Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Psikologi Teori dan Terapan

2017, Vol.7, No. 2, 82-87, ISSN: 2087-1708

Kecerdasan Emosi dan Perilaku Agresi di Social Media Pada Remaja


Waya Ratna Dewi, dan Siti Ina Savira
Program Studi Psikologi Universitas Negeri Surabaya

Abstract: This study was aimed to examine the relationship betwen emotional intelligence
and aggressive behavior on social media among students of state senior high school (SMA
Negeri) 1 “X” in Gresik regency. There were 232 students involved in this study. This
study hypothesizes that emotional intelligence is correlated to aggressive behavior on
social media among the subjects. Data collected using emotional intelligence and
aggressive behavior scales and analyzed using Pearson’s product moment. The result
shows that the correlation coefficient value is 0,859 (r = 0,859) with the significance level
0.000. The significance level is less than 0,005 (p < 0.005) which means that the
hypothesis of this study is accepted. It can be concluded from the result that there is a
significant correlation between emotional intelligence and aggressive behavior on social
media among the subjects. The positive value of the coefficient shows that the higher the
level of emotional intelligence of the students, the less aggressive their behaviors on social
media will be, and vice versa.
Key words: Emotional intelligence, aggressive behavior, social media

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
kecerdasan emosi dengan perilaku agresivitas di social media pada remaja SMA Negeri 1
“X” Gresik. Hipotesis kerja (Ha) yang diajukan adalah sebagai berikut. Ada Hubungan
antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresi di social media pada remaja siswa SMAN
1 “X” Gresik. Subjek dalam penelitian ini adalah 232 siswa. Data dikumpulkan
menggunakan kuesioner dalam bentuk skala kecerdasan emosi dan perilaku agresi di
media sosial. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. Hasil analisis
data menunjukan nilai koefisien korelasi sebesar 0,859 (r = 0,859) dengan taraf signifikasi
0,000 (p<0,005). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kecerdasan emosi dengan perilaku agresi di social media pada subjek penelitian, dan nilai
positif menunjukan hubungan searah antara dua variabel yaitu kecerdasan emosi dengan
perilaku agresivitas di social media. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi yang
dimiliki siswa maka akan semakin rendah perilaku agresi di social media, begitu pula
sebaliknya.
Kata Kunci: Kecerdasan emosi, perilaku agresi, social media

Masa remaja merupakan masa yang de remaja adalah usia 12-23 tahun dan
kritis karena pada masa remaja terjadi penuh dengan topan (storm) dan tekanan
proses transisis dari masa anak-anak ke (stress). Masa storm dan stress merupakan
masa dewasa di segala aspek atau fungsi masa goncangan yang ditandai dengan
perkembangan untuk memasuki masa konflik dan perubahan suasana hati remaja.
dewasa (Santrock, 2002). Hall (dalam Masa remaja awal merupakan suatu masa
Santrock, 2002) menjelaskan bahwa perio- dimana fluktuasi emosi (naik-turun) sering

Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Waya Ratna.Dewi melalui email:
wdw334@gmail.com; atau ke Siti Ina Savira via email: inasavira@unesa.ac.id

