Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN KECERDASAN EMOSI

DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA


DI KOTA PONTIANAK

(The Correlation Between The Stress Level And Emotional Quotient With
Bullying Behavior In Adolescence At Pontianak City)

Cintyakarin Cikal Agustanadea*, Djoko Priyono**, Rara Anggraini***


* Mahasiswi Prodi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak
** Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak
*** Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak
Email : cintyakarinagistanadea@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan
fisik, psikologi dan sosial. Perubahan yang dialami remaja dapat menyebabkan
munculnya perilaku bullying akibat dari tingkat stres dan kecerdasan emosi yang
dimiliki remaja.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara tingkat stres dan kecerdasan emosi dengan
perilaku bullying pada remaja di kota Pontianak
Metode : Desain penelitian ini berupa deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Tehnik sampling yang digunakan adalah probability sampling dengan
jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 354 pada siswa menengah atas negeri di
Kota Pontianak. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner Perceive Stress Scale
(PSS), kuesioner Self-Report Emotional Intellegence Test (SSEIT), dan kuesioner
Adolescent Peer Relations Instrument (APRI) seksi A. Analisis statistik menggunakan
uji Spearman rank dengan nilai p < 0,05.
Hasil : Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 58,8%% dengan suku
terbanyak yaitu Melayu sebanyak 48,0% dan agama terbanyak yaitu Islam sebanyak
83,3%.Hasil uji statistik didapatkan nilai p pada tingkat stres dengan perilaku bullying
p = 0,290 dan nilai p pada kecerdasan emosi dengan perilaku bullying p = 0,627.
Kesimpulan :Tidak ada hubungan antara tingkat stres dan kecerdasan emosi dengan
perilaku bullying. Semakin ringan tingkat stres atau semakin tinggi kecerdasan emosi,
tidak menutup kemungkinan seseorang melakukan bullying.

Kata Kunci : Tingkat Stres, Kecerdasan Emosi, Perilaku Bullying


ABSTRACT

Background : Adolescence is a period where a person experiences physical,


psychological and social changes. Changes experianced can induce bullying behavior
caused by the level of stress and emotional quotient possessed by adolescents.
Aim : To find out the correlation between stress level and emotional
quotient with bullying behavior in adolescences at Pontianak.
Method : The design of this study is descriptive with cross sectional approach.
The sampling technique used is probability sampling with the number of samples in
this study as many as 354 in senior high schools in the city of Pontianak.. The
instruments used were the Perceive Stress Scale (PSS) questionnaire, Self-Report
Emotional Intelligence Test (SSEIT) questionnaire, and Adolescent Peer Relations
Instrument (APRI) section A questionnaire.. Statistical analysis used the Spearman
rank test with p value < 0,005.
Result : Most gender is a girl as much as 58.8%, most tribes is Malay as much
as 48.0% and most religions is Islam as much as 83.3%. The result of Spearman test
gets p value of stress level with bullying behavior is p = 0,290 and p value of emotional
quotient with bullying behavior is p = 0,62.
Conclusion :There is no correlation between stress level and emotional quotient
with bullying behaviour. The lighter the stress level or the higher emotional quotient,
does not rule out the possibility of someone bullying.

Keyword : Stress Level, Emotional Quotient, Bullying Behavior

PENDAHULUAN penduduk remaja usia sekolah yang ada di


Masa remaja merupakan masa transisi Kalimantan Barat berdasarkan data dari
dari masa anak-anak menuju dewasa dan Badan Pusat Statistik (2010) didapatkan hasil
merupakan bagian kehidupan yang penting yaitu jumlah penduduk usia sekolah berusia
dalam siklus perkembangan.19 Remaja 13 – 15 tahun berjumlah 263.232 jiwa dan
merupakan masa peralihan dimana periode penduduk usia sekolah berusia 15 – 18 tahun
ini ditemukan berbagai perubahan terjadi berjumlah 239.461 jiwa.4
baik perubahan hormonal, fisik, psikologis Pertumbuhan dan perkembangan remaja
maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan terdapat perbedaan karakteristik pada setiap
sangat cepat dan terkadang tanpa disadari.7 individu yang mempengaruhi pada saat
World Health Organization (WHO) mulainya masa remaja sehingga pada masa
tahun 2014 menyatakan 18% dari penduduk remaja sering terlihat perubahan berupa
di dunia atau sebanyak 1,2 milyar adalah kegelisahan, pertentangan, keinginan
remaja.16 Prevalensi remaja menurut hasil mencoba hal yang belum pernah diketahui,
survei Penduduk Antar Sensus pada tahun keinginan menjelajah alam sekitar,
2015 terdapat 21.110.721 penduduk 15 – 19 mengkhayal dan berfantasi, serta aktivitas
tahun.5 Umur masa remaja merupakan berkelompok.11 Pada remaja terjadi
kategori penduduk usia sekolah. Jumlah peningkatan alasan logis dan abstrak serta
secara perkembangan emosional atau meningkat dari tahun ketahun. Sebesar
psikologis, anak remaja umumnya berjuang (6,0%) masyarakat Indonesia yang berumur
menuju kematangan dan kebebasan.2 lebih dari 15 pada anak sekolah mengalami
Perkembangan emosional dan psikologis gangguan mental emosional berupa stres,
pada remaja dapat direfleksikan dengan kecemasan, dan depresi.15 Penyebab stres
melakukan kenakalan remaja seperti yang dialami oleh remaja yaitu penyesuaian
membantah orang tua, tindakan agresif terhadap lingkungan sosial yang dihadapi
kepada teman sebaya, perkembangan sikap sehari – hari yang meliputi lingkungan
asertif, kebahagiaan remaja dalam keadaan keluarga termasuk suasana dan pola asuh
tertentu yang dialaminya dan peran gender yang diterapkan keluarga, lingkungan
serta salah satu bentuk dari kenakalan remaja sekolah termasuk suasana sekolah dan
adalah perilaku bullying.9 Bullying lingkungan masyarakat termasuk sosial
merupakan salah satu bentuk tindakan agresif budaya.23
dari seorang individu yang lebih berkuasa Salah satu penyebab dari tindakan
dapat berbentuk kekerasan fisik, verbal bullying adalah kecerdasan emosi rendah.
maupun sosial yang dilakukan dengan Kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan
sengaja dan dalam periode tertentu.25 individu dalam memahami perasaan
Berdasarkan data dari KPAI terdapat kasus mengelola emosi dengan memberikan
yang banyak mengenai kekerasan atau motivasi pada diri sendiri sehingga dapat
bullying. Lingkungan sekolah merupakan mengatasi masalah dalam menyelesaikan
tempat yang banyak ditemukan kejadian tugas yang sulit atau hambatan dalam
bullying sekitar 61 – 73% tindakan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.22 Kecerdasan
bentuk kekerasan, pemerasan, mengancam emosi remaja khususnya pada madya berusia
dan mengambil barang.1 15-18 tahun seringkali ditemukan remaja
Perilaku bullying merupakan salah satu yang bingung dalam mencari identitas diri,
bentuk kenakalan remaja yang merupakan tidak tahu harus memilih yang mana,
dampak dari stres dan kecerdasan emosi yang memilih antara optimis atau pesimis dan
rendah. Perkembangan psikologis atau emosi sebagainya.19
remaja bersifat negatif dan temperamental. Studi pendahuluan yang dilakukan pada
Oleh karena itu untuk mencapai kematangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
emosi merupakan tugas perkembangan yang Kalimantan Barat sebagaimana yang
sangat sulit bagi remaja terutama pada masa menangani mengenai Sekolah Menengah
remaja madya (pertengahan) yang memiliki Atas (SMA) yang ada di Kalimantan Barat,
tugas perkembangan utama yaitu mencari didapatkan hasil bahwa terdapat 10 sekolah
identitas diri.19 Upaya untuk mencapai negeri tingkat SMA yang terdapat di Kota
kematangan emosi atau memilki Pontianak yang memiliki 3092 siswa yang
perkembangan psikologis yang baik pada duduk di kelas X di Kota Pontianak.
remaja diperlukan adanya kecerdasan emosi Berdasarkan hasil studi pendahuluan
dan mengontrol stres. yang telah dilakukan oleh peneliti di dua
Stres adalah sebuah keadaan dimana SMA Negeri yaitu di SMA Negeri 7 dan
terdapat tuntunan non spesifik yang SMA Negeri 10 dengan mewawancarai 20
mengharuskan seseorang individu untuk siswa yang duduk dikelas X pada tanggal 30
melakukan suatu tindakan atau memberikan Desember 2018 didapatkan hasil terdapat 13
suatu respon.24 Menurut data Riset Kesehatan siswa yang mengatakan mengalami stres
Dasar (Rikesdas) pada tahun 2013 prevalensi dengan masalah yang dihadapi sehari – hari.
kejadian stres pada remaja di Indonesia Terdapat remaja yang mengatakan stres
bukan karena dari lingkungan sekolah tetapi adalah probability sampling dengan
ada masalah di rumah. Para siswa merasakan menggunakan simple random sampling.
stres dengan kehidupan sekolah sehari – hari Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
yang kebanyakan stres akibat banyaknya yaitu kuesioner Perceive Stress Scale (PSS),
tugas yang diberikan dan masalah yang ada kuesioner Self-Report Emotional
di lingkungan. Terdapat 15 dari 20 siswa Intellegence Test (SSEIT), dan kuesioner
mengatakan bahwa mengalami emosi yang Adolescent Peer Relations Instrument (APRI)
tidak stabil. Sebagaian besar para remaja seksi A. Analisis data pada penelitian ini
pada saat sekolah mengatakan bahwa mudah menggunakan analisis statistik komputer.
marah atau sensitif dan mudah terbawa emosi pengolahan data yang telah terkumpul
atau tidak dapat mengendalikan emosi. dilakukan dengan menggunakan frekuensi
Stres yang tinggi dan kecerdasan emosi untuk analisis univariat, dan analisis bivariat
yang rendah dapat memicu seseorang untuk menggunakan uji Spearman rank untuk
melakukan tindakan bullying yang dapat melihat hubungan tingkat stress dan
merugikan seperti melakukan tindak kecerdasan emosi dengan perilaku bullying.
kekerasan di lingkungan sekolah. Tercatat
pada tanggal 30 Mei sampai 22 Juli 2018 HASIL
terdapat 41 kasus anak pelaku kekerasan dan 1. Analisis Univariat
bullying di Indonesia yang disampaikan oleh
Tabel. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Komisioner KPAI bidang pendidikan.30
Jenis Kelamin, Suku dan Agama pada Remaja Di Kota
Dampak pada remaja yang tidak dapat Pontianak (N = 354)
mengontrol psikologisnya dapat berupa Karakteristik F %
timbulnya perilaku menarik diri, perilaku
kekerasan, menggunakan obat terlarang, JenisKelamin
Laki – Laki 146 41,2
alkohol, tidur tidak teratur, dan dapat Perempuannn 208 58,8
menangis tanpa alasan.6 Suku
Dengan banyaknya fenomena diatas Melayu 170 48,0
sehingga perlu untuk diteliti penelitian Dayak 31 8,8
dengan judul “Hubungan Tingkat Stres Dan Jawa 78 22,0
Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku Bullying Sunda 9 2,5
Pada Remaja Di Kota Pontianak”. Batak 12 3,4
Bugis 19 5,4
Madura 9 2,5
METODE Tionghoa 17 4,8
Jenis penelitian ini adalah penelitian Flores 1 0,3
kuantitatif menggunakan desain penelitian Minang 2 0,6
deskriptif analitik dengan pendekatan cross Ambon 2 0,6
sectional. Proses pengumpulan data yaitu Aceh 1 0,3
pada tanggal 25 maret – 16 april 2019 yang Arab 3 0,8
dilakukan pada sepuluh Sekolah Menengah Agama
Atas (SMA) negeri di Kota Pontianak yaitu Islam 295 83,3
SMA negeri 1, SMA negeri 2, SMA negeri 3, Katolik 33 9,3
SMA negeri 4, SMA negeri 5, SMA negeri 6, Protestan 24 6,8
SMA negeri 7, SMA negeri 8, SMA negeri 9, Budha 2 0,6
dan SMA negeri 10. Jumlah responden yang Sumber: Data Primer (2019), telah diolah
digunakan sebanyak 354 responden. Teknik
yang digunakan untuk pengambilan sampel
Hasil analisis pada tabel. 1 di atas 2. Analisis Bivariat
menunjukkan bahwa karakteristik jenis
kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu Tabel. 5 Hubungan Tingkat Stres dengan Perilaku
58,8%, karakteristik suku terbanyak adalah Bullying Pada Remaja Sekolah Menengah Atas di
Kota Pontianak.
Melayu yaitu 48,0 %, karakteristik agama
terbanyak adalah Islam yaitu 83,3%. Perilaku bullying
p
Tabel. 2 Distribusi FrekuensiTingkat stres pada remaja R val
Pernah Tidak
SMA Negeri di Kota Pontiank (N = 354) ue
Pernah
Tingkat stres f %
f % f %
Stres ringan 44 12,4
Stres sedang 301 85,0 Tin- Nor 0 0 0 0 - 0,2
Stres berat 9 2,5 gkat mal 0,0 90
Sumber: Data Primer (2019), telah diolah str- 56
es Rin 43 97,7 1 2,3
Berdasarkan tabel. 2 di atas didapatkan gan
bahwa tingkat stres yang paling banyak
Sed 287 95,3 14 4,66
dialami oleh responden adalah tingkat stres ang 4
sedang yaitu sebesar 85,0%.
Ber 8 88,8 1 11,2
Tabel. 3 Distribusi Frekuensi Kecerdasan emosi pada at
remaja SMA Negeri di Kota Pontianak (N = 354)
Kecerdasan Emosi f % Total 338 95,5 16 4,5
Tinggi 44 12,4 Sumber: Data Primer (2019), telah diolah
Sedang 265 74,9
Rendah 45 12,7 Berdasarkan Tabel 4.5 diatas didapatkan
Sumber: Data Primer (2019), telah diolah bahwa dari hasil uji statistik spearman
dengan total 354 responden menunjukan nilai
Berdasarkan tabel. 3 diatas didapatkan p = 0,290 yang berarti p > 0,05.Nilai korelasi
bahwa kecerdasan emosi yang paling banyak spearman sebesar -0,056 menunjukkan arah
dimiliki oleh responden adalah kecerdasan korelasi negatif dengan ekuatan korelasi
emosi sedang yaitu sebesar 74,9%. sangat lemah. Dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima yang artinya tidak ada hubungan
Tabel. 4 Distribusi Frekuensi Perilaku bullying pada antara Tingkat Stres dengan Perilaku
Remaja SMA Negeri di Kota Pontianak (N = 354)
Bullying pada Remaja di Kota Pontianak.
Analisis Perilaku f %
Bullying
Tabel. 6 Hubungan Kecerdasan Emosi dengan
Tidak pernah 16 4,5 Perilaku Bullying Pada Remaja Sekolah Menengah
Pernah 338 95,5 Atas di Kota Pontianak.
Sumber: Data Primer (2019), telah diolah

Berdasarkan tabel. 4 diatas didapatkan


bahwa responden mayoritas pernah
melakukan perilaku bullying yaitu sebesar
95,5%.
Perilaku bullying
p Hasil penelitian yang dilakukan oleh
r val Yuliana dan Hidayati menunjukan bahwa ada
Pernah Tidak
Pernah
ue hubungan antara jenis kelamin dan tingkat
stres seseorang. Remaja perempuan memiliki
f % f % sifat lebih sering memendam rasa atau
memakai emosi sedangkan pada remaja laki
Ke- Tin 42 95,4 2 4,55 - 0,6
erd- ggi 5 0, 27
– laki lebih mudah untuk meluapkan emosi
asa- 02 pada dirinya. Jenis kelamin dapat
n Sed 254 95,8 11 4,16 6 mempengaruhi stres dikarenakan remaja
em- ang 4 perempuan lebih peka terhadap
osi lingkungannya. 34
Ren 42 93,3 3 6,7
dah Responden perempuan lebih banyak
daripada laki – laki dikarenakan populasi
Total 338 95,5 16 4,5 siswa perempuan lebih banyak daripada
Sumber: Data Primer (2019), telah diolah
siswa laki – laki di SMA negeri di Kota
Pontianak. Responden perempuan lebih
Berdasarkan Tabel. 6 diatas didapatkan banyak sehingga dapat mempengaruhi hasil
bahwa dari hasil uji statistik spearman dari peneltian dikarenakan perempuan lebih
dengan total 354 responden menunjukan nilai peka dan menggunakan perasaan yang dapat
p = 0,627 yang berarti p > 0,05. Nilai korelasi menimbulkan stres pada remaja perempuan
spearman sebesar -0,026 menunjukkan arah dibandingkan laki – laki. Perilaku bullying
korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang dilakukan laki – laki lebih mengarah
sangat lemah. Dapat disimpulkan bahwa Ho melakaukan bullying verbal dan bullying
diterima yang artinya tidak ada hubungan fisik dengan memaki sesama teman laki –
antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku laki maupun memaki teman perempuan
Bullying pada Remaja di Kota Pontianak. sedangkan pada perempuan lebih
menggunakan bullying verbal daripada
PEMBAHASAN bullying fisik seperti mengatai teman kelas,
mengolok teman kelas.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Karakteristik Responden Berdasarkan
Hasil penelitian menunjukan bahwa Suku
jumlah responden paling banyak yaitu Hasil penelitian ini terdapat 13 suku
perempuan sebanyak 58,8% sedangkan yang dimiliki responden. Suku responden
jumlah responden laki – laki sebnayak yang termasuk banyak adalah Melayu yaitu
41,2%. 48,0 % dan suku Jawa terdapat 22,0%.
Menurut Brizendine dalam Nasrani dan Adanya perbedaan suku atau etnis adalah
Purnawati terdapat perbedaan antara jenis salah satu aspek penting bagi seorang
kelamin laki – laki dan perempuan dalam individu agar dapat hidup rukun dengan
mengontrol stres. Perempuan memiliki orang lain yang sangat beragam dan
sikap kewaspadaan yang negatif sehingga multikultur. Kegagalan mengakui adanya
dapat menimbulkan stres, gelisah dan rasa keberagaman ini dapat menimbulkan hal –
takut sedangkan laki - laki dapat menganggap hal kesenjangan dalam kehidupan. Perbedaan
konflik dapat memberikan dorongan ke arah suku dan budaya merupakan potensi tetapi
positif.18 hal ini dapat menjadi salah satu pemicu
adanya bullying.26
Penelitian mengenai studi fenomenologi perbedaan suku yang ada di lingkungan
konteks budaya Jawa pada empati remaja sekitar
didapatkan hasil bahwa terdapat budaya jawa
mengenai masalah apapun keadaan yang Karakteristik Responden Berdasarkan
sedang dihadapi oleh seseorang bukan salah Agama
satu penghambat seseorang berkomunikasi Hasil penelitian ini didapatkan sebagian
dengan orang lain. Keluarga jawa selalu besar agama yang dimiliki adalah Islam yaitu
berpegang pada nilai – nilai moral salah 83,3%. Agama yang paling sedikit jumlahnya
satunya mengenai nilai kepedulian saling pada penelitian ini yaitu agama Budha yaitu
menolong dan tidak mencelakai satu sama 0,6%.
lain.33 Berdasarkan hasil penelitian dari
Penelitian yang mengenai kebudayaan Novitasari, Yusuf dan Ilfiandra mengenai
Melayu dalam kehidupan muslim spiritualitas pada remaja didapatkan hasil
didapatakan hasil terdapat pengaruh terhadap tidak terdapat perbedaan spiritualitas dari
orang melayu mengajarkan untuk saling remaja laki - laki maupun perempuan. Pada
menolong satu sama lain dan gotong royong. saat mengalami masa – masa sulit, para
Budaya yang diajarkan secara tidak langsung remaja mencari jalan keluar dengan mencari
membuat tingkah laku seseorang mengikuti Tuhan. Di Indonesia memiliki beberapa
budaya atau suku yang dimilkinya.3 agama dan setiap masyarakat memiliki
Suku Melayu adalah mayoritas suku kebutuhan beribadah dan mempunyai
yang ada di Kalimantan Barat khususnya di hubungan batin terhadap Tuhan Yang Maha
Pontianak. Bahasa yang digunakan mayoritas Esa.20
remaja juga menggunakan bahasa Melayu Penelitian yang dilakukan oleh
dalam berkomunikasi sehari - hari. Wewengkang dan Moordiningsih mengenai
Berdasarkan hasil penelitian Yusriadi studi fenomelogi pengaruh islam dalam
didapatkan bahwa penduduk Kalimantan membangun empati remaja didapatkan hasil
Barat berkisar 40 – 50% adalah berasal dari bahwa didalam agama Islam mengajarkan
suku Melayu.35 Suku Jawa merupakan suku untuk selalu memiliki akhlak yang mulia
yang banyak ditemui dikarenakan adanya dalam berkehidupan sehari - hari sesuai
kedatangan para suku Jawa dari pulau Jawa perintah Allah. Islam menuntut seseorang
bertujuan karena berpindah tugas seperti dapat saling memperhatikan satu sama lain,
polisi atau tentara yang mendapat tugas di peduli dengan orang lain, saling membantu
Kota Pontianak yang kemudian hidup dan dan dapat membangun tanggung jawab sosial
membuat keluarga di Kota Pontianak. yang dimiliki.33
Berdasarkan hasil penelitian Haba Islam merupakan agama mayoritas yang
didapatkan Provinsi Kalimantan Barat ada di Kota Pontianak. Pada umunnya suku
merupakan provinsi keempat terluas yang tebesar di Kalimantan Barat yaitu melayu
