Anda di halaman 1dari 8

Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Perilaku Agresi di Media Sosial pada Siswa SMK “X”

Sidoarjo

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU


AGRESI DI MEDIA SOSIAL PADA SISWA SMK “X” SIDOARJO
Siti Mufida Mahfud
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: sitimahfud@mhs.unesa.ac.id
Riza Noviana Khoirunnisa
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: rizakhoirunnisa@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan kecenderungan
perilaku agresi di media sosial pada siswa SMK “X” Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMK “X” Sidoarjo. Subjek penelitian
berjumlah 290 orang. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data angket berupa kuesioner.
Teknik analisa data yang digunakan yakni korelasi pearson product moment. Hasil penelitian
menunjukkan hasil yakni tidak adanya hubungan antara kematangan emosi dan perilaku agresi di media
social pada siswa SMK “X” Sidoarjo. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi korelasinya sebesar
0,420 atau (p > 0,05), hal ini berarti tinggi atau rendahnya tingkat perilaku agresi di media sosial pada
siswa SMK “X” Sidoarjo tidak dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya tingkat kematangan emosi yang
dimiliki oleh siswa yang menjadi subjek penelitian.
Kata Kunci : Kematangan emosi, Remaja, Perilaku agresi di media sosial

Abstract
This study aims determine the relationship between emotional maturity with the tendency of aggression
behavior on social media in students SMK “X” Sidoarjo. This study uses a quantitative approach. The
population of this research is all students of class XI at SMK “X” in Sidoarjo. Research subjects
numbered 290 people. This study uses a questionnaire data collection method in the form of a
questionnaire. Data analysis technique used is Pearson product moment correlation. The results showed
that there was no relationship between emotional maturity and aggression behavior on social media in
students SMK “X” Sidoarjo. This result is indicated by the significance value of correlation of 0.420 or
(p> 0.05), this means that high or low levels of aggression in social media on students SMK “X” Sidoarjo
are not influenced by high or low levels of emotional maturity possessed by students which is the subject
of research.
Keywords: Emotional Maturity, Adolescent, Aggression Behavior on social media

PENDAHULUAN sangat mudah terpengaruh dan sulit untuk di kontrol.


Masa remaja adalah masa dimana terjadi peralihan Ketegangan emosi yang muncul dapat di minimalisir
dari masa anak-anak yang ke masa dewasa. Rentang usia dengan adanya sebuah kematangan emosi dari dalam
pada masa ini adalah antara usia 12-21 tahun. Dikatakan dirinya yang dapat digunakan sebagai pengontrol emosi
masa peralihan dikarenakan pada masa ini mulai banyak yang terjadi.
mengalami bentuk perubahan-perubahan dari berbagai Kematangan emosi adalah suatu ciri untuk
aspek-aspek fungsional dalam diri individu (Santrock, menunjukkan bahwa individu sudah mencapai tingkat
2007). kedewasaan dari perkembangan emosinya dan individu itu
Sarwono (2008) mengemukakan masa remaja sering tidak lagi menunjukkan bentuk-bentuk emosi yang tidak
disebut periode strum dan drag. Periode tersebut sering sesuai dengan dirinya, hal tersebut dengan mudahnya
dikatakan sebagai periode peralihan dari anak-anak individu dalam menekan atau mengontrolnya emosinya
dengan masa dewasa yang sering memunculkan sebuah (Hurlock, 1980). Menurut Walgito (2004) individu
gejolak yang dalam diri individu. Gejolak tersebut dapat memiliki kematangan emosi dapat ditunjukkan dengan
berupa emosi yang berlebihan sehingga menimbulkan sebagai berikut 1) individu dapat dengan mudah
sebuah ketegangan emosi. Menurut Hall (dalam Hurlock, menerima apa saja yang terjadi pada dirinya dan orang
1980) ketegangan emosi dimunculkan dalam bentuk lain, 2) tidak menunjukkan sifat yang implusif tetapi lebih
negatif dan meledak-ledak, hal ini dikarenakan emosi menunjukkan sifat yang lebih menujukkan sikap yang
yang dimiliki oleh remaja berada pada level dimana akan lebih positif dalam merespon stimulus dari luar dengan

1
Volume 7 Nomor 1 (2020). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

menerapkan pikiran yang baik dan dapat mengkondisikan yang tidak sama. cara tersebut berupa verbal, non verbal
apa yang dipikirkannya ketika akan menanggapi stimulus atau mungkin muncul keduanya (Dayakisni dan
yang terjadi, 3) memiliki kemampuan untuk mengatur Hudaniah, 2009).
emosi yang dimilikinya dan dapat menunjukkan emosi Perilaku agresi paling sering ditemui pada individu
yang dirasakannya dengan baik, 4) memiliki sikap sabar, yang memasuki usia masa remaja. Perilaku agresi ini
pengertian dan sikap toleransi yang tinggi, 5) menunjuk menjadi salah satu bagian dari kenakalan remaja yang
sikap bertanggung jawab, tidak menunjukkan sifat perlu diberi tindakan yang sangat berarti untuk
bergantung dengan orang lain yang berlebihan, tidak mengurangi dampak buruk yang muncul bagi pelaku
mudah menunjukkan sifat frustasi di depan orang lain dan maupun korbanya. Jenis perilaku agresi yang dilakukan
mampu mengatasi permasalah yang ada dengan tenang oleh remaja biasanya paling banyak dilakukan secara
dan bertanggung jawab. langsung, tetapi yang terjadi saat ini sudah ditemukan
Individu dalam mengatasi ketegangan emosi yang banyak perilaku agresi yang dilakukan secara tidak
terjadi yakni dengan cara yang berbeda tergantung langsung yakni perilaku agresi yang terjadi di dunia maya
bagimana tingkat kematangan emosinya dan setiap orang atau media sosial.
mempunyai tingkat kematangan emosi yang berbeda- Perilaku agresi yang terjadi secara langsung dengan
beda. Cara untuk mengetahui tingkat kematangan emosi perilaku agesi yang terjadi dimedia sosial sangat berbeda.
yang dimiliki dapat dilihat atau diukur dengan indikator Pyzalski (2011) mengatakan perbedaan antara perilaku
jika seseorang mempunyai tingkat kematangan emosi agresi secara langsung dengan perilaku agresi di media
yang baik maka menerima kejadian atau kenyataaan sosial dapat dilihat yakni pertama, menghilangnya isyarat
dalam hidupnya dengan senang hati tanpa adanya fikiran nonverbal dalam percakapan verbal sehingga
buruk mengenai apa yang telah terjadi. Sebaliknya, menyebabkan sesuatu yang baik-baik saja berubah
seseorang mempunyai tingkat kematangan emosi yang menjadi permasalahan yang merugikan. Kedua, tidak
buruk selalu berfikiran buruk dengan keyataan atau sadarnya saat pelaku melakukan agresi yang membuat
kejadian yang dihadapinya. Tingkat kematangan emosi pelakunya tidak menyadari perilakunya merugikan orang
juga dapat dilihat dengan indikator yakni jika tingkat lain. Ketiga, konten agresif yang di munculkan pelaku
kematangan emosi seseorang tinggi maka akan dapat pada korban akan terus bertahan di media elektronik yang
mengontrol emosinya sedangkan sebaliknya jika tingkat digunakan selama korban itu masih sering
kematangan emosi seseorang rendah maka akan kesulitan menggunakannya.
mengontrol emosinya dan cenderung meluapkan dalam Perbedaan tersebut memunculkan sebuah pendapat
berbagai macam (Rahayu, 2008). bahwa ada sebuah perkembangan teknologi yang
Tingkat kematangan emosi biasanya dipengarui membantu memberikan sebuah peran penting dalam
faktor usia dan pengalaman, mesipun sebenarnya usia memunculkan perilaku agresi di media sosial. Saat ini
tidak menjadi penjamin bagaimana tingkat kematangan diketahui perkembangan teknologi saat ini sudah semakin
emosi seseorang tetapi bertambahnya usia diharapakan mengalami kemajuan yang sangat pesat dan sudah
akan merubah seseorang lebih matang baik psikis, fisik, mencapai level yang sangat mudah untuk digunakan.
maupun sosial-emosionalnya. Tingkat kematangan emosi Salah satu perkembangan teknologi yang telah terjadi
biasanya didapatkan pada usia 17 tahun atau pada usia yakni telah munculnya sebuah inovasi baru yakni
remaja. Jika pada usia ini tidak dapat mencapai munculnya aplikasi-aplikasi baru dan menjadi populer
kematangan emosi yang seharusnya maka akan muncul yaitu Youtube, Facebook, Whatsapp, Instagram, Line,
berbagai masalah. Perilaku agresi dalam berbagai macam Kakaotalk dan Wechat yang dimana bergabung menjadi
bentuk menjadi salah satu masalah yang muncul karena sebuah istilah yang dinamakan media sosial.
seseorang tidak dapat mencapai tingkat kematangan emosi Aplikasi-aplikasi media sosial tersebut sangat
yang baik. diminati oleh segala kalangan, hal ini dibuktikan dengan
Perilaku agresi dapat diartikan sebagai tindakan yang telah digunakannya media sosial oleh semua usia dari
dilakukan untuk terhadap orang lain yang memiliki tujuan anak-anak sampai orang dewasa. Ketertarikan mereka
menyakiti dan orang yang menjadi target perilaku tersebut dengan media sosial didukung oleh hak-hak yang
dan korban memiliki keyakinan untuk menghindari diberikan media sosial yang cukup mengutungkan bagi
perilaku tersebut (Anderson & Bushman, 2002). Perilaku pengguna media sosial. Pyzalski (2011) menyebutkan
agresi dapat berupa serangan fisik atau psikologis bagi hak-hak tersebut yakni hak menggunakan anonimitas,
individu. Perilaku agresi ini muncul secara disengaja asikronitas, dan aksebilitas, tetapi pada kenyataannya hak-
maupun tidak disengaja dan tanpa mengenal siapa hak tersebutlah yang mendorong muncul perilaku agresi
korbannya. Bolman menjelaskan Perilaku agresi yang di media sosial karena penyalahgunaan fungsi hak-hak
timbul dari diri individu yang ditunjukkan dengan cara tersebut sehingga bukannya memunculkan sebuah