82
Waya R. Dewi & Siti I. Savira: Kecerdasan Emosi dan Perilaku Agresi…(82-87)

Terjadi (Rosenblum & Lewis, dalam dari luar individu remaja yang menjadi
Santrock, 2007). Remaja diusia awal penyebab terjadinya perilaku agresi.
cenderung tidak memiliki stabilitas emosi Provokasi merupakan salah satu faktor
shingga mudah untuk fluktuatif atau sosial yang menyebabkan remaja mau tidak
berubah-ubah emosinya. Remaja akan mau akhirnya berperilaku agresi. Faktor
mengalami gejolak emosi yang meledak- lingkungan masyarakat tempat remaja
ledak dan sulit diken-dalikan yang melakukan interaksi sosial turut mempe-
menyebabkan remaja mudah terpengaruh ngaruhi terbentuknya sikap agresi remaja.
oleh lingkungan tempat tinggalnya, Faktor emosi merupakan kondisi emosional
keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya atau kerentanan emosional yang dialami
(Hurlock, 2011). remaja. Zillman (dalam Krahe, 2005)
Fluktuasi emosi yang dialami remaja menyatakan bahwa orang-orang yang
disebabkan oleh perubahan-perubahan yang rentan secara emosional akan memperlihat-
dialami oleh remaja. Perubahan tersebut kan perilaku agresi yang lebih tinggi.
antara lain fungsi sosial remaja dalam Pemahaman yang sama dikemukakan
mempersiapkan diri menuju kedewasaan, Atkinson (2000) bahwa agresi merupakan
dimana mereka akan mencari identitas diri reaksi emosi. Sebagai contoh yaitu reaksi
serta memantapkan posisinya dalam dari amarah seseorang yang akan diluapkan
masyarakat. Perubahan fisik yang dialami melalui perilaku aggressive memukul.
remaja berkaitan dengan organ dan fungsi Agresi juga merupakan sebuah reaksi
seksual yang semakin matang. remaja juga primitive dalam bentuk kemarahan hebat
mengalami perkembangan kognitif dimana dan ledakan emosi tanpa kendali (Lutfi,
pemikiran mereka menjadi lebih kritis serta 2009). Nilai-nilai yang berlaku di masya-
memiliki penalaran yang lebih tajam. rakat dimana individu tersebut berada dapat
(Hurlock, 2011) digunakannya sebagai dasar untuk
Agresi remaja menunjukkan gejala membentuk sikapnya.
semakin meningkat bagi dari segi kualitas Perilaku Remaja yang dijelaskan di
maupun kuantitas (Santoso, 2004). Agresi atas juga merupakan efek media sosial.
Remaja bukan saja terjadi didunia nyata Efek media sosial ini tidak hanya dapat
dengan perkembangan teknologi yang mempengaruhi seseorang dalam waktu
semakin pesat remaja meluapkan perilaku yang pendek, namun juga dalam waktu
agresinya melalui media sosial seperti yang lama (Bungin, 2006). Bungin (2006)
Facebook, Instagram, Twitter, Black Berry menemukan jika remaja memiliki banyak
Messenger (BBM) dan yang lainnya. Berita motif utama dalam menggunakan internet,
mengenai agresi remaja biasanya berupa dan yang sangat penting adalah untuk
kekerasan fisik dan penghinaan di Social pencarian infor-masi. Mereka juga mene-
Media. Agresi juga dapat dipicu dari social mukan jika seseorang secara interper-
media. misalnya merusak fasilitas sekolah, sonal menggunakan internet utamanya
memukul, berkelahi, tawuran dan update untuk mengumpulkan informasi dan mere-
status di social media seperti Facebook ka yang merasa tidak aman dalam interaksi
kemudian bertengkar di sekolah. tatap muka, lebih memilih menggu-
(kompas.com, 2016). nakan internet sebagai motif sosial.
Agresi yang terjadi pada remaja Sifat “membuka diri” atau self-disclosure
memiliki beberapa faktor yang menyebab- pada remaja yang suka online lebih baik
kan remaja berperilaku agresi (Antasari, daripada yang tidak. LaRose dan Eastin
2006). Diantaranya adalah faktor sosial, (2010), menjelaskan bahwa media sosial
lingkungan, dan emosi. Faktor sosial (internet) dapat membuat seseorang
merupakan segala keadaan yang berasal beranggapan bahwa jika ia menggunakan

83
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.7, No.2, Februari 2017

internet maka ia akan mengembangkan produktif termasuk dalam populasi yang


banyak hal dalam hidupnya. Hasil besar dengan jumlah total 692.209 orang
sosialisasi menghasilkan status dan (Pemerintah Kabupaten Gresik, 2013).
identitas sosial. Turner (2010) menyatakan Jumlah populasi yang besar tidak membuat
bahwa seseorang akan meningkatkan remaja di Gresik melakukan tindak agresi
status sosial mereka dengan cara mencari setinggi dan sesering daerah-daerah lain
orang yang memiliki kesamaan pikir seperti yang telah dipaparkan diatas. Faktor
dengan mereka melalui internet dan kecerdasan emosi dianggap sebagai salah
mengekspresikan ide-ide atau pemikiran- satu faktor munculnya tindak agresi remaja.
pemikiran pada mereka. Remaja yang memiliki pengelolaan
Berikut ini sedikit fakta menarik emosi yang baik dapat mengekspresikan
yang menunjukkan perkembangan media emosi yang dirasakan dengan cara yang
sosial yang signifikan Data berdasarkan poditif, tidak dengan agresi. Remaja
riset Kementerian Komunikasi dan memiliki motivasi emosi sehingga remaja
Informatika di tahun 2011. Pengguna dapat mengontrol dan mengarahkan
Twitter sudah mencapai 175 juta member, dorongan emosi untuk mencapai tujuan
meningkat 133% dari tahun 2010 yang yang positif. Pemahaman, pengelolaan,
berjumlah 75 juta member. Tercatat ada serta adanya ,motivasi emosi yang positif
sekitar 95 juta tweet per hari, meningkat akan membantu remaja untuk bisa
250% dari tahun 2010 yang berjumlah 27 memahami emosi orang lain yang akhirnya
juta tweet per hari. Facebook memiliki 640 berdampak pada terbentuknya hubungan
juta pengguna aktif, 50% mengakses interpersonal yang baik (Shahzad, 2013).
Facebook setiap hari (Kominfo.go.id, Pemahaman emosi diri, pengelolaan emosi,
2016). motivasi diri, empati dan terbentuknya
Dampak-dampak yang ditimbulkan hubungan interpersonal merupakan lima
dari perilaku agresi di media sosial sangat kemampuan utama dari kecerdasan emosi
besar terutama pada remaja. Remaja yang (Salovey, dalam Goleman, 2007).
selalu sibuk dengan social media akan Fenomena yang terjadi adalah
mengalami penurunan dalam pengelolaan semakin banyak jenis social media yang
emosinya sendiri. Remaja sangat mudah digunakan oleh remaja saat ini. Remaja
meluapkan emosinya di social media tanpa dapat meluapkan apa yang dia rasakan
memikirkan dampak kedepannya (Daniel, disocial media sehingga tidak memikirkan
2009). dampaknya didunia nyata. Hal ini sangat
Berdasarkan pernyataan para ahli berhubungan dengan kecerdasan emosional
tersebut dapat dilihat bahwa perilaku agresi yang dimiliki oleh masing-masing remaja.
berkaitan dengan fungsi emosi, yaitu agresi Peneliti ingin meneliti dinamika kecerdasan
sebagai reaksi emosi yang tidak terkendali emosional dengan agresi di social media
atau berlebihan yang dilakukan remaja yang terjadi pada remaja.
dengan tujuan menyakiti pihak lain. Oleh karena itu peneliti tertarik
Remaja yang tidak mampu mengelola melakukan penelitian terkait dengan
emosi dengan baik akan menyebabkan hubungan antara kecerdasan emosi dengan
tidak bisa menolak dorongan negatif, emosi perilaku agresi di social media pada remaja
frustasi, serta emosi-emosi negatif lain siswa SMA Negeri 1 “X” Gresik.
yang dirasakannya. Agresi merupakan hal
umum yang terjadi pada remaja. Presentasi Metode
agresi remaja di Gresik bisa dikatakan tidak Metode yang digunakan adalah
setinggi daerah lain. keadaan demo- metode kuantitatif dengan menggunakan
grafisnya, populasi remaja sebagai usia rancangan penelitian korelasi. Penelitian ini

