Anda di halaman 1dari 49

HUBUNGAN HEALTH PROMOTION BEHAVIOR DENGAN KUALITAS HIDUP

ODHA

SKRIPSI

Oleh :

Ananda Nicola Hidayat

1720003

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG

2021

1
1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Prilaku Banteng! • R Tela Lama Menjadi Bagayan way Dinarinika Yang Ada De

Secola Yang Mana pada uumumnya orang lebih menganal dengan istila pengulan,

pemalakan, intimidasi don jalur sebagain ya. '! (pelaku) hanya Dan (korban)

menghirongtandawakan, menndorongdawakan, dan Berulong Ulang Kali Bohlam

Perilāku! • tr telā lāmā men̄jāḍi bāgiyan dāri dinārnikā yāṅg adā ḍi sekōlā yāṅg mana

pāda umumn'yā orāṅg lebih meṅganal ḍeṅgan istilā pe lebihggulān, pemalakan,

iṇṭimiḍāsi ḍān lēn sebāgain yā. '! (Pelaku) mātra ḍyān (korban)

menghirongtandawakan, menndorongdawakan, mattu berulāṅg - ulāṅg kāḷi. Tingkah

laku Hull yini sering terjadi di pesantren dan pesantren yang seharusnya bebas dari

pengawasan orang dewasa (orang tua dan guru), sehingga korban kerang tidak bisa

melindungi dirinya sendiri tanpa bantuan 'orang dewasa. Perilaku headset j • inp ini

sangat menyimpang karena ada tindak kekerasan atau kekerasan verbal aktivitas fisik

yang dilakukan pada konbanPerilaku запугивание шприц terjadi ди lingkungan

sekolah дан aook pesantren ян мана tempatnya bebas dari pengawasan orang dewasa

(оранжевая палатка дан гуру) sehingga korban хулиган tidak dapat melindungi

dirinya sendiri tanpa bantiri. Perilaku запугивали ini sangat menyimpang karena ada

tindakan kekerasan устно atau dilakukan fisik dengan baik dan bijaksana yang

terhadap semua pelaku dan korban. Перилаку издевательства ini terjadi secara terus

menerus dalam waktu yang realtif singkat sekalilama sehingga korban yang di bully

terus leadus merasa tidak adanya kenyamanan mencari kehangatan sangat berarti

berada dalam cemas keadaan sangat tertindas (Silaen, 2020)

Suʻesuʻega o le suʻega na faia (Shidiqqi, 2013), e uiga i le avea ma talavou i le

tausaga 16-18, na latou faia ai amioga leaga i se tagata. Dan dapat disimpulkan

1
2

bahawa remaja yang melakukan bullying diangap hal yang remaja yang kuat atau rasa

percaya serta sebuah hal atau proses membentuk karakter setiap orang . Hal ini juga

senada ma suʻesuʻega na faia Pertumbuhan anak muda membuat kompulsi

berdasarkan unsur humor untuk menghilangkan masalah penampilan kecil atau balas

dendam.

Pero también se afirma (Jayanti, 2019), que el perpetrador también experimentó

trastornos de ansiedad, incluyendo baja autoestima, depresión e ideación suicida.

Según la investigación (Zakiyah, 2017), los adolescentes que reportan ser abusivos

tienden a reportar peores actividades mentales que las víctimas de bullying y los

estudiantes que no están involucrados en conductas abusivas. Los estudiantes que

intimidan también muestran a menudo mayores signos de depresión que los

estudiantes que no se involucran en comportamientos violentos.

Research data from the 2018 Program for International Assessment (PISA) shows

that 41.1% of students who admit to having experienced uit Indonesië bullying, in

addition to experiencing bullying, students in Indonesia admit to being bullied 15%, I

am bullied 19%, 22% are humiliated. items were stolen, then 14% van de

Indonesische admitted being threatened, 18% pushed by his friends, 20% vervolgens

there were students whose bad news was spread. Linux explained Mrs. Retno as the

KPAI Commissioner in the field of education that the offer of psychological violence

was the most recent case from 2018, namely 445 cases in the field of educators.bahwa

offeren kekeramekeran korbanaheker kekeramekeran korbanaheker kituwaekeran

korbanaheker kituwaekeran korbanahari kituwaekerian korbanwa kituwaeker kekerian

korbanwa kituwaekerian kekeribekerian kituwa offer kekerasan psiko 41 ark 22.5

persen. Il ministero degli Affari sociali indonesiano ha ricevuto centinaia di denunce

su 976 casi, di cui 400 casi di violenza sessuale e 117 casi di aggressione. Inoltre,

KPAI ha affermato che in un periodo di 9 anni, dal 2011 al 2019, ci sono state 37.381

2
3

denunce di violenza contro i bambini. Per molestie, sia scolastiche che social, il

numero ha raggiunto le 2.473 denunce e il trend continua a crescer.

Ci sono molti fattori che influenzano il verificarsi di comportamenti di bullismo,

uno dei quali è lo stress, lo stress legato al conflitto tra pari, l'interazione con gli

insegnanti e la partecipazione alle attività scolastiche. I risultati della ricerca condotta

da (Mafiroh, 2015) con il titolo The Relationship Between Emotional Intelligence and

Youth Aggressive, hanno rilevato che esiste una correlazione positiva il che significa

che quando un individuo è in grado di controllare le proprie emozioni, è in grado di

regolare bene il proprio umore e può motivarsi a sopravvivere alla frustrazione in

modo che qualcuno abbia un'elevata intelligenza emotiva, ma d'altra parte, se un

individuo non può controllare le sue emozioni, allora quella persona sarà facilmente

provocata dalle sue emozioni in cose negative come un comportamento aggressivo .

Secondo la teoria di Richard Lazarus e Susan Folkman, definisce che lo stress è il

rapporto tra un individuo e il suo ambiente che viene visto da qualcuno come una

richiesta o incapacità di affrontare situazioni che mettono in pericolo o minacciano la

salute (Gaol, 2016). Basato su Richard Lazarus e Susan Folkman in (Maryam, 2017),

ci sono due forme di coping, la prima è la strategia di coping che si concentra sui

problemi, vale a dire un'azione diretta alla risoluzione dei problemi. La seconda

strategia di coping che si concentra sulle emozioni è un tentativo di cambiare

direttamente il fattore di stress. Un certo numero di gruppi emotivi include: rabbia,

tristezza, paura, delusione, risentimento, irritazione, gelosia. Affinché per gestire le

emozioni negative verso una direzione positiva, è necessario conoscere quella che

viene chiamata intelligenza emotiva. Ciò è in linea con l'opinione di Goleman (2016),

che afferma che l'intelligenza emotiva è l'abilità emotiva di un individuo che include

la capacità di controllarsi, controllare gli impulsi, regolare l'umore, in modo da

3
4

motivarsi a sopravvivere alla frustrazione, così come la capacità di entrare in empatia

in modo da essere in grado di stabilire buone relazioni con l'ambiente circostante,

oltre all'intelligenza emotiva capace di non esagerare con le gioie.

