Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL ASLI

MEDICINA 2019, Volume 50, Number 2: 234-238


P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321

Hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan


emosional remaja di sekolah menengah pertama
(SMP) Negeri 3 Negara

Ni Putu Ayu Werdhiatmi,1* Ni Ketut Sri Diniari,2 Ni Ketut Putri Ariani2 CrossMark

ABSTRACT

Introduction: Adolescence is the transition period between childhood by involving students that attended lecture as research sample. 60
and adulthood. For teenagers to solve all their problems require an samples were asking to filled out a parenting style and emotional
understanding how to recognize emotions well through emotional intelligence questionnaires. Scores of both scales are then analyzed. The
intelligence. One of the factors affecting emotional intelligence is result showed a significant relationship between parenting style and
parenting style. emotional intelligence on adolescent with (p = 0.000; p <0.05).
Method: We conducted an observational cross-sectional study on Junior Result: These result indicates that adolescents with better parenting
High School students (SMP Negeri 3 Negara) with the aim of knowing style had better emotional intelligence. The results of the study
the relationship between parenting style with emotional intelligence in showed authoritative parenting had better emotional intelligence
SMP Negeri 3 Negara. Samples were selected with purposive sampling than permissive and authoritarian parenting.

Keywords: Adolescents, parenting style, emotional intelligence


Cite This Article: Werdhiatmi, N.P.A., Diniari, N.K.S., Ariani, N.K.P. 2019. Hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional remaja di
sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 3 Negara. Medicina 50(2): 234-238. DOI:10.15562/Medicina.v50i2.352

ABSTRAK

Pendahuluan: Remaja merupakan periode transisi atau masa sampling dengan mengikutsertakan murid yang mengikuti ceramah
peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Remaja sebagai sampel penelitian. Sampel yang berjumlah 60 orang diminta
dalam mengatasi segala permasalahannya memerlukan suatu mengisi kuesioner berupa Pola Asuh dan Kecerdasan Emosional.
pemahaman bagaimana mengenali emosi dengan baik melalui Skor kedua skala tersebut kemudian dianalisis untuk korelasi. Hasil
kecerdasan emosional. Salah satu faktor yang memengaruhi penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara pola asuh
kecerdasan emosional adalah pola asuh orang tua. orang tua dengan kecerdasan emosional remaja dengan (p = 0,000;
Bahan dan Metode: Kami melakukan studi potong lintang p < 0,05). Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin bagus pola asuh
observasional pada murid-murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) orang tua maka semakin baik juga kecerdasan emosional remaja.
Negeri 3 Negara dengan tujuan mengetahui hubungan pola asuh Hasil: Hasil penelitian pada sampel menunjukkan pola asuh
orang tua dengan kecerdasan emosional remaja di Sekolah Menengah demokratis mempunyai kecerdasan emosional yang baik paling tinggi
Pertama (SMP) Negeri 3 Negara. Sampel ditentukan secara purposive dibanding pola asuh permisif dan otoriter.

1
Program Studi Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
Kata kunci: remaja, pola asuh, kecerdasan emosional.
2
Departemen/SMF Psikiatri Cite Pasal Ini: Werdhiatmi, N.P.A., Diniari, N.K.S., Ariani, N.K.P. 2019. Hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional remaja di
Fakultas Kedokteran Universitas sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 3 Negara. Medicina 50(2): 234-238. DOI:10.15562/Medicina.v50i2.352
Udayana/
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar Bali PENDAHULUAN
Masa remaja sering disebut dengan masa peralihan verbal untuk ekspresi diri, pentingnya teman dekat/
*
Correspondence to:
Ni Putu Ayu Werdhiatmi, Program
dari anak-anak menuju masa dewasa. Sehingga sahabat, kecenderungan untuk berlaku kekanak-
Studi Psikiatri Fakultas Kedokteran masa remaja juga dikenal sebagai masa badai dan kanakan, dan terdapatnya pengaruh teman sebaya
Universitas Udayana tekanan (storm and stress).1 Hal ini menuntut (peer group) terhadap hobi dan cara berpakaian.3
werdhiatmi@gmail.com perubahan perilaku remaja untuk menyesuaikan Emosi sangat berperan penting dalam
diri dengan kondisi remaja saat ini.2 Karakteristik kehidupan. Emosi memberi tahu tentang hal-hal
Diterima: 2018-05-16
periode remaja awal ditandai oleh terjadinya peru- yang paling utama bagi kehidupan, masyarakat,
Disetujui: 2018-06-15 bahan-perubahan psikologis seperti, krisis iden- nilai-nilai, kegiatan dan kebutuhan yang memberi
Diterbitkan: 2019-08-01 titas, jiwa yang labil, meningkatnya kemampuan motivasi, semangat, kendali diri dan kegigihan.4

