Dosen Pengampu :
Ishaq Matondang M.Psi
KELAS : BK REGULER C
MATKUL : SEMINAR DAN KAPITA SELEKTA BK
Assallamualaikum Wr.Wb
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunianya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah dari mata kuliah
“SEMINAR DAN KAPITA SELEKTA BK”. Dari makalah ini semoga dapat memberikan
Ucapan terimakasih tidak lupa kami sampaikan kepada bapak ISHAQ MATONDANG
M.Psi. Selaku dosen mata kuliah yang bersangkutan, sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan kritikan dan
saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta
komperensif.
Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ini sangat bermanfaat bagi kita semua
dan pembelajaran sehingga dapat membuka wawasan ilmu serta akan menghasilkan yang lebih
Terimakasih
Wassallamualaikum Wr.Wb
PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………….
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelenggaraannya
tidak cukup hanya dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus
didukung oleh peningkatan profesionalisasi dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta
pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan
Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut aspek akademis tetapi juga menyangkut
aspek perkembangan pribadi sosial kematangan intelektual dan sistem nilai peserta didik.
Berkaitan dengan pemikiran Itu, tampak bahwa pendidikan yang bermutu di sekolah adalah
pendidikan yang mengantarkan peserta didik Pada pencapaian standar akademis yang diharapkan
Bukanlah hal baru bahwa bimbingan dan konseling dinyatakan sebagai bagian terpadu
dari pendidikan. Secara formal dalam berbagai dokumen yang berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan hal itu telah digariskan, namun dalam praktek seringkali bimbingan
dan konseling ditempatkan hanya sebagai pelengkap. Padahal sejak kurikulum 1975 bimbingan
dan konseling diposisikan sebagai bagian integral dari pendidikan. Kini sudah saatnya dilakukan
penegasan ulang bahwa bimbingan dan konseling adalah bagian terpadu dari pendidikan dan kini
saatnya pula untuk meletakkan prinsip kebijaksanaan itu di dalam praktek. bimbingan dan
konseling di sekolah merupakan bagian terpadu dari sistem pendidikan yang dilandasi oleh : (1)
bimbingan dan konseling perkembangan, (2) Dasar legal penyelenggaraan layanan bimbingan
dan konseling adalah eksistensi bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan nasional, (3)
layanan bimbingan dan konseling, (4) Sistem manajemen sekolah yang mendukung program
Sebagai suatu layanan profesional bimbingan dan konseling di sekolah memiliki area dan
substansi layanan yang berbeda dengan layanan administrasi dan layanan instruksional. Namun
demikian ada area-area tertentu yang terkait dengan perkembangan siswa yang sebaiknya
dilaksanakan melalui kolaborasi antara konselor dengan guru dan dengan para ahli lainnya.
Bimbingan dan konseling sebagai bagian tak terpisahkan dari pelayanan pendidikan di sekolah,
pendidikan nasional yang didalamnya profesi konselor ditetapkan secara bertahap profesi guru
bimbingan dan konseling akan berubah menjadi profesi konselor. Perubahan seperti ini bukan
hanya perubahan sebuah nama akan tetapi memberikan implikasi bagi perubahan dan
pelanggannya. Artinya, jika bimbingan dan konseling merupakan sebuah profesi maka hal
pekerjaan atau kegiatan tersebut harus dilakukan secara profesional oleh orang-orang yang
profesional pula.