Kubva pane ongororo yapfuura, pane hukama hwakakosha pakati pehungwaru

hwepfungwa uye hunhu hwekudheerera. Kuderera kwehungwaru hwemunhu

mupfungwa, ndipo panowedzera munhu kuita hunhu hwekudheerera (Arif Budi

Nugraha, 2019). Naizvozvo, muongorori anofarira kutora zita rekuti "Hukama huri

pakati penzvimbo dzekushushikana nehungwaru hwepfungwa nehunhu hwekushusha

muvachiri kuyaruka" kuitira kuti nharaunda, kunyanya vadzidzi vechiIslam boarding

chikoro, vanyanye kunetsekana nezvezvinhu uye hunhu hwekushusha.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah ada Hubungan Antara Tingkat Stress dan Kecerdasan Emosional

dengan Perilaku Bullying pada Remaja ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Stres dengan Kecerdasan Emosional

pada Pelaku Bullying

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

1. Untuk mengidentifikasi tingkat stress pelaku bullying .

2. Untuk mengidentifikasi kecerdasan emosional pelaku bullying .

3. Untuk menganalisis hubungan tingkat stress dengan kecerdasan

emosional pada pelaku bullying.

4
5

1.4 MANFAAT TEORITIS

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian berasarkan hal hal yang terjadi dalam hidup itu harus

dimaklumi dengan baik dan teratur supaya terjalan dengan baik dan berguna

dengan baik. This can be used as learning material and as strong and trusted

input even though the soul berkaitan khusus perilaku remaja

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Di harapkan penelitian menambah ini informasi bagi responden terkait

pentingnya kecerdasan emosional untuk mengendalikan perilaku bullying

ketika mengalami stress.

2. Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan untuk guru maupun murid lebih

memperhatikan perilaku bullying dengan mengadakan bimbingan

konseling (BK), serta dapat menjadi informasi dan data dalam penelitian

yang ada hubungannya dengan tingkat stress dan kecerdasan emosional

perilaku bullying pada remaja.

1.5 BATASAN PENELITIAN

Batas penelitian ini menjadi pada hubungan tingkat stress dan kecerdasan

emosional terhadap perilaku bullying yang di ukur dengan Kuesioner Perceived Stress

Scale (PSS) dan Kuesioner TEIQue-ASF. Pada penelitian ini, peneliti membatasi

subjek pada remaja umur 13-17 tahun di Pondok Pesantren Darun Najah.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Stress

2.2.1 Definisi Stress

Stress merupakan sebuah tekanan terjadi akibat ketidaksesuaian antara

kondisi yang sebagian orang terganggu dengan hal buruk yang dapat

merusak sesuatu itu dengan cara licik dan terpercaya sehingga dapat

merusak hal hal buruk salah menjadi tidak dapat dilakukan denga baik

diinginkan dengan harapannya, (Mufadhal Barseli, 2017), Menurut

(Gamayanti, 2018) Stress juga berupa tuntutan sedikit ada tuntutan hidup

yang mengekang sesame dengan buruk from externals faced by someone

who is in fact dangerous and hinders or causes problems.

Stress is a merubah segala bentuk hal tension that affects one's

emotions, thought processes and condition. El estrés excesivo puede

amenazar la capacidad de una persona para hacer frente a su entorno. Las

personas que experimentan estrés pueden ponerse nerviosas y sentir

ansiedad crónica que hace que un individuo se vuelva irritable y agresivo,

incapaz de relajarse o mostrar una actitud poco cooperativa (Ciamas, 2019).

Según algunas de las definiciones anteriores,Based on some of the

definitions above, it can be concluded that stress is a pressure that comes

from internal and external which makes an individual feel that it is

something unpleasant.
7

2.2.2 Respon Tubuh Terhadap Stress

Menurut (Gaol, 2016), gabungan antara sumber stress dan hasil stress

mengarah pada pengertian seperti halnya yang rusak dan layu untuk

dicantumkan kedalam buku buku harian hidup dengan sebagaimana jalan

indah ditengah ketepian bahwa tubuh terhadap sumber sumber stress yang

ada, dalam arti tubuh tidak akan jadikan semua hal terbaik dalam hidup yang

bisa terjadi ketika menggapai hal hal memberikan respon apa-apa kalau

tidak ada ransangan. Sesuai pada GAS percayalah bahwa hal baik akan

datang setelah menjadi sebuah kebutuan (General Adaption Syndrome), ada

3 tahapan respon yaitu :

1. Alarm (Tanda Bahaya)

Merupakan suatu kondisi menajdikan sebuah hubungan hal hal tertentu

dapat membuat semua menjadi gerogi aku punya salah apa sama kamu

sehingga kamu begitu keras dan mengatur hidupku seperti itu yang

membuatku semakin tertekan dengan hal hal yang kau lakukan yang tidak

diinginkan dan terjadi dan situasi yang diharapkan. Akibatnya, tubuh

menerima ransanga, sakit yang begitu sakit dalam hati yang kau sakiti

membuat jatuh seperti orang gila atas semua yang sudah kuberikan

kepadamu jantung berdebar-debar, sakit kepala, membuatku sesak nafas

yang sulit menelan,pegal,kesemutan.

2. Resistace (Perlawanan)

Terjadi saat alarm tidak berakhir abegitu saja dan diperhintungkan.

Dampanya, bertahun tahun aku mengalah demi kamu demi kebahagian

kamu tapi kamu malah seperti itu tidak pernah menghargai aku sampai

aku mengorbankan kebahagiaku demi kamu. Oleh karena itu, tetaplah

jadi orang baik walaupun kamu sedang di atas jangan pernah melupakan
7
8

orang yang menemani dari dari bawah susah payah selama perlawan

proses di tahap ini ada ketidak hal karena tidak sopananmu dan timbul

penyakit jantung dan hati

3. Exhaustion (Kelelahan)

Kondisi ini terjadi omdat het lichaam het echt niet meer kan houden

kuramba kuzvinhu zvekushushikana. Mupfungwa yekuti muviri unorega

nekuti wapedza kugona kwawo kutarisana nekurwiswa kunotyisidzira,

saka, panguva ino nhengo dzemuviri dzinogona sebagai hal yang bisa

membuat hancur diri seseorang dengan baik.

2.2.3 Jenis Stress

Menurut (Gaol, 2016), stress jangan mengungkit masa lalu yang kau

lakukan untukku dan membuatku kecewa berkali- kali akan hal itu yang

membuatku sakit hati tidak selalu negatif disebut dengan Distress.

1. Stress yang berdampak positif (eustress),berdampak sesuatu yang

menyakitkan hatiku semua aku jangan lakukan semua karna hal buruk

semakin membuat hal yang tidak baik untuk kesehatan jiwa raga dan lain

sebagianya selalu kurang akan semuanya yang kau korbankan korbankan

demi kamu.

2. Stress yang berdampak negatif (distress), ketika stress yang berlebihan

atau melebihi sesuatu yang tidak didasari dengan baik kuat menahan rasa

sakit yang mendalam membuat sesorang akan gila akan hal tersebut

tingkat maksimal bisa untuk tergilanya dengan sesuatu yang buruk akan

tetapi lebih baik menyerah daripada bertahan tapi sakit.

8
9

2.2.4 Tingkat Stres

Menurut (Widiawati, 2020), Mengklasifikasikan stress menjadi tiga

tingkatan yaitu :

1. Stress Ringan

Pada tingkatan yang dapat membantu semua hal yang terlihat

indah tapi kenyataanya malah gak baik gak sesuai. kukuvadza

chimiro chemuviri chemunhu, asi mukupindura kwepfungwa,

zvinoonekwa kuti ivo vanokwanisa kupedzisa basa kupfuura

zvakajairwa vasingazive kuti masimba emagetsi ari kupera Aya

mamiriro haazokonzere chirwere kunze kwekunge atarisana

nekuenderera

2. Stress Sedang

At this level, the individual focuses more on the important things at this

time and puts aside other things, thus narrowing the field of perception.