234
ARTIKEL ASLI

Sehingga dapat dikatakan kecerdasan emosional Kadang-kadang (2) dan Tidak Pernah (1). Jumlah
adalah kemampuan merasakan dan memahami skor tertinggi adalah 72 dan jumlah skor terendah
secara lebih efektif terhadap daya kepekaan emosi adalah 18.
yang mencakup kemampuan memotivasi diri Skala kecerdasan emosional disusun oleh
sendiri atau orang lain, pengendalian diri, mampu Suryaningsih.5 Kemudian dimodifikasi mengacu
memahami perasaan orang lain dengan efektif, dan pada teori Solovey dan Mayer mencakup aspek
mampu mengelola emosi yang dapat digunakan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memoti-
untuk membimbing pikiran untuk mengambil vasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan
keputusan yang terbaik.5 membina hubungan.6
Pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan Pengukuran kuesioner dengan menggunakan
interaksi orang tua dan anak, dimana orang tua skala likert kategori pilihan jawaban Sangat sesuai
yang memberikan dorongan bagi anak dengan (SS), Sesuai (S), Ragu (R), Tidak Sesuai (TS), Sangat
mengubah tingkah laku, pengetahuan, dan nilai- Tidak Sesuai (STS). Untuk jawaban pertanyaan
nilai yang dianggap paling tepat bagi orang tua tersebut, maka dibentuk skor pilihan jawaban
agar anak bisa mandiri, tumbuh serta berkembang Sangat sesuai (5), Sesuai (4), Ragu (3), Tidak Sesuai
secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya (2), Sangat Tidak Sesuai (1). Jumlah skor tertinggi
diri, memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat, adalah 300 dan jumlah skor terendah adalah 60.
dan berorientasi untuk sukses.6 Peneliti kemudian Analisis statistik dengan Statistical Package for the
tertarik untuk mengetahui kemungkinan hubun- Social Sciences (SPSS) versi 20.0, dilakukan dengan
gan antara keduanya. kelompok skor kecerdasan emosional sebagai vari-
abel dependen. Terdapat tiga kelompok kecerdasan
emosional: skor total kecerdasan emosional sangat
BAHAN DAN METODE
baik (221-300), skor total kecerdasan emosional
Penelitian ini merupakan suatu studi dengan baik (141-220) dan skor total kecerdasan emosional
menggunakan rancangan penelitian observasional kurang baik (60-140). Statistik deskriptif digu-
analitik dengan rancangan yang digunakan potong nakan untuk mengetahui sebaran responden untuk
lintang (cross sectional analytic) untuk mengetahui variabel jenis kelamin, kelas, dan umur. Pada statis-
hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan tik inferensial, dilakukan uji korelasi untuk menilai
emosional remaja di Sekolah Menengah Pertama hubungan antara skor Pola Asuh (Demokrasi,
(SMP) Negeri 3 Negara. Pemilihan sampel meng- Otoriter dan Permisif). Skor total kecerdasan
gunakan puposive sampling. Penelitian dimulai emosional pola asuh demokratis (56-72), skor total
dengan identifikasi kasus yaitu melakukan wawan- kecerdasan emosional pola asuh otoriter (37-55)
cara kepada murid yang mengikuti ceramah dan dan skor total kecerdasan emosional pola asuh
bersedia mengisi kuesioner. Kemudian member- permisif (18-36). Hipotesis penelitian ini adalah
ikan informed consent dan kuesioner pada murid bahwa skor total Pola Asuh akan berbanding lurus
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria dengan skor Kecerdasan Emosional.
inklusi yaitu: 1) Murid Sekolah Menengah Pertama Penelitian ini telah mendapatkan keterangan
(SMP) Negeri 3 Negara. 2) Bersedia berpartisipasi kelaikan etik dari Komisi Etika Penelitian Fakultas
dalam penelitian dengan menandatangani informed Kedokteran Universitas Udayana/Rumah sakit
consent.. Kriteria eksklusi yaitu: 1) Menolak Umum Pusat Sanglah, Denpasar.
menjadi responden. 2) Tidak kooperatif.
Kuesioner berisi lembar persetujuan pasca
HASIL
penjelasan (informed consent), formulir data
demografi, dan instrumen penelitian. Responden Sejumlah 60 sampel yang memenuhi kriteria
yang telah memberikan persetujuannya secara inklusi dan eksklusi diikutsertakan dalam anali-
tertulis kemudian melengkapi formulir data sis data. Karakteristik dasar responden disajikan
demografi dan instrumen penelitian. Kuesioner dalam tabel dan narasi.
yang telah diisi kemudian dikembalikan ke peneliti. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah
Pola asuh orang tua diukur dengan menggu- sampel antara kelas VIII dan kelas IX hampir seim-
nakan kuesioner sebanyak 18 pernyataan, yang bang yaitu masing-masing untuk kelas VIII (46,7%)
mencangkup pola asuh demokrasi, otoritatif dan dan kelas IX (53,3%). Sebagian besar sampel
permisif. Pengukuran dengan menggunakan skala berumur 13 tahun (41,7%) dan 14 tahun (41,7%).
likert kategori pilihan jawaban Selalu (S), Sering Sedangkan yang berumur 12 tahun hanya (6,7%)
(SR), Kadang-kadang (KK) dan Tidak Pernah dan yang berumur 15 tahun (10%). Mayoritas
(TP). Untuk jawaban pertanyaan tersebut, maka sampel adalah perempuan yaitu sejumlah 43 orang
dibentuk skor pilihan jawaban Selalu (4), Sering (3), (71,7%). Sedangkan jumlah sampel laki-laki adalah