2
Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Perilaku Agresi di Media Sosial pada Siswa SMK “X”
Sidoarjo

keuntungan malah memunculkan banyak masalah. melakukan wawancara dengan baberapa siswa kelas XI di
Masalah-masalah yang muncul menurut Kominfo yakni SMK “X” di Sidoarjo yang didapatkan hasil yakni ada
makin banyak munculnya penyebaran konten negatif, beberapa siswa yang menunjukkan bahwa siswa tersebut
pesan provokasi dan semakin banyaknya ujaran termasuk memiliki tingkat kematangan emosi yang rendah
kebencian yang muncul yang dapat menimbulkan konflik yakni dibuktikan contohnya siswa A mengatakan biasanya
(Kominfo.go.id, 2018). Masalah-masalah tersebutlah yang ia menunjukkan kemarahannya dengan mengeluarkan
dinamakan sebagai perilaku agresi di media sosial. kata-kata bantahan ketika ditegur ketika mealnggar
Perilaku agresi di media sosial memiliki banyak peraturan. Siswa B mengatakan sering terlibat
macam-macam bentuk seperti menganggu dan menindas pertengkaran hingga menjadi baku hantam dengan siswa
(lontaran ejekan, kebohongan, sindiran, kata-kata kasar, yang lain karena tidak terima dia dihina dengan kalimat
melakukan peyebarkan hoax, dll), hal-hal tersebut yang kurang menyenangkan. Siswa C mengatakan cara
dilakukan melalui email, sms, website (termasuk blog), mengeluarkan emosi yang dimilikinya dengan ikut
dan lain-lain (David-Fedon & Hertz, 2009). Ada juga tawuran yang sering diadakan didekat sekolah. siswa D
perilaku agresi yang muncul di media sosial contohnya mengatakan cara dia meluapkan emosi yang dirasakannya
adalah berupa permusuhan, pengusikan, penghinaan dan yakni melalui tulisan pada media sosial yang dimilikinya
pengucilan (Bannett, Guran, Ramos, & Margolin, 2011). dikarenakan dirasa lebih aman dari pada meluapkannya
Sebagai contoh saat ini banyak sekali macam-macam secara langsung. Dari hasil tersebut hanya sedikit yang
perilaku agresi di media sosial yang terjadi. Ada beberapa menunjukkan bagaimana tingkat gambaran perilaku agresi
contoh kasus perilaku agresi dimedia sosial yang terjadi di di media sosial yang terjadi pada siswa di SMK “X” di
Indonesia yakni yang pertama adalah seorang remaja di sidoarjo. Maka dari itu untuk mengetahui bagaimana
sukabumi berinisial MPA berusia 18 tahun ditangkap oleh gambaran perilaku agresi yang terjadi di SMK “X” di
polisi dikarenakan telah menyebarkan sebuah berita Sidoarjo penulis melakukan studi pendahuluan lagi.
HOAX tentang adanya penyerangan yang akan terjadi Studi pendahuluan yang kedua menemukan bahwa
pada ulama. Berita yang disebarkan oleh MPA ini banyak macam perilaku agresi yang dilakukan oleh siswa
menyebabkan sebuah provokasi yang menimbulkan di SMK “X” di Sidoarjo menemukan bahwa salah satu
kericuhan sehinggga banyak kerusahan yang terjadi. MPA perilaku agresi yang paling banyak terjadi adalah perilaku
mengaku bahwa ia tidak mengetahui bahwa berita yang agresi di media sosial. Hal ini terbukti bahwa siswa
disebarkannya adalah berita yang tidak benar (Detik.com, setidaknya pernah melakukan macam-macam bentuk dari
2018). Kemudian kasus yang lain adalah seorang remaja perilaku agresi di media sosial baik disadari atau tidak
bernama MFB di jatuhi hukuman 1,5 tahun dikarenakan disadari. Macam-macam perilaku agresi yang pernah
telah dianggap melakukan penghinaaan terhadap presiden dilakukan yakni membuat status yang menyindir
Jokowi dan kepala institusi kepolisian dengan menjadikan temannya, meninggalkan komentar yang negatif di
foto mereka menjadi sesuatu yang lucu. Dalam foto postingan teman, atau menyebarkan berita yang belum
tersebut memuat tulisan yang menghina dan menjelek- diketahui kebenarannya dan jenis perilaku agresi di media
jelekan presiden dan kepala polisi. Kemudian hasil meme sosial lainnya. Temuan tersebut juga dibuktikan dengan
buatanya tersebut di upload ke media sosial miliknya dan beberapa hasil wawancara yang dilaksanakan penulis pada
menjadi viral kerena sudah dibagikan oleh banyak orang beberapa siswa. Hasil wawancara yang dilakukan pada
(IDNTimes.com, 2018). Berbagai contoh kasus tersebut seorang siswa mengatakan pernah memberikan sebuah
membuktikan memang sudah banyak terjadi perilaku komentar yang negatif yakni berupa kalimat sindiran dan
agresi di media sosial. Kebanyakan dari contoh tersebut menghina seperti mengatakan hal-hal yang yang
dinilai dipicu oleh kematangan emosi yang sangat kurang mengarah ke body shamming, menyuruhnya untuk tidak
dalam mengontrol emosi yang ada sehingga menimbulkan tampil lagi, atau menuliskan kalimat umpatan pada media
perilaku agresi. sosial milik seorang artis/publik figur yang dia benci atau
Studi pendahuluan dilaksanakan di SMK “X” di tidak disukai. seorang siswa mengatakan ia pernah ikut
Sidoarjo mendapatkan hasil bagaimana gambaran tingkat fanwar (pertengkaran yang terjadi di media sosial dengan
kematangan emosi yang dimiliki oleh siswa kelas XI di memposting status dengan saling melempar kata-kata
Sidoarjo. Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan yang menjelek-jelekkan idol lain dan menunjukkan
melalui observasi mendapatkan hasil yakni diketahui kelebihan-kelebihan yang dipunyai oleh idol Kpop
bahwa tidak terlalu terlihat mana siswa yang tergolong idolanya) dengan fans dari idol Kpop lain karena fans
memiliki kematangan emosi yang rendah atau tidak tersebut menghina idol Kpop idolannya. Siswa yang
dikarenakan mereka tidak terlalu menunjukkan perilaku lainnya mengaku pernah mengedit foto temannya menjadi
yang termasuk memiliki kematangan yang rendah. meme kemudian mempostingnya di grup whatsapp
Kemudian penulis mencoba mencari data dengan kelasnya yang bertujuan untuk bercanda. Hasil wawancara

