Anda di halaman 1dari 12

KLASIFIKASI HAMA DAN GULMA PADA TANAMAN SAWI DAN KANGKUNG

Klasifikasi hewan capung


Kerajaan : Animalia
Devisi :Rhopalocera
Filum : Artropoda
Kelas : Inseta
Ordo :Odonata
Famili : Aeshnidae

Klasifikasi ulat grayak


Kerajaan : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Inseta
Ordo : Lepidoptera
Suku : Noctuidae
Marga : Spodoptera
Jenis : Spodoptera litura (F.)

Klasifikasi ulat tanah


Kingdom : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Insecta
Ordo :Lepidoptera
Famili :Noctuidae
Genus : Agrotis
Spesies : Agrotis ipsilon

Klasifikasi kutu putih


Kingdom : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Insecta
Ordo :Hemiptera
Famili : Pseudococcidae
Genus : Paracoccus
Spesies : Paracoccus marginatu
Klasifikasi belalang kombara
Kingdom :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Orthoptera
Subordo :Caelifera
Famili :Acrididae
Subfamili :Oedipodinae
Genus :Locusta
Spesies : Locusta migratoria (Linnaeus, 1758)

Klasifikasi kepik
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Order : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Family : Pentatomidae
Subfamily : Pentatominae
Genus : Nezara
Species : Nezara viridula

Klasifikasi tungau merah


Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Subclass : Acari
Order : Trombidiformes
Keluarga : Tetranychidae
Genus : Tetranychus
Spesies : T. Urticae
Klasifikasi gulma
Oxalis barrelieri L. ( Daun Lebar)
Kingdom :Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas :Rosidae
Ordo :Geraniales
Famili :Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)
Genus :Oxalis
Spesies :Oxalis barrelieri L.
Deskripsi :
Akar
: memiliki akar tunggang.
Batang : batang pada tanaman ini tegak merayap dengan panjang 0,1-1,4 cm. Daun
daun pada tanaman ini memiliki tangkai daun panjang 1,5-10 cm, pada pangkalnya melebar
menjadi pelepah, dan anak daun berbentuk jantung terbalik, panjang dan lebar 0,5-5 cm.
Bunga
bunga yang dimiki dalam paying tunggal diketiak dengan 2-8 bunga, daun mahkota kuning
dengan pangkal hijau, panjang 3-8 mm, benang sari di depan mahkota daun lebih pendek dari
pada lima lainnya, tangkai putik berdaun. Buah
tanaman ini memiliki tangkai buah bengkok, buah tegak berbentuk garis dengan ujung
menyempit, panjang 2 cm dengan celah membujur, elastis membuka menurut
ruang. Habitat : tempat tumbuh di tegalan, kebun, sepanjang tembok dan pagar, tanggul kecil
dan jalan setapak di hutan, tumbuh baik pada ketinggian mencapai 1300 m dpl. Perbanyakan :
perbanyakan secara generatif, dengan biji. Pengendalian : pengendalian dilakukan dengan
pemberian herbisida trifuralin dengan dosis 2-8 kg bahan aktif/ha. Bila terdapatdalam jumlah
banyak maka yang digunakan adalah velapon 50 EC. Sementara metil Bromida Rofan dan
daramut setelah fangasi terhadap media tumbuh.

Klasifikasi Cyperus kyllingia (Teki)


Kingdom :Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi :Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas :Commelinida
Ordo :Cyperales
Famili :Cyperaceae
Genus :Cyperus
Spesies :Cyperus kyllingia
Deskripsi :
Akar
memiliki rimpang (umbi) menjalar, berbentuk kerucut yang besar pada pangkal, kadang
melekuk, warna coklat, berambut halus dengan diameter 5-10 mm. Batang
batangnya berbentuk segitiga, padat, licin, tumpul, berdiameter 1-1,5 mm panjang 5-45 cm.
Daun
daun pada tanaman ini terdiri dari 4-10 helei berjejal pada pangkal batang membentuk roset
akar dengan pelepah daun tertutup tanah, helaian daun berbangun pita, bertulang sejajar, tepi
rata, permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan panjang 10-60 cm dan lebar 2-6 mm.
Bunga
bunga berbentuk bulir dengan 3-10 bulir kecil yang mempunyai 8-25 bunga yang berkumpul
membentuk payung, warna kuning /coklat kuning. Buah
buah yang terdapat adalah tipe buah batu, kecil, bentuk memanjang sampai bulat telur
terbalik. Habitat : tanaman ini tumbuh liar di tempat terbuka / sedikit terlindung dari sinar
matahari dan pada ketinggian 1-1000 m dpl pada bermacam-macam tanah.
Perbanyakan
perbanyakan dapat secara generatif, dengan biji dan vegetatif, rimpang
(stolon ). Pengendalian : dengan cara kimiawi, 2 lb MSMA ditambah 1 lb 2,4-D dan 1 Pt
Surfactant dalam 40 galon air diberikan dalam interval satu minggu atau penyemprotan
Roundup dosis 100-120 setiap 15 liter air atau paracol dosis 100-120 cc tiap 15 liter air