Medicina 2019; 50(2): 234-238 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.352 235


ARTIKEL ASLI

Tabel 1 Karakteristik sampel penelitian sangat baik 1 orang (25%), kecerdasan emosional
baik sejumlah 2 orang (50%) sedangkan dengan
Karakteristik Responden n %
kecerdasan emosional yang kurang baik sejumlah
Kelas 1 orang (25%).
VII 32 46,7 Tabel 2 juga menunjukkan bahwa melalui anali-
IX 28 53,3 sis chi square test didapatkan nilai p=0,001 (p<0,05)
sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan
Usia
yang bermakna antara pola asuh dan kecerdasan
12 tahun 4 6,7 emosional.
13 tahun 25 41,7
14 tahun 25 41,7
DISKUSI
15 tahun 6 10,0
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari
Jenis Kelamin
60 sampel sebanyak 41 orang (68,3%) memiliki pola
Lelaki 17 28,3 asuh otoriter, 1 orang (2,4%) diantaranya memiliki
Perempuan 43 71,7 kecerdasan emosional sangat baik, 13 orang (31,7%)
Pola Asuh memiliki kecerdasan emosional baik dan 27 orang
Demokratis 15 25,0 (65,9%) memiliki kecerdasan emosional yang
kurang baik. Pola asuh otoriter adalah pola asuh
Otoriter 41 68,3
orang tua yang lebih mengutamakan membentuk
Permisif 4 6,7 kepribadian anak dengan cara menetapkan standar
Tingkat kecerdasan Emosional mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan
Sangat Baik 5 8,3 ancaman-ancaman. Pola asuh otoriter memiliki
Baik 26 43,3
ciri-ciri, sebagai berikut: anak harus tunduk dan
patuh pada kehendak orang tua; pengontrolan
Kurang Baik 29 48,3
orang tua terhadap perilaku anak sangat ketat; orang
tua hampir tidak pernah memberi pujian; orang tua
Tabel 2 H
 ubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan yang tidak mengenal kompromi dan dalam komu-
Emosional Remaja di SMP Negeri 3 Negara (n=60) nikasi biasanya bersifat satu arah. Dampak yang
Kecerdasan Emosional p ditimbulkan dari pola asuh otoriter, anak memiliki
Sangat Baik Baik Kurang Baik sifat dan sikap, seperti: mudah tersinggung; pena-
Pola Asuh
kut; pemurung dan merasa tidak bahagia; mudah
Orang Tua n % n % n %
terpengaruh; mudah stress; tidak mempunyai arah
Demokratis 3 20,0 11 73,3 1 6.7 0,001 masa depan yang jelas; tidak bersahabat.7
Otoriter 1 2,4 13 31,7 27 65,9 Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
Permisif 1 25 2 50 1 25 dari 60 sampel, sebanyak 15 orang (25%) respon-
den memiliki pola asuh orang tua demokratis,
17 orang (28,3%). Mayoritas sampel memakai pola 3 orang (20%) memiliki kecerdasan emosional
asuh otoriter sejumlah 41 orang (68,3%). Pola asuh sangat baik, 13 orang (73,3%) memiliki kecer-
demokratis sejumlah 15 orang (25%) dan pola asuh dasan emosional baik dan 1 orang (6,7%) memi-
permisif sejumlah 4 orang (6,7%). Karakteristik liki kecerdasan emosional yang kurang baik.
sampel tingkat kecerdasan emosional sangat baik Pola asuh demokrasi adalah pola asuh orang tua
sejumlah 5 orang (8,3%), kecerdasan emosional yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam
baik sejumlah 26 orang (43,3%) dan kecerdasan rangka membentuk kepribadian anak dengan
emosional kurang baik sejumlah 29 orang (48,3%). cara memprioritaskan kepentingan anak yang
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pada bersikap rasional atau pemikiran-pemikiran. Pola
pola asuh demokrasi mempunyai kecerdasan asuh Demokrasi mempunya ciri-ciri yaitu: anak
emosional sangat baik sejumlah 3 orang (20,0 %), diberi kesempatan untuk mandiri atau mengem-
kecerdasan emosional baik sejumlah 11 orang bangkan kontrol internal; anak diakui sebagai
(73,3%) dan kecerdasan emosional kurang baik pribadi oleh orang tua dan turut dilibatkan dalam
sejumlah 1 orang (6,7%). Pada pola asuh otoriter pengambilan keputusan; menetapkan peraturan
kecerdasan emosional sangat baik jumlahnya 1 serta mengatur kehidupan anak; saat orang tua
orang (2,4%), kecerdasan emosional baik sejumlah menggunakan hukuman fisik, dan diberikan jika
13 orang (31,7%) dan kecerdasan emosional kurang terbukti anak secara sadar menolak melakukan
baik jumlahnya 27 orang (65,9%). Dan pada pola apa yang telah disetujui bersama, sehingga lebih
asuh permisif mempunyai kecerdasan emosional bersikap edukatif; memprioritaskan kepentingan