3
Volume 7 Nomor 1 (2020). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

juga didapatkan hasil bahwa hampir sebagian siswa for windows berupa statistik deskriptif sebagai berikut:
pernah menunjukkan kemarahannya atau ketidak
sukaanya kepada orang lain dengan membuat status di Tabel 1. Deskripsi statistik
media sosial miliknya agar apa yang dirasakannya Variabel N Min Max Mean Std.
Deviation
diketahui dan mendapat perhatian dari orang lain atau Kematangan 260 41 79 61,7885 6,08
orang yang menjadi sasarannya. Emosi
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil wawancara Perilaku 260 29 48 38,4000 3,47
Agresi Di
yakni ternyata banyak faktor yang mempengaruhi Media Sosial
terjadinya perilaku agresi di media sosial pada siswa di
SMK “X”. Tetapi yang paling sering muncul adalah Melalui Tabel statistik deskriptif diatas diketahui
perilaku agresi di media sosial yang terjadi didasari oleh bahwa penelitian melibatkan 260 subjek yang
munculnya sebuah bentuk emosi yakni kemarahan atau ditunjukkan dengan N = 260. Pada variable kematangan
ketidaksukaannya dengan suatu hal atau orang lain. emosi nilai mean sebesar 61,7885 dengan nilai minimum
kemudian pada hasil studi pendahuluan untuk mengetahui sebesar 41 dan nilai maksimum sebesar 79. Variabel
bagaimana tingkat kematangan emosi siswa ada beberapa perilaku agresi di media sosial memiliki mean 38,4000
siswa menunjukkan bahwa ia berada dalam tingkat dengan nilai minimum sebesar 29 dan nilai maksimum 48.
kematangan emosi yang keadaan rendah. Ini dibuktikan
dengan kurangnya siswa tersebut untuk mengontrol emosi Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data
dalam dirinya sehingga banyak perilaku yang kurang Variabel Nilai Signifikansi Keterangan
Kematangan 0,065 Berdistribusi
menyenangkan yang ditunjukkan salah satunya adalah Emosi normal
perilaku agresi. Jika kedua hasil studi pendahuluan ditarik Perilaku Agresi 0,060 Berdistribusi
kesimpulan maka dapat dijadikan indikator bahwa di Media Sosial normal