84
Waya R. Dewi & Siti I. Savira: Kecerdasan Emosi dan Perilaku Agresi…(82-87)

akan menghubungkan variabel kecerdasan wa kecerdasan emosi dengan perilaku


emosi dengan perilaku agresivitas di social agresi di social media pada remaja
media. memiliki hubungan yang kuat dan bersifat
Populasi penelitian ini adalah searah atau positif. Hal ini berarti semakin
seluruh siswa SMA Negeri 1 “X” Gresik besar kecerdasan emosi maka akan semakin
yang terdiri dari 30 kelas dengan populasi tinggi munculnya perilaku agresivitas di
sebanyak 756 orang dengan subjek social media. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang diambil sebagai sampel prediksi teoritis bahwa ada hubungan antara
menggunakan rumus slovin dengan taraf kedua variabel tersebut, namun bertolak-
kesalahan 5% yaitu berjumlah 262 siswa. belakang dengan asumsi teoritis terkait sifat
Teknik pengumpulan data pada hubungannya yang positif atau searah.
penelitian ini dilakukan dengan membe- Secara teoritis, meningkatnya kecerdasan
rikan skala yang diisi oleh sampel emosi akan terkait dengan menurunnya
penelitian. Skala yang dibagikan kepada perilaku agresi di social media. Hasil yang
sampel penelitian terdiri atas dua skala tidak sesuai dengan asumsi teoritis ini bisa
yakni, skala kecerdasan emosi dan skala dijelaskan sebagai berikut.
agresivitas di social media. Dimana kedua Pertama, temuan penelitian seperti
skala tersebut menggunakan model skala ini dimungkinkan terjadi karena salah satu
likert. Teknik analisis data yang digunakan aspek dari kecerdasan emosi merupakan
oleh peneliti menggunakan teknik analisis kemampuan individu dalam memahami dan
product moment yang dibantu meng- mengekspresikan apa yang dirasakan oleh
gunakan program SPSS 23.0 for windows. dirinya maupun apa yang dirasakan oleh
orang lain (Qomariyah, 2012). Dalam
Hasil media sosial (internet) kemampuan seperti
ini dapat berdampak ganda. Kecerdasan
Hasil analisis dari korelasi product emosi dapat berdampak positif pada
moment menunjukkan bahwa nilai individu karena dapat memahami emosi
signifikansi variabel kecerdasan emosi dan dirinya sendiri dan orang lain. Namun
variabel perilaku agresi di social media kecerdasan emosi juga dapat berdampak
adalah p = 0.000 (p < 0.05). Nilai signifi- negatif ketika individu dapat berlebihan
kansi tersebut lebih kecil dari 0.05 karena dalam mengungkapkan apa yang dia
itu kedua variabel tersebut dapat dinyatakan rasakan dan apa yang orang lain rasakan
memiliki hubungan yang signifikan. (Wahyudiono, 2012).
Berdasarkan pada hasil tersebut, hipotesis Kedua, agresi yang terjadi di social
yang menyatakan bahwa “Ada hubungan media cenderung bersifat verbal berbeda
antara kecerdasan emosi dengan perilaku dengan agresi secara umum dalam dunia
agresi di social media pada siswa SMAN 1 nyata. Agresi bersifat verbal melalui tulisan
“X” Gresik” dapat diterima. Hasil analisis atau visual ini dapat semakin mudah
juga menunjukkan bahwa koefisien korelasi dilakukan karena pelaku agresi di social
antara kecerdasan emosi dengan perilaku media dapat melibatkan pelaku dan korban
agresi di Social Media yaitu sebesar r = yang tidak saling kenal atau salah satu
0,859. Skor tersebut menunjukkan bahwa pihak tidak mengenali karena media inter-
hubungan antara kecerdasan emosi dan net memungkinkan penggunanya menyem-
perilaku agresi dalam social media bunyikan identitas dirinya (men-jadikan
merupakan hubungan yang Sangat Kuat. diri anonim atau menggunakan akun palsu).
Dalam hal ini, seorang remaja yang
Pembahasan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi
Hasil penelitian ini menunjukkan bah- dimungkinkan memiliki kontrol diri yang

85
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.7, No.2, Februari 2017

kuat dalam menjaga emosinya didunia bahwa ada hubungan antara kecerdasan
nyata, namun kontrol diri itu bisa melemah media pada remaja. Kesimpulan selanjut-
jika berada dalam dunia online (internet). nya adalah karena arah hubungan korelasi
Mereka akan lebih mudah mengekspresikan bersifat positif, maka dapat disimpulkan
emosinya di dunia maya termasuk social bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi
media (Qomariyah, 2012). Sebagai contoh semakin tinggi pula perilaku agresi di
saat individu berkomentar di status orang social media.
lain di social media tanpa mengungkapkan Kesimpulan pertama sesuai dengan
jati dirinya orang tersebut dapat meng- beberapa hasil penelitian sebelumnya yang
ekspresikan emosinya di social media menunjukkan adanya hubungan antara
dengan tanpa kontrol sehingga dapat kecerdasan emosi dengan perilaku agresi.
mengarah salah satunya pada perilaku Namun, kesimpulan kedua tidak
agresi. Dalam arti lain remaja lebih berani sepenuhnya sesuai dengan asumsi teoritis
mengekspresikan emosinya di social media yang memprediksi bahwa semakin tinggi
(dunia maya) daripada di dunia nyata kecerdasan emosi seseorang, semakin
(Judhita, 2011). Suatu kejadian yang terjadi rendah perilaku agresinya.
di dunia maya atau di social media akan Penelitian lebih lanjut perlu dilaku-
berdampak pada kehidupan nyata/konkrit kan terkait agresi dalam media internet
(Wahyudiono, 2012). Karena itu, sekalipun khususnya media sosial dan kaitannya
berbeda ranah, agresi dalam dunia nyata dengan dimensi psikologis seseorang.
maupun dalam dunia internet seperti social Perbedaan karakteristik situasi interaksi
media tetap berdampak sama pada korban. sosial dalam dunia nyata dan dunia maya
(internet) menyebabkan adanya kemung-
Simpulan kinan perbedaan dalam penjelasan perilaku
agresi dalam konteks dunia maya dan
Dapat disimpulkan dalam penelitian
dunia nyata.
emosi dengan perilaku agresi di social ini