Hohenshil (2000) berpendapat bahwa tren bimbingan dan konseling kedepan mengarah
pada pemanfaatan teknologi. Tren teknologi dalam konseling meliputi : (1) Computer assisted
simulation untuk training konselor, (2) Penggunaan teknologi untuk advokasi dalam konseling
sekolah, (3) Kegunaan teknologi dalam asesmen konseling, (4) Penggunaan videotape dalam
termasuk pendidikan titik kemajuan teknologi yang tiada henti dan perkembangan informasi
semuanya memberikan peluang bagi profesi konselor untuk secara berkelanjutan berkembang
dan memperlihatkan kinerja yang lebih baik ( Suherman, 2003). Seiring dengan perkembangan
tersebut menuntut unjuk kinerja konselor di lapangan dalam memberikan layanan bimbingan
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang telah ditetapkan
memaknai profesional sebagai sebuah pekerjaan atau kegiatan oleh seseorang dan menjadi
Sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Bagaimana
dengan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah saat ini? apakah sudah memenuhi
tuntutan sebuah pekerjaan yang profesional? jawabannya tentu sangat relatif. Oleh karena itu,
paradigma pelayanan bimbingan dan konseling saat ini adalah profesional dan bermutu. artinya
sikap dan unjuk kerja seorang guru bimbingan dan konseling atau konselor senantiasa diwarnai
oleh sikap dan tindakan seorang profesional. Salah satu langkah pemahaman serta permasalahan
yang terjadi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi aspek manajemen bimbingan dan konseling adalah
fasilitas dan pembiayaan. Fasilitas dan pembiayaan merupakan Aspek penting yang harus
diperhatikan dalam suatu program bimbingan. Fasilitas utama bimbingan dan konseling adalah
Tersedianya ruang bimbingan dan konseling yang memadai dengan standar minimal penataan
ruang bimbingan dan konseling yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007. Secara
umum fasilitas utama bimbingan dan konseling masih belum memadai. Kebanyakan ruang
bimbingan dan konseling hanya terdiri atas satu ruang yang didalamnya terdapat ruang kerja
guru BK dan tempat konseling. Di beberapa sekolah tempat pelaksanaan konseling masih
menggunakan meja dan kursi hanya sebagian kecil saja yang sudah menggunakan sofa Namun
demikian belum terdapat sekat untuk ruang konseling yang memisahkannya dengan ruang kerja
guru BK.
Oleh pekerjaan administratif yang tidak ada habisnya, dari mengisi buku pribadi siswa,
menganalisis hasil DCM atau AUM,Menganalisis hasil sosiometri sampai menjadi sosiogram,
menghitung daftar hadir siswa, mencatat kejadian siswa. Pekerjaan utama yaitu membimbing
dan mengkonseling hampir terabaikan oleh urusan administratif yang menyita banyak waktu.
Sehingga tujuan dari bimbingan dan konseling komprehensif yaitu Melayani seluruh siswa tidak
tercapai. Hal tersebut di atas dialami oleh banyak Guru bimbingan dan konseling di seluruh
wilayah Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Bimbingan dan konseling yang terabaikan
C. TUJUAN
Untuk mengetahui factor mengapa bimbingan dan konseling bisa sampai terabaikan, serta
PEMBAHASAN
A. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Menurut Nurihsan, kualitas peserta didik harus dilihat dari standar akademik yang dicapai
(penguasaan kompetensi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni) serta perkembangan diri yang
optimal. Standar akademik maksudnya adalah capaian-capaian kompetensi peserta didik dalam
bentuk pengetahuan dan keterampilan yang ditunjukkan dengan ukuran nilai ujian. Indikator
perkembangan peserta didik dapat terlihat dari keyakinan, nilainilai, sikap, dan perilaku yang
Menurut Azra, jika mengacu pada kedua indikator tersebut, maka kondisi pendidikan
nasional masih kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan masih adanya beberapa permasalahan
pada keduanya. Permasalahan pertama adalah prestasi di bidang IPTEKS. Prestasi peserta didik
Indonesia menurut PISA 2012 (Program for International Students Assesment) pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), bahasa, dan matematika menduduki posisi 64 dari 65
negara. Kondisi peserta didik lainnya dilihat dari Indeks Pengembangan Manusia (kesehatan,
pendidikan, dan pendapatan) menunjukkan Indonesia berada pada posisi 124 dari 187 negara.
Permasalahan kedua adalah tingkat perkembangan peserta didik pada aspek pengetahuan,
keyakinan, nilai-nilai, sikap serta perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Keyakinan, nilai-nilai,
sikap serta perilaku peserta didik masih jarang diperhatikan oleh pendidik. Kondisi tersebut
menjadikan proses pendidikan kehilangan nilai, padahal nilai-nilai keyakinan dan sikap yang
normatif harus ditanamkan pada peserta didik karena tujuan serta citacita pendidikan memang
bersifat normative. Kegagalan pendidikan dalam proses penanaman nilai-nilai sikap dan perilaku
yang normatif tidak dapat dilepaskan dari fakta adanya perilaku peserta didik yang masih
bermasalah.