kemungkinan perilaku agresi di media sosial yang


diperbuat oleh siswa di SMK “X” didasari oleh perbedaan Tabel hasil uji normalitas diatas dapat diketahui nilai
tingkat kematangan emosi yang dimiliki oleh siswa. signifikansi dari uji Kolmogorov-Smirnov. Dari hasil uji
Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas, normalitas yag dilakukan dapat dilihat nila signifikasi
penulis tertarik untuk mengetahui apakah sebenarnya variabel kematangan emosi adalah sebesar p=0,065
memang ada hubungan antara kematangan emosi dengan (p>0,05) dan nilai signifiaksi untuk perilaku agresi di
perilaku agresi pada siswa di SMK “X” di Sidoarjo media sosial yaitu sebesarmp=0,0,60 (p>0,05). Hasil dari
uji normalitas tersebut dapat diinterprestasikan bahwa
METODE kedua variabel tersebut memiliki sebaran data yang
Penelitian ini menggunakan metode penelitian berdistribusi normal karena nilai signifikansinya yang
kuantitatif. Sugiyono (2012) menyatakan, penelitian lebih dari 0,05 (p>0,05).
kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan melalui Langkah selanjutnya peneliti melakukan uji
pengumpulan data berupa angka yang di analisis secara linearitas. Uji linearitas dalam penelitian ini dilakukan
statistika. Jenis penelitian ini adalah korelasional, untuk mengetahui kedua variabel yang diukur memiliki
penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui sejauh hubungan yang linear atau tidak, Uji linearitas dalam
mana hubungan antara dua atau lebih variabel yang penelitian ini menggunakan program IBM SPSS
diteliti, (Azwar, 2014). Tujuan dari penelitian korelasional Statistics 24 for windows. Berikut hasil uji linieritas pada
ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penelitian ini :
kematangan emosi dengan perilaku agresi pada siswa di
SMK “X” di Sidoarjo. partisipan dalam penelitian ini Tabel 3. Hasil Uji Linieritas
Variabel Nilai Keterangan
berjumlah 290 siswa kelas XI. Peneliti mengumpulkan signifikansi
data dengan menggunakan skala kematangan emosi dan Perilaku agresi di media 0,000 Linear
sosial * kematangan
skala perilaku agresi di media sosial. Teknik analisis data emosi
yang digunakan pada penelitian ini adalah uji korelasi
“product moment”. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi variabel kematangan emosi dan variabel
HASIL DAN PEMBAHASAN perilaku agresi di media sosial sebesar 0,000. Dapat
a. Hasil diketahui bahwa nilai signifikansi tersebut lebih dari
Uji Berdasarkan hasil penelitian yang telah 0,05 (p<0,05) dan bahwa terdapat hubungan yang linier
dilakukan pada 170 siswa, didapatkan data yang antara variabel kematangan emosi dan variabel perilaku
diolah menggunakan bantuan IBM SPSS Statistics 24

4
Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Perilaku Agresi di Media Sosial pada Siswa SMK “X”
Sidoarjo