Daftar Pustaka

Anantasari. (2006). Menyikapi Perilaku Hurlock, E. B. (2011). Psikologi


Agresif Anak. Yogyakarta: Kanisius. Perkembangan: Suatu Pendekatang
Sepanjang Rentang Kehidupan.
Atkinson, L.R. (2000). Pengantar
(terjemahan: Meitasari Tjandrasa
Psikologi Jilid 2. (terjemahan: Anna
dan Muslichah Zarkasih). Jakarta:
kuswarini). Jakarta: Interaksa.
Erlangga.
Bungin (2006). Landasan Psikologi
Juditha, C. (2011). Hubungan Penggunaan
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Situs Jejaring Sosial Facebook
Rosdakarya.
Terhadap Perilaku Remaja Di Kota
Charles D.F (2009). Electronic Media And Makasar. Jurnal Balai Besar
Youth Violence: A CDC issue Brief Pengkajian dan Pengembangan
For Researchers. Atlanta (GA): Komunikasi dan Informatika
Centers For Disease Control. Makasar. 13 (1), 1-30. Online.
Goleman, D. (1995). Emotional (http://www.jurnal.ugm .ac.id),
Intelligence. T. (terjemahan: diakses pada tanggal 20 Oktober
Hermaya). Jakarta: PT Gramedia 2016.
Pustaka Utama.

86
Waya R. Dewi & Siti I. Savira: Kecerdasan Emosi dan Perilaku Agresi…(82-87)

Krahe, B. (2005). Perilaku Agresif. Santrock, J. W. (2007) Life-Span


(terjemahan: Agustin Hartini). Developmet: Perkembangan Masa
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hidup Edisi kelima Jilid II.
(terjemahan: Milla Rachmawati)
Luthfi. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta:
Jakarta: Erlangga.
Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Shahzad, L. (2012). Self Control And
Qomariah, A.N. (2009). Perilaku
Aggression. Psychological science.
Penggunaan Internet Pada Kalangan
12 (20), 1-37. Online.
Remaja Di Perkotaan. Jurnal Ilmu
Sosial. 2 (2), 1-76. Online. (http://www.siencedirect.com). Diakses
pada tanggal 8 Oktober 2016.
(http://www.jurnal.ugm .ac.id), diakses
pada tanggal 20 Oktober 2016. Turner, J. A (2010). Peer acceptance and
friendship: An investigation of their
Santoso, S.W. (2011). Keterlibatan,
relationship to self-esteem. Journal
Keberhagaan, dan Kompetensi
of Early Adolescence. 5 (34): 1-56.
Sosial sebagai Prediktor Kompetisi
pada Remaja (Self Explosure). (http://www.siencedirect.com). Diakses
Jurnal Psikologi, 38 (1), 52-60. pada tanggal 8 Oktober 2016.
http://www.jurnal.kominfo.go.id. Wahyudiono. (2012). Aktivitas Penggu-
Diakses pada tanggal 20 Oktober naan Internet Berdasar Usia.
2016. Komunika. Jurnal Komunikasi,
Santrock, J. W. (2002). Life-Span Media, dan Informatika. 1 (1) 1-78.
Development: Perkembangan Masa Diakses pada April 2012. Online.
Hidup Jilid II. (terjemahan: Milla (http://www.jurnal.ugm.ac.id).
Rachmawati). Jakarta: Erlangga. Diakses pada tanggal 20 Oktober
2016.

87

Anda mungkin juga menyukai