236 Medicina 2019; 50(2): 234-238 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.352


ARTIKEL ASLI

anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan dan pengendalian diri; suka mendominasi; tidak
mereka, bersikap realistis terhadap kemampuan jelas arah hidupnya; prestasinya rendah.7
anak, tidak berharap yang berlebihan yang melam- Pada penelitian pola asuh yang paling banyak
paui kemampuan anak; memberikan kebebasan diterapkan adalah pola asuh otoriter, diikuti pola
kepada anak untuk memilih dan melakukan asuh demokratis dan selanjutnya pola asuh permi-
suatu tindakan; pendekatan kepada anak bersifat sif. Namun di antara ketiga pola asuh ini, ditemu-
hangat.7 Penelitian pada siswa SMA di Klungkung kan bahwa pola asuh demokratis menunjukkan
dinyatakan 86,7% siswa menerima pola asuh otor- tingkat kecerdasan emosional baik paling tinggi
itatif sangat tinggi (54,2%) dan tinggi (42,5%).8 yaitu (73,3%), kemudian pola asuh permisif dengan
Penelitian di SMA Saraswati 1 Denpasar mene- tingkat kecerdasan emosional baik (50%) dan pada
mukan pola asuh demokratis diterima mayoritas pola asuh otoriter ditemukan tingkat kecerdasan
sampel (71%).9 Penelitian ini di dukung oleh pene- emosional baik (31,7%)
litian yang dilakukan oleh Rizvi & Najam pada Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
remaja yang berumur rata-rata 14,8 di Pakistan yang dilakukan oleh Aisyah, St. dimana setiap
didapatkan bahwa pola asuh otoritatif orang tua pola asuh memberi kontribusi terhadap perilaku.
berperan menurunkan masalah emosi dan perilaku Kontribusi yang diberikan dapat negatif maupun
remaja.10 Nikoogoftar & Seghatoleslam, meny- positif. Oleh karena itu, pada masing-masing
impulkan bahwa pola asuh sangat berperan pada tipe pola asuh terdapat sisi kekuatannya dan sisi
masalah emosi dan perilaku.11 Penelitian sebelum- kelemahannya. Berkaitan dengan hal ini maka
nya yang dilakukan oleh Alizadeh pada sekolah orang tua harus semakin menyadari posisinya dan
dasar didapatkan adanya hubungan negatif antara menerapkan pola asuh yang paling tidak merang-
pola asuh otoritatif dengan masalah internalisasi sang potensi agresif pada anak-anak asuhnya.
dan ekternalisasi.12 Penelitian yang dilakukan Disadari bahwa hampir tidak ada orang tua yang
oleh Aini & Dewi pada anak usia 36 bulan sampai mempraktikkan pola asuh secara murni pada salah
72 bulan didapatkan pola asuh otoritatif berperan satu tipe. Kecenderungan-kecenderungan pada