Penyakit pada sawi


Busuk Lunak (Bacterial Soft Rot)
Penyakit busuk lunak ini sangat sering dijumpai pada tanaman kubis - kubisan. Ataupun
sawi Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora ini ditemukan di seluruh
dunia. Busuk lunak dapat menyerang seluruh tanaman kubis-kubisan, tetapi lebih sering
menyerang sawi putih dan kubis. Jaringan tanaman yang telah terserang menunjukkan gejala
basah dan diameter serta kedalamannya melebar secara cepat. Bagian tanaman yang terkena
menjadi lunak dan berubah warna menjadi gelap apabila serangan terus berlanjut.
Tanaman yang terkena busuk lunak menimbulkan bau yang khas yang dimungkinkan
oleh adanya perkembangan organisme lain setelah pembusukan terjadi. Serangan ini bisa
terjadi di lahan, saat pengangkutan, ataupun saat penyimpanan. Bakteri busuk lunak timbul
dari seresah tanaman yang telah terinfeksi, melalui akar tanaman, dari tanah, dan beberapa
serangga. Luka pada tanaman seperti stomata pada daun, serangan serangga, kerusakan
mekanis, ataupun bekas serangan dari patogen lain merupakan sasaran yang empuk untuk
serangan bakteri.
Hujan dan suhu yang tinggi mendorong penyebaran di lahan. Infeksi pada saat
pengangkutan dan penyimpanan merupakan kontaminasi bakteri saat di lahan maupun pasca
panen melalui peralatan pengangkutan dan panen serta tempat penyimpanan. Bakteri busuk
lunak dapat berkembang pada suhu 5 37oC dengan suhu optimum berkisar 22oC.
Pengendalian secara preventif bisa ditempuh melalui kebersihan lingkungan dan sistem
budidaya. Menunggu tanah melapukkan sisa-sisa tanaman lama di lahan sebelum menanam
tanaman selanjutnya sangat dianjurkan untuk mengatasi hal ini.
Lahan harus memiliki drainase yang baik untuk mengurangi kelembaban tanah serta
jarak tanamnya harus cukup memberikan pertukaran udara untuk mempercepat proses
pengeringan daun saat basah. Pembuatan pelindung hujan dapat pula menghindari percikan
tanah dan pembasahan daun yang akan mengurangi gejala busuk lunak. Penyemprotan
bakterisida seperti Kocide 77WP dengan interval 10 hari sangat dianjurkan terutama saat
penanaman musim hujan.
Busuk Hitam (Black rot)
Penyakit busuk hitam (Black rot) yang disebabkan Xanthomonascampestris pv.
Campestris termasuk salah satu penyakit penting pada tanaman sawi. Busuk hitam dapat
menyerang seluruh tanaman sawi. Gejala awal yang timbul adalah pada tepi daun dan
berlanjut hingga klorosis membentuk huruf V. Dengan berjalannya waktu, gejala yang timbul
tadi kemudian mengering dan seperti terbakar (nekrotis).
Serangan umumnya terjadi pada pori daun, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat
menyerang di bagian daun mana saja yang telah terserang serangga ataupun luka secara
mekanis sehingga memudahkan bakteri masuk. Bakteri ini menyerang jaringan pengangkutan
tanaman dan dapat berpindah secara sistematis dalam jaringan pengangkutan tanaman
tersebut. Jaringan angkut yang terserang warnanya menjadi kehitaman yang dapat dilihat
sebagai garis hitam pada luka atau bisa juga diamati dengan memotong secara melintang
pada batang daun atau pada batang yang terkena infeksi. Busuk hitam juga dapat
menyebabkan terjadinya busuk lunak.
Bakteri banyak terdapat pada seresah dari tanaman yang terinfeksi, tetapi akan mati jika
serasah tadi melapuk. Bakteri ini juga terdapat pada tanaman kubis - kubisan yang lain dan
tanaman rumput-rumputan serta dapat pula terbawa benih. Suhu serta curah hujan yang tinggi
sangat sesuai untuk perkembangan busuk hitam. Bakteri ini berada pada tetesan butir air dari
tanaman yang terluka serta dapat menyebar ke seluruh tanaman melalui manusia ataupun
peralatan yang sering bergerak melintasi lahan saat kondisi tanaman sedang basah.
Pengendalian dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman yang bukan jenis kubis -
kubisan, sehingga akan memberikan waktu yang cukup bagi seresah dari tanaman kubis -
kubisan untuk melapuk. Lalu menggunakan benih bebas hama dan penyakit yang dihasilkan
di iklim yang kering. Hindari untuk bekerja di lahan saat daun tanaman basah. Tanamlah
varietas kubis yang tahan terhadap busuk hitam. Penyemprotan bakterisida Kocide 77WP
sangat dianjurkan , terutama untuk budidaya di musim penghujan.
Penyakit layu pembuluh
Penyebab: fusarium oxysporum, verticillium dahliae, v. alboatrum. Gejala: patogen
menyerang pembuluh xylem tanaman, sehingga tanaman kehilangan turgor dan layu. Jika
dibelah, pembuluh di dalam batang berwarna coklat.
Beberapa penyakit pada tanaman sawi tersebut mempunyai ciri yang berbeda-beda.
Hal yang membedakannya yaitu: patogen penyebabnya, gejala yang ditimbulkan, serta cara
pengendaliannya. Faktor yang mendukung penyakit yang disebabkan oleh cendawan
diantaranya adalah faktor kelembaban yang berguna untuk pertumbuhan dan perkecambahan
spora. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah angin yang membantu dalam
penyebaran spora. Sedangkan faktor yang mendukung penyebaran penyakit yang disebabkan
oleh virus adalah serangga vektor.
Penyakit-penyakit yang biasanya menyerang tanaman sawi yaitu, alternaria leaf spot,
busuk lunak (Bacterial soft rot), busuk hitam (Black rot), bercak daun septoria dan penyakit
layu pembuluh.
Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain : menggunakan benih yang bebas dari
patogen ini. Air panas dan perlakuan benih dengan bahan kimia juga sangat efektif.
Kemudian , penggunaan fungisida Promefon 250EC juga dapat diterapkan untuk
mengendalikan perkembangan beberapa penyakit.
Jaringan tanaman yang telah terserang penyakit busuk lunak (Bacterial softrot)
menunjukkan gejala basah dan diameter serta kedalamannya melebar secara cepat. Bagian
tanaman yang terkena menjadi lunak dan berubah warna menjadi gelap apabila serangan terus
berlanjut. Pengendalian secara preventif bisa ditempuh melalui kebersihan lingkungan dan
sistem budidaya.
Gejala awal tanaman sawi yang terserang penyakit busuk hitam (Black rot) yang
timbul adalah pada tepi daun dan berlanjut hingga klorosis membentuk huruf V. Dengan
berjalannya waktu, gejala yang timbul tadi kemudian mengering dan seperti terbakar
(nekrotis). Pengendalian dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman yang bukan jenis kubis -
kubisan, sehingga akan memberikan waktu yang cukup bagi seresah dari tanaman kubis -
kubisan untuk melapuk.
Gejala serangan penyakit bercak daun septoria berupa bercak-bercak berwarna coklat
yang akhirnya berubah keabu-abuan pada permukaan daun bagian bawah, tepi daun berwarna
hitam. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pengendalian kimiawi menggunakan
fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat,
karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif
klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
Penyakit layu pembuluh Penyebab: fusarium oxysporum, verticillium dahliae, v.
alboatrum. Gejala: patogen menyerang pembuluh xylem tanaman, sehingga tanaman
kehilangan turgor dan layu. Jika dibelah, pembuluh di dalam batang berwarna coklat.
Setelah dilakukan pengamatan ternyata pada tanaman sawi yang kami tanam diketahui
bahwa tanaman sawi tersebut terserang oleh penyakit bercak daun yang ditandai dengan
bercak-bercak berwarna coklat yang akhirnya berubah keabu-abuan pada permukaan daun
bagian bawah, tepi daun berwarna hitam dan penyakit layu pembuluh yang ditandai dengan
tanaman kehilangan turgor dan layu. Jika dibelah, pembuluh di dalam batang berwarna
coklat. Jika dibelah pembuluh didalam batang berwarna coklat.
Hama
Hama Penting Tanaman Sawi
Usaha budidaya tanaman sawi banyak mengalami kegagalan terutama karena
serangan hama. Hama tanaman sawi sering menyerang tanaman yang masih di lahan atau
menyerang biji yang telah disimpan di gudang. Berikut ini adalah beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman sawi :
Ulat tritip/Ulat perusak daun (Plutella xylostella)
Klasifikasi Plutella xylostella L. Sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella L.
Pengendalian ulat kubis dapat dilakukan dengan cara mekanis, kimiawi dengan
insektisida kimia sintetik selektif maupun insektisida nabati, pola bercocok tanam
(tumpangsari, rotasi, irigasi, penanaman yang bersih), penggunaan tanaman tahan, pemakaian
feromon, pengendalian hayati menggunakan predator, parasitoid (misalnya dengan Diadegma
semiclausum Helen, Cotesia plutellae Kurdj., dll.), patogen (misalnya pemakaian bakteri B.
thuringiensis, jamur Beauveria bassiana, dsb.) serta aplikasi program PHT.
Aplikasi PHT Praktis:
KulturTeknik
Musim tanam lebih baik untuk menanam kubis dan brasika lain pada musim hujan,
karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan irigasi. Apabila tersedia dapat
digunakan irigasi sprinkle untuk mengurangi populasi ulat daun kubis, apabila pengairan
demikian dilaksanakan pada petang hari, dapat membatasi aktivitas ngengat.
Penanaman.
Sebaiknya tidak melakukan penanaman berkali-kali pada areal sama, karena tanaman
yang lebih tua dapat menjadi inokulum bagi tanaman baru.
Apabila terpaksa menanam beberapa kali pada areal sama, tanaman muda ditanam pada arah
angin yang berlawanan agar ngengat susah terbang menuju ke tanaman muda.
Pesemaian.
Tempat pembibitan harus jauh dari areal tanaman yang sudah tumbuh besar.
Sebaiknya pesemaian/bibit harus bebas dari hama ini sebelum transplanting ke lapangan.
Dalam beberapa kasus, serangan ulat daun kubis di lapangan diawali dari pesemaian yang
terinfestasi dengan hama tersebut.
Tanaman perangkap
Tanaman brasika tertentu seperti caisin lebih peka dapat ditanam sebagai border untuk
dijadikan tanaman perangkap, dengan maksud agar hama ulat daun kubis terfokus pada
tanaman perangkap.
Tumpang sari.
Penanaman kubis secara tumpang sari bersamaan dengan tanaman yang tidak disukai
hama ulat daun kubis dapat mengurangi serangannya. Misalnya tumpang sari kbis kubis
dengan tanaman tomat/bawang daun.
Monitoring
Selama menanam kubis petani perlu melakukan pemantauan/monitoring hama dengan
melakukan pengamatan mingguan. Apabila hama mencapai 1 ulat/10 tanaman (Ambang
Ekonomi = AE) atau lebih, maka dapat dilakukan dengan menyemprot tanaman
menggunakan insektisida kimia selektif atau bioinsektisida, untuk menekan agar hama
kembali berada di bawah AE yang tidak merugikan secara ekonomi.
Penggunaan Agensia Hayati
Hama tersebut memiliki musuh alami berupa predator (Paederus sp., Harpalus sp.),
parasitoid (Diadegma semiclausum, Cotesia plutellae), dan patogen (Bacillus thuringiensis,
Beauveria bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya.
Mekanis
Cara ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan hama yang bersangkutan,
memasukkan ke dalam kantung plastic, dan memusnahkannya. Namun untuk areal luas perlu
pertimbangan tenaga dan waktu.
Penggunaan Insektisida Selektif
Aplikasi ini dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati ambang
ekonomi, dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi mudah terurai, atau
penggunaan insektisida biologi.
a. Ulat titik tumbuh (Crocidolomiabinotalis)
Klasifikasi hama ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Crambidae
Subfamili : Pyraustinae
Genus : Crocidolomia
Spesies : Crocidolomiabinotalis
Tanaman kubis atau sawi yang diserang ulat ini selain rusak dan daunnya habis
dimakan, tanaman juga menjadi rusak dengan adanya sisa-sisa kotoran bekas ulat makan.
Bila telur dalam kelompok menetas, sekitar 300 ulat akan makan titik tumbuh sempurna. Ulat
akan menyerang dengan cepat pada tanaman lainnya sehingga ulat ini merupakan hama yang
berbahaya bagi tanaman sawi besar dan kol.
Pengendalian hama ini antara lain dengan cara sebagai berikut:
Secara Biologi
Pengendalain secara biologi dapat menggunakan musih alami, musuh alami dari
Crocidolomia binotalis Zell. antara lain adalah:
Secara Fisik
Kelompok telur dan larva yang baru saja menetas diambil dan dimusnahkan.
Gerombolan ulat tersebut dapat diambil dengan lidi yang diruncingi dan mengambil telur
beserta sedikit daun, kemudian dimasukkan dalam suatu wadah untuk diberikan pada ayam
atau dimusnahkan dengan cara dibakar. Pengambilan telur dan kelompok ulat tersebut paling
tidak dilakukan dua kali setiap minggunya.
Secara Kultur Teknis
Menanam pada waktu musim hujan karena populasi hama ini paling rendah
(sedikit).Penyemprotan dengan ekstrak biji nimba dan tuba.
Secara Kimia
Pengendalian secara kimia dapat adalah tekhnik pengendalain akhir yang dilakuakn
setelah pengendalain yang lain tidak dapat lagi mencegah adanya hama tersebut, dapat
menggunakan insektida sistemik.