agresi di media sosial. Langkah selanjutnya peneliti siswa kelas XI (sebelas) yang dimana usia pada siswa
melakukan uji hipotesis menggunakan korelasi product kelas XI rata-rata berusia 15-18 tahun. Usia tersebut
moment. Tujuan dilakukannya uji hipotesis ini adalah dapat dikategorikan sudah masuk kedalam periode
untuk mengetahui hasil dari pengukuran data yang tahapan usia remaja. Banyak sekali perbedaan tingkat
memiliki asumsi parametrik. Uji hipotesis ini perkembangan remaja yang berbeda dengan periode
menggunakan teknik korelasi “product moment” dengan tahapan usia yang lain. Salah satu yang berkembang
bantuan IBM SPSS versi 24 for windows. Berikut pada remaja adalah dalam segi kognitifnya.
merupakan hasil dari korelasi “product moment” untuk Perkembangan kognitif pada remaja sering diikuti
menguji hipotesis pada penelitian ini : dengan munculnya sesuatu yang dinamakan distorsi
kognitif. Distorsi kognitif memiliki dua aspek salah
Tabel 4. Hasil Uji Korelasi satunya adalah imaginer audience. Elkind dan Bowen
Perilaku (1979) menyatakan Imaginer audience adalah keadaan
Kematangan
agresi di
emosi dimana remaja merasa dirinya menjadi pusat perhatian
media sosial
Pearson 1 -,050** yang pasti akan diperhatikan oleh orang lain yang
Kematangan Correlation
emosi Sig. (2-tailed) .420
sehingga mengakibatkan mereka akan menghindari
N 260 260 segala sesuatu atau keadaan yang dapat membuatnya
Pearson -.050** 1 malu atau terlihat buruk dihadapan orang lain (Berk,
Perilaku agresi Correlation
di media sosial Sig. (2-tailed) .420 2003). Inilah yang menyebabkan penelitian mengenai
N 260 260 kematangan emosi dan perilaku agresi di media sosial
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). yang dilakukan di SMK X di Sidoarjo tidak
menghasilkan hubungan yang signifikan dikarenakan
Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis diketahui
subjek penelitian yang termasuk remaja pasti malu ketika
bahwa nilai signifikansi antara variabel kematangan
akan memberi jawaban yang sesuai dengan kenyataan
emosi variable perilaku agresi di media sosial adalah
karena mereka menganggap jawabannya pasti akan
sebesar 0,420 (p>0,05) dan nilai tersebut berada diatas
menjadi pusat perhatian dan akan diperhatikan oleh
0,05. Nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa
orang lain. Salah satu jalan untuk mengatasi hal
kedua variabel tidak memiliki hubungan yang
tersebut ialah dengan melakukan faking dalam
signifikan, sehingga H0 diterima. Hal ini berarti
menjawab pernyataan-pernyataan yang ada agar ia tidak
bagaimanapun tinggi atau rendahnya tingkat perilaku
terlihat buruk dihadapan orang lain. cara tersebut
agresi di media sosial pada siswa di SMK “X” Sidoarjo
dibuktikan dengan banyaknya pernyataan yang tidak
tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat
valid dan banyaknya jawaban yang menunjukkan
kematangan emosi yang dimiliki oleh siswa tersebut.
pernyataan yang mereka tidak disetujui.
Penyebab yang kedua yang menyebabkan tidak
b. Pembahasan
adanya hubungan antara kematangan emosi dan perilaku
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara
agresi di media sosial pada siswa di SMK X di Sidoarjo
kematangan emosi dengan perilaku agresi di media
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Jatmika (2009).
sosial. Hasil dari pengujian hipotesis dengan
Jatmika (2009) mengungkapkan bahwa remaja
menggunakan teknik product moment melalui bantuan
mengalami beberapa perilaku khusus yang
SPSS 24.0 for windows menunjukkan bahwa tidak ada
membedakannya dengan periode perkembangan yang
hubungan yang signifikan antara variabel kematangan
lain yakni remaja menjadi orang yang memiliki sebuah
emosi dengan perilaku agresi di media sosial. Hal ini
sifat over percaya diri. Over kepercayaan diri ini
dapat dilihat pada tabel uji hipotesis yang telah
dibuktikan dengan ia menganggap bahwa apa yang
dilakukan. Hasil tersebut menunjukkan nilai signifikansi
dilakukannya benar dan menganggap dirinya tidak
sebesar 0,420 (p > 0,05), yang dimana hasilnya
melakukan apa yang dituduhkan kepadanya. Pendapat
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara
tersebutlah mungkin yang menyebabkan subjek
kematangan emosi dengan perilaku agresi di media
penelitian yang masih berusia remaja menganggap
sosial pada siswa di SMK “X” di Sidoarjo. Munculnya
dirinya pasti tidak melakukan segala jenis perilaku agresi
hasil tersebut jika dilihat dari mengapa hubungan
di media sosial dan mereka membuktikannya dengan
korelasi tidak ada hubungan kemungkinan dipengaruhi
tidak menyetujui pernyataan-pernyataan yang ada.
oleh adanya penyebab-penyebab yang lain.
Penyebab yang ketiga yakni diungkapkan dalam
Penyebab-penyebab tersebut diuraikan sebagai
penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2017). Hasil
berikut. Penyebab yang pertama yakni penggunaan
penelitian tersebut menyatakan remaja yang
subjek penelitian pada penelitian ini yakni menggunakan
menggunakan media sosial akan menjadi sosok yang