menurunkan penyimpangan mental dan emosi tipe pola asuh tertentu nampaknya lebih banyak
anak.13 digunakan oleh orang tua. Atau bahkan orang
Kemudian dari 60 responden hanya 4 orang yang tua mempraktikkan pola asuh secara elektrik,
memiliki pola asuh orang tua yang permisif, 1 orang artinya melakukan pengasuhan kepada anaknya
(25%) memiliki kecerdasan emosional sangat baik, secara situasional.14 Beberapa penelitian lain yang
2 orang (50%) memiliki kecerdasan emosional baik mendukung seperti penelitian yang dilakukan
dan 1 orang (25%) memiliki kecerdasan emosional oleh Soekartiningsih meneliti hubungan pola asuh
yang kurang baik. Pola Asuh permisif adalah pola orang tua dengan masalah emosi dan perilaku pada
asuh orang tua pada anak dalam rangka memben- anak –anak usia prasekolah di taman kanak-kanan
tuk kepribadian anak dengan cara memberikan Speak first Klaten dengan subyek penelitian ibu dari
pengawasan yang sangat longgar dan memberi- anak-anak membuktikan bahwa ada hubungan
kan kesempatan pada anaknya untuk melakukan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. masalah emosi dan perilaku anak prasekolah.15
Adapun kecenderungan orang tua tidak menegur
atau memperingatkan anak apabila anak sedang
SIMPULAN
dalam bahaya, sangat sedikit bimbingan yang
diberikan oleh mereka. Sikap-sikap dimiliki orang Ada hubungan signifikan antara pola asuh orang
tua adalah hangat sehingga sering kali disukai oleh tua dengan kecerdasan emosional remaja dengan
anak. Pola asuh permisif memiliki ciri sebagai beri- (p = 0,001 ; p < 0,05). Hasil ini mengindikasikan
kut: Orang tua bersikap acceptance tinggi namun bahwa semakin bagus pola asuh orang tua maka
kontrolnya rendah, anak diizinkan membuat kepu- semakin baik juga kecerdasan emosional remaja.
tusan sendiri dan dapat berbuat sekehendaknya Hasil penelitian pada sampel menunjukkan pola
sendiri; Orang tua memberi kebebasan kepada asuh demokratis mempunyai kecenderungan
anak untuk menyatakan dorongan atau keingi- kecerdasan emosional baik paling tinggi dibanding
nannya; Orang tua kurang menerapkan hukuman pola asuh permisif dan otoriter.
pada anak, bahkan hampir tidak menggunakan Kelemahan penelitian ini adalah pemilihan
hukuman. Adapun dampak yang ditimbulkan dari sampel menggunakan puposive sampling sehingga
pola asuh ini membawa pengaruh atas sifat-sifat tidak semua populasi mempunyai kesempatan
anak seperti: bersikap impulsif dan agresif; suka sebagai sampel sehingga penelitian ini tidak bisa
memberontak; kurang memiliki rasa percaya diri digeneralisasi.