ada di Indonesia yang memiliki beragam identic dengan menganut agama Islam.
suku baik suku asli maupun suku Bedasarkan Data Statistik Kependudukan
pendatang.10 Kalimantan Barat tahun 2018 didapatkan
Beragam suku yang dimiliki responden sebanyak 1.657.680 penduduk beragama
baik remaja laki – laki maupun perempuan Islam.8
tidak membedakan bergaul memandang Berdasarkan hasil penelitian ini,
suku. Remaja saling berbaur satu sama lain didapatakan mayoritas beragama islam dan
meskipun adanya perbedaan suku dan terdapat agama lain seperti Kristen dan
budaya. Remaja dapat beradaptasi dengan Budha. Adanya perbedaan keyakinan yang
dimiliki oleh remaja tidak mempengaruhi responden yaitu lebih banyak mengalami
remaja dalam melakukan aktifitas. Saat stres sedang.27
penelitian terdapat remaja muslim yang Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
sedang mengaji di dalam kelas dan tidak ada banyaknya remaja yang mengalami stres
remaja yang non muslim dikelas tersebut sedang. Hal ini dapat dikarenakan adanya
yang melarang remaja tersebut mengaji. perbedaan lingkungan seperti teman baru,
Terdapat toleransi beragama yang tinggi di dikarenakan siswa remaja kelas X SMA kota
dalam kelas tersebut. Pontianak berasal dari sekolah yang berbeda
saat duduk di bangku sekolah menengah
Tingkat Stres Pada Remaja Sekolah pertama. Stres dapat terjadi dikarenakan
Menengah Atas Negeri Di Kota Pontianak adanya konflik dengan teman di sekolah
Hasil penelitian yang telah dilakukan maupun dengan keluarga di rumah. Stres bisa
dengan menggunakan kuesioner PSS terjadi dikarenakan tekanan dalam belajar
didapatkan dari 354 responden tingkat stres ataupun tuntutan yang harus dilakukan, setiap
yang paling banyak dialmi oleh remaja yaitu anak memiliki tingkat pemahaman yang
stres sedang sebesar 85,0%. berbeda dalam memeahami sesuatu. Apabila
Stres dapat dialami pada remaja akibat emaja tidak bias mengelola koflik atau
dari timbulnya perubahan besar terhadap masalah yang dihadapi dapat menyebabkan
persepsi yang dimiliki dan pengalaman yang remaja tersebut dapat mengalami stres.
dilalui. Stres dapat terjadi dikarenakan
adanya rangsangan yang memicu stres baik Kecerdasan Emosi Pada Remaja Sekolah
dalam diri maupun dari lingkungan luar Menengah Atas Negeri Di Kota Pontianak
seperti keadaan emosi yang dialami atau Hasil penelitian menunjukan bahwa
adanya perubahan peran di dalam lingkungan jumlah responden yang memiliki kecerdasan
keluarga maupun sosial.24 emosi tinggi sebanyak 12,4% dan kecerdasan
Remaja yang tidak dapat mengendalikan emosi rendah sebanyak 12,7%. Mayoritas
situasi memiliki peluang mengalami stres kecerdasan emosi yang dimiliki responden
yang lebih besar. Semakin besar kendali yang yaitu kecerdasan emosi sedang sebanyak
dapat dimilki oleh remaja bahwa ia dapat 4,9%.
melakukan sesuatu atau mengonrol diri, Perkembangan emosi yang dialami pada
semakin kecil kemungkinan stres yang akan remaja menunjukkan adanya sifat yang
timbul.6 sensitif dan reaktif terhadap kejadian yang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh dialaminya. Perkembangan kecerdasan
Suci mengenai hubungan stres akademik emosi remaja sedang memasuki tahap adanya
dengan prestasi belajar pada Siswa SMA ketegangan emosi meningkat akibat adanya
Negeri 1 Sawahlunto didapakan adanya perubahan fisik yang dialami serta tekanan
tingkat stres dalam kategori tinggi yang dari lingkungan sosial.28
dialami oleh siswa SMA Negeri 1 Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sawahlunto. Stres dalam kategori tinggi ini Illahi,Neviyarni,Said & Ardi didapatkan hasil
dapat terjadi dikarenakan siswa belum kecerdasan emosi yang dimiliki remaja MAN
sepenuhnya dapat mengelola kondisi yang 1 Tanah Datar secara garis besar berada
dialami atau situasi yang menyebabkan dalam kategori kecerdasan emosi tinggi
munculnya stres serta adannya berbagai dengan presentase 48,31% dan presentase
tuntutan meliputi tuntutan akademik. paling rendah pada kecerdasan emosi rendah
Berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan dengan presentase 17,42%.12
peneliti dimana tingkat stres yang dialami
Berdasarkan hasil peneltian, didapatkan dapat dikarenakan adanya masalah dari
kecerdasan emosi pada remaja rata - rata pada keluarga seperti contoh keluarga yang tidak
tingkat kecerdasan emosi sedang. harmonis, mengikuti perilaku teman sebaya
Kecerdasan emosi ini dapat terjadi maupun melakukan bullying karena pengaruh
dikarenakan adanya respon yang kurang lingkungan. Tindakan yang dilakukan remaja
dalam aspek – aspek kecerdasan emosi yaitu seperti menggoda temannya mengenai
meliputi aspek mengenali emosi, mengontrol hal – hal yang tidak disukai, mengatakan
diri, empati dan bersosialisasi. Kecerdasan komentar kasar kepada orang lain, memaki
emosi sedang ini dapat diartikan bahwa kepada sesama kawan, mengolok terhadap
remaja belajar menjadi individu yang tdak penampilan temannya. Selama peneliti
mudah terbawa emosi terhadap masalah yang melakukan penelitian tidak terlihat seorang
dihadapi, meskipun masih ada aspek – aspek remaja yang melakukan bullying fisik
yang masih belum bisa untuk mengatur emosi terhadap temannya seperti menendang
yang ada dalam dirinya. temannya tetapi peneliti melihat terdapat
remaja melakukan bullying verbal seperti
Perilaku Bullying Pada Remaja Sekolah mengatai temannya maupun bullying
Menengah Atas Negeri Di Kota Pontianak relasional seperti membicarakan atau
Hasil penelitian menunjukan bahwa bergossip tentang temannya.
jumlah responden yang pernah melakukan
bullying lebih banyak daripada yang tidak Hubungan Tingkat Stres Dengan Perilaku
pernah melakukan bullying. Responden yang Bullying Pada Remaja Sekolah Menengah
pernah melakukan bullying sebanyak 95,5% Atas Di Kota Pontianak
sedangkan responden yang tidak pernah Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
melakukan bullying terdapat 4,5%. dari hasil uji statistik spearman dengan total
Perilaku bullying dapat terjadi 354 responden menunjukan nilai p value
dikarenakan proses sosialiasi yang tidak sebesar 0,290 yang berarti p > 0,05. Dapat
sempurna dari lingkungan rumah maupun disimpulkan bahwa Ho diterima dimana tidak
lingkungan luar. Perilaku bullying dapat terdapat hubungan antara Tingkat Stres
disebabkan adanya faktor dari lingkungan dengan Perilaku Bullying pada Remaja
keluarga, mengikuti teman sebaya dan media Sekolah Menengah Atas di Kota Pontianak.
massa.17 Perilaku bullying di sekolah dapat terjadi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh di beberapa tempat disekolah, biasanya di
Indriyani mengenai perilaku bullying pada kelas, kantin atau di toilet sekolah. Perilaku
siswa SMA Al-Azhar 3 Bandar lampung bullying disekolah dapat dilakukan teman
didapatkan hasil siswa yang melakukan sekelas ataupun kakak kelas. Perilaku
bullying mencapai 99,54%. Bentuk perilaku bullying ini dapat meresahkan siswa remaja
bullying yang dilakukan paling banyak yang sedang berada di sekolah. Perilaku
adalah bullying verbal. Remaja perempuan bullying di sekolah dapat meliputi
lebih banyak melakukan bullying relasional mengancam teman, mengolok-ngolok, dan
atau mengabaikan sedangkan pada laki – laki memukul hingga keinginan pembully
paling banyak melakukan bullying verbal. dipenuhi. Perilaku bullying sendiri
Pada penelitian ini responden banyak yang merupakan tindakan berbahaya dan dapat
melakukan bullying verbal daripada bullying menimbulkan dampak traumatik pada anak
fisik.13 remaja yang dapat mempengaruhi dalam
Mayoritas remaja pernah melakukan melanjutkan tahap perkembangan
bullying. Bullying yang terjadi pada remaja kedepannya.31
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasil penelitian yang diteliti oleh
Utomo yang melakukan penelitian Swadnyana dan Tobing didapatakan hasil
menggunakan wawancara dan observasi pada bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi
korban bullying didapatkan hasil yaitu maka tingkat agrsifitas pada seseorang
korban bullying dituntut dapat beradaptasi semakin rendah. Hasil dari penelitian ini
dengan kondisi dan situasi yang tidak tentang hubungan antara agresivitas dan
diinginkan dan tidak menyenangkan yang kecerdasan emosional meskipun nilainya
dialaminya. Efek dari terjadinya bullying kecil tetapi dapat diyakini sebagai hubungan
apabila tidak diatasi dapat menyebabkan fungsional. Perilaku agresifitas merupakan
timbulnya stres, depresi, emosi dan korban perilaku akibat dari ketidakmampuan
bullying dapat terkena masalah psikologis. seseorang bertahan dan mendapat pengaruh
Salah satu tindakan yang dapat menangani negatif dari luar yang cenderung lakukan
stres yaitu dengan adanya strategi koping tindakan yang negatif atau melakukan
yang baik pada seorang individu.32 kenakalan remaja.29
Tidak adanya hubungan antara tingkat Berdasarkan hasil penelitian yang
stres dan bullying dapat dikarenakan tidak dilakukan oleh Nugraha,Dharmayana dan
ada perbedaan pada remaja yang mengalami Sinthia mengenai hubungan antara
stres ringan maupun stres berat, remaja sama kecerdasan emosi dengan perilaku bullying
- sama pernah melakukan bullying. dari pada siswa SMK kelas X didapatkan hasil
semua remaja yang mengalami stress ringan bahwa terdapat hubungan negatif yang
hanya 1 orang yang tidak pernah melakukan signifikan anatara kecerdaan emosi dengan
bullying begitu juga remaja yang mengalami perilaku bullying.Tingkat kecerdasan emosi
stres berat hanya 1 orang yang tidak pernah pada siswa SMK Kelas X termasuk golongan
melakukan bullying. remaja yang dapat tinggi sedangkan tingkat perilaku bullying
mengontrol stres tidak semuanya dapat siswa SMK kelas X tergolong rendah.
mengontrol diri terhadap ucapan maupun Semakin rendah perilaku bullying semakin
tindakan yang dilakukan. tinggi kecerdasan emosi.Sebaliknya semakin
tinggi perilaku bullying maka semakin
Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan rendah kecerdasan emosi pada seseorang.21
Perilaku Bullying Pada Remaja Sekolah Remaja yang memiliki kecerdasan emosi
Menengah Atas Di Kota Pontianak yang tinggi, dapat membuat individu tidak
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa hanya mampu mengontrol emosi tetapi juga
dari hasil uji statistik spearman dengan total dapat melakuakan apa yang seharusnya
354 responden menunjukan nilai p value dilakukan oleh remaja sehingga dapat
sebesar 0,627 yang berarti p > 0,05. Dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah
disimpulkan bahwa Ho diterima dimana tidak yang dihadapi tanpa perlu marah ataupun
terdapat hubungan antara Tingkat Stres merugikan orang lain. Tidak adanya
dengan Perilaku Bullying pada Remaja hubungan antara kecerdasan emosi dapat
Sekolah Menengah Atas di Kota Pontianak. dikarenakan tidak ada perbedaan yang
Individu yang mudah dikuasi oleh emosi memiliki tingkat kecedasan yang tinggi
negatif, dimana tidak adanya kemampuan maupun rendah, remaja sama - sama pernah
individu dalam mengendalikan perasaan melakukan bullying. berdasarkan pegamatan
emosi atau kecerdasan emosi yang muncul peneliti, saat penelitian berlangsung, terdapat
dari dalam dirinya dapat menyebabkan remaja yang melakukan bullying tetapi ia
remaja mudah melakukan perilaku termasuk orang yang santai, tidak termasuk
bullying.14 orang yang meledak – ledak. Individu
tersebut menganggap bullying verbal yang ia yang dapat membantu para siswa dapat
lontarkan sebagai candaan. mengkonsulkan masalah kejiwaannya.

SIMPULAN SARAN REKOMENDASI


Dari hasil penelitian yang telah Bagi penelitian selanjutnya dapat
dilakukan dapat disimpulkan bahwa meneliti tentang penelitian kualitatif terhadap
karakteristik jenis kelamin yang terbanyak kejadian perilaku bullying yang sangat tinggi
adalah perempuan sebesar 58,8%, terjadi. Penelitian selanjutnya juga dapat
karakteristikk suku terbanyak adalah Melayu memberikan intervensi dalam menangani
sebesar 48,0%, karakteristik agama yang stres yang dialami remaja dan meningkatkan
terbanyak adalah Islam sebesar 83,3%. kecerdasan emosi pada remaja.
Tingkat stres yang paling banyak dialami
responden yaitu stres sedang sebesar 85,0%. DAFTAR PUSTAKA
Kecerdasan emosi yang dimiliki responden 1. Amalia, Emmy., Nurbaiti, Lina.,
adalah kecerdasan emosi sedang sebesar Affarah, Wahyu Sulistya., Kadriyan,
74,9%. Hampir semua responden pernah Hamsu. (2019). Skrining Dan Edukasi
melakukan perilaku bullying yaitu sebesar Pencegahan Bullying Pada Siswa SMA
95,5%. Hasil analisis uji statistik didapatkan Negeri Di Kota Mataram..Jurnal
hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara Pengabdian Magister Pendidikan IPA,
tingkat stres dan kecerdasan emosi dengan 1(2): 30–35.
perilaku bullying pada remaja di Kota 2. Aprilistyawati, A. (2016). Keperawatan
Pontianak. Artinya semakin ringan tingkat Psikiatri dan Kesehatan Jiwa.. Cetakan
stres atau semakin tinggi kecerdasan emosi, Pertama. Yogyakarta: Penerbit Kyta.
tidak menutup kemungkinan seseorang 3. Awang, Azarudin., Mat, Azman Che.,
melakukan bullying. Mahmud, Wahairi. (2018). Kesepaduan
Saran teoritis dari penlitian ini Budaya Melayu Dalam Kehidupan
diharapkan dapat menambah sumber Komuniti Cina Muslim Di Negeri
referensi bagi penelitian selanjutnya Terengganu. Jurnal Kemanusiaan,
mengenai data tingkat stres, kecerdaan emosi 16(1): 7 – 11.
dan perilaku bullying pada remaja di Kota 4. Badan Pusat Satistik. (2010). Hasil
Pontianak. Sensus Penduduk 2010. Diperoleh
Saran praktis bagi keperawatan tanggal 1 Maret 2019 dari
diharapkan dapat menambah referensi pada https://www.bps.go.id.
bidang keperawatan jiwa dan keperawatan 5. Badan Pusat Statistik. (2015). Hasil
anak sebagai dasar dilakukannya intervensi Survei Penduduk Antar Sensus 2015..
yang tepat menangani stres dan perilaku Diperoleh tanggal 28 Januari 2019 dari
bullying serta meningkatkan kecerdasan https://www.bps.go.id.
emosi. Saran praktis bagi institusi 6. Barseli, Mufadhal., Ifdil., Nikmarijal.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat (2017). Konsep Stres Akademik Siswa.
dijadikan landasan teori pembelajaran atau Jurnal Konseling dan Pendidian, 5(3).
acuan penelitian lanjutan mengenai stres dan 7. Batubara, J. (2010). Adolescent
kecerdasan emosi serta perilaku bullying Development (Perkembangan Remaja).
yang terjadi pada remaja.Saran praktis bagi Jakarta: Sari Pediatric, 2(1), 22-29.
sekolah diharapkan dapat menjadi masukan 8. Data Statistik Kependudukan Provinsi
dengan adanya Unit Kesehatan Jiwa Sekolah Kalimantan Barat. (2018). Jumlah
Penduduk Menurut Agama Semester 2 Denpasar. Jurnal Medika Udayana,
Tahun 2018. Diunduh dari 4(12).
https://dukcapil.kalbarprov.go.id. 19. Novianty, Alvi. (2016). Pengaruh Pola
9. Eviani,Herlin.,Ariati,Jati. (2014). The Asuh Otoriter Terhadap Kecerdasan
Relationship Between Coping Stress Emosi Pada Remaja Madya. Jurnal
And Bullying In The Students Of SMK Ilmiah Psikologi, 9 (1) : 17-25.
Muhammadiyah Of Kudus. Jurnal 20. Novitasari, Yuni., Yusuf, Syamsu.,
UNDIP, 3(4): 1-10. Ilfiandra. (2017). Perbandingan Tingkat
10. Haba, John. (2012). Etnisitas, Hubungan Spiritualitas Remaja Berdasarkan
Sosial dan Konflik Di Kalimantan Gender dan Jurusan. Indonesian Journal
Barat. Jurnal Masyarakat & Budaya, of Educational Counseling, 1(2): 163 –
14(1): 31 – 51. 178.
11. Herawati, Anna Ayu. (2014). Hubungan 21. Nugraha, Arif Budi., Dhamayana, I
Antara Kecerdasan Emosional Dengan Wayan., Sinthia, Rita. (2019). Hubungan
Perilku Agresif Siswa Kelas X TM Antara Kecerdasan Emosi Dengan
(Teknik Mesin) SMKN 2 Kota Perilaku Bullying. Jurnal Consilia, 2(1):
Bengkulu.Jurnal Universitas Bengkulu. 66 – 74.
12. Illahi, Ulya., S.,Neviyarni., Said, Azrul., 22. Nuraini, Q. (2018). Pengaruh
Ardi, Zadrian. (2018). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Efikasi Diri
Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Terhadap Stress Akademik siswa Full
Agresif Remaja dan Implikasinya dalam Day School SMPIT Insan Permata
Bimbingan dan Konseling.Jurnal Malang. Universitas Islam Negeri
Indonesian Institute for Counceling, Maulana Malik Ibrahim Malang.
Education and Therapy (IICET). 23. Poltekkes Depkes Jakarta. (2010).
13. Indriyani, Sisca. (2019). Analisis Kesehatan Remaja: Problem dan
Perilaku Bullying Siswa Sekolah Solusinya. Jakarta : Salemba Medika.
Menengah Atas Al-Azhar 3 Bandar 24. Potter, P. A., dan Perry, A. J. (2010).
Lmapung Tahun Ajaran 2018/2019. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Universitas Lampung. Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 7.
14. Jayanti, Winda Putri., Indrawati, Endang Jakarta : EGC.
Sri. (2018). Hubungan Antara 25. Putri, Ayu Tria Kartika.
Kecerdasan Emosional Dengan Perilaku (2018). Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Bullying Pada Siswa Kelas XI SMK X Dan Penggunaan Media Sosial Dengan
Semarang. Universitas Diponegoro. Perilaku Bullying Di Sekolah Pada
15. Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Remaja .Universitas Airlangga.
Dasar; RISKESDAS. Jakarta : Balitbang 26. Setiawan, Hari Harjanto. (2018). Peran
Kemenkes RI. Pekerja Sosial Di Sekolah Dalam
16. Kemenkes RI. (2014). Pusat Data dan Menangani Perundungan. Jurnal Sosio
Informasi. Jakarta : Kemenkes RI. Informa, 4(1): 328 – 347.
17. Lestari, Sri., Yusmasyah., Mayasari, 27. Suci, R.N. (2016). Hubungan Stres
Shinta.(2018). Bentuk Dan Faktor Akademik Dengan Prestasi Belajar Pada
Penyebab Perilaku Bullying. Jurnal Siswa SMAN 1 Sawahlunto. Universitas
ALIBKIN, 6(2). Andalas.
18. Nasrani, Lusia., Purnawati, Susy. (2016). 28. Supriadi, Dede., Yudiernawati, Atti.,
Perbedaan Antara Laki – Laki Dan Rosdiana, Yanti. (2017). Hubungan
Perempuan Pada Peserta Yoga Di Kota Kecerdsan Emosional dengan
Perkembangan Sosial pada Remaja di
SMP Wahid Hasyim Malang. Jurnal
Nursing News, 2(3).
29. Swadnyana, I Putu Bagus., Tobing,
David Hizkia.(2019). Hubungan Antara
Kecerdasan Emosional Dan Agresivitas
Pada Remaja Madya Di SMA Dwijendra
Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana,
6(2): 1125 – 1134.
30. Tempo. (2018). Hari Anak Nasional,
KPAI Catat Kasus Bullying Paling
Banyak, diakses pada tanggal 1 Maret
2017 dari
https://nasional.tempo.co/read/1109584/
hari-anak-nasional-kpai-catat-kasus-
bullying-paling-banyak
31. Tristani, Rischa Pramudia ., Wardani,
Silvia Yula. (2016). Perilaku Bullying Di
Sekolah. Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 1(1): 82 – 91.
32. Utomo, Tri. (2016). Strategi Coping
Korban Bullying Verbal Pada Siswa
Kelas XI Di SMA N 11 Yogyakarta.
Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan Dan
Konseling, 5(12): 590 – 602.
33. Wewengkang, Destareni Belda.,
Moordiningsih. (2016). Studi
Fenomologi Konteks Budaya Jawa Dan
Pengaruh Islam: Situasi Psikologis
Keluarga Dalam Membangun Empati
Pada Remaja. Jurnal Indigenous, 1(1): 1
– 11.
34. Yuliana, Siti., Hidayati, Eni. (2015).
Pengaruh Terapi Musik Penurunan
Tingkat Stres Pada Remaja Di Yayasan
Panti Asuhan Kyai Ageng Majapahit
Semarang. University Research
Colluqium, 208 – 212.
35. Yusriadi. (2018). Indentitas Dayak dan
Melayu Di Kalimantan Barat. Jurnal
Handep, 1(2): 1 - 16.

Anda mungkin juga menyukai