b. Belalang Kembara(Locusta migratoria)
Tanaman yang paling disukai belalang kembara adalah kelompok Graminae yaitu
padi, jagung, sorgum, tebu, alang-alang, gelagah, dan berbagai jenis rumput. Selain itu,
belalang juga menyukai daun kelapa, bambu, kacang tanah, petsai, sawi, dan kubis daun.
Tanaman yang tidak disukai antara lain adalah kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubi
kayu, tomat, ubi jalar, dan kapas.
Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang diserang
dan tingkat populasi. Daun biasanya bagian pertama yang diserang. Hampir keseluruhan daun
habis termasuk tulang daun, jika serangannya parah. Spesies ini dapat pula memakan batang
dan tongkol jagung jika populasinya sangat tinggi dengan sumber makanan terbatas.
Pengendalian yang dilakukan adalah secara manual, yaitu dengan cara membuang belalang
yang menyerang daun.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura, Mythimna sp. Noctuidae: Lepidotera)
Spodoptera litura meletakkan telur secara berkelompok di permukaan daun dan
ditutupi oleh bulu-bulu yang berwarna coklat muda dan setiap kelompok telur terdiri atas 50-
400 butir. Larva terdiri atas enam instar dan instar terakhir mempunyai bobot mencapai 800
mg dan menghabiskan 80% dari total konsumsi makanannya Larva bersembunyi dalam tanah
pada siang hari dan baru aktif pada malam hari, kecuali S. exempta yang juga aktif pada siang
hari. Spesies ini adalah serangga polipagous. Tanaman inangnya selain jagung adalah tomat,
kapas, tembakau, padi, kakao, jeruk, ubi jalar, kacang tanah, jarak, kedelai, kentang, kubis,
dan bunga matahari.
Mythimna sp. merupakan hama polipagous dan menyerang banyak tanaman, antara
lain jagung, padi, sorgum, dan kacang-kacangan. Ada beberapa spesies dari genus ini yang
dapat merusak tanaman jagung antara lain M. separata dan M. loreyi.
Serangga meletakkan telur secara berkelompok pada daun dan ditutupi dengan bulu-
bulu yang berwarna coklat. Seekor M. separata betina mampu meletakkan telur 500-900
butir. Masa inkubasi telur berkisar antara 2-13 hari, bergantung suhu, tetapi normalnya 3-4
hari pada suhu 25OC. Telur yang baru diletakkan berwarna hijau keputih-putihan, kemudian
berubah menjadi kuning dan berwarna hitam sebelum menetas.
Larva instar I memakan cangkang telur. Stadia larva terdiri atas enam instar dengan
stadium 13-18 hari. Pada siang hari larva bersembunyi dalam tanah dan aktif menyerang pada
malam hari. Pola warna larva berbeda, bergantung pada perilakunya.
Pada kondisi gregarious larva berwarna gelap dan aktif, sementara pada kondisi
solitary berwarna lebih terang dan pasif. Pupa terbentuk dalam tanah dengan lama pupasi
sekitar sembilan hari. Serangga dewasa dapat kawin beberapa kali dan meletakkan telur
selama 2-6 hari. Perkembangan dari telur sampai dewasa berkisar 30-39 hari.
Gejala serangan, Larva serangga ini memakan daun dengan bentuk yang tidak
beraturan. Dalam kondisi yang sangat lapar, larva memakan daun hingga menyisakan tulang
daun.

Kangkung
Hama
Hama yang menyerang tanaman kangkung antara lain ulat grayak (Spodoptera
litura F), kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphis gossypii. Sedangkan penyakit antara
lain penyakit karat putih yang disebabkan oleh Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian,
gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati
atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar
baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi,interval dan waktu
aplikasinya. (klik link dibawah ini untuk mendapatkan info menarik lainnya).
Penyakit
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang tanaman kangkung adalah ulat grayak (Spodoptera litura F), Kutu
daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphids gossypii),. Penyakit yang menyerang batang
tanaman kangkung adalah penyakit karat putih yang disebabkan oleh Albugo ipomoea
reptans. Gejala penyakit ini yaitu adanya pustul pustul (bintik berwarna putih di sisi daun
sebelah bawah batang ). Apabila diperlukan gunakan pestisida yang benar benar aman dan
cepat terurai seperti pestisida biologi, atau pestisida nabati.

Anda mungkin juga menyukai