Perilaku peserta didik bermasalah ditunjukkan masih seringnya ditemukan peserta didik
terlibat kasus video porno dan tawuran, keluyuran pada jam-jam sekolah, serta tertangkap
melakukan tindak kriminal seperti pencurian. Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa aspek
keyakinan, nilainilai, sikap dan perilaku peserta didik sebagai bagian dari perkembangan peserta
didik belum banyak mendapat perhatian dalam proses pendidikan. Kondisi memunculkan
kekhawatiran pada banyak pihak dikarenakan proses pendidikan gagal menanamkan aspek-aspek
keyakinan, nilai-nilai dan sikap kepada peserta didik. Menurut Azra, jika sekolah tidak lagi
mampu menyentuh ranah nilai-nilai tersebut, maka pendidikan telah gagal membentuk karakter,
moral dan akhlak peserta didik. Permasalahan prestasi dan perkembangan peserta didik yang
muncul menunjukkan bahwa proses pendidikan saat ini belum bekerja secara optimal.
Pendidikan hanya fokus pada pengembangan prestasi akademik dan mengesampingkan aspek
perkembangan peserta didik secara optimal, seimbang dan terintegrasi akan tetap memunculkan
permasalahan. Oleh sebab itu, pencapaian tujuan pendidikan di lembaga formal harus benar-
benar diorgansasikan dengan baik dan seimbang antara pengembangan potensi akademik dan
muncul dalam bentuk pembagian komponen dan wilayah kerja satuan pendidikan. Pada lembaga
formal, wilayah tersebut terbagi menjadi: 1) wilayah manajemen dan Kepemimpinan yang
mengembangkan sisi akademik, dan 3) wilayah bimbingan dan konseling yang fokus pada
Ketiga komponen tersebut tetap ada dan dipertahankan meskipun melewati transisi
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), bahkan
sampai kurikulum 2013. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ketiganya memiliki peran dan
fungsi strategis. Menurut Sulistiyo, jika semua komponen tersebut berjalan dan bekerja dengan
baik, maka tidak akan terjadi proses pembelajaran yang tidak mengakar menjadi sikap dan
Pendapat tersebut menegaskan bahwa ketiga komponen tersebut harus saling berintegrasi
dan bekerja bersama untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Koordinasi tidak dapat
dilepaskan dari posisi sekolah sebagai sistem organisasi. Namun demikian, jika melihat
permasalahan yang muncul di sekolah saat ini, maka sangat mungkin dikarenakan komponen
layanan BK yang masih kurang diperhatikan. Hal ini dikarenakan ranah pengembangan diri
(nilai-nilai, sikap, dan perilaku) peserta didik adalah domain kerja guru bimbingan dan konseling
Ada kesalahpahaman tentang guru BK selama ini. Guru BK dipandang sebagai guru yang
menyelesaikan masalah-masalah anak-anak yang tidak disiplin. Padahal, guru BK punya peran
besar dalam membentuk karakter anak-anak didik, tidak sebatas mengatasi masalah anak nakal,
melainkan perannya sangat krusial dalam membimbing anak didik agar sukses dalam belajar.
Selain itu, guru BK jumlahnya minim, sebagian mereka juga tidak melaksanakan tugas secara
Contoh : "Misalnya, sebagian guru BK tidak membuat rumusan instrumen yang diperlukan.
Konseling yang semestinya berlangsung dua arah, tapi lebih sering dilangsungkan secara
Nadiya, guru BK pada MAN 3 Kota Banda Aceh yang menjadi peserta seminar
menyampaikan bahwa ia adalah satu-satunya guru BK di MAN tersebut dan terpaksa melayani
hingga 500 siswa. Padahal, menurut ketentuan semestinya maksimum yang dilayani adalah 150
siswa. Ia juga menegaskan apa yang disampaikan Syaiful ( pada seminar di Banda Aceh)bahwa
ada guru BK di beberapa sekolah/madrasah yang tidak mempunyai latar belakang kompetensi
sebagai guru BK, sehingga bimbingan dan konseling tidak berlangsung sebagaimana mestinya.
Guru BK semestinya menjadi teman siswa dan menjadi leader panutan bagi siswa. Selain
itu, profesionalisme guru BK sangat menentukan keberhasilan anak didik. Bimbingan sangat
penting dalam era disrupsi dan era Revolusi Industri 4.0 sekarang ini," tukas Dr Safrilsyah
sebagai narasumber kedua.( Dalam seminar Banda Aceh). Ia juga menyorot aksesibilitas anak-
anak terhadap teknologi informasi dewasa ini. Menurutnya, gawai bukan untuk dihambat,
melainkan untuk dibimbing sehingga generasi milenial yang terekspos dengan perkembangan
Penggunaan gawai di kalangan siswa, menurut Safrilsyah, sebenarnya bukan untuk dilarang,
karena pembatasan penggunaan di sekolah atau satuan pendidikan, tidak serta merta mereka
tidak dapat mengakses informasi melalui internet di tempat lain. Akan tetapi, karena kurang
bimbingan, maka yang sering muncul ke permukaan adalah hal-hal negatif saja. "Padahal,
C. SOLUSI
1. Perlu dilakukannya pencerahan tentang fungsi dan peran BK kepada pihak sekolah dalam
kepala sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi disekolah agar tidak terjadi disfungsi
disekolah dengan alasan bahwa pendidikan di sekolah tidak hanya dilakukan melalui
proses pembelajaraan oleh guru mata pelajaran dan pelatihan oleh guru praktek, tetapi
juga kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK atau Konselor untuk
membantu peserta didik mencapai perkembangan yang optimal, termasuk mencari dan
solusi karena dirasakan dapat membekali guru BK dalam pelaksanaan tugas membimbing
dan konseling. Dalam proses bimbingan dan konseling diperlukan berbagai metode dan
perilaku peserta didik, dengan tetap berstandar dan terarah kepada pengembangan
profesional guru BK sehingga fungsi dan perannya dalam mengemban tanggung jawab
untuk membantu individu mampu menyesuaikan diri terhadap dinamika dan kehidupan
3. Perlu adanya kajian hubungan tema dan sub tema materi BK dengan mata pelajaran terkait
sehingga walaupun tidak tersedia waktu bimbingan materi BK namun dapat diintegrasikan
4. Program Study Bimbingan dan Konseling sebagai lembaga penghasil guru BK perlu
dengan tujuan : a) mendapat masukan demi perbaikan layanan prody terhadap calon guru
KESIMPULAN
kualitas peserta didik harus dilihat dari standar akademik yang dicapai (penguasaan kompetensi
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni) serta perkembangan diri yang optimal. Indikator
perkembangan peserta didik dapat terlihat dari keyakinan, nilainilai, sikap, dan perilaku yang
dimunculkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada kesalahpahaman tentang guru BK selama ini.
Guru BK dipandang sebagai guru yang menyelesaikan masalah-masalah anak-anak yang tidak
disiplin. Padahal, guru BK punya peran besar dalam membentuk karakter anak-anak didik, tidak
sebatas mengatasi masalah anak nakal, melainkan perannya sangat krusial dalam membimbing
anak didik agar sukses dalam belajar. Selain itu, guru BK jumlahnya minim, sebagian mereka
juga tidak melaksanakan tugas secara aktif sehingga bimbingan dan konseling kurang efektif.
Program Study Bimbingan dan Konseling sebagai lembaga penghasil guru BK perlu melakukan
pengkajian terus-menerus terhadap kinerja guru BK sebagai alumni prody dengan tujuan : a)
mendapat masukan demi perbaikan layanan prody terhadap calon guru BK; b) membangkitkan
kesadaran sekolah tentang pentingnya bimbingan dan konseling sebagai proses menunjang
pendidikan dan karir, kematangan personal dan emosional, serta kematangan social.
SARAN
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,
(Bandung, Refika Aditama, 2011), hlm. 3.
Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Kompas, 2006), hlm. xiii-xiv.
Sulistiyo, “Kualitas Pendidikan Menurun” dalam Suara Merdeka, Selasa 31 Desember 2013,
hlm. 18
Asruriyati, “Ibu-Ibu tetap Bisa Bersekolah” dalam Media Indonesia, Selasa 4 Maret 2014, hlm.
155
Sulistiyo, “Kualitas Pendidikan Menurun” dalam Suara Merdeka, Selasa 31 Desember 2013,
hlm. 18.
Redaksi, “Belasan Pelajar Kena Razia” dalam Radar Tegal, Rabu 26 Februari 2014, hlm. 8
Redaksi, “Enam Pelajar dan Satu Penadah Motor Curian Ditangkap” dalam Suara Merdeka
Selasa 4 Maret 2014, hlm. 12
Azyumardi Azra, Paradigma …, hlm. 173. Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 90.
Depdiknas, Penataan Profesioanl Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur
Pendidikan Formal, (Jakarta: Depdiknas, 2007), hlm. 185.
Sulistiyo, “Kualitas Pendidikan Menurun” dalam Suara Merdeka, Selasa 31
Desember 2013, hlm. 18.