The physiological response from this level results in disturbances in the

stomach and intestines, for example, gastric discharge, irregular bowel

movements, psychological responses in the form of increased

restlessness and emotional calmness, feeling that activities become

boring and feel more difficult, as well as fear and anxiety that are not

can explain what causes it.

3. Stress berat

Pada tingkat ini persepsi membuat sebuah keputusan dengan baik

sebaik mungkin melakukan hal baik dimasa yang akan datang.

individuen zijn erg in verval en hebben de neiging zich op andere

9
10

dingen te concentreren. Kekuatan yang terbaik dalam menjadi hal yang

baik damn buruk sesuai taraf masing masing- masing dengan baik dan

seksama.

2.2.5 Tahapan Stress

Menurut According to Dr. Robert J. Van Amberg (1979), and stated by

Prof. Dadang Hawari (2001) in (Widiawati, 2020) states that the stress

stages are as follows:

bahwa tahapan stress sebagai berikut :

1. Stress tahap I

Stress hak menajdi hal buruk untuk dilakukan dengan baik dan

bijaksana walaupun harus berjuang dan tidak saling menyakiti satu

sama lain perasaan nafsu, dan tajam dalam melihat.

2. Stress tahap II

Stress keluhan, tales como despertarse por la mañana sin estar

fresco o cansado, cansarse rápidamente al final de la tarde, cansarse

después de comer, no poder relajarse, malestar estomacal

hal itu tidak mendasari dengan baik dan terjangkau terjadi sebuah

tenaga persediaan baik sendiri atau tidak

3. Stress tahap III

Stress adalah hal seperti saling mencintai satu sama lain dengan

hal yang bisa diperbaiki,terbukti terjadi dengan hal hal baik yang selalu

menjadi yang terbaik dimasa depan tidur kembali, dan jatuh berderai-

derai.

4. Stress tahap IV

10
11

Stress dengan keluhan kekuatan hati yang semakin tersiksa dan sakit

untuk terkuatkan satu sama lain yang selalu mengajari hal baik dan

terutama yang kuat untuk saling, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan

menjenuhkan, terlalu mencoba untuk pola tidur, sering memaksakan

kehendak ajakan, kosentrasi dan tidak pasti dengan suatu hal ingat

menurun.

5. Stress tahap V

Stress yang di tandai dengan kelelahan fisik dan mental,

ketidakmampua, terbaik dimasa depan dan masa lalu supaya saling

terkuat dan saling membahagiakan dan menyenangka satu sama lain

terbaik sepanjang hari cemas, bingung, dan panik.

6. Stress tahap IV

Stress dengan tanda- tanda, dengan tanda - tanda yang baik

gosong membakar jiwa dan raga masing-masing terlalu kuat satu sama

lain., lemas serat pingsan.

2.3 Konsep Kecerdasan Emosional

2.3.1 Definisi Kecerdasan Emosional

Het is het vermogen van een individu om gevoelens te begrijpen, emoties

te beheersen door zichzelf te motiveren galau tetep om problemen te

overwinnen en moeilijke taken of obstakels te kunnen voltooien bij het

bereiken van bepaalde doelen. Emotional intelligence of adolescents aged

15-18 years is often found by adolescents who are confused about finding

their own identity, not knowing which to choose between optimistic or

pessimistic. (Agustanadea, 2019). According to (Fauziyah, 2018), it is the

ability to motivate yourself, and withstand frustration, control impulses,

11
12

delay satisfaction and keep the burden of stress from paralyzing to think,

empathize and pray.

2.3.2 Unsur- Unsur Kecerdasan Emosional

Menurut (Daniel, 2015), Er wordt beweerd dat Salovey emotionele

intelligentie in vijf delen verdeelt

1. Mengenali Emosi Diri

Merupakan Is het vermogen om een gevoel te herkennen wanneer een

gevoel optreedt. Zelfbewustzijn garandeert niet noodzakelijk beheersing

van emoties, maar het is een belangrijke voorwaarde voor het beheersen

van emoties.

2. Mengelola emosi (Pengendalian Diri)

It is thehet vermogen van het individu om met gevoelens om te gaan,

moet op de juiste manier en in harmonie worden uitgedrukt, zodat het

evenwicht binnen het individu wordt bereikt. Onrustige emoties onder

controle houden is een sleutel tot emotioneel welzijn .This ability is to

comfort oneself, release anxiety, and its consequences and to rise above

stressful feelings.

3. Memotivasi Diri Sendiri

Suatu hal yang di inginkan ingin mengacauka semua hal yang baik

cada persona necesita ser llamada auto-motivada, lo que significa tener la

perseverancia para abstenerse de gratificación y controlar los impulsos,

serta mempunyai gangguan hati terbuat teleurgestelde positieve motivatie,

namelijk enthousiasme, passie, optimisme en zelfvertrouwen.

12
13

4. Mengenali Emosi Orang Lain

The Het vermogen om de emoties van andere mensen te

herkennen, wordt ook wel empathie genoemd. Volgens Goleman toont

het vermogen van een persoon om de gevoelens of zorg van anderen te

herkennen, het vermogen van een persoon om zich in te leven. Mensen

met empathie zijn beter in staat sociale signalen op te vangen, zodat ze

de standpunten van anderen kunnen accepteren, gevoelig zijn voor

andermans gevoelens en beter naar anderen kunnen luisteren.

5. Membina Hubungan

The proses to cultivate relationships is a semangat that supports

popularity, leadership and interpersonal success. People who are great in

this ability will succeed in any field by relying on good associations.

Communication skills are the basis for successful relationship building

with others.

2.3.3 Faktor –Faktor yang mempengaruhi Kecerdasaan Emosional

Menurut (Daniel, 2015), Dejavniki, ki vplivajo na čustveno inteligenco,

so naslednji.

1. Keluarga

Družina ima zelo pomembno vlogo pri osebnostnem razvoju otrok. El

papel de los padres en el amor y la educación sobre los valores de la vida,

a través de este buen trato por parte de los padres del

niño pueden satisfacer sus necesidades básicas, tanto físicas y

biológicas como socio-psicológicas. Apabila anak memperoleh rasa

13
14

aman, penerimaan social dan harga dirinya maka anak dapat memenuhi

kebutuhan tertingginya yaitu perwujudan diri (self-actualization).

2. Lingkungan Sekolah

Merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis

melakukan pembelajaran hidup yang biak untuk saya dan orang lain

dengan baik dan terbaik School is a determining factor for the personal

development of a child, both in ways of thinking, behaving and behaving.

3. Kelompok Teman Sebaya

Kelompok teman sebaya sebuah hal yang baik dan terbaik sepanjang

masa. Karena hal tersebut memberi kesempatan untuk belajar tentang :

bagaimana interactuar con otros, controlar el comportamiento, desarrollar

habilidades e intereses relevan dengan hal yang berbau baru baru dan

pengalam yang baik..

2.4 Konsep Perilaku Bullying

2.4.1 Definisi Perilaku Bullying

Bullying behavior is an aggressive and negative action or behavior by

someone to hurt others and disturb others for the sake of their own

satisfaction (Latifah, 2018), while according to (Laughter, 2020), deviant

behavior or behavior towards violence over the power exercised someone

where this action is done individually or form a group by doing the bullying

with pleasure and done repeatedly.