5
Volume 7 Nomor 1 (2020). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

bersahabat, sering memunculkan sikap perhatian, dan emosi dengan perilaku agresi di media sosial
rasa empati yang tinggi pada pada orang yang dikarenakan kuatnya kontrol diri pada diri subjek
dikenalnya di media sosialnya sehingga menyebabkan penelitian. Kontrol diri yang kuat ini dibuktikan dengan
terbentuknya citra diri yang baik dan mudahnya mereka pernyataan sebagian subjek penelitian memilih tidak
untuk mendapatkan banyak teman di media sosial. mempedulikan dan membiarkan saja apapun yang terjadi
Perbuatan baik tersebut dibuktikan dengan seringnya atau yang menyerangnya di media sosial.
memberikan ucapan selamat ulang tahun, mengomentari Penyebab berikutnya diungkapkan pada penelitian
atau menyukai foto atau video yang di unggah oleh yang dilakukan oleh Mafazi dan Fathul (2017). Pada
orang lain dan banyak sesuatu yang bersifat baik yang penelitian ini mengungkapkan bahwa harga diri yang
dapat dilakukan untuk menunjukkan seberapa tinggi sangat membantu seseorang dalam mengungkap
bersahabatnya mereka. Penelitian tersebut jika dikaitkan dirinya dalam media sosial tidak dalam bentuk yang
dengan penelitian yang dilakukan di SMK X di Sidoarjo impulsif tetapi lebih kearah yang positif. Bentuk positif
ini terlihat bahwa banyaknya subjek penelitian yang ini ditunjukkan dengan lebih mengontrol apa yang akan
tidak setuju dengan pernyataan yang menyatakan tentang diungkapkan kedalam media sosial, tidak terlibat dalam
membuat orang lain terlihat buruk atau membuat orang menyebarkankan sesuatu yang tidak pantas ke dalam
lain tidak disukai oleh pengguna media sosial yang lain. media sosial atau tidak terlalu mengungkapkan
faktor penyebab ketidaksetujuan para subjek penelitian bagaimana dirinya di media sosial. Jika dikaitkan dengan
terhadap pernyataan tersebut dikarenakan jika mereka penelitian yang telah dilakukan tidak adanya hubungan
menyetujuinya akan membuktikan bahwa mereka bukan antara kematangan emosi dan perilaku agresi di media
sosok yang bersahabat atau baik sehingga akan muncul sosial pada siswa di SMK X di sidoarjo disebabkan oleh
ketakutan akan sulitnya mendapatkan teman yang tingginya harga diri yang dimiliki oleh subjek penelitian
banyak di media sosial karena label tersebut. sehingga menyebabkan mereka menolak untuk
Penyebab yang keempat yang menyebabkan menjawab pernyataan yang mengarahkannya atau
kematangan emosi dan perilaku agresi di media sosial mengubahnya kearah negatif.
tidak ada hubungan dikarenakan adanya pendapat dari Penyebab yang terakhir yakni diketahui adanya
Valkenburg & Peter (2011) yang menyatakan individu perbedaan tujuan dalam menggunakan media sosial
yang melakukan komunikasi yang dilakukan secara antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut
online akan menghindari menampilkan citra diri yang diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitri
buruk atau kesan tidak bersahabat dikarenakan media dan Lucy (2019). Diketahui dalam penelitian tersebut
sosial dapat digunakan sebagai tempat untuk menyebutkan bahwa tujuan penggunaan media sosial
menampilkan Self-presentation dan Self-disclosure yang antara laki-laki dan perempuan berbeda. Tujuan ini ialah
optimal dari dirinya. Karena pendapat tersebut membuat perempuan dalam menggunakan media sosial memiliki
banyak subjek penelitian memikirkan terlebih dahulu tujuan yakni untuk pembauran sosial yang dimana lebih
sebelum menjawab pernyataan-pernyataan yang banyak interaksi yang mereka lakukan seperti sosialisasi
diberikan kepadanya. Pemikiran tersebut kemungkinan dan komunikasi terhadap pengguna media sosial yang
berisi tentang apabila ia menjawab setuju maka akan lain sedangkan tujuan utama laki-laki dalam
menimbulkan citra baik yang ia bangun berubah menjadi menggunakan media sosial yakni untuk kepentingan
buruk sehingga ia lebih memilih jawaban tidak setuju pribadinya. Perbedaan tersebutlah yang menyebabkan
agar terhindar dari kemungkinan tersebut. Padahal laki-laki lebih sedikit dalam menggunakan media sosial
peneliti sudah memberikan kebebasan untuk daripada perempuan. Diketahui jumlah subjek penelitian
merahasiakan namanya atau menggunakan nama inisial di SMK X di Sidoarjo menunjukkan lebih banyak subjek
tetapi pada kenyataannya cara tersebut tidak berhasil penelitian yang berjenis kelamin laki-laki dari pada
sehingga menyebabkan hipotesis penelitian subjek penlitian yang berjenis kelamin perempuan dan
menghasilkan tidak adanya hubungan dari kedua hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan
variabel yang diteliti. banyaknya subjek penelitian laki-laki yang tidak
Penyebab yang kelima diungkapkan oleh penelitian menyetujui pernyataan-pernyataan yang diberikan. Hasil
yang di lakukan oleh Gandawijaya (2017). Penelitian ini tersebut jika dikaitkan dengan hasil penelitian yang
menyatakan bahwa perlunya kontrol diri yang kuat pada dilakukan oleh Fitri dan Lucy (2019) mungkin laki-laki
pengguna media sosial karena benyaknya pengaruh di SMK X di Sidoarjo bukan pengguna aktif media sosial
negatif yang rentan membuat individu melakukan atau mungkin mereka tidak memiliki salah satu
perilaku agresi di media sosial. Jika hasil penelitian ini perangkat media sosial sehingga banyak dari mereka
dikaitkan dengan hasil yang dilakukan di SMK X di yang merasa tidak melakukan hal-hal yang disebutkan
Sidoarjo tidak adanya hubungan antara kematangan dalam pernyataan-pernyataan yang di berikan. Karena

6
Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Perilaku Agresi di Media Sosial pada Siswa SMK “X”
Sidoarjo

kemungkinan tersebutlah menyebabkan tidak adanya ZiNDA0MTRlYTA1MzA3MjQwMmNiNjFl


hubungan antara kedua variabel. MjhkYTc0MmNhZQ==.pdf
Anderson, C, A., & Bushman, B. J. (2002). Human
PENUTUP Aggreession. Anual Review of Psychology.
a. Simpulan 53. 27-51.
Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XI di https://www.annualreviews.org/doi/abs/10.11
SMK “X” di Sidoarjo maka hasil yang didapat dari 46/annurev.psych.53.100901.135231
analisis product moment menghasilkan nilai signifikansi Bennett, D. C., Guran, E. L., Ramos, M. C., &
dari variabel kematangan emosi dan variabel perilaku Margolin, G. (2011). College Students’
agresi di media sosial adalah p = 0,420 (p > 0,05), hal ini Electronic Victimization in Friendships and
berarti signifikansinya yang didapat lebih besar dari 0,05 Dating Relationships: Anticipated Distress
sehingga kedua variabel tersebut memiliki hubungan and Associations With Risky Behaviors.
yang tidak signifikan. Berdasarkan pada hasil tersebut, Violence and Victims. 26(4), 410-429.
hipotesis yang menyatakan bahwa “ tidak ada hubungan doi:10.1891/0886-6708.26.4.410
antara kematangan emosi dengan kecenderungan Berk, L. E. (̧ 2003). Child Development, sixth edition.
perilaku agresi di media sosial pada siswa di SMK X di USA: Allyn and Bacon
Sidoarjo” diterima. Sedangkan hipotesis “ ada hubungan Dayaksini, T., & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial.
antara kematangan emosi dengan kecenderungan Malang : UMM Press
perilaku agresi di media sosial pada siswa di SMK X di David-Ferdon, C., & Hertz, M. F. (2009). Electronic
Sidoarjo” ditolak. media and youth violence: a cdc issue brief
b. Saran for researchers. Atlanta (GA): Centers for
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakuakan, Disease Control.
dianjurkan beberapa saran yang berkaitan dengan hasil Fitri, M. E. Y., & Lucy, C. (2019). Penggunaan Media
penelitian yaitu: Sosial Berdasarkan Gender Terhadap Prestasi
1. Bagi pihak sekolah Belajar Mahasiswa. Jurnal Benefuta. 4(1).
Bagi pihak sekolah diharapkan memberikan 55-68. http://doi.org/10.22216/jbe.v1i1.3849
pelatihan yang dapat membantu siswa yang memiliki Gandawijaya, L. E. (2017). Hubungan antara kontrol
kematangan emosi yang rendah agar dapat berubah diri dan agresi elektronik pada pengguna
menjadi lebih baik sehingga dapat mengurangi media sosial di masa transisi menuju
kemungkinan terburuk dari rendahnya kematangan dewasa.
emosi yang dimiliki oleh siswa dan memberikan https://repository.usd.ac.id/11763/13/139114
banyak edukasi atau pembelajaran tentang bagimana 009_full.pdf
menggunakan media sosial secara baik dan benar Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan :
agar dapat memberikan banyak manfaat yang suatu pendekatan sepanjang rentang
berguna bagi penggunanya. kehidupan. Jakarta: Erlangga
2. Bagi penelitian selanjutnya Jatmika, S. (2010). Genk Remaja : Anak Haram
Peneliti mempertimbangkan untuk menggunakan Sejarah Ataukah Korban Globalisasi ?.
variabel atau aspek-aspek yang lain dari kematangan Yogyakarta: Kanisius
emosi dan perilaku agresi di media sosial supaya Mafazi, N., & Fathul, L. N. (2017). Perilaku Virtual
mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam Remaja: Strategi Coping, Harga Diri, Dan
sehingga mendapatkan hasil dan sudut pandang yang Pengungkapan Diri Dalam Jejaring Sosial
lebih luas. Online. Jurnal Psikologi. 16(2). 128-137.
https://doi.org/10.14710/jp.16.2.128-137
DAFTAR PUSTAKA Rahayu, C. (2008). Hubungan antara kematangan
emosi dan konformitas dengan perilaku
Achmad, A. (2017). Pengaruh antara penggunaan agresif pada suporter sepak bola. Retrieved
media sosial terhadap prestasi belajar pada November Jumat, 2019,
siswa SMA Negeri 1 Enrekang dan MA http://eprints.ums.ac.id/1333/1/F100020084.
Muhammadiyah Kalosi, Kabupaten pdf
Enrekangtahun ajaran 2017/2018. Retrieved Pyżalski, J. (2011). Electronic Aggression among
November Jumat , 2019 , Adolescents: An Old House with a New
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temp Facade (or Even a Number of Houses). In E.
orary/DigitalCollection/NTM1MjgwZW Dunkels, G.-M. Frånberg, & C. Hällgren

7
Volume 7 Nomor 1 (2020). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

(Eds.), Youth Culture and Net Culture:


Online Social Practices (pp. 278-295).
Hershey, United States: Information Science
Reference.
Santrock, J. W. (2007). Child development. 11th
Edition. Boston: McGraw-Hill
Sarwono, S. W. (2008). Psikologi perkembangan
remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Valkenburg, P. M., & Peter, J. (2011). Online
Communication Among Adolscents: An
Integrated Model of Its Attraction,
Opportunities, and Risks. Journal of
Adolscent Health. 48. 121-127.
doi:10.1016/j.jadohealth.2010.08.020
Walgito, B. (2004). Bimbingan Dan Konseling
Perkawinan. Yogyakarta : Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai