fisik dengan manusia lainnya.

3
raga atau tubuh diri manusia memiliki fungsi yang membantu manusia

melakukan pekerjaan fisik atau melakukan aktivitas sehari-hari. Manusia berjalan,

bekerja dan tertawa dan aktivitas lainnya dilakukan oleh tubuh. Unsur fisik

memiliki peranan yang cukup signifikan dalam kehidupan manusia.

Manusia juga termasuk unsur jiwa dan unsur psikis. Emosi, unsur agama

dan sebagainya termasuk dalam unsur ini. Unsur tersebut akan mempengaruhi

tindakan manusia. Perbuatan manusia berkorelasi dengan jiwanya. Seseorang yang

berperilaku baik akan dikaitkan dengan kondisi mental yang sehat, sedangkan

tindakan seseorang yang dianggap buruk tidak.

Unsur-unsur jiwa dan tubuh saling terkait satu sama lain. Jiwa dan tubuh

manusia terhubung untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas manusia

didorong oleh aspek jasmani dan rohani. Setiap manusia perlu memelihara jiwa dan

raganya.

2.1.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Seorang filosof terkenal dari Yunani Kuno menyatakan bahwa manusia

adalah zoon politicon. Manusia memiliki kemampuan untuk bergaul dengan

manusia lainnya. Manusia disebut makhluk sosial.

Tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan selalu membutuhkan

bantuan orang lain. Manusia selalu hidup dalam masyarakat karena dorongan

kesatuan biologis yang terkandung dalam naluri manusia, misalnya Keinginan

untuk minum dan makan, Adanya keinginan untuk membela diri, dan Keinginan

memiliki anak.

4
Kami melihat bentuk kerjasama antar manusia. Berburu, bertani, bekerja,

dan sebagainya semua dilakukan bersama-sama. Manusia perlu hidup bersama

dalam masyarakat. Manusia memiliki dua keinginan utama. Pertama, Dia ingin

bersama orang-orang di sekitarnya dan Kedua, Dia ingin bersama alam.

Manusia cenderung bersosial untuk membentuk dirinya dalam kehidupan

bermasyarakat. Penerimaan terhadap bentuk-bentuk budaya yang datang dari luar

sehingga manusia dapat membentuk pengetahuan baru, merupakan salah satu

kebutuhan peniruan. Hemat energi adalah tindakan meniru tindakan untuk tidak

menggunakan terlalu banyak energi manusia.

Anak-anak melawan orang tua mereka, penduduk asli melawan pendatang,

dan masyarakat adat melawan masyarakat modern adalah contoh dari keinginan

untuk meniru ini. Manusia didorong untuk menjadi makhluk sosial sehingga dapat

berinteraksi satu sama lain.

Faktor pribadi yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari 3.

• Adanya stres emosional. Kondisi psikologis seseorang dapat mempengaruhi

cara manusia berinteraksi satu sama lain.

• Rendah diri. Ketika kondisi seseorang sedang tidak baik, ia akan mau

berhubungan dengan orang lain. Ketika seseorang merasa terhina, mereka

membutuhkan kasih sayang dari pihak lain atau dukungan moral untuk

membentuk kondisi psikologis seperti semula.

5
• Isolasi sosial. Ia akan mencoba berinteraksi dengan orang-orang yang

menyukai atau berpikir seperti dirinya jika merasa dikucilkan oleh

komunitasnya atau pihak-pihak tertentu.

Dapat kita simpulkan bahwasannya Manusia adalah makhluk sosial yang

selalu hidup bersama manusia lain atau hidup bermasyarakat. Manusia tidak dapat

menyadari potensi mereka sendiri. Manusia membutuhkan manusia lain.

2.2 Fungsi dan Peran Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
2.2.1 Peran Manusia sebagai Makhluk Individu

Manusia melakukan dua fungsi dalam kehidupan sehari-hari: manusia

individu dan manusia sosial. Kondisi ini tidak menyebabkan tumpang tindih;

sebaliknya, memungkinkan mereka untuk saling melengkapi dalam situasi sosial.

Ketika berbicara tentang fungsi manusia sebagai makhluk yang terpisah, ini

terkait erat dengan keinginan mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri

atau mengejar kebahagiaan mereka sendiri. Kebutuhan manusia dibagi menjadi dua

kategori: jasmani dan rohani. Artinya tidak hanya kebutuhan fisik yang harus

dipenuhi, tetapi juga kepuasan atau tuntutan spiritual yang harus dipenuhi.

Akibatnya, keinginan manusia untuk mengejar tujuan ini mengangkat sifat

individualistis dari individu yang terlibat. Individu bersaing atau bersaing satu sama

lain sebagai akibat dari terpenuhinya kriteria kepentingan pribadi.

Manusia sebagai makhluk individu berperan dalam mewujudkan hal-hal

tersebut, sesuai dengan uraian sebelumnya. Maka umat manusia akan terus

berusaha untuk:

6
• Menjaga dan memelihara harkat dan martabatnya.

• Mencoba untuk menggunakan hak-hak dasar mereka sebagai manusia.

• Berusaha untuk mencapai potensi penuh seseorang, baik secara fisik

maupun spiritual.

• Menyediakan keinginan dan kepentingan pribadi dalam rangka

meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Manusia akan berusaha mewujudkan hal tersebut berdasarkan uraian

keempat kriteria di atas. Sifat individualistis diperlukan untuk memenuhi

persyaratan tersebut. Meskipun demikian, kita sering menemukan bahwa dalam

mengejar kepentingan ini, kepribadian individualistis seseorang menyebabkan dia

menjadi egois dan tidak memperhatikan sekelilingnya. Karena mereka khawatir

keinginan mereka tidak terpenuhi, orang bisa menjadi tidak simpatik, acuh tak

acuh, egois, atau bahkan tidak mau membantu orang lain.

2.2.2 Peran Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia bukan hanya individu, tetapi juga makhluk sosial. Tuhan Yang

Maha Esa telah menjadikan kita makhluk yang ramah oleh alam. Manusia akan

selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia membutuhkan orang lain untuk

bertahan hidup. Ini membuktikan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri di dunia

ini tanpa dukungan manusia lain. Kebutuhan manusia dapat dipenuhi melalui

hubungan sosial dengan orang atau kelompok lain. Kontak ini akhirnya membentuk

kehidupan kelompok manusia. Kelompok sosial berkembang untuk memenuhi

keinginan manusia untuk berinteraksi.

7
Tiga hipotesis dapat membantu menjelaskan hubungan manusia:

1. Teori-T (Model Pertukaran Sosial), Hubungan antar manusia, menurut

pandangan ini, diatur oleh norma-norma transaksional, seperti apakah

masing-masing pihak merasa diuntungkan atau dirugikan. Selama Anda

merasa diuntungkan, kemitraan kemungkinan akan berlanjut, tetapi jika

Anda merasa dirugikan, itu mungkin berakhir dengan perceraian atau

bahkan permusuhan.

2. Teori Peran, Menurut pandangan ini, komunitas telah membuat skenario

yang mengatur apa dan bagaimana setiap orang berperan dalam

pergaulannya. Sebagai contoh, jelas apa yang harus dilakukan suami dan

istri. Jika seseorang tidak dapat menjalankan situasi dengan tepat, mereka

akan diejek oleh semua orang di sekitarnya.

3. Hipotesis ini membagi manusia menjadi tiga kategori: anak-anak, dewasa,

dan tua. Anak-anak manja dan tidak mengerti tanggung jawab. Orang

dewasa bertanggung jawab dan lugas. Orang tua selalu memahami dan

memaafkan kesalahan orang lain. Tidak ada yang bertanya-tanya mengapa

seorang anak dimanjakan dan berteriak, tetapi orang dewasa dan orang tua

yang masih anak-anak akan demikian.

2.3 Dinamika Interaksi Sosial: Akulturasi, Asimilasi, dan Inovasi


2.3.1 Akulturasi Budaya

Akulturasi budaya terjadi ketika sekelompok orang dari satu budaya

menerima dan beradaptasi dengan komponen dari budaya lain tanpa kehilangan

identitas budaya mereka.

8
Kajian akulturasi meliputi lima hal pokok:

1. Isu-isu dalam mengamati, merekam, dan mendeskripsikan akulturasi dalam

suatu peradaban.

2. Mengidentifikasi ciri-ciri budaya yang mudah diterima tetapi lebih sulit

diterima oleh populasi penerima.

3. Sulitnya aspek budaya mana yang mudah tergantikan dan diubah oleh unsur

budaya asing.

4. Sulitnya menentukan orang mana yang siap merangkul dan mana yang

lambat menerima komponen budaya asing.

5. Ketegangan dan krisis sosial terkait akulturasi

Untuk memahami bagaimana akulturasi mempengaruhi masyarakat, kita

harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Keadaan masyarakat penerima sebelum terjadinya akulturasi.

2. Individu Asing yang menyumbangkan unsur peradaban asing.

3. Saluran masuknya aspek budaya asing ke dalam budaya penerima.

4. Terpengaruh oleh komponen budaya asing di masyarakat penerima.

5. Reaksi individu terhadap aspek budaya asing.

2.3.2 Asimilasi Budaya

Asimilasi terjadi ketika:

1. Kelompok manusia dari beragam budaya.

2. Kelompok ini berinteraksi secara intens dalam waktu yang lama.

3. Karakter budaya baru/campuran tercipta melalui kontak budaya antar suku.

9
Faktor penghambat asimilasi budaya:

1. Imigran atau penduduk asli mungkin kurang memiliki pengetahuan budaya.

2. Ketakutan budaya dihadapi.

3. Rasa ego dan superioritas di antara anggota satu budaya atas yang lain.

Faktor yang memudahkan /penarik terjadinya asimilasi budaya:

1. Faktor toleransi, kelakuan saling menerima dan memberi dalam struktur

himpunan masyarakat.

2. Faktor kemanfaatan timbal balik memberi manfaat kepada dua belah pihak.

3. Faktor Simpati, pemahaman saling menghargai dan memperlakukan pihak

lain secara baik.

4. Faktor perkawinan.

2.3.3 Inovasi (Pembaruan) Campuran, Bermanfaat bagi Proses Asimilasi.

Proses pembaruan inovasi dapat digolongkan dalam bentuk:

1. Discovery, atau penemuan unsur-unsur kebudayaan yang baru berupa

gagasan individu atau kelompok.

2. Invention, atau tindak lanjut inovasi berupa pengakuan, penerimaan, dan

penerapan proses discovery oleh masyarakat.

Pemanfaatan hasil inovasi bergantung:

1. Persepsi masyarakat yang mendukung dalam kelompok; suatu invensi

membutuhkan dukungan kelompok untuk dilihat sebagai kebutuhan dasar,

atau tidak akan memberikan manfaat yang maksimal.

10
2. Kualitas dan ketahanan sumber daya manusia, setiap kelompok harus

memiliki anggota yang selalu merasa tidak puas dan tidak mencukupi, dan

yang aktif melakukan penelitian terhadap posisinya.

3. Sistem penghargaan dan pengakuan dapat mencakup pengakuan ilmiah,

gelar, insentif materi, dan manfaat lainnya.

4. Harus memberikan manfaat di masa depan. Perubahan terjadi melalui

kreativitas (evolusi).

Goodwin Watson mengumpulkan data dari sekitar 500 studi difusi inovasi,

baik empiris maupun non-empiris, yang dilakukan oleh Eicholz dan Rogers,

tentang kegiatan pengembangan dan pengembangan masyarakat. Kemudian

muncul 12 prinsip. Ini dapat meminimalkan penentangan terhadap ide-ide baru

dengan:

a. Resistensi akan berkurang jika pengurus, guru, pengurus, dan tokoh

masyarakat merasa memiliki inisiatif (inovasi) (luar).

b. Resistensi akan berkurang jika pimpinan tertinggi sistem secara eksplisit

mendukung inovasi.

c. Peserta akan kurang tahan jika mereka menganggap penyesuaian sebagai

cara untuk mengurangi beban mereka saat ini daripada menambah beban

baru

d. Resistensi akan berkurang jika gagasan baru itu sejalan dengan nilai dan

keyakinan yang telah lama dianut.

e. Peserta akan kurang tahan jika mereka merasa aman dan mandiri.

f. Ketertarikan peserta akan mengurangi resistensi terhadap program inovasi.

11
g. Untuk mengatasi penolakan, peserta harus terlibat dalam proses diagnostik

yang membantu mereka mengidentifikasi masalah mendasar (konsep

sentral) dan urgensi untuk memecahkannya.

h. Mengadopsi penemuan berdasarkan konsensus kelompok mengurangi

resistensi.

i. Untuk mengatasi perlawanan, pemrakarsa harus menawarkan tantangan

atau rintangan yang cukup besar, dan mengambil langkah-langkah yang

diperlukan menuju hal-hal yang tidak perlu ditakuti.

j. Resistensi akan berkurang jika individu diberitahu bahwa inovasi akan

ditolak karena kesalahpahaman dan salah tafsir, dan jika mereka diberikan

umpan balik dan penjelasan sesuai kebutuhan.

k. Penegasan, validasi, dan kepercayaan dari teman akan membantu peserta

mengatasi penolakan.

l. Keterbukaan terhadap kritik, perbaikan, dan penilaian ulang akan

meminimalkan penolakan.

Teori penolakan-adopsi yang dijelaskan oleh Eicholz dan Rogers

dinamakan demikian. Adopsi memiliki 5 tahap: (1) (Awareness) (kesadaran).

Orang atau kelompok yang bersangkutan tidak menyadari "ketidaktahuan" inovasi

itu. kemudian secara sadar mau belajar tentang keberadaan inovasi tersebut.

meskipun memiliki Pengetahuan Lama konvensional. (2) Kepentingan individu

yang bersangkutan memperluas upaya untuk mencari informasi sebanyak-

banyaknya tentang adat istiadat, agama, pendapat anggota masyarakat umum, yang

terkait dengan insentif dan larangan berupa beban sosial dan keuangan jika inovasi

12
tersebut dilakukan. digunakan. mempelajari status “situasial”. (3) evaluasi

(penilaian). Yang bersangkutan menilai inovasi dan mendorong jiwanya untuk

memilih hal-hal yang sesuai dengan situasi "dirinya". (4) Tes (percobaan). orang

yang bersangkutan mulai menggunakan inovasi sebagai "percobaan" awal. Ia

mencoba lagi ketika gagal. (5) adopsi (Penggunaan). Individu mengadopsi inovasi

untuk penggunaan masa depan berdasarkan keberhasilan sebelumnya. Namun, jika

penggunaan berikutnya gagal, itu akan dihentikan.

Penolakan terjadi karena tahapan berikut: (1) sadar Semua orang yang

terlibat tidak tahu apa-apa tentang kemajuan "Kebodohan" dan hanya pengetahuan

"tradisional". Sampai terjadi miskonsepsi, pelajaran terasa lebih kompleks dan sulit

dipahami. Akibatnya, inovasi adalah "penilaian yang tertunda", dan pendekatan

lama dalam melakukan sesuatu lebih disukai. sehingga tidak lagi membutuhkan

pembelajaran yang substansial; (2) apatis (tidak peduli). Setelah mengamati situasi

"situasi", orang tersebut menjadi apatis. Mereka tidak terlalu memperhatikan

invensi tersebut karena belum banyak beredar di masyarakat, dan kecil

kemungkinannya akan bertentangan dengan agama, konvensi, norma, moral, atau

opini publik. penolakan (penolakan). Orang ini tidak memahami fungsi inovasi

untuk menggantikan pendekatan lama, manfaat apa yang lebih penting, dan posisi

apa yang menggantikan cara lama. sehingga menolak inovasi; (4) percobaan (trial).

Individu yang terlibat tidak lagi mencoba sampai berhasil, tetapi hanya kembali ke

cara sebelumnya yang diketahui dan dilakukan secara teratur; (5) penolakan

(rejection). Orang tersebut pada akhirnya akan menolak inovasi dan

13
mempraktekkan pendekatan lama. Sebagai akibat dari penolakan ini, penghentian

penggunaan akan menjadi tidak terbatas. (Tumanggor, 2017)

2.4 Dilema Antara Kepentingan Individu Dan Kepentingan Masyarakat


Orang yang akrab dengan subjek di lingkungan sosial mereka atau dalam bentuk

kehadiran mungkin memberikan keuntungan emosional atau mempengaruhi perilaku

penerima. Orang yang merasakan dukungan sosial secara emosional diredakan karena

mereka diperhatikan, dan mendapatkan rekomendasi atau kesan positif. Sarason

menyatakan bahwa dukungan sosial adalah kehadiran, kesediaan, dan kepedulian individu

yang dapat diandalkan, menghargai, dan mencintai kita. Mereka yang mendefinisikan

dukungan sosial sebagai kehadiran kenyamanan, perhatian, rasa terima kasih, atau

membantu orang dengan sikap penerimaan mengungkapkan pandangan yang sama.

Dukungan sosial Ini meliputi:

1. jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia; adalah pandangan individu

terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan ketika individu membutuhkan

bantuan (pendekatan berbasis kuantitas).

2. kesenangan individu dengan dukungan sosial yang diterima; (pendekatan

berbasis kualitas).

Hal ini penting bagi masyarakat yang ingin memberikan dukungan sosial karena

menyangkut persepsi ketersediaan dan kecukupan bantuan sosial. Dukungan sosial tidak

hanya memberikan bantuan; itu adalah bagaimana bantuan dirasakan oleh penerima.

14
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dukungan sosial adalah bantuan atau

dukungan yang diterima seseorang dari orang lain dalam hidupnya yang membuat dirinya

merasa diperhatikan, dihormati, dan dicintai.

Rock dan Dooley membedakan antara sumber dukungan sosial buatan dan alami.

Dukungan sosial alami diperoleh melalui kontak sosial spontan dengan teman dekat atau

anggota keluarga. Dukungan sosial nonformal Sebaliknya, bantuan sosial buatan dirancang

untuk memenuhi kebutuhan dasar seseorang, seperti bantuan bencana melalui berbagai

donasi sosial.

Sumber dukungan sosial alami dan buatan berbeda dalam beberapa hal.

Perbedaannya adalah sebagai berikut:

a. Sumber alami dukungan sosial ada dan tidak dibuat-buat agar mudah diterima.

b. Sumber bantuan sosial alami mengikuti standar umum tentang kapan harus

memberikan sesuatu.

c. Dukungan sosial alami didasarkan pada kemitraan jangka panjang.

d. Sumber alami dokumen sosial berkisar dari membeli komoditas aktual hingga

hanya menyapa seseorang.

e. Dukungan sosial alami bebas dari label psikologis.

Para ahli mengatakan dukungan sosial memiliki banyak komponen. Misalnya,

Weiss mengusulkan "skala penyediaan sosial serupa" dengan enam komponen, yang

masing-masing dapat berdiri sendiri tetapi saling berhubungan. Komponen:

15
1. Emotional attachment (keterikatan emosional), dukungan sosial semacam ini

memberikan rasa stabilitas bagi orang yang menerimanya. Sumber yang paling

umum dari jenis dukungan sosial ini adalah pasangan hidup, atau keluarga

dekat/teman/kerabat.

2. Ikatan sosial, dukungan sosial ini memberikan orang tua rasa memiliki terhadap

kelompok yang dapat berbagi minat, kekhawatiran, dan aktivitas. Jenis

dukungan ini memungkinkan lansia merasa aman, terjamin, dan menjadi bagian

dari kelompok. Kepedulian masyarakat untuk mengorganisir lansia dan

melakukan kegiatan bersama akan memberikan banyak bantuan sosial. Mereka

senang, menyenangkan, dan mungkin mencurahkan semua rintangan batin

mereka untuk bercerita atau mendengarkan ceramah ringan yang disesuaikan

dengan kebutuhan lanjut usia.

3. Pengakuan (Reanssurance of worth) bisa diberikan oleh kerabat lansia,

lembaga/instansi, atau perusahaan/organisasi tempat mereka berbicara. Dia

masih menerima pengakuan dan penghargaan atas kontribusi, kemampuan, dan

pengetahuannya. Dana pensiun dapat dianggap sebagai bantuan sosial jika

diterima dengan rasa syukur. Bentuk dukungan sosial lainnya adalah

mengundang para lansia ke setiap acara/hari besar untuk merayakannya

bersama staf yang lebih muda.

4. Keandalan yang dapat diandalkan (reliable dependency), Jenis dukungan sosial

ini memastikan bahwa ada orang yang dapat diandalkan untuk membantu lansia

saat mereka membutuhkannya. untuk orang tua di fasilitas seperti Sasana

Werdha Petugas selalu tersedia untuk membantu penghuni senior panti.

16
5. Saran, dengan jenis bantuan sosial ini, manula dapat memperoleh pengetahuan

atau nasihat yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan

mengatasi tantangan mereka. Guru, tokoh agama, PNS, tokoh masyarakat, dan

orang tua memberikan bentuk dukungan sosial ini.

6. Kesempatan untuk berkultivasi membutuhkan orang lain adalah bagian

mendasar dari hubungan interpersonal. Bentuk dukungan sosial ini

memungkinkan lansia merasa dibutuhkan. Menurut Weiss , anak-anak dari

anak-anak dan pasangan hidup memberikan dukungan sosial ini, itulah

sebabnya banyak orang lanjut usia merindukan cucu atau anak mereka.

REFERENSI

Mumtazinur. (2019). Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial. Dalam Mumtazinur, Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar (hal. 37-52). Banda Aceh: LEMBAGA KAJIAN
KONSTITUSI INDONESIA (LKKI).

Tumanggor, R. D. (2017). Manusia Sebagai Individu dan Makhluk Sosial. Dalam R. D.


Tumanggor, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (hal. 53-69). Jakarta: KENCANA.

17

Anda mungkin juga menyukai