Medicina 2019; 50(2): 234-238 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.352 237


ARTIKEL ASLI

REFERENSI 10. Rizvi, S.F.I & Najam, N. 2015. Emotional and behaviour
problems associated with parenting styles in pakistan
1. Amriel, R.I. 2008. Psikologi kaum muda pengguna nar- adolescents. VFAST Transactions on Education and Social
koba. Jakarta: Salemba Humanika Sciences,2015: 8(2): 2411-0221.
2. Pitasari, L & Kurniajati, S. Tahapan penyalahgunaan alko- 11. Nikoogoftar, M & Seghatoleslam, S. The role of parenting
hol berdasarkan tipe kepribadian pada remaja komunitas style in predicting adolescent behaviour and emotional
scooter Kediri Bangkit di Kediri. STIKES RS. Baptis. Jurnal problems.2014; 3(1):23-25
STIKES. 2013; 6: 1. 12. Alizadeh S, Talib MA, Abdullah R. & Mansor M, 2011.
3. Batubara, J.R.L. Adolescent development (perkemban- Relationship between parenting styele and childrens
gan remaja). Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr behaviour problems. [Online] tersedia :http://dx.doi.
Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas org/10.5539/ass.v7n12p195[diakses 3 Februari 2018].
Indonesia. Jakarta Sari Pediatri. 2010; 12: 1. 13. Aini LIN. & Dewi A, Hubungan antara pola asuh orang tua
4. Andriani, A. Kecerdasan mosional (emotional quotient) dengan penyimpangan mental dan emosi anak usia 36-72
dalam peningkatan prestasi belajar. Edukasi. 2014; 2(1): bulan di PG-TK Terpadu Gabungan Tanon Sragen. (tesis)
459-472. Universitas Gadjah Mada.2013
5. Silitonga, R.S. Hubungan pola asuh orang tua dengan 14. Aisyah S. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat
perkembangan emosional remaja di Sekolah Menengah agresivitas anak. Jurnal MEDTEK. 2010; 2: 1.
Atas (SMA) Negeri 14 Medan.(skripsi). Medan. Universitas 15. Soekartiningsih E. Hubungan pola asuh orang tua dengan
Sari Mutiara Indonesia.2015 gangguan emosi dan perilaku pada anak usia prasekolah di
6. Goleman, D. Emotional intelegence. Jakarta: PT Gramedia Taman Kanak-Kanak Speak First Klaten. Electronic theses
Pustaka Utama,2016.h. 54-57. and Disertations (ETD) Gadjah Mada University.2014
7. Tridhonanto, A. & Agency, B. 2014. Mengembangkan pola
asuh demokratis. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
2014.h.12-17.
8. Mirah, IGA. Hubungan pola asuh autoritatif dan efikasi
diri dengan masalah emosi dan perilaku pada siswa siswi
Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Klungkung [tesis]. This work is licensed under a Creative Commons Attribution
Denpasar: Universitas Udayana.2016
9. Damayanti, M. Masalah mental dan emosional remaja
remaja: deteksi dan intervensi. Majalah Sari Pediatri. 2011;
13 (Supll): 45-51.

238 Medicina 2019; 50(2): 234-238 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.352

Anda mungkin juga menyukai