Anda di halaman 1dari 6

Peran pembimbing agama islam dalam mendampingi pelaku bullying di panti

sosial asuhan anak yatim piatu ar rachman wiradesa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja berasal dari bahasa Latin, yang berarti bertumbuh untuk

mencapai kedewasaan.1 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indone-

sia Nomor 25 tahun (2014), usia remaja berada pada kisaran usia 10-18 tahun.

Masa remaja merupakan fase yang rentan terhadap perubahan dan tantangan.

Perubahan tersebut meliputi aspek biologis, kognitif, dan sosial. Mereka dapat

secara langsung memengaruhi sikap dan perilaku dalam periode jangka panjang.

Pada tahap awal masa remaja, transisi remaja dalam lingkungan sosial yang se-

makin luas dan cepat berubah menyebabkan remaja lebih rentan terhadap peri-

laku menyimpang dibandingkan tahap-tahap perkembangan sebelumnya (Sar-

wono & Sarlito, 2012).

Menurut teori tahapan psikososial, masa remaja berada pada tahap

perkembangan keempat manusia. Tahap tersebut adalah tahap perkembangan

identitas ego versus kebingungan identitas. Hal ini mengacu pada tahap yang di-

dasarkan pada integritas ego untuk membangun identitas diri yang stabil dan

peran yang menentukan dalam kehidupan. Penyimpangan identitas sering ter-

jadi, seperti tindakan kriminal atau kekerasan seperti bullying. 2 Ketidakamanan ini

1 Maesaroh S, Sunarti E, Muflikhati I. Ancaman, Faktor Protektif, dan Resiliensi Remaja di Kota
Bogor. J Ilmu Kel dan Konsum. 2019;12(1):63– 74. Available from: http://dx.doi.org/10.24156/
jikk.2019.12.1.63
2 Krismawati Y. Teori Psikologi Perkembangan Erik H. Erikson dan Manfaatnya Bagi Tugas Pen-
didikan Kristen Dewasa Ini. Kurios. 2018;2(1):46. Available from: http://dx.doi. org/10.30995/kur.v2i1.20
tidak hanya menyoroti remaja sebagai korban, tetapi juga kerentanan remaja ter-

hadap perilaku bullying.

Perilaku bullying telah menjadi masalah serius dalam dunia remaja dan

menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Komisi Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI) menyebutkan terdapat 73 kasus remaja sebagai pelaku bullying

pada tahun 2017, kemudian meningkat menjadi 112 kasus pada tahun 2018 dari

37.381 pengaduan kekerasan terhadap remaja (KPAI, 2019). Selain itu, kasus

remaja yang menjadi korban bullying pada tahun 2018 juga meningkat. KPAI

mencatat 2.473 pengaduan terkait masalah bullying sepanjang tahun 2019

(KPAI, 2020).

Bullying adalah penyalahgunaan kekuasaan secara sistematis dengan

berulang kali melakukan tindakan agresif atau berbahaya oleh individu atau

sekelompok remaja, yang dapat menyebabkan masalah psikologis, kepercayaan

diri rendah, dan bunuh diri. Dalam kasus bullying, penelitian terdahulu menye-

butkan peningkatan depresi, agresi dan penurunan nilai akademik, dan kasus

bunuh diri yang paling ditakuti.3 Bullying juga dapat menurunkan keceradasan

dan kemampuan berpikir analisis siswa.4 Tidak heran jika para pelaku bullying ini

tumbuh dan berkembang menjadi penjahat, tindakan para pelaku ini seringkali

berkembang tidak hanya dengan tindakan bullying ini tetapi juga dengan memiliki

keberanian untuk melawan guru, mencuri, dan memiliki keberanian untuk

melakukan tindakan pelecehan seksual.5

3 Waliyanti E, Kamilah F. Bullying of adolescent in Yogyakarta: Responses and impacts. J Kedokt


dan Kesehat Indones. 2019;10(3):265–70. Availablefrom:http://dx.doi.org/10.20885/jkki. vol10.iss3.art9
4 Rahmaniah, B. I., Alfiasari, & Sulastri, S. (2021). Strengthening Parents and Alternative Care in
Shaping Empathy and Preventing Bullying among Adolescents in Boarding School. SEA-CECCEP, 2(01), 3-20.
5 Fairuz, F. J. Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Perilaku Bullying Pada Siswa Di SMP “ X ” Bukittinggi.
Mantiri.2021:5,558–565.
Lebih lanjut, peristiwa bullying juga ternyata merambah ke panti asuhan

yang idealnya ormas ini melindungi dan menyayangi anak yatim namun

ditemukan tindakan bullying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak panti

asuhan pernah mengalami perundungan berupa perundungan fisik, perundungan

verbal, dan perundungan relasional (Artanti & Novianti, 2021). Penelitian

(Shofiyyah & Borualogo, 2021) mengungkapkan bahwa remaja panti asuhan

pernah mengalami perundungan. Secara keseluruhan anak laki-laki di panti

sosial asuhan anak yatim piatu ar rachman wiradesa dilaporkan mengalami pe-

rundungan fisik dan verbal, pada kelompok usia SD lebih sering mengalami pe-

rundungan fisik dengan frekuensi lebih dari tiga kali. SMP dan SMA mengalami

bullying fisik dengan frekuensi dua atau tiga kali, kelompok usia SMP dan SMA

lebih sering mengalami bullying verbal dan bullying verbal lebih sering terjadi di

panti sosial asuhan anak yatim piatu ar rachman wiradesa.

Perilaku bullying di panti asuhan ditinjau dari terapi psikoanalitik terjadi

karena terganggunya struktur fungsi kepribadian anak panti, terhambatnya

perkembangan kepribadian anak panti sejak lima tahun pertama, lemahnya

fungsi ego-mekanisme pertahanan korban bullying dan terjadinya kecemasan re-

alitas dan kecemasan neurotik pada korban bullying dan kondisi kecemasan

moral pada pelaku bullying (Yeni Karneli, 2022). Sehingga hal ini menjadi urgensi

dalam penelitian.

Banyak strategi telah diusulkan untuk mengurangi perilaku bullying, salah

satunya dengan mendampingi pelaku bullying melalui proses bimbingan dan

konseling Islam yang dilakukan oleh konselor. Pembimbing Agama Islam memi-

liki peran sebagai pembimbing dengan melaksanakan koordinasi supaya klien


dapat mengaktualisasi diri terhadap kegiatan bimbingan yang sedang dilak-

sanakan

Penelitian terdahulu terkait Pembimbing Agama Islam dalam men-

dampingi perilaku bullying masih sangat terbatas, sehingga menjadikan peneli-

tian ini menjadi penting untuk mengisi gap penelitian. Penelitian ini bertujuan un-

tuk menganalisis peran pembimbing agama islam dalam mendampingi pelaku

bullying. Subjek penelitian ini adalah remaja di panti sosial asuhan anak yatim

piatu ar rachman wiradesa sebagai kebaruan dalam penelitian. Sehingga peneli-

tian ini berjudul, “Peran Pembimbing Agama Islam dalam Mendampingi Pelaku

Bullying di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Ar-Rachman Wiradesa.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah kita dapat mengidentifikasi beber-

apa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran pembimbing agama islam dalam mendampingi pelaku bul-

lying di panti sosial asuhan anak yatim piatu ar rachman wiradesa ?

2. Bagaimana kondisi pelaku bullying di panti sosial asuhan anak yatim piatu ar

rachman wiradesa ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah

dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Menganalisis peran pembimbing agama islam dalam mendampingi pelaku

bullying di panti sosial asuhan anak yatim piatu ar rachman wiradesa.


2. Mengetahui kondisi pelaku bullying di panti sosial asuhan anak yatim piatu ar

rachman wiradesa.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritik

Untuk memperoleh bukti-bukti data empiris tentang analisis peran pembimbing

agama islam dalam mendampingi pelaku bullying di panti sosial asuhan anak yatim

piatu ar rachman wiradesa yang akan bermanfaat untuk megembangkan ilmu

pengetahuan, dan akademis mahasiswa di dalam bidang psikologi.

2. Manfaat Manajerial

Penelitian ini dapat menjadi sebuah bahan informasi dan sebagai referensi tam -

bahan yang berkaitan dengan variabel di dalam penelitian yaitu peran pembimbing

agama islam dalam mendampingi pelaku bullying di panti sosial asuhan anak yatim

piatu.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan

Peneliti hanya akan fokus pada peran pembimbing agama islam dalam

mendampingi pelaku bullying. Secara khusus, penelitian ini dibatasi oleh subjek

penelitian yaitu pada remaja di di panti sosial asuhan anak yatim piatu.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menjadi pengantar menjelaskan

mengapa penelitian ini menarik untuk diteliti, apa yang diteliti, dan untuk apa
penelitian dilakukan, pada bab ini diuraiakan tentang latar belakang masalah, pe-

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sitematika penulisan.

Bab II merupakan landasan teori, kajian pustaka, terdiri dari penelitian

terdahulu dan kerangka berpikir.

Bab III merupakan metode penelituan, ini yang terdiri dari waktudan

lokasi penelitian jenis penelitian, subjek penelitian, teknik pegumpulan data, dan

analislis data.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari

gamabaran umum lokasi penelitian, hasil analisis data penelitian, hasil analisis

data dan pembahsan.

Bab V merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang di peroleh, serta

saran-saran yang diperlukan untuk menyempurnakan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai