Anda di halaman 1dari 13

Retno Handasah, Pengaruh Kematangan Emosi...

121

PENGARUH KEMATANGAN EMOSI TERHADAP AGRESIVITAS DIMEDIASI OLEH


KONTROL DIRI PADA SISWA SMA NEGERI DI KOTA MALANG

Retno Handasah

ABSTRAK
Agresivitas secara umum banyak terjadi dikalangan remaja baik laki-laki maupun perempuan.
Perilaku agresif berkaitan erat dengan kematangan emosi. Masa remaja akhir merupakan masa
dimana kematangan emosinya mulai stabil atau baik. Penelitian dilakukan bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kematangan emosi terhadap agresivitas dan pengaruh kematangan emosi
terhadap agresivitas melalui kontrol diri pada remaja. Penelitian menggunakan jenis penelitian
kuantitatif dengan metode analisis Path Analysis. Penelitian melibatkan 312 siswa SMA Negeri di
Kota Malang dengan teknik cluster random sampling. Pengambilan data menggunakan instrument
Emotional Maturity Scale (EMS), Self Control Scale (SCS), dan Aggression Scale (AS). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kematangan emosi terhadap kontrol diri sebesar 4,6%
dengan p<0,001 dan R= 0,190. Kontrol diri juga menyumbang pengaruh terhadap kemunculan
agresivitas sebesar 1,5% dengan p<0,050 dan R= -0,175. Pengaruh kematangan emosi terhadap
agresivitas secara langsung sebesar yaitu β = -0,429. Pengaruh kematangan emosi terhadap
agresivitas melalui kontrol diri sebesar β = -0,033, sehingga pengaruh kematangan emosi
terhadap agresivitas secara langsung lebih kuat dibandingkan pengaruh kematangan emosi
terhadap agresivitas melalui kontrol diri.
Kata kunci: kematangan emosi, agresivitas, kontrol diri

PENDAHULUAN tindakan yang agresif untuk meluapkan


Masa remaja merupakan masa yang emosinya. Agresivitas di kalangan remaja
identik atau cenderung banyak mengalami yang paling banyak adalah agresifitas fisik
konflik, frustasi dan tekanan-tekanan yang dimanifestasikan sebagai tawuran.
sosial lain, sehingga kemungkinan besar Tawuran pelajar merupakan hal yang sudah
akan mudah bertindak agresif. (Hurlock, terlalu sering didengar bahkan cenderung
2001). dianggap biasa. Sehingga dapat disimpulkan
Salah satu faktor yang sering memicu bahwa kasus-kasus agresivitas yang
terjadinya agresivitas adalah faktor terjadi pada remaja merupakan salah satu
emosional yang ada pada individu. Ketika manifestasi dari emosi yang kurang stabil
seseorang mengalami suatu kondisi yang dalam diri remaja (Hidayat, 2002).
kurang menyenangkan, maka emosi Agresivitas pada remaja dapat
yang sering terlihat adalah emosi marah. berdampak pada kehidupan remaja secara
Perasaan marah berlanjut pada keinginan langsung seperti penolakan orang tua
untuk melampiaskannya dalam satu bentuk terhadap anak yang melakukan agresivitas,
tertentu dan pada objek tertentu (Sarwono & penurunan prestasi dalam hal akademik,
Meinarno, 2009). salah dalam memilih teman yang dapat
Pastey dan Aminbahmi (2006) menya- membuat remaja menggunakan obat-
takan bahwa masa remaja adalah masa dimana obatan terlarang (Sittner & Hautala, 2015).
remaja banyak mengalami tekanan baik di Penelitian di Australia mengemukakan
sekolah, keluarga dan juga teman sebayanya, bahwa remaja yang melakukan agresivitas
dan tekanan-tekanan tersebut terkadang bersama teman sebayanya lebih cenderung
sangat sulit untuk diatasi sehingga remaja untuk gagal melanjutkan tahap pendidikan
merasa frustasi dan terkadang melakukan lanjut (Moore. et. al (2015).
122 Vol. 2 No. 2 Desember 2018 | 121-133

Agresivitas pada masa remaja adalah mengungkapkan emosinya pada saat ada
hal yang menarik untuk diteliti. Beberapa orang lain yang hadir, dan menunggu waktu
penelitian menunjukkan bahwa pada masa yang tepat dan tempat untuk melepaskan
remaja inilah perilaku agresivitas paling emosinya dengan cara yang dapat diterima
sering muncul. Penelitian yang dilakukan secara sosial. Indikasi lain yang penting dari
oleh Loeber dan Hay (1997) menunjukkan kematangan emosi adalah bahwa individu
bahwa agresivitas berada pada level tertinggi menilai situasi kritis sebelum menanggapi
pada usia 15 hingga 16 tahun dan mulai secara emosional, bukannya bereaksi tanpa
menunjukkan penurunan setelah umur 17 berpikir seperti seorang anak atau orang
tahun. Penelitian tersebut diperkuat oleh yang dewasa (Shanaz, 2013).
penelitian yang dilakukan oleh Karriker- Kematangan emosi pada individu
Jaffe, Foshee, Ennett, dan Suchindran (2008) mampu untuk menurunkan tingkat
yang menunjukkan bahwa agresivitas agresivitas (Guswani & Kawuryan, 2011).
pada masa remaja memuncak pada usia 14 Penurunan agresivitas tersebut disebabkan
hingga 16 tahun dan kemudian menurun oleh meningkatnya kontrol diri pada
pada usia 17 dan 18 tahun. Hasil penelitian individu (DeWall, Baumeister, Stillman
tersebut berbeda dengan hasil penelitian & Gailliot, 2007; DeWall, Finkel& Denson,
yang dilakukan oleh Xie, Drabick, dan Chen 2011). Kontrol diri yang baik pada individu
(2011) pada remaja berusia 10 hingga 18 dipengaruhi juga oleh kematangan emosi
tahun yang menunjukkan bahwa agresivitas (Pastey & Aminbhavi, 2006). Jadi dapat
menurun pada usia 14 hingga 16 tahun lalu disimpulkan bahwa pengaruh kematangan
kemudian meningkat pada masa remaja emosi terhadap agresivitas terjadi secara
akhir. Kesenjangan antara hasil penelitian tidak langsung, melalui kontrol diri.
inilah yang menjadi dasar peneliti untuk Kontrol diri (self-control) didefinisikan
melakukan studi tentang agresivitas pada sebagai kemampuan individu dalam
remaja. membaca situasi diri dan lingkungannya
Ada beberapa permasalahan yang harus serta kemampuan untuk mengontrol dan
dihadapi pada masa remaja seperti emosi, mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi
fisik, pribadi, sosial dan juga perilaku. perilaku, emosi, dan kognisi sesuai dengan
Karena kurang matangnya emosi yang situasi dan kondisi (Meldrum, Young &
dimiliki oleh remaja maka mereka merespon Weerman, 2009).
permasalahan tersebut dengan agresivitas Perilaku agresif terkait dengan konflik
(Gill, 2015). Emosi remaja dapat dikaitkan sebaya dimungkinkan berhubungan dengan
terutama dengan tekanan sosial dan tingkat kontrol diri remaja. Kontrol diri yang rendah
kepercayaan diri yang mereka miliki untuk memiliki resiko terjadinya agresivitas dan
menghadapi kondisi baru. Emosi memainkan perilaku kriminal (Muraven & Baumeister,
peranan penting dalam kehidupan individu 2000). Kurangnya kemampuan kontrol diri
karena membuat hidup bervariasi, menarik untuk mengendalikan rasa marah pada
dan mendebarkan. Hidup tanpa emosi remaja menyebabkan munculnya perilaku
menjadi kusam, monoton dan bagaikan melawan (Orpinas & Frankowski, 2001) dan
mesin. Jika emosi tidak diungkapkan persepsi ancaman yang mereka rasakan
dengan hati-hati, maka dapat menciptakan menimbulkan rasa dendam dan dorongan
masalah dalam kehidupan seseorang, karena untuk membalasnya dengan perilaku
mereka mempengaruhi persepsi pikiran yang agresif (Yager, Trzes-niewski, Tirri,
kita, sikap dan minat. Remaja dikatakan Nokelainen, & Dweck, 2011). Berdasarkan
telah mencapai kematangan emosional uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
jika mereka mampu mengendalikan dan kurangnya kemampuan kontrol diri
Retno Handasah, Pengaruh Kematangan Emosi... 123

seseorang akan memunculkan perilaku diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap
agresif. Kematangan emosi memungkinkan pendidikan dan nilai-nilai di sekolah,
individu untuk memperoleh perspektif kehidupan dalam keluarga, pengaruh teman
situasi dengan kontrol diri sebelum bereaksi sebaya, kelas sosial ekonomi serta kualitas
impulsif sehingga mampu menurunkan tempat tinggal.
agresivitas.
Kematangan Emosi
Tujuan Penelitian Emosi ialah suatu keadaan yang
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk kompleks yang berlangsung biasanya tidak
mengetahui pengaruh kematangan emosi lama, yang mempunyai komponen pada
terhadap agresivitas dan untuk mengetahui badan dan pada jiwa individu itu; pada jiwa
pengaruh kematangan emosi terhadap timbul keadaan terangsang dengan perasaan
agresivitas melalui kontrol diri. yang hebat serta biasanya juga terdapat
impuls untuk berbuat sesuatu yang tertentu;
Agresivitas pada badan timbul gejala-gejala dari pihak
Agresivitas merupakan suatu perilaku susunan syaraf vegetatif umpamanya pada
atau kecenderungan perilaku yang pernapasan, sirkulasi dan sekresi (Maramis,
bertujuan untuk menyakiti orang lain, baik 2005). Ali dan Asrori (2004) menyatakan
secara fisik maupun psikologis (Buss & bahwa perkembangan berkaitan erat dengan
Perry, 1992; Baron & Byrne, 2004). Mereka pertumbuhan. Berkat adanya pertumbuhan
yang frustrasi (merasa gagal mencapai maka pada saatnya anak akan mencapai
tujuannya) adalah orang yang paling mudah kematangan. Pertumbuhan dan kematangan
melakukan tindakan agresi. Orang-orang merupakan proses yang saling berkaitan
yang frustrasi sering marah terhadap orang- dan keduanya merupakan perubahan yang
orang yang dianggap sebagai penyebab atau berasal dari dalam diri individu. Tetapi hal
perantara terjadinya rasa sakit. Disakiti atau ini tidak berarti bahwa faktor lingkungan
dilukai perasaannya atau kepentingannya, tidak memegang peranan.
itulah yang dijadikan alasan seseorang Pertumbuhan dan kematangan dapat
untuk bertindak agresif. Mereka frustrasi dipercepat dengan rangsangan-rangsangan
dengan apa yang terjadi, dan kemudian dari lingkungan dalam batas-batas tertentu.
melakukan perilaku yang merugikan orang Kematangan emosi adalah suatu keadaan
lain. Berkowitz dan Harmon-Jones (2004) atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan
memberikan pembagian yang sangat dari perkembangan emosional dan karena
sederhana terhadap agresivitas, yaitu itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi
agresivitas fisik dan agresivitas verbal. menampilkan pola emosi yang pantas
Agresivitas fisik merupakan tindakan bagi anak-anak. Istilah kematangan atau
dengan tujuan menyakiti orang lain seperti kedewasaan emosi seringkali membawa
memukul atau menendang. Sedangkan implikasi adanya kontrol emosional.
agresivitas verbal merupakan pernyataan Bagian terbesar orang dewasa mengalami
verbal yang bertujuan untuk menyakiti pula emosi yang sama dengan anak-anak,
orang lain seperti umpatan, makian dan namun mereka mampu menekan atau
juga ancaman. Sedangkan menurut Buss mengontrolnya lebih baik, khususnya di
dan Perry (1992) ada 4 jenis perilaku, yaitu tengah-tengah situasi sosial. Berdasarkan
kemarahan, permusuhan, agresi verbal, dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
agresi fisik. Santrock (2003) mengemukakan kematangan emosi merupakan kemampuan
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk mengontrol emosinya
agresivitas seperti, identitas diri, kontrol
124 Vol. 2 No. 2 Desember 2018 | 121-133

secara tepat, tidak meledak-ledak dan tidak Individu dapat mengendalikan keinginan
kekanak-kanakan (Chaplin, 2005). impulsive-nya dengan menolak godaan dan
Gill (2015) mengemukakan bahwa ke- menahan diri dari tindakan yang tidak
matangan emosi merupakan keadaan emo- diinginankan karena stimulus yang direspon
si yang dimiliki seseorang dimana apa- secara emosional (Baumeister & Exline,
bila mendapatkan stimulus emosi tidak 2000).
menunjukkan gangguan kondisi emosi. Kontrol diri terjadi ketika individu men-
Gangguan kondisi emosi yang terjadi coba untuk mengubah bagaimana seharusnya
tersebut dapat berupa keadaan kebingu- individu tersebut berpikir, merasa, atau
ngan, berkurangnya rasa percaya diri dan berperilaku (Muraven & Baumeister, 2000).
terganggunya kesadaran sehingga orang Kontrol diri merupakan kemampuan
tersebut tidak dapat menggunakan pemi- individu untuk mempertimbangkan berbagai
kirannya secara efektif dan rasional. konsekuensi untuk perilaku tertentu (Wolfe
Kematangan emosi memiliki pengertian & Higgins, 2008). Dijelaskan kembali bahwa
sebagai kemampuan untuk memikirkan kontrol diri adalah kemampuan individu
emosi yang membantu meningkatkan untuk menahan diri atau mengarahkan diri
kemampuan untuk menguasainya atau ke arah yang lebih baik ketika dihadapkan
mengendalikannya (Albin, 2005). Hal ini dengan godaan-godaan (Hofmann,
berarti, orang yang matang emosinya akan Baumeister, Förster, & Vohs, 2012).
mampu menguasai dan mengendalikan Kontrol diri adalah kemampuan untuk
emosinya agar dapat menyesuaikan diri menahan dan mengendalikan perilaku sosial
dengan kondisi-kondisi tertentu. Green yang tidak pantas (DeWall, Baumeister,
(2001) menyatakan bahwa kematangan Stillman, & Gailliot, 2007). Hal ini diperkuat
emosi adalah kemampuan seseorang untuk oleh hasil penelitian DeWall, Finkel, dan
menyesuaikan diri, menempatkan diri, Denson (2011) yang menyatakan bahwa
dan menghadapi berbagai kondisi dengan kegagalan individu dalam melakukan
suatu cara tertentu. Apabila seorang remaja kontrol diri dapat memberikan kontribusi
telah mampu untuk menempatkan diri munculnya tindakan agresif yang disertai
dan menghadapi berbagai kondisi dengan kekerasan. Ketika agresi mendesak menjadi
cara tertentu, maka ia akan mampu untuk aktif, kontrol diri dapat membantu seseorang
bertanggung jawab terhadap hubungannya mengabaikan keinginan untuk berperilaku
dengan orang lain. agresif, dan akan membantu seseorang
merespon sesuai dengan standar pribadi atau
Kontrol diri standar sosial yang dapat menekan perilaku
Kontrol diri dapat definisikan sebagai agresif tersebut. Kontrol diri merupakan
kemampuan individu untuk menahan diri fungsi utama dari diri dan kunci penting
atau mengarahkan diri ke arah yang lebih untuk kesuksesan dalam hidup.
baik ketika di hadapkan dengan godaan- Dalam penelitian Tangney, Baumeister,
godaan (keadaan dimana remaja mampu dan Boone (2004) ditunjukan bahwa kontrol
berkata iya tetapi ia menahan diri sehingga diri yang tinggi juga memiliki keterkaitan
mengatakan tidak) (Baumeister, Forster, dengan penyesuaian diri yang lebih baik
& Vohs, 2012). Ketika individu tidak (diantaranya berkurangnya psikopatologi,
menyampingkan keinginan impulsive-nya dan meningkatnya self-esteem), berkontribusi
(memberikan respon kepada stimulus tanpa terhadap keberhasilan dibidang akademis,
pemikiran yang matang) untuk merespon mengurangi makan yang berlebihan dan
emosinya dengan tindakan agresif maka mengurangi penyalahgunaan alkohol,
mereka gagal melakukan kontrol diri. memiliki hubungan yang lebih baik dan
Retno Handasah, Pengaruh Kematangan Emosi... 125

memiliki keterampilan interpersonal yang arahan oleh orang lain serta mengerti
baik. Kontrol diri memungkinkan manusia kewajiban dan tanggungjawabnya (Chaube,
untuk hidup dan bekerja bersama-sama 2002). Selain itu, Hurlock (2004) juga
dalam suatu sistem budaya yang dapat menambahkan remaja mencapai kematangan
menguntungkan berbagai pihak (DeWall, emosi jika pada akhir masa remajanya tidak
Baumeister, Stillman, & Gailliot, 2005), serta sembarangan dalam meluapkan emosinya di
masih banyak manfaat positif yang lainnya. hadapan orang lain, tetapi menempatkannya
secara tepat dan dengan cara-cara yang
Pengaruh kematangan emosi terhadap dapat diterima oleh orang lain. Kematangan
agresivitas emosi juga dapat ditunjukkan dengan
Pola emosional yang terdapat pada remaja kemampuan remaja untuk menilai suatu
seringkali berbentuk sifat yang sensitif, situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum
reaktif yang kuat, emosi yang bersifat negatif bereaksi secara emosional dan memberikan
dan tempramental (mudah marah), mudah reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-
dirangsang, dan cenderung meledak. Kontrol ubah dari satu suasana hati ke suasana hati
terhadap dirinya bertambah sulit sehingga yang lain.
mereka cepat marah dan melampiaskannya Kematangan emosi ini sangat berhu-
dengan perilaku agresif. Perilaku agresif ini bungan erat dengan kontrol diri. Jika kema-
terjadi karena adanya kecemasan terhadap tangan emosi rendah maka akan menye-
dirinya sehingga muncul reaksi yang babkan kontrol diri rendah sehingga
kadang-kadang tidak wajar. Perilaku agresif mengakibatkan munculnya perilaku-
dapat terjadi karena faktor kematangan perilaku maladaptif seperti tindakan
emosi, remaja yang belum stabil dan kurang kriminal dan penggunaan narkoba (Tittle,
matang emosinya dapat lebih mudah muncul Ward, & Grasmick, 2003; Conner, Stein
perilaku agresinya daripada yang telah & Longshore, 2009). Sebaliknya, apabila
matang emosinya (Rahayu, 2008). kematangan emosi pada individu tinggi
Kematangan emosi pada akhir masa maka kontrol dirinya juga tinggi sehingga
remaja sudah mulai bagus. Remaja sudah individu tersebut akan memiliki kemampuan
tidak meledakkan emosinya dihadapan orang beradaptasi lebih baik, lebih sehat secara
lain melainkan menunggu saat yang tepat mental, dan sukses menjalin hubungan
dengan cara-cara yang lebih tepat dan dapat dengan orang lain (Tangney, Baumeister, &
diterima (Santrock, 2007). Penelitian yang Boone, 2004).
dilakukan oleh Murdoch (1972) menyebutkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pengaruh kematangan emosi terhadap
kematangan emosi dengan agresivitas. agresivitas melalui kontrol diri
Dimana semakin tinggi kematangan emosi Chapple (2005) menyatakan bahwa
maka agresivitas rendah, dan begitu pula masa kanak-kanak akhir dan masa awal
sebaliknya. Penelitian lain yang dilakukan remaja merupakan masa-masa kritis
oleh Khan, Hassan dan Khan (2012) juga yang berpengaruh terhadap kematangan
menunjukkan bahwa ada hubungan yang (maturity) secara fisik maupun emosional,
signifikan antara kematangan emosi dengan pembentukan identitas, dan untuk beberapa
agresivitas. remaja cenderung untuk terlibat dalam
Pengaruh kematangan emosi terhadap kenakalan dan agresivitas.
kontrol diri Guswani dan Kawuryan (2011)
Seseorang dikatakan sudah mencapai menyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat
kematangan emosi jika individu dapat agresivitas pada individu dapat dipengaruhi
mengerti situasi tanpa harus diberikan oleh kematangan emosi. Kematangan emosi
126 Vol. 2 No. 2 Desember 2018 | 121-133

pada individu memberikan dampak positif siswa SMA Negeri di Kota


yang signifikan. Individu dengan tingkat Malang.
kematangan emosi yang tinggi mampu
meredam dan mengendalikan emosi negatif, METODOLOGI
mampu membaca perasaan orang lain, serta Penelitian ini menggunakan pendekatan
dapat memelihara hubungan baik dengan kuantitatif dengan jenis penelitian
lingkungan sosialnya (Rahayu, 2008). Selain korelasional, dimana data yang diperoleh
itu, individu dengan kematangan emosi yang diolah dan dianalisis dengan program SPSS
baik akan lebih mampu untuk mengontrol 22.0 dan menghasilkan prediksi bahwa suatu
dirinya sehingga dapat menurunkan variabel mempengaruhi variabel lainnya.
agresivitas (DeWall, Baumeister, Stillman & Variabel bebas yaitu kematangan emosi,
Gailliot, 2007; DeWall, Finkel & Denson, 2011). variabel terikatnya yaitu agresivitas dengan
Jadi pengaruh kematangan emosi terhadap menggunakan variabel mediator yaitu
agresivitas tidak terjadi secara langsung kontrol diri.
melainkan melalui variabel mediator yaitu Pengambilan data dalam penelitian
kontrol diri. Gambaran pengaruh antar ini menggunakan teknik cluster random
variabel kematangan emosi terhadap sampling. Pengambilan data dilakukan pada
agresivitas melalui kontrol diri dapat dilihat 3 kecamatan, masing-masing terdiri dari
pada Gambar 1 beberapa SMA Negeri. Masing-masing
kecamatan diwakili 1 sekolah yang diambil
secara acak dari 3 sekolah, yaitu SMAN 4,
SMAN 8, dan SMAN 10. Subjek penelitian
adalah siswa kelas 3 pada Sekolah Menengah
Atas Negeri dikota Malang yang berusia 17
– 18 tahun berjumlah 312 orang. Mayoritas
subjek berusia 17 tahun sebanyak 188 siswa
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
dan siswa berusia 18 tahun sebanyak 124.
Berdasarkan jurusan yang ada pada sekolah
Hipotesis maka mayoritas siswa mengambil jurusan
Hipotesis satu : Terdapat pengaruh kema- IPA sebanyak 167 siswa, siswa dengan
tangan emosi terhadap jurusan IPS sebanyak 108 siswa dan terakhir
kontrol diri pada siswa siswa dengan jurusan bahasa sebanyak 37
SMA Negeri di Kota Malang. siswa. Berikut adalah sajian data penyebaran
Hipotesis dua : Terdapat pengaruh kontrol responden berdasarkan jenis kelamin, usia
diri terhadap agresivitas dan jurusan yang diambil.
pada siswa SMA Negeri di Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Subjek
Kota Malang. Penelitian (n = 312)
Hipotesis tiga : Terdapat pengaruh secara
Karakteristik Frekuensi Persentase
langsung kematangan Jenis Kelamin
emosi terhadap agresivitas 114 36,5%
Laki-laki
pada siswa SMA Negeri di
Wanita 198 63,5%
Kota Malang.
Usia
Hipotesis empat : Terdapat pengaruh secara
17 tahun 188 60,3%
tidak langsung kematangan
18 tahun 124 39,7%
emosi terhadap agresivitas
Jurusan
melalui kontrol diri pada
IPA 167 53,5%
Retno Handasah, Pengaruh Kematangan Emosi... 127

IPS 108 34,7% jawaban yang bernilai 1 hingga 5 (5 = tidak


Bahasa 37 11,8% pernah, 4 = terkadang, 3 = jarang, 2 = sering,
Total 312 100% 1 = setiap waktu). Salah satu contoh item
dalam skala ini yaitu “Saya menghargai apa
Skala agresivitas yang digunakan yang saya miliki”. Cara menjawabnya, subjek
adalah Aggression Scale (AS), disusun oleh memberikan tanda checklist dibawah kolom
Orpinas dan Frankowski (2001) untuk respon sesuai dengan pernyataan tiap item.
mengukur aspek-aspek agresivitas, yaitu, Semakin tinggi nilai yang didapatkan maka
agresivitas verbal, agresivitas non-verbal, semakin tinggi pula kematangan emosi yang
dan kemarahan. Skala ini terdiri dari 11 item dimiliki subjek, dan semakin rendah skornya
menggunakan pilihan respon berbentuk maka semakin rendah pula kematangan
skala likert dengan bentuk pernyataan yang yang dimiliki subjek. Emotional Maturity Scale
berisi tentang berapa kali subjek melakukan diberikan kepada remaja akhir, memiliki
agresivitas dalam tujuh hari terakhir. konsistensi internal sebesar α = 0,75 (Barthi,
Agression Scale memiliki 7 pilihan jawaban 2012). Uji coba diberikan kepada siswa SMK
dan pilihan jawaban tersebut sama dengan Negeri 2 Malang diperoleh 28 item yang
skor yang akan didapatkan, yaitu angka 0 tersisa dari 48 item dengan konsistensi
kali melakukan perilaku dalam pernyataan internal 0,86.
memiliki skor 0, 1 kali memiliki skor 1, 2 Skala kontrol diri yang digunakan yaitu
kali memiliki skor 2, 3 kali memiliki skor 3, The Grasmick Self Control Scale dikembangkan
4 kali memiliki skor 4, 5 kali memiliki skor oleh Grasmick, Tittle, Bursik Jr, & Arneklev
5, dan 6 kali lebih memiliki skor 6. Semakin (1993) terdiri dari 24 item. Skala ini
tinggi skor yang didapatkan maka semakin diberikan berbentuk skala likert dengan
tinggi agresivitas subjek dan skor rendah tingkat persetujuan dari skala 1 hingga 4 (1 =
mengindikasikan subjek sedikit melakukan sangat setuju, 2 = setuju, 3 = tidak setuju,dan
agresivitas. Cara mengerjakannya adalah 4 = sangat tidak setuju). Skala ini terdiri dari
dengan cara memberikan tanda checklist enam aspek yaitu aspek impulsivitas, aspek
pada pilihan jawaban yang sesuai dengan tugas sederhana, aspek mencari resiko,
subjek, respon mulai dari 0 kali hingga 6 aspek kegiatan fisik, aspek keegoisan, dan
kali lebih. Contoh item: “Saya mengganggu aspek temperamen. Salah satu contoh
teman saya agar mereka marah”. Aggression item dalam skala ini yaitu “Saya bertindak
Scale diberikan kepada remaja akhir, tanpa berpikir terlebih dahulu”. Skor yang
memiliki konsistensi internal sebesar α = tinggi pada skala ini menunjukkan bahwa
0,82 (Orpinas, 2001). Uji coba instrumen ini semakin tinggi pula tingkat kontrol diri yang
diberikan kepada siswa SMK Negeri 2 Malang dimiliki oleh subjek. Sedangkan skor rendah
dan diperoleh 10 item yang tersisa dari 11 menunjukkan bahwa subjek memiliki kontrol
item dengan konsistensi internal 0,80. diri yang rendah. The Grasmick Self Control
Skala yang digunakan untuk mengukur Scale koefisien reliabilitas 0,91 (Arneklev,
kematangan emosi adalah Emotional Maturity 2006). Uji coba diberikan kepada siswa SMK
Scale (EMS) yang dikembangkan oleh Singh Negeri 2 Malang dan diperoleh hasil item
& Bhargava (1990). EMS terdiri dari 48 yang tersisa sebanyak 17 item dari 24 item
item pernyataan yang dibagi ke dalam 5 denga konsistensi internal 0,84.
aspek yaitu kestabilan emosi berjumlah 10 Uji coba dalam penelitian ini dilakukan
item, perkembangan emosional berjumlah di SMK Negeri 2 Malang. Pengambilan data
10 item, penyesuaian sosial berjumlah 10 dalam penelitian ini menggunakan teknik
item, integrasi kepribadian berjumlah 10 cluster random sampling. Pengambilan data
item, dan kemandirian berjumlah 8 item. dilakukan pada 3 kecamatan, masing-
EMS berbentuk skala likert dengan respon
128 Vol. 2 No. 2 Desember 2018 | 121-133

masing terdiri dari beberapa SMA Negeri. Kontrol diri 21 – 40 26.90064 13.43503
Pengambilan data yang dilakukan secara Agresivitas 0 – 54 13.16026 38.18377
random yang dibantu oleh bagian kurikulum Keterangan: SD = Standar Deviasi
dan juga guru Bimbingan Konseling pada
siswa dari jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.
Korelasi antar Variabel
Pengambilan data dilakukan pada jam
istirahat saat Ujian Sekolah. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa
Analisis data yang digunakan dalam hubungan kematangan emosi dengan kontrol
penelitian ini adalah analisis regresi dengan diri adalah signifikan dan positif (r = 0,214, p
model analisis jalur (path analysis) dari Hayes = 0,000). Artinya semakin tinggi kematangan
yaitu analisis regresi berganda dimana dalam emosi maka semakin tinggi pula kontrol diri
persamaan regresinya mengandung unsur yang dimiliki subjek. Hubungan kematangan
interaksi yaitu perkalian dua variabel atau emosi dengan agresivitas adalah signifikan
lebih (Ghozali, 2006) dengan bantuan SPSS dan negatif (r = -0,225, p = 0,000). Sehingga
v.22 for windows. Analisis ini digunakan untuk semakin tinggi kematangan emosi yang
mengetahui pengaruh variabel independent dimiliki individu maka agresivitasnya akan
(kematangan emosi) terhadap variabel menjadi rendah dan begitu pula sebaliknya.
dependent (agresivitas) yang dimediasi Hasil uji korelasi juga menunjukkan
oleh variabel kontrol diri. Dari hasil analisis hubungan yang negatif dan signifikan (r =
data tersebut akan diketahui pengaruh -0,120, p = 0,033) antara variabel kontrol
langsung dan tidak langsung antara variabel diri dengan variabel agresivitas. Sehingga
bebas dengan variabel terikat serta dapat semakin individu memiliki kontrol diri
mengetahui pengaruh antar variabel. yang tinggi maka semakin rendah perilaku
agresivitasnya dan begitu pula sebaliknya.
HASIL PENELITIAN Berikut adalah sajian tabel hasil uji korelasi
Variabel yang diteliti adalah kematangan antar tiga variabel.
emosi, kontrol diri, dan agresivitas. Data Tabel 3. Uji korelasi antar variabel
variabel kematangan emosi menunjukkan Kemata-
Kontrol Agresi-
bahwa rata-rata skor adalah 32,256 artinya Variabel ngan
diri (M) vitas (Y)
bahwa kematangan emosi yang dimiliki oleh emosi (X)
subjek penelitian adalah dalam tingkat yang Kematangan
1 0.214** -0.225**
sedang. Adapun rata-rata tingkat kontrol emosi (X)
diri pada subjek penelitian adalah rendah, Kontrol diri (M) - 1 -0.120*
ditunjukkan oleh nilai mean sebesar 26,900. Agresivitas (Y) - - 1
Begitu pula dengan variabel agresivitas. Keterangan: * p <0.050 ** p < 0.01
Subjek penelitian memiliki tingkat
agresivitas yang rendah ditunjukkan oleh Uji Asumsi Klasik
nilai mean sebesar 13,160. Secara ringkas
Penentuan jenis analisis data dilakukan
rentang skor, mean dan standar deviasi
dengan uji asumsi klasik yang bertujuan
dapat dilihat pada Tabel 2.
untuk menguji bagus atau tidaknya suatu
Tabel 2. Deskripsi Variabel Penelitian (n = model regresi yang terbentuk.Pengujian
312) yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji
Variabel
Rentang
Mean SD
heterokedastisitas, dan uji multikolinearitas.
Skor Uji asumsi klasik adalah prasyarat untuk
Kematangan
21– 46 32.25641 17.67767 dilakukannya analisis jalur menggunakan
emosi regresi.
Retno Handasah, Pengaruh Kematangan Emosi... 129

Hasil uji asumsi yang pertama adalah Kontrol diri dalam penelitian ini
uji normalitas memakai Kolmogrov- berpengaruh secara signifikan terhadap
Sminorv menunjukkan bahwa data yang agresivitas (β = -0,175, p = 0,033). Pengaruh
digunakan dalam penelitian berdistribusi kontrol diri adalah sebesar 1,5%. Sehingga
normal (Z = 0,68 , p = 0,67). Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa kontrol diri
adalah uji homogenitas yang dilakukan bisa menjadi variabel prediktor pengaruh
untuk mengetahui bahwa populasi dalam terhadap agresivitas.
penelitian memiliki varian yang sama. Hasil Hasil analisis regresi kematangan emosi
dari uji homogenitas menunjukkan bahwa terhadap agresivitas diketahui bahwa
variabel kematangan emosi memiliki varian pengaruh langsung kematangan emosi
yang sama dengan variabel agresivitas (F terhadap agresivitas adalah positif dan
= 21,543, p = 0,423). Begitu juga dengan signifikan sebesar 5,1% (β = -0,429, p = 0,000).
variabel kontrol diri memiliki varian yang Berikut adalah ringkasan hasil uji regresi
sama dengan variabel agresivitas (F = 19,157, pengaruh antar variabel.
p = 0,313). Tabel 4.Hasil Uji regresi antar variabel
Hasil uji linearitas menunjukkan adanya Koefisien
hubungan linear yang signifikan antara Variabel R2
Beta
variabel bebas dengan variabel terikat. Kematangan emosi – kontrol
0,190*** 0,046
Sedangkan dari uji multikolinearitas diri
menunjukkan bahwa tidak terjadi Kontrol diri – Agresivitas -0,175* 0,015
multikolinearitas antar variabel penelitian Kematangan emosi–
-0,429*** 0,051
(VIF = 1,197, p = 0,000). Uji terakhir yang Agresivitas
dilakukan adalah uji heterokedastisitas Keterangan: * p < 0.050, *** p < 0.001
untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian Pengaruh kematangan emosi terhadap
dari residual satu variabel ke variabel agresivitas melalui kontrol diri
lain. Model regresi yang baik adalah yang Untuk menentukan besarnya pengaruh
tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil tidak langsung variabel kematangan
dari uji heterokedastisitas menunjukkan emosi terhadap variabel agresivitas maka
bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. digunakan analisis jalur. Analisis jalur
Dengan demikian data yang didapatkan yang digunakan harus memenuhi beberapa
telah memenuhi syarat untuk dianalisis syarat seperti uji asumsi klasik dan adanya
menggunakan model regresi. hubungan linear yang signifikan antar
variabel. Setelah dilakukan uji regresi
Pengaruh kematangan emosi, kontrol diri terhadap variabel-variabel penelitian maka
terhadap agresivitas langkah pertama untuk melakukan analisis
Analisis pengaruh antar variabel jalur adalah mengetahui koefisien pengaruh
dilakukan menggunakan analisis regresi antar variabel. Dari hasil analisis yang
linear. Analisis tersebut bertujuan untuk dilakukan didapatkan hasil bahwa pengaruh
mengetahui besarnya pengaruh variabel variabel kematangan emosi terhadap
bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan variabel kontrol diri adalah sebesar 4,6%
hasil analisis regresi diambil kesimpulan dengan koefisien beta sebesar 0,1904
bahwa kematangan emosi berpengaruh Pengaruh variabel kontrol diri terhadap
signifikan terhadap kontrol diri (β = 0,190, agresivitas adalah sebesar 1,5% dengan
p = 0,000). Besarnya pengaruh tersebut koefisien beta sebesar -0,175. Pengaruh
signifikan sebesar 4,6%. selanjutnya adalah pengaruh langsung
antara variabel kematangan emosi dengan
130 Vol. 2 No. 2 Desember 2018 | 121-133

variabel agresivitas, dimana pengaruhnya kurangnya kemampuan kontrol diri untuk


sebesar 5,1% dengan koefisien beta sebesar mengendalikan rasa marah pada remaja
-0,429. Secara ringkas hasil analisis pengaruh menyebabkan munculnya perilaku melawan
antar variabel dan koefisien beta dapat sehingga muncul perilaku agresivitas. Dengan
dilihat pada Gambar 2. meningkatnya kematangan emosi maka
kemampuan individu dalam mengontrol diri
akan meningkat sehingga individu mampu
membaca situasi diri dan lingkungannya
serta mampu mengontrol dan mengelola
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku,
emosi, dan kognisi sesuai dengan situasi dan
Gambar 2. Pengaruh antar variabel kondisi yang terjadi.
Keterangan : Penelitian ini juga mendukung teori
: pengaruh antarvariabel dengan koefisien Hurlock (2001) yang berpendapat bahwa
positif remaja cenderung memiliki emosi yang
: pengaruh antarvariabel dengan koefisien bergejolak sehingga kurang mampu
negatif mengontrol dirinya dan sering terlibat
dengan perilaku agresif. Di usia remaja,
PEMBAHASAN kematangan emosinya sangat kurang
Hasil penelitian yang dilakukan sehingga kemampuan untuk mengontrol diri
mendukung penelitian terdahulu yang belum berkembang secara matang. Adanya
menyatakan bahwa kematangan emosi kematangan emosi yang baik dapat membantu
mempengaruhi agresivitas (Guswani & seseorang dalam mengontrol dirinya untuk
Kawuryan, 2011). Penelitian tersebut tidak terlibat dalam perilaku yang negatif
mengemukakan bahwa semakin tinggi terutama ketika sedang mengalami masalah
tingkat kematangan emosi individu maka dan tekanan. Ini berarti, kemampuan dalam
agresivitasnya akan semakin menurun. Dalam mengontrol diri mempengaruhi kemampuan
penelitian ini, pengaruh kematangan emosi seseorang dalam mengontrol perilaku, emosi
terhadap agresivitas secara langsung dalam dan kognisinya sehingga dengan adanya
penelitian ini adalah signifikan sebesar 5,1%. dapat membuat seseorang mengarahkan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilakunya menjadi lebih bertanggung
rata-rata subjek memiliki tingkat agresivitas jawab.
yang rendah (Mean= 13,160) yang berarti Kontrol diri pada individu dapat
mendukung teori yang menyatakan bahwa meningkat seiring dengan meningkatnya
agresivitas akan mengalami penurunan kematangan emosi. Dalam penelitian ini
setelah remaja berusia 17 tahun (Loeber & didapatkan hasil bahwa kematangan emosi
Hay, 1977; Karriker-Jaffe, Foshee, Ennett, dapat meningkatkan kemampuan individu
dan Suchindran, 2013). dalam mengontrol dirinya. Dengan kata
Kematangan emosi yang cukup tinggi lain semakin tinggi kematangan emosi
pada individu akan meningkatkan kontrol pada individu maka semakin tinggi pula
diri sehingga individu tidak berperilaku kemampuannya untuk mengontrol dirinya.
agresif. Karena dengan kontrol diri Pengaruh kematangan emosi terhadap
tersebut individu mampu menimbang kontrol diri adalah signifikan sebesar
dan mengambil keputusan yang tepat 4,6%. Adapun ciri-ciri individu yang dapat
untuk masalah-masalah yang dihadapinya melakukan kontrol diri dengan baik ialah
(Meldrum, Young & Weerman, 2009). Sejalan memiliki hubungan interpersonal yang
dengan Orpinas dan Frankowski (2001), baik, sikap hati-hati, mudah beradaptasi,
Retno Handasah, Pengaruh Kematangan Emosi... 131

toleransi terhadap frustasi, pandangan yang timbulnya agresivitas pada remaja selain
positif, peka terhadap perasaan orang lain, kematangan emosi dan kontrol diri.
melakukan introspeksi dan relaksasi, lebih
sering merasakan emosi positif daripada
emosi negatif serta tidak mudah putus asa.
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA
terdapat pengaruh kematangan emosi
terhadap agresivitas. Pengaruh tidak
langsung kematangan emosi tehadap
agresivitas melalui kontrol diri (β = -0,033, Albin, R.S. (2005). Emosi : Bagaimana
p = 0,000) lebih kecil daripada pengaruh mengenal, menerima dan mengarahkannya.
langsung kematangan emosi terhadap Yogyakarta. Kanisius.
agresivitas (β = -0,429, p = 0,001). Hal Ali, M .,& Asrori M. (2004). Psikologi remaja
tersebut menunjukkan bahwa pengaruh perkembangan peserta didik. Jakarta. PT.
langsung kematangan emosi terhadap Bumi Aksara.
agresivitas lebih kuat dibandingkan dengan
Baron, R.A. & Byrne, D. (2004). Psikologi sosial.
pengaruh kematangan emosi terhadap
Jakarta. Erlangga.
agresivitas yang dimediasi oleh kontrol diri.
Sehingga variabel kontrol diri tidak tepat Barthi, S. (2012). Adjustment and Emotional
sebagai variabel yang memediasi pengaruh MaturityAmong First Year College
kematangan emosi terhadap agresivitas. Students. Pakistan Journal of Social and
Clinical Psychology, 10(2), 32-37.
SIMPULAN DAN SARAN Baumeister, R. F., & Exline, J. J. (2000).
Simpulan Self-control, morality, and human
Hasil studi yang dilakukan memperoleh strength. Journal of Social and Clinical
hasil bahwa kematangan emosi berpengaruh Psychology, 19(1), 29.
terhadap kontrol diri dan agresivitas. variabel Berkowitz, L., & Harmon-Jones, E. (2004).
kontrol diri sebagai variabel moderator Toward an understanding of the
berpengaruh terhadap agresivitas, namun determinants of anger. Emotion, 4(2), 107.
tidak tepat untuk digunakan sebagai variabel
yang memediasi pengaruh kematangan Buss, A. H., & Perry, M. (1992). The aggression
emosi terhadap agresivitas. questionnaire. Journal of personality and
social psychology, 63(3), 452.
Saran Chaube, S.P. (2002). Psychology of adolescents
Diharapkan bagi peneliti berikutnya in India. New Delhi. Concept Publising
untuk mengembangkan penelitian ini Company.
dengan subjek pada range usia yang Chapple.L.C., (2005). Self-control, Peer
berbeda agar lebih dapat membedakan hasil Relations, and Delinquency. Justice
pengaruh antar variabel berdasarkan usia Quarterly. 22(1), 89-96.
dan jenis kelamin. Selain itu juga diharapkan
mengembangkan penelitian dengan variabel Chaplin, C. P. (2005). Kamus lengkap psikologi.
lainnya dengan mempertimbangkan faktor Jakarta. Rajawali Press Grafindo Persada.
internal (kepribadian, intelegensi, regulasi Conner, B.T., Stein, D.A., & Longshore, D.
emosi) maupun faktor eksternal (teman (2009).Examining Self-Control as a
sebaya, komunikasi anak dan orangtua, Multidimensional Predictor of Crime and
status sosial keluarga) yang mempengaruhi Drug Use in Adolescents with Criminal
Histories. Journal of Behavior Health
132 Vol. 2 No. 2 Desember 2018 | 121-133

Services 36(2), 137–149. doi:10.1007/ Hurlock, E. B. (2004). Psikalogi perkembangan


s11414-008-9121-7. : suatu pendekatan sepanjang rentang
DeWall, C. N., Finkel, E. J., & Denson, T. F. (2011). kehidupan. Edisi ke V. Jakarta: Erlangga.
Self-control inhibits aggression. Social Karriker-Jaffe, K. J., Foshee, V. A., Ennett, S. T.,
and Personality Psychology Compass, 5(7), & Suchindran, C. (2008). The development
458-472. of aggression during adolescence: Sex
DeWall, C. N., Baumeister, R. F., Stillman, differences in trajectories of physical
T. F., & Gailliot, M. T. (2007). Violence and social aggression among youth in
restrained : Effects of self-regulation rural areas. Journal of Abnormal Child
and its depletion on aggression. Journal Psychology, 36(8), 1227–1236. http://doi.
of Experimental social psychology, 43(1), 62- org/10.1007/s10802-008-9245-5.
76. Khan, M. J., Hassan, M., & Khan, R. A. (2012).
Gill, S. B. D. S. (2015). Emotional Intelligence Aggression as related to emotional
In Relation To Emotional Maturity And stability among physically challenged
Emotional Competence Of Secondary adolescents. Indian Journal of Health and
School Students. Global Journal of Wellbeing, 3(3), 765-767.
Multidisciplinary Studies, 4(6), 200-204. Loeber, R., & Hay, D. (1997). Key issues in the
Ghozali, I. (2006). Structural equation modeling development of aggression and violence
metode alternatif dengan partial least square. from childhood to early adulthood.
Semarang. Badan Penerbit UNDIP. Annual review of psychology,48(1), 371-410.

Green, C. D. (2001). Classics in the History of Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa.
Psychology. Canada: York University. Edisi 9., Surabaya. Airlangga University
Press.
Guswani, A. M. & Kawuryan, F. (2011).
Perilaku Agresi Pada Mahasiswa Ditinjau Meldrum, R. C., Young, J. T., & Weerman, F.
Dari Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi M. (2009). Reconsidering the effect of
Pitutur, 1(2), 86-92. self-control and delinquent peers: Im-
plications of measurement for theoretical
Hidayat, S. (2002). Hubungan perilaku significance. Journal of Research in Crime
kekerasan fisik ibu pada anaknya and Delinquency, 46(3), 353-376.
terhadap munculnya perilaku agresif
pada anak SLTP. Jurnal Provitae 1, 50-52 Moore, S. E., Scott, J. G., Thomas, H. J., Sly,
P. D., Whitehouse, A. J., Zubrick, S. R., &
Higgins, G. E., Wolfe, S. E., & Marcum, C. D. Norman, R. E. (2015). Impact of adolescent
(2008). Digital piracy: An examination peer aggression on later educational and
of three measurements of self-control. employment outcomes in an Australian
Deviant Behavior, 29(5), 440-460. cohort. Journal of adolescence, 43, 39-49.
Hofmann, W., Baumeister, R. F., Förster, G., & Muraven, M., & Baumeister, R. F. (2000).
Vohs, K. D. (2012). Everyday temptations: Self-regulation and depletion of limited
an experience sampling study of desire, resources: Does self-control resemble a
conflict, and self-control. Journal of muscle?. Psychological bulletin, 126(2), 247.
personality and social psychology, 102(6),
1318. Murdoch, B. D. (1972). Electroencephalograms,
aggression and emotional maturity in
Hurlock, E. B. (2001). Developmental Psychology. psychopathic and non-psychopathic
New York City : McGraw Hill. prisoners. Psycologia Africana, 14(3), 216-
231.
Retno Handasah, Pengaruh Kematangan Emosi... 133

Orpinas, P., & Frankowski, R. (2001). Wagde, A. D., & Ganaie, S. A. (2013). Study
The Aggression Scale: A self-report on Emotional Maturity and Coping
measure of aggressive behavior for Strategies among the Students Pursuing
young adolescents. The Journal of Early Rehabilitation Studies. International
Adolescence, 21(1), 50-67. Journal of Science and Research (IJSR), 2(8)
Pastey, G. S., & Aminbhavi, V. A. (2006). 451-457.
Impact of Emotional Maturity on Stress Wolfe, S. E., & Higgins, G. E. (2008). Self-
and Self Cofidence of Adolescents. control and perceived behavioral
Journal of the Indian Academy of Applied control: An examination of college
Psychology, 32(1), 66-70. student drinking. Applied Psycholoyg in
Rahayu, C. D. (2008). Hubungan Antara Criminal Justice, 4, 108-134
Kematangan Emosi dan Konformitas Yeager, D. S., Trzesniewski, K. H., Tirri, K.,
dengan Perilaku Agresif (Doctoral Nokelainen, P., & Dweck, C. S. (2011).
dissertation, Universitas Muhammadiyah Adolescents’ implicit theories predict
Surakarta). desire for vengeance after peer conflicts:
Santrock, J. W. (2007). Life-span development. correlational and experimental
McGraw-Hill. evidence. Developmental psychology, 47(4),
90-107.
Santrock, J. W. (2003). Psychology : essentials.
Boston: McGraw-Hill. Xie, H., Drabick, D. A. G., & Chen, D.
(2011). Developmental Trajectories of
Sarwono, S.W., & Meinarno, E.A. (2009) Aggression from Late Childhood through
Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Adolescence: Similarities and Differences
Humanika. across Gender. Aggressive Behavior, 37(5),
Shanaz, F. (2013). Emotional Maturity and 387–404. http://doi.org/10.1002/
Aggression Among Adolescent. Review of ab.20404.
Research Journal, 2(11), 1-5.
Singh, Y & Bhargava, M. (1990). Manual for
Emotional Maturity Scale (EMS). Agra:
National Psychological Corporation.
Sittner, K. J., & Hautala, D. (2015). Aggressive
delinquency among North American
indigenous adolescents: trajectories and
predictors. Aggressive behavior, 42(3), 274-
286. DOI: 10.1002/ab.21622.
Tangney, J. P., Baumeister, R. F., & Boone,
A. L. (2004). High self-control predicts
good adjustment, less pathology, better
grades, and interpersonal success. Journal
of personality, 72(2), 271-324.
Tittle, C.R., Ward, D.A., Grasmick,H.G. (2003).
Self-control and Crime/Deviance:
Cognitive vs. Behavioral Measures.
Journal of Quantitative Criminology, 19(4),
333-365.

Anda mungkin juga menyukai