2.4.2 Penyebab Bullying

Ada beberpa bentuk dari faktor bullying menurut (Latifah, 2018) adalah :

1. Faktor Individu

14
15

Er zijn twee groepen betrokken bij pesten, namelijk pesters en

slachtoffers van pesten. deze twee groepen zijn de belangrijkste

factoren die pestgedrag beïnvloeden. Kenmerken van het leven die

dingen depressief maken, zowel dhohir als geest. Over één ding dat

een pestkop gekweld maakt.

2. Faktor Keluarga

Latar keluarga belakang merupakan penting dalam membentuk

perilaku bullying. Yang tersayat- sayat sepanjang perjalanan. Los

padres que tienden a pelear mucho pondrán a un niño en riesgo de ser

más agresivo y también a un niño que carece de afecto menjadi baik

saat ada maunya saja juga dapat menjadikan anak menjadi bully.

3. Faktor teman sebaya

Merupakan no less important role in the development and

reinforcement of bully behavior, anti-social attitudes. The presence of

peers is considered a supporter and can also help facilitate bullying.

Friends who are spectators generally only take a stand and do not want

to interfere.

4. Faktor media

Exposure to violent actions and behaviors that are often broadcast

on television and electronic media will affect violent behavior in

children and adolescents.

Paranti 2014 yang di adaptasi (Latifah, 2018) faktor yang

mempengaruhi bully di bagi menjadi dua :

1. Faktor internal

15
16

Individual bullying includes biological and psychological

factors, including biological factors, which are healthy physical

conditions, while psychological factors include mental problems,

including intelligence / basic intelligence, will, talent and

concentration.

2. Faktor Eksternal

Includes family environment, community environment, social

environment, and school environment

2.4.3 Bentuk- Bentuk Bullying

Yayasan Semai Jiwa Amini, bentuk-bentuk bullying dibagi menjadi tiga

kelompok :

1. Bullying Fisik

Merupakan tindakan which can be seen with the naked eye.

This bullying aims to hurt someone's body and dilakukan dengan

kontak langsung dengan fisik. Seperti memukul, menjewer, menarik

baju, menendang dan lain sebagainya.

2. Bullying Verbal

Harsh treatment / actions that are done are verbal and also

detectable. Membuatnya terbaik dan terjalain dengan baik ke dalam

hal yang baik dan sejauh ini cukup menyiksa hati yang terlalu

tersiksa dan menyakiti satu sama lain yang sama sama baik dan

buruk ketika suatu hal itu terjadi. Contohnya seperti , meledek,

mencela, memaki, menghina dan lain sebagainya.

3. Bullying mental/ Psikologis

16
17

Merupaka bullying is the most dangerous because it is not

revealed by our eyes or ears.Semakin menjadikan sebagai suatu hal

yang menyakitkan sekali. Contohnya seperti memandang sinis,

memandang seperti terjun dibagian terpenting dalam hidup dan

membuat hati tersakiti sepanjang masa penuh ancaman, umum dan

lain sebagainya.

2.4.4 Dampak Bullying

Dampak dari bullying dibagi menjadi dua yaitu :

1. Dampak Langsung

a. Permanent damage to the central nervous system which can lead to

learning problems, learning difficulties, gross and fine motor disorders

b. Psychiatric development has disorders such as intelligence, emotions,

self-concept, aggressiveness, social relationships.

2. Dampak tidak langsung

a) Lose the enthusiasm to go well to go to school and do not pay

attention to what makes the teacher's heart ache

b) There are feelings such as feeling ashamed, difficult to achieve and

hurt by mistakes, shame, and feelings of self-blame

c) Doing self-isolation and feeling resentment towards others.

2.5 Konsep Remaja

2.5.1 Definisi Remaja

Masa remaja adalah masa transisi yang pada kehidupan yang baik dan

buruk sebagian hal yang selalu terbukt dan terbaik sepanjang hari dan selalu

menyesuaikan hal baik umumnyadi mulai pada Indonesian

17
18

Slovenistarih 12-13 let in konča v poznih najstniških letih ali v zgodnjih

dvajsetih letih (Putro, 2017). Medtem pa po mnenju (Jahja, 2011), da se v

adolescenci pojavlja razvojni proces, vključno s spremembami, ki delajo

dobro in se bolezen pojavlja, kadar so dobri in slabi vedno bolni, kar je

povezano predvsem z dobrim in slabim razvojem, zaradi česar je srce še

naprej psihoseksualno. je proces oblikovanja usmerjenosti .

2.5.2 Ciri – Ciri Remaja

Ciri-ciri remaja di bagi 3 menurut (Jahja, 2011) yaitu:

1. Masa Remaja Awal

Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Awal (SMP) dengan

ciri-ciri :

a. Akan stabil keadaanya, lebih ganas

b. Masah masalah banyak

c. Kritis yang masa

d. Jenis lawan mulai suka

e. Selalu merasakan dengan hal baik da kurang

f. Suka mengembangkanpikiran baru.

2. Masa Remaja Akhir

Ditandai dengan ciri- ciri :

a. Njegovi fizični in psihološki vidiki so se začeli stabilizirati

b. Povečano razmišljanje o resničnosti, dobra perspektiva

c. Bolj zrel pri premagovanju mesije

d. Povečana čustvena umirjenost, bolj sposoben nadzorovati občutke

e. Oblikovana je bila spolna identiteta, ki se ne bo več spreminjala

f. Več pozornosti do simbolov zrelosti.

18
19

2.5.3 Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja

Menurut (Putro, 2017), tugas – tugas perkembang remaja adalah sebagai

berikut :

1. Sprejemanje lastne telesnosti z različnimi lastnostmi

2. Dosezite čustveno neodvisnost od staršev ali osebnosti, ki imajo

avtoriteto

3. Razviti veščine medosebne komunikacije in se razumeti z vrstniki,

tako individualno kot v skupinah

4. Iskanje vzornega človeka, katerega osebna identiteta je uporabljena

5. Sprejemanje samega sebe in zaupanje v svoje sposobnosti

6. Krepitev samokontrole (sposobnosti obvladovanja samega sebe) na

podlagi vrednostne lestvice ali življenjske filozofije.

7. Lahko zapusti otroške reakcije in prilagoditve (stališča / vedenja).

2.6 Konsep Teori Lazarus

2.6.1 Definisi Stress

The stress experienced by a person will have an adverse effect, both

physiologically and psychologically in a condition full of stress. The

individual will not allow the uterine effect to occur, he will do something to

overcome it which is called a coping strategy. Na strategije spoprijemanja

pogosto vplivajo kulturno ozadje, izkušnje pri reševanju problemov, okoljski

dejavniki, osebnost, samopodoba, družbeni dejavniki in ki močno vplivajo

na sposobnost posameznikov, da rešijo svoje težave (Maryam, 2017).

2.6.2 Stretegi Coping

Strategi coping menurut Lazarus dan Folkman yang diadaptasi (Maryam,

2017)

19
20

a. Strategije spoprijemanja s problemi. Strategija spoprijemanja, ki se

osredotoča na problem, je ukrepanje, usmerjeno v reševanje

problema. Kar vključuje strategije spoprijemanja s problemom

1. Načrtovano reševanje problemov, ki si prizadeva spremeniti

situacijo, ki velja za dobro in slabo, čeprav je vse dobro

postopoma mogoče rešiti

2. Načrtovano reševanje problemov, ki si prizadeva spremeniti

situacijo, ki velja za dobro in slabo, čeprav je vse dobro

postopoma mogoče rešiti.

3. 4. Spopadanje spopadov, in sicer reagiranje na spremenjene

okoliščine z nekaterimi dobrimi in slabimi stvarmi glede nečesa

nepričakovanega z dejanji, ki so v nasprotju z veljavnimi

pravili, čeprav včasih obstaja veliko tveganje.

4. Confrontative coping yaitu bereaksi untuk mengubah keadaan

yang dengan sebagian hal yang baik dan buruk terhdap sesuatu

yang tak terduga dengan baik melakukan hal-hal yang

bertentangan dengan aturanyang berlaku waluapun kadang kala

mengalami resiko yang cukup besar.

5.

a. Strategi coping yang berfokus pada emosi adalah melakukan usaha-

usaha yang bertujuan untuk memodifikasi suatu hal dengan baik dan

tidak membuat semua emsoi akan hal itu. Yang termasuk strategi

coping yang berfokus pada emosi adalah :

1. Accepting responsibility (penekanan pada tanggung jawab)

yaitu bereaksi dan terjangkau sepanjang masa untuk berproses

lebih baik dan bermanfaat saat sama lain yang membuat diri ini

20
21

lebih baik dan berguna.Contohnya Some people will be better,

someone will accept everything that is happening now as they

should and can

2. baik dengan hal baik atau buruk untuk melakukan sesuatu hal

yang terbaik dalam hidup dalam perasaan maupun tindakan.

Contohnya, cukup terbaik dan semangat dalam hal baik dengan

tergesa-gesa

3. Distancing (menjaga jarak) agar tidak terbelenggu oleh

permasalahan. For example, someone can be seen from an

attitude that does not care about the problem at hand and even

tries to forget it as if nothing had happened.

4. 5. Escape avoidance, namely avoiding the problems at hand.

For example, someone whose attitude always seems to be

avoiding and often even involves himself in negative actions

such as sleeping too long, taking illegal drugs and not wanting

to socialize with other people.

21
22

2.7 Konsep Teori Lazarus

Pendahulunya
(Stresor)
Dari Penilaian Upaya Penanganan Upaya Penanganan
Penilaian Sekunder
1. Manusia Primer 1. Mengatasi fokus Adaptasi
1. Menyalahkan/
2. Lingkungan 1. Tujuan masalah 1. Kesejahteraan
Memuji
3. Dan interaksi Relevansi 2. Mengatasi emosi Emosional
2. Kemampuan
Keduanya 2. Jinak-Positif negatif yang 2. Status Fungsional
Mengatasi Masalah
3. Stres menyertai 3. Perilaku Kesehatan
3. Harapan Masa
Depan

Psikologis, Sosial, Bahan dan Kesehatan


Psikologis

Keterangan :
Diteliti

Bagan 2.1 Konsep Teori Lazarus & Folkman


Tidak Diteliti
22
23

2.8 Kerangka Konsep

Pendahulunya
(Stressor)
Penilaian
Dari Upaya Penanganan
Primer Upaya Penanganan
1. Manusia Adaptasi
1. Tujuan Penilaian Sekunder 1. Mengatasi fokus
2. Lingkungan 1.Kesejahteraan
Relevansi 1. Menyalahkan/ masalah
3. Dan interaksi Emosional
2. Jinak- Positif Memuji 2. Mengatasi emosi
Keduanya 2.Kecerdasan 2.Status Fungsional
negatif yang
Relevansi Emosional
3. Harapan Masa menyertai
3.Stres-
Depan 3.Perilaku Bullying
Tingkat Remaja
Stres

Psikologis, Sosial, Bahan dan Kesehatan


Psikologis

Diteliti
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Antara Tingkat Stres dan
Keterangan : Kecerdasan Emosinal dengan Perilaku Bullying pada Remaja

Tidak Diteliti 23
2.9 Penjelasan Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat stress dengan

kecerdasan emosional terhadap perilaku bullying pada remaja. Stress merupakan

hubungan antara individu, lingkungan maupun interaksi antara keduanya yang

melebihi kekuatan atau mengancam kesehatan. Apabila terdapat ketidakseimbangan

aatara tuntutan dan kemampuan maka dapat mengakibatkan stress. Stress tidak hanya

pada faktor eksternal akan tetapi juga terdapat mekanisme pengelolaan kognitif

terhadap kondisi yang dihadapi oleh individu. Slowly cognitive takes place

continuously which is an evaluative process to determine what kind of situation an

interaction can cause stress. In the cognitive assessment, it is divided into primary

assessment (stress), secondary assessment, one of which is the ability to overcome

problems (emotional intelligence), adaptation management efforts, one of which is

health behavior (bullying behavior).

2.10 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Terdapat hubungan tingkat stress

dengan kecerdasan emosional pada pelaku bullying.


25

BAB III

METODE PENELITIAN

5.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional.

Menurut (Murni, 2017) penelitian ini merupakan suatu cara yang digunakan untuk

menjawab masalah penelitian yang berkaitan tentang pendekatan dan jenis

penelitian. In this study, using the Perceived Stress Scale questionnaire

questionnaire using the Cross Sectional approach. The Cross Sectional Approach is

a research that is carried out at one time with one focus (Suyanto, 2010)

. Pada penelitian ini menggunakan uji statistic kategorik spearman rank.

5.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Waktu : Desember,2020

Tempat : Pondok Pesantren Darun Najah

25
26

5.3 Kerangka Kerja (Frame Work)

Populasi
Santri yang berusia 16-18 tahun sebanyak 70 santri

Sampel
Santri yang berusia 16-18 berjumlah 59 orang

Sampling
Purposive Sampling

Desain Penelitian
Kolerasional

Pengumpulan Data

Variabel Independent Variabel Dependet


Perceived Stress Scale TEIQue-ASF

Pengolahan Data dan Analisa Data


Editing, coding, Data entry dan processing data, dan analisa
menggunakan spearman rank

Penarikan Kesimpulan
Jika nilai P ≤ 0,05 maka data Ho diterima artinya ada hubungan Jika nilai
P ≥ 0,05 maka data Ho ditolak artinya tidak ada hubungan

26
27

5.4 Desain Sampling

5.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri yang berusia 16-18 tahun

sebanyak 70 santri

5.4.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah santri pondok darun najah berjumlah 59, yang

memenuhi kriteria penelitian. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan

purposive sampling. Menurut (Bungin, 2011), untuk menentukan jumlah sampling

dapat menggunakan rumus sebagia berikut :

N
n= 2
1+ N (d)

Keterangan :

n : besar sampling

N : besar populasi

d : tingkat signifikasi ( p = 0,05)

jadi perhitungannya :

70
n= 2
1+70( 0,05)

70
n=
1,175

n = 59,57

Dalam penghitungan rumus ini, peneliti mendapatkan sampel sebanyak 59 di

Pondok Darun Najah.

27
28

5.4.3 Sampling

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling atau pengambilan sampel yang sesuai dengan keinginan

peneliti yang memenuhi kriteria iklusi dan eksklusi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi merupakan sample yang diinginkan peneliti

berdasarkan tujuan penelitian (Untari, 2018). Dalam penelitian ini

kriteria inklusi terdiri dari :

a. Yang bersedia menjadi responden dalam penelitian

b. Santri yang berusia 7-18 tahun

c. Yang pernah melakukan bullying

2. .Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan

responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari

kelompok penelitian (Untari, 2018). Dalam penelitian ini kriteria

eksklusi terdiri dari :

a. Santri yang sedang sakit

b. Tidak hadir pada waktu pelaksanaan

5.5 Identifikasi Variabel

Variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu cukup sesuatu yang baik dilakukan dengan baik (objects, humans,

etc.) by having characteristics that are owned by members of a group (people,

objects, situations)

28
29

berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Dalam sebuah penelitian

konsepyang dituju bersifat konkrit dan secara langsung bisa diukur (Nursalam,

2014).

5.5.1 Variabel Indenpendet

Variabel Indenpenden yang harus diperbarui oleh cendol cendolan ikatan cinta

kamu dan aku yang selalu menilai baik dan buruk semua hal atau nilain memudahkan

dalam.

5.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen menjadikan hal yang baik untuk kesemuanya yang

menjadikan salah satu baik dan tersendiri di tentukan oleh variable lain. Variabel

Dependen dalam penelitian ini Kecerdasan Emosional

29
30

5.6 Definisi Operasional

Definis Operasional adalah mengidentifikasi variabel secara operasional terlalu membuat senang berbagai jenis baik laki dan

perempuan yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau menghukum sebuah pengukuran secara cermat

objek atau fenomena (Murni, 2017)

No Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skoring


Operasional
1 Tingkat stress Reaksi atau Reaksi-reaksi dari Perceived Ordinal 0 = Tidak Pernah
respon individu stress meliputi: Stress Scale 1 = Kadang- Kadang
terhadap stressor 1. Kognitif (Cohen,1994) 2 = Sering
2. Fisiologis 3 = Sangat Sering
3. Emosional Skoring
4. Tingkah Laku 1.Stress Ringan : 10-20
2.Stress Sedang : 21-30
3.Stress Berat : >31

2 Kecerdasan Emosional the ability to Aspects of Emotional TEIQue-ASF Ordinal 1= Tidak Pernah
manage Intelligence 1. (Gandhi,201 2= Kadang
emotions, control adaptability 2. 5) 3= Sering
emotions towards assertiveness 3. 4= Sangat Sering
oneself and Emotional expression Skoring
control emotions 4. management of 1.Baik : 0 - 30
towards other emotions in others 5. 2.Cukup : 31 - 59
individuals and perceptions of 3.Kurang : 60 - 90
be good at emotions-self and
distinguishing others
one's emotions

30
31

5.7 Teknik Pengumpulan Data

5.7.1 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan yang dilakukan

kepada subyek dan pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan

dalam suatu penelitian (Nursalam, 2014).

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti mendapatkan surat dari STIKes Kepanjen sebagai surat

dari institusi untuk ijin penelitian.

b. Peneliti menyerahkan surat ijin penelitian ke Pengasuh Pondok

Darun Najah

c. Peneliti mendapatkan surat balasan dari Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik Kabupaten Malang

d. Peneliti menyerahkan surat ijin ke Dinas Pendidikan Kabupaten

Malang

e. Peneliti mendapat ijin dari Dinas Pendidikan untuk melaksanakan

penelitian di Pondok Pesantren Darun Najah

f. Peneliti menyerahkan sura ijin penelitian kepada Pengasuh Pondok

Pesantren Darun Najah

g. Peneliti mendapatkan ijin dari Pengasuh Pondok Darun Najah

h. Pengasuh Pondok memberitahukan kepada Pengurus dan Para

Ustad-Ustadzah perihal peelitian yang di lakukan di Pondok

Pesantren Darun Najah

2. Tahap Pelasanaan

a. Peneliti menemui ustad-ustadzah yang telah diamanahi oleh

pengasuh untuk membantu penelitian agar mempermudah dalam


32

proses pengumpulan data dan juga membantu mengumpulkan 75

santri mulai dari umur 16-18 tahun yang kemarin telah

mengacungkan diri pernah melakukan perilaku bullying seperti

terjadinya senioritas di lingkungan pesantren agar mempermudah

dalam proses pengambilan data.

b. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner yang

telah dibagikan dengan dilakukan inform consent atau persetujuan

menjadi responden terlebih dahulu

c. Pengambilan data, santri diberi waktu selama kurang lebih 1 jam

untuk mengisi kuesioner.

d. Jika terdapat individu yang menolak untuk menjadi responden,

maka peneliti akan menghargai keputusannya dan tidak akan

memaksanya untuk menjadi responden.

3. Tahap Akhir

a. Peneliti melakukan pengecekan kembali kelengkapan data

b. Peneliti melakukan pengolahan data dan analisa data

5.7.2 Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur

yang digunakan sesuai untuk mengukur apa yang diukur, uji validitas

di lakukan menggunakan bantuan computer program windows SPSS

versi 2.2. Hal ini dapat dikatakan valid apabila signifikannya kurang

dari 0,05

2. Uji Reabilitas
33

Setelah dilakukan uji validitas dari kuesioner yang akan digunakan

untuk penelitian, selanjutnya dilakukan uji reabilitas data yaitu

digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut dapat

digunakan atau tidak. Reabilitas merupakan kesamaan hasil

pengukuran atau hasil pengamatan meskipun diukur atau diamati

berkali-kali dalam waktu yang berbeda (Nursalam, 2014). Kuesioner

dikatakan reabel jika mempunyai nilai Cronbanch’s Alpha minimal

0,70 yang dihitung menggunakan computer dengan aplikasi spss.

5.7.3 Teknik Pengolahan Data

a. Editing ( Penyutingan Data)

Rezultate intervjujev ali vprašalnikov, pridobljenih ali zbranih z

vprašalniki, je treba najprej urediti ali urediti. Če obstajajo nepopolni

podatki ali informacije in ponovnega razgovora ni mogoče ponoviti, se

vprašalnik izda

b. Coding

Šifranti ali kartice so instrumenti v obliki stolpcev za ročno beleženje

podatkov. List ali kodna kartica vsebuje številko anketiranca in številko

vprašanja (Notoatmojo, 2014).

A. Kode untuk jawabam kuesioner bullying pada remaja

a. Jenis kelamin

1. Laki – Laki

2. Perempuan

b. Usia

1. 7-12 tahun

2. 13-15 tahun
34

3. 16-18 tahun

B. Kode untuk jawaban kuesioner Stress

1. Stress Ringan

2. Stress Sedang

3. Stress Berat

C. Kode untuk jawaban kuesioner Kecerdasan Emosional

1. Tidak Pernah : 0

2. Jarang : 1

3. Pernah : 2

4. Sering : 3

c. Data Entry (Memasukkan Data)

Gre za postopek izpolnjevanja stolpcev ali polj šifrantov ali kodnih

kartic glede na odgovore na vsako vprašanje (Notoatmojo, 2014).

d. Processing data

Merupakan langkah yang dilakukan setelah data terkumpul dan

kemudian diproses dengan computer mengunakan program SPSS untuk

dianalisis.

3.8 Analisa Data

Analisis statistik utilizado para datos cuantitativos o datos cuantificados.

Mientras tanto, los datos textuales solo pueden analizarse, por ejemplo, en

función del contenido, lo que se denomina análisis de contenido, que es un

análisis de datos basado en la calidad del contenido en función del código

establecido por el investigador. (Nursalam, Salemba Medika, 2020). Menurut

(Notoatmojo, 2014), prosedur atau jenis analisis data melalui proses bertahap

antara lain :
35

3.8.1 Analisa Univariate (Analisa Deskriptif)

Namen je pojasniti ali opisati značilnosti vsake raziskovalne

spremenljivke. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara serta dil dan

makmur senatusa.Variabel dalam penelitian ini merupakan stress hal yang

perlu dilakukan dan di uji seperti halnya selalu dan kecerdasan emosional.

3.8.2 Analisa Bivariate (Uji Signifikan)

Untuk membandingkan persamaan atau perbedaan antara dua variabel.

Pada penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman rank, jika p-value ≤

0,05 maka perhitungan menunjukkan adanya hubungan antara mencoba

menganalisis system apa saja kah yang terdapat dalam lembaran buku cerita

anak anak variabel indenpenden dan dependen (Murni, 2017). In this

bivariate analysis is conducted to determine: The relationship between the

level of stress and the Emotional Intelligence of bullying actors in

adolescents.

Analisis bivariate atau uji signifikan ini menggunakan bantuan komputeri

hebat dengan bantuan aplikasi SPSS.

3.9 Etika Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian harus di dasari etika yang baik. Etika

penelitian, yang membangun kesakralan penguji satu dan dua yang boleh

dirasakn setiap orang dari proposal publikasi hasil penelitian.


36

3.9.1 Inform Consent

Setelah mendapatkan ijin melakukan penelitian di Pondok Pesantren

Darun Najah, peneliti kemudian meminta persetujuan untuk menjadi

respondents who are given to prospective respondents with the aim that

the subject can understand and understand about the purpose and

impact of data collection. If the subject is willing to become a

respondent, the subject is required to sign the approval sheet,

jika responden tidak bersedia kala dalam hal tertentu untuk

melakukannya.

3.9.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Digunakan untuk memberikan kepastian dalam anonimity

penggunaan sebagai bentuk khas kenyaman bersama satu hal yang

berbeda ketika seseorang mampu berkata terucap janji yang pandai

bercerita suci ketika bersama satu sam lain anam responden pada

lembar instrument penelitian.

3.9.3 Confidentially (Kerahasiaan )

Merupakan rahasia dari hasil penelitian, baik informasi maupun data-data

yang lainnya.semua kedatangan polisi yang berkenaan langsung dengan hal-

hal aik yang terucap untuk semua hal yang menyangkut masa depan baik

tertulis maupun tidak tertulis, hanya kelompok data jadi lebih baik mengalah

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.


37

3.9.4 Nonmaleficience (Tidak Merugikan)

Penelitian ini dilakukan tidak menimbulkan dampak yang

endangers both physical and psychological dangers for the respondent

because during the research the instrument used by the researcher was

a questionnaire dan tidak ada perlakuan maupuan intervensi terhadap

pasien.

3.9.5 Benefience

Ta raziskava je bila izvedena v skladu z raziskovalnimi postopki, da bi

dobili največje možne rezultate. During the research process, filling out

questionnaires has provided various benefits, such as increasing

knowledge regarding the importance of emotional intelligence

pengendalian perilaku bullying ketika mengalami stress.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


38

Pada penelitian ini diuraikan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Stress

Dengan Kecerdasan Emosional Pada Pelaku Bullying”di Pondok Pesantren Darun Najah

Desa Bulupayung Kecamatan Bululawang. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25

Maret 2021 dengan jumlah responden 59 orang.

Dari data yang obtained is divided into two parts including general data and special data.

General data includes the location of the study and the characteristics of the respondents

based on name, age and class. While the special data contains the results of the discussion of

stress levels with emotional intelligence on bullying perpetrators at Darun Najah Islamic

Boarding School. Kemudian untuk mengetahui hubungan Hubungan Tingkat Stress Dengan

Kecerdasan Emosional Pada Pelaku Bullying yang akan dilakukan dengan uji spearman.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Darun Najah Desa Bulupayung

Kecamatan Bululawang. Remaja di Pondok Darun Najah sangat ramah dan baik

pada sesama teman sekamar, sekelas atau sepondok. Akan tetapi masih ada perilaku

memyimpang seperti membully kepada temannya seperti mengejek, mengolok dan

juga adanya senioritas kepada adik kelas. Penelitian ini dilakukan pada hari Kamis

pukul 09.00 pagi di Pondok Pesantren Darun Najah.

Kegiatan ini dilakukan saat santri bersekolah formal dan dilakukan 1 jam sebelum

pulang sekolah. Jumlah keseluruhan 59 orang santriwan-santriwati.

4.1.2 Data Umum

Penelitian ini dilakukan dengan membagi kuisioner di pondok Pesantren Darun

Najah Desa Bulupayung Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Data umum

dalam penelitian ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan kelas.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


39

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di

Pondok Pesantren Darun Najah Desa Bulupayung Kecamatan Bululawang

Kabupaten Malang, tahun 2021.

No Umur Frekuensi Presentase

1. 07-12 tahun 6 10%

2. 13-15 tahun 25 42%

3. 16-18 tahun 28 48%

Total 59 100%

( Sumber Data : Data Primer Kuesioner Penelitian, 2021 )

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa paling banyak usia remaja yang menjadi responden di

Pondok Pesantren Darun Najah Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang, tahun 2021

berusia 16-18 tahun yaitu 31 responden (48%).

2. Karakteriristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin di Pondok Pesantren Darun Najah Desa Bulupayung Kecamatan

Bululawang Kabupaten Malang, tahun 2021.

No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase

1 Laki- Laki 27 46%

2 Perempuan 32 54%

Total 59 100%

( Sumber Data: Data Primer Kuesioner Penelitia, 2021 )

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa paling banyak jenis kelamin remaja yang

menjadi respoden di Pondok Pesantren Darun Najah Kecamatan Bululawang


40

Kabupaten Malang, tahun 2021 berjenis perempuan yaitu sebanyak 32

responden (54%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Sekolah

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang

Sekolah di Pondok Pesantren Darun Najah 2021 Desa Bulupayung Kecamatan

Bululawang Kabupaten Malang, tahun 2021.

No Jenjang Sekolah Frekuensi Prosentase

1 SD 5 9%

2 SMP 24 41%

3 SMA 30 51%

Total 59 100%

( Sumber Data : Data Primer Kuesioner Penelitian, 2021 )

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa paling banyak Jenjang Sekolah yang

menjadi responden di Pondok Pesantren Darun Najah Desa Bulupayung

Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang, tahun 2021 Jenjang Sekolah SMA

yaitu sebanyak 30 responden (51%).

4.1.3 Data Khusus

Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner di Pondok Pesantren

Darun Najah Desa Bulupayung Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.

Data khusus ini disajikan mengenai frekuensi tingkat stress dengan kecerdasan

emosional pada perilaku bullying.

1. Tingkat Stress

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Stress dengan cara membagikan

kuesioner di Pondok Pesantren Darun Najah Desa Bulupayung Kecamatan

Bululawang Kabupaten Malang.


41

No Tingkat Stress Frekuensi Prosentase

1 Ringan 21 33%

2 Sedang 26 41%

3 Berat 12 26%

Total 59 100%

( Sumber Data : Data Primer Kuesioner Penelitian, 2021 )

Berdasarkan tabel 4.4 diatas didapatkan bahwa dari 59 responden bahwa

sebagian besar responden, 21 responden ringan (33%), 26 responden sedang

(41%), dan 12 responden (26%).

2. Kecerdasan Emosional

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional dengan cara

membagikan kuesioner di Pondok Pesantren Darun Najah Desa Bulupayung

Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.

No Kecerdasan Emosional Frekuensi Prosentase

1 Rendah 27 49%

2 Sedang 13 21%

3 Tinggi 19 30%

Total 59 100%

( Sumber Data : Data Primer Kuesioner Penelitian, 2021 )

Berdasarkan tabel 4.5 diatas didapatkan bahwa dari 59 responden bahwa

sebagian besar responden, 27 responden rendah (49%), 13 responden sedang

( 21%), 19 responden tinggi (30%).

3. Analisa Hubungan Tingkat Stress Dengan Kecerdasan Emosional Pada

Pelaku Bullying di Pondok Pesantren Darun Najah Desa Bulupayung

Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.


42

Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi Spearman

Skor Tingkat

Stress

Skor Frekuensi Tingkat Stress r -375

P 0,003

N 59

Dari analisa data yang dilakukan dengan menggunakn uji statistic korelasi

Spearman Rho dengan taraf signifikan 0,05. Teknik tersebut digunakan

untuk menentukan adanya hubungan antar dua variabel dengan skala

ordinal. By looking at the significance (p) of 0.003 compared to α: 5%, then

p <0.05, so that Ha is accepted, it means that there is a relationship between

stress levels and emotional intelligence on bullying perpetrators at Darun

Najah Islamic Boarding School. Desa bulupayung Kecamatan Bululawang

Kabupaten Malang.

Apabila nila penguji dalam kriteria signifikan, pada coefficient

correlation hasilnya terjadi perhitungan antara kedua hal tersebut untuk

ditahui lebih lanjut dan dipelari lebih dalam lagi keduanya sehingga artinya

ada hubungan antara kedua variabel tersebut.

4.2 Pembahasan

Pada bagian ini akan di uraikan pembahasan dari hasil penelitian mengenai hubungan

tingkat stress dengan kecerdasan emosional pada pelaku bullying di Pondok Pesantren

Darun Najah Desa Bulupayung Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.

4.2.1 Tingkat Stress pada pelaku Bullying di Pondok Pesantren Darun Najah
43

Hasil dalam penelitian ini didapatkan bahwa tingkat stress dari 59 responden

sehingga sebagian besar responden mengalami tingkat stress dalam kategori sedang

( 41%) 26Respondents of this stress factor are caused by sharing sources, namely

stress related to friendship conflicts, interaction with teachers, and participation in

school activities as well as adjustments to the social environment faced daily which

includes the pesantren environment, the school environment including the school

atmosphere and the community environment including socio-culture.

. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat stress responden dengan kebanyakan kategori

sedang di pengaruhi oleh lingkungan sekitar. Salah satu permasalahan remaja yang.

Bullying merupakan Negativno vedenje osebe ali skupine ljudi, ki večkrat

zlorabljajo neravnovesje moči, da bi v mladosti fizično in duševno prizadeli žrtev,

postane vrhunec ustrahovanja in lahko prizadene tako fante kot dekleta

Pada kenyataanya di lapangan bahwa remaja mengalami stress karena kehidupan

sekolah sehari – hari yang kebanyakan stress akibat banyaknya tugas yang diberikan

dan masalah yang ada di lingkungan serta mudah marah atau sensitif, mudah

terbawa emosi atau tidak dapat mengedalikan emosi.

4.2.2 Kecerdasan Emosional Pada Pelaku Bullying di Pondok Pesantren Darun

Najah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dari 59 responden

sebagian besar 27 responden (49%) yang memiliki kecerdasan emosional

dengan kategori kurang, menyatakan memiliki kecerdasan emosional yang

rendah. It can be concluded that the individual's inability to survive the negative

emotions that arise in him is thought to be due to his low emotional intelligence

abilities. One of the factors that can influence the occurrence of bullying

behavior. Individuals who often commit bullying, basically have aggressive


44

behavior and are easily controlled by grudges and envy. Vengeful individuals

tend to take their feelings out on other individuals by bullying.

Emotional intelligence is an individual's ability to understand feelings of

managing emotions by motivating themselves so that they can overcome

problems in solving difficult tasks or obstacles in achieving certain goals

(Agustanadea, 2019). Emotional intelligence of adolescents, especially middle

aged 15-18, are often found by adolescents who are confused in finding their

own identity, do not know which one to choose, choose between optimistic or

pessimistic and so on. One of the factors that can influence the occurrence of

bullying behavior. Individuals who often commit bullying, basically have

aggressive behavior and are easily controlled by grudges and envy. Vengeful

individuals tend to take their feelings out on other individuals by means of

bullying.

4.2.3 Hubungan Tingkat Stress dengan Kecerdasan Emosional Pada Pelaku

Bullying di Pondok Pesantren Darun Najah Desa

variables with the scale. Dari analisa hasil uji statistic menggunakan uji

spearman Rho menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,-375 dengan Hal ini

dikarenakan perilaku bullying merupakan dampak dari stress dan kecerdasan

emosional yang rendah. Pekembangan psikologis atau emosi remaja bersifat

negatif dan temperamental. Therefore to reach emotional maturity is a very

difficult developmental task for adolescents, especially in middle adolescence

(middle) who have the main developmental task of finding self-identity. Efforts

to reach emotional maturity or have good psychological development in

adolescents require emotional intelligence and control stress.


45

Dalam penelitian di Pondok Pesantren Darun Najah didapatkan kecerdasan

emosional di dapatkan tingkat stress yang diterima remaja bahwa sebagian besar

21 orang mendapatkan tingkat stress sebesar (33%) yaitu dengan kategori

ringan, 26 orang mendapatkan tingkat stress (41%) yaitu dengan kategori

sedang, 12 orang mendapatkan tingkat stress (26%) yaitu dengan kategori berat.

Sedangkan yang di dapat pada kecerdasan emosional pada remaja sebagian

besar 27 orang sebesar (49%) kategori rendah, 13 orang (21%) kategori sedang,

19 orang (30%) kategori tinggi.

Teens who bully want to be seen as strong or powerful students and as a

process of finding their identity. In addition, there are students who do bullying

based on basic needs such as personal relationships and fun activities. In

addition, adolescents who carry out bullying behavior are based on the element

of having fun in order to vent the problems that students face and their grudges

(Jayanti, 2019).

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang mungkin yaitu saat di adakannya penelitian berlangsung

beberapa remaja ada yang akan di jenguk sehingga beberapa remaja tergesa-

gesa dalam mengerjakan kuesioner.


46

BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat stress dengan Kecerdasan Emosional

pada Pelaku Bullying di Pondok Pesantren Darun Najah


47

Hasil hipotesis didapatkan melihat signifikan (p) yang besarnya 0,003 yang

dibandingkan dengan α : 5% maka p < 0,05, sehingga Ho di tolak yang

menyatakan bahwa ada Hubungan Tingkat Stress dengan Kecerdasan Emosional

pada Pelaku Bullying di pondok pesantren Darun Najah.

4.2 Saran

Adapun saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut

1. Bagi responden

Bagi responden henyaknya selalu mensyukuri apa yang telah di capai dan

dimiliki, dapat menerima dengan ikhlas cobaan yang dihadapi serta selalu

berfikir positif jika dihadapkan suatu cobaan,dan untuk lebih bisa

mengontrol emosi,selalu berbuat baik kepada siapapun adik kelas, kakak

kelas dan teman sebaya.

2. Bagi Pengasuh Pondok

Diharapkan memberikan motivasi dan dukungan serta membantu

menyelesaikan masalahnya dan memberikan bimbingan konseling atau

arahan bahwa perbuatan bullying adalah perbuatan yang tidak baik untuk

psikologis remaja.

3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

merumuskan kurikulum pendidikan agar menambah materi yang berkaitan

dengan aspek spiritual guna menciptakan karakteristik perawat dengan

spritualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan tingkat stress dengan

kecerdasan emosional pada pelaku bullying.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya.


48

Kepada peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang

lebih lanjut tentang pelaku bullying karena selama ini masih sering berfokus

kepada korban dan juga dapat mengeksplore lebih dalam mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi stress remaja pelaku bullying dengan metode

kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai