Anda di halaman 1dari 11

RESUME TENTANG MITIGASI BENCANA

Sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Keperawatan Bencana

Dosen Pengampu : Zulfikar Muhammad, S.Kep,Ns.,M.Kep

Oleh:

ANANDA NICOLA HIDAYAT

1720003

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2020
A. DEFINISI MITIGASI BENCANA

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu

aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau

usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi,

baik korban jiwa maupun harta. Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana,

langkah awal yang kita harus lakukan ialah melakukan kajian resiko bencana

terhadap daerah tersebut. Dalam menghitung resiko bencana sebuah daerah

harus mengetahui vulnerability, hazard, disaster. Skor indeks rawan Indonesia

menurut provinsi Jawa Tengah menjadi skor yang tertinggi dengan indeks rawan

203, kemudian Jawa Barat dengan indeks rawan 200, Jawa Timur menempati

indeks rawan tertinggi ke tiga yakni 189 skor ( Badan Penanggulangan Bencana

Daerah, 2019)

Menurut Faturahman (2018) dalam pasal 1 (9) UU No 24 Tahun 2007

mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana terbagi menjadi dua pola

yaitu :

1. Mitigasi structural : upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan

melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan

pendekatan teknologi (seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan

banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan
gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk memprediksi

terjadinya gelombang tsunami).

2. Mitigasi non-struktural : upaya mengurangi dampak bencana, selain dari

upaya fisik sebagaimana yang ada pada mitigasi struktural. Dalam mitigasi

bencana non-struktural dapat dilakukan pembuatan tata ruang kota, capacity

building masyarakat, legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi

B. KONSEP OF DISASTER (vulnerability + hazard = disaster)

1. Vulnerability merupakan merupakan kondisi kerentanan yang disebabkan

faktor fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berkaitan dengan efek

hazard. Kerentanan merupakan kondisi yang menentukan apakah bahaya

alam atau buatan yang terjadi akan menimbulkan bencana atau tidak.

a. Kerentanan fisik : bangunan, infrastruktur, konstruksi yang lemah

b. Kerentanan sosial : kemiskinan, lingkungan, konflik, tingkat

pertumbuhan yang tinggi, anak – anak dan perempuan, lansiaaa

c. Kerentanan mental : ketidaktahuan, tidak menyadari, kurangnya percaya

diri, dan lainnya

2. Hazard (bahaya) merupakan adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi

untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau

kehilangan harta benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana maupun

tidak. Bahaya dianggap sebuah bencana apabila telah menimbulkan korban

dan kerugian.
3. Disaster (bencana) merupakan ancaman yang terpapar ke sekelompok

manusia dimana terebut melampaui kemampuan mereka untuk

mengatasinya.

C. RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA

1. Pencegahan dan mitigasi (rencana mitigasi). Sebelum terjadi bencana

dilakukan pencegahan, dengan cara melakukan mitigasi yaitu tindakan –

tindakan untuk mengurangi dampak bencana.

2. Kesiapsiagaan (rencana kontijensi). Kesiapsiagaan yaitu tindakan – tindakan

yang difokuskan pada pengembangan rencana secara sepat dan efektif

apabila terjadi bencana.

3. Tanggap darurat (rencana operasi). Jika bencana telah terjadi maka segera

dilakukan tanggap darurat yaitu melakukan pencarian, penyelamatan,

evakuasi, bantuan darurat.

4. Pemulihan (rencana pemulihan). Rehabilitasi yang meliputi perbaikin fisik

dan pemberdayaan dan pengembalian hakikat hidup korban bencana. Setelah

itu perlu dilakukan rekonstruksi pada pembangunan sarana atau prasarana

kembali serta fasilitas umum yang rusak.

D. MITIGASI

Mitigasi adalah adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko

bencana dengan menurunkan kerentanan dan/atau meningkatkan kemampuan

menghadapi ancaman bencana. Baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau


usaha – usaha yang dilakukan untuk mengurangi korban ketika bencana terjadi,

baik korban jiwa maupun harta.


E. KEBIJAKAN MITIGASI KEBENCANAAN

Sumber (Faturahman, 2018)

Pergeseran paradigma penanggulangan bencana diIndonesia telah terjadi

dari penanganan tanggap darurat – reactive, menuju ke mitigasi bencana

– antisipatif – manajemen risiko (UU24/2007).

Perlindungan ancaman bencana menjadi hak asasi rakyat dan bukan

hanya kewajiban pemerintah

Program atau kegiatan yang terkait dengan pencegahan mitigasi dan

kesiapsiagaan merupakan rencana penanngulangan bencana yang

termasuk dalam RJP; RPJM maupun RKP

F. PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Pengurangan risiko bencana merupakanuoaya terintegrasi dari pendekatan faktor

– faktor teknis ilmiah, sosial, ekonomi dan politik.


Tujuan untuk meningkatkan kemampuan semua pemangku kepentingan dan

masyarakat terdampak untuk bersama – sama menghadapi dan mengantisipsi

akan terjadinya bencana.

G. PRINSIP MITIGASI BENCANA

Prinsip mitigasi bencana antara lain :

1. Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa berikutnya

2. Upaya mitigasi bencana banyak pihak, saling ketergantugan dan komplesks

3. Upaya mitigasi aktif langar efektif

4. Prioritas terhadap kelompok yang rentan

5. Pemantauan yang terus menerus

H. KAJIAN RISIKO BENCANA

1. Disaster risk atau risiko bencana adalag potensi kerugian yang ditimbulkan

akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat

berupa kematian, luka, sakit, jiwa yang terancam, hilangnya rasa aman,

mengungsi, kerusakan, kehilangan harta dan benda, serta gangguan

kesehatan masyarakat akibat dari kombinasi bahaya, kerentanan, dan

kapasitas dari daerah yang bersangkutan. Risiko bencana dapat dihitung

dengan R = H x V/C

Keterangan :

R = risiko bencana

H = bahaya

V = kerentanan

C = kapasitas
2. Hazard atau bahaya merupakan suatu kejadian yang mempunyai potensi

untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan, cidera, hilangnya nyawa,

kehilangan harta benda. Bahaya bisa menimbulkan bencana maupuntidak.

Bahaya dianggap sebuah bencana apabila menimbukan korban jiwa dan ada

kerugian harta dan benda.

Bahaya yang berisiko tinggi berdasarkan pada dua penilangan ancaman

a. Probabilitas : kemungkinan terjadinya bencana

Skala probabilitas :

5 = sangat pasti (hamper dipastikam 100% terjadi tahun depan)

4 = hampir pasti (10 – 100% terjadi tahun depan atau sekali dalam 10

tahun mendatang)

3 = mungkin (1 – 10% terjadi tahun depan sekali dalam 100 tahun)

2 = kemungkinan kecil (kurang dari sekali dalam 100 tahun)

1 = tidak pasti (tidak ada kemungkinan)

b. Intensitas : dampak kerugian atau kerusakan yang ditimbullkan. Hasil

penilaian kemudian di plot kedalam matriks pemilihan risiko

5 = sangat parah (hamper dipastikan 100% wilayah hancur dan lumpuh

total)

4 = parah (50-70% wilayah hancur dan lumpuh)

3 = cukup parah ( 10-50% wilayah hancur)

2 = ringan (kurang dari 10% wilayah yang terkena)


1 = tidak parah sama sekali

3. Vulnerabelity adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya

(baik bahaya alam maupun non alam) yang terjadi akan dapat menimbulkan

bencana atau tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa kondisi fisik,

sosial dan sikap yang mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam

melakukan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tanggap terhadap dampak

bahaya. Jenis kerentanan:

a. Kerentanan fisik: Bangunan, infrastruktur, konstruksi yg lemah,

kondisi fisik seseorang, dll

b. Kerentanan sosial: Kemiskinan, lingkungan, konflik, tingkat

pertumbuhan yg tinggi, kelompok anak2, kelompok lansia, kelompok

wanita

c. Kerentanan Mental: Ketidaktahuan, kurang kesadaran, kurang pd, dll

4. Capacity Kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap situasi tertentu

dg sumber daya yg tersedia (fisik, manusia, finansial, dll). Kapasitas bisa

juga merupakan kearifan lokal masyarakat

5. Action. Setelah melakukan analisis resiko bencana, yang harus kita lakukan

ialah melakukan tindakan untuk mengurangi resiko bencana tersebut.

Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kerentanan dan

menambah kapasitas sebuah daerah.

6. Evaluasi. Tahap akhir evaluasi metode, evaluasi proses, evaluasi hasil


DAFTAR PUSTAKA

Faturahman, B. M. (2018) ‘Konseptualisasi mitigasi bencana melalui perspektif

kebijakan publik’, Publisia: Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 3(2), p. 2019. doi:

10.26905/pjiap.v3i2.2365.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah. (2019) ‘Rencana Penanggulangan Bencana

(RPB) Provinsi Jawa Tengah 2019 - 2023’.

Undang-undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Anda mungkin